4B - Kelompok 2 - Paper
4B - Kelompok 2 - Paper
Dosen pengampu :
2021
PEMBAHASAN
Superdomain : Biota
Domain : Virus
Kelas : VI (Virus SsRNA-RT)
Famili : Retroviridae
Famili Sub famili : Lentivirinae
Genus : Lentivirus
Spesies : - Human Immunodeficiency Virus 1
(HIV-1)
Seperti halnya jenis virus lain, virus HIV pun hanya dapat bertahan hidup
dan memperbanyak diri dalam sel. Dengan demikian daur hidup virus
berlangsung dalam sel. Daur hidup virus HIV dapat dibedakan dalam 4 tahap,
yaitu sebagai berikut :
c. Tahap Replikasi
Seperti juga virus lain, untuk dapat memperbanyak diri HIV membutuhkan
sel inang yang mempunyai kelengkapan untuk sistesis protein. Replikasi salinan
virus dimulai dengan proses transkripsi, splicing messenger Ribonucleic Acid
(mRNA) dalam inti, dan translasi pada ribosom dari rough endoplasmic reticulum
(rER) menjadi peptida yang diselesaikan dalam kompleks golgi (Subowo, 2010).
Replikasi berlangsung di dalam sel host. Provirus masuk ke dalam sel host
dengan perantara enzim integrase. Penggabungan ini menyebabkan provirus menjadi
tidak aktif sehingga sementara proses transkripsi dan translasi berhenti. Sel target
yang terpapar HIV tersebut mengalami perubahan aktivitas, menjadi aktif
memproduksi sitokin. Sitokin memicu nuklear factor kB (NF-kB) yang akan
berikatan pada 5’LTR i (Long Terminal Repeat) dan meinginduksi terjadinya
replikasi DNA. Enzim Polimerase mentranskrip DNA menjadi RNA yang secara
struktur berfungsi sebagai RNA genomik dan mRNA. RNA keluar dari nukleus
kemudian mRNA mengalami translasi menghasilkan polipeptida. Polipeptida yang
terbentuk bergabung dengan RNA menjadi inti virus baru. Inti ini membentuk
tonjolan pada permukaan sel dan kemudian polipeptida mengalami defarensiasi
fungsi yang dikatalisasi oleh enzim protease menjadi protein dan enzim yang
fungsional. Inti virus baru dilengkapi bahan selubung yaitu kolesterol dan glikolipid
dari permukaan sel host guna membentuk envelope. Dengan demikian akhirnya
terbentuk virus baru yang lengkap dan matur ini keluar dari sel target untuk
menyerang sel target berikutnya. Dalam satu hari replikasi virus HIV dapat
menghasilkan virus baru yang jumlahnya bisa mencapai 10 millyar. (Wulandari, N.A.
dan E. Setiyorini, 2016)
E. Peranan HIV
Virus HIV pada dasarnya merupakan virus yang hanya membawa
dampak negatif dalam kehidupan sehari-hari. HIV merupakan virus yang
akan menimbulkan penyakit AIDS. Acquired Immune Deficiency
Syndrome atau AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul
karena kekebalan tubuh yang menurun yang disebabkan oleh infeksi HIV
(Gunawan, 2016). Human Immunodeficiency Virus (HIV) itu sendiri
merupakan virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang
disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya menjaga sistem kekebalan
tubuh. Karena sistem kekebalannya rusak, orang yang terkena virus ini
akan menjadi rentan terhadap infeksi. Bila HIV telah membunuh sel T
CD4+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter
darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya adalah
kondisi yang disebut AIDS (Sary et al., 2019)
Tanpa dilakukan terapi antiretrovirus (Antiretroviral therapy/ART),
rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi menjadi AIDS
adalah 9-10 tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS
adalah sekitar 9,2 bulan. Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini
pada setiap orang sangat bervariasi. Tanpa pengobatan, infeksi HIV
mempunyai risiko 1-2% untuk menjadi AIDS pada beberapa tahun
pertama. Risiko ini meningkat 5% pada setiap tahun berikutnya. Risiko
terkena AIDS dalam 10-11 tahun setelah terinfeksi HIV mencapai 50%.
Sebelum ditemukan obat-obat terbaru, pada akhirnya semua kasus akan
menjadi AIDS (Russel, 2011).
Menurut KPAD Kab. Jember, penyakit HIV/AID ini menyerang
sistem kekebalan tubuh. Akibat menurunnya kekebalan tubuh pada
seseorang maka orang tersebut sangat mudah terkena penyakit seperti
TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru, saluran penernaan,
otak dan kanker. Meskipun kedokteran telah dapat memperlambat laju
perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan. Saat ini yang ada hanyalah menolong penderita untuk
mempertahankan tingkat kesehatan tubuhnya (Russel, 2011).
Menurut data Kemenkes tahun 2017, jumlah infeksi HIV/AIDS di
Indonesia tahun 2016 yang dilaporkan sebanyak 7.146 orang. Presentase
infeksi HIV/AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok usia 25-49 tahun
(69,7%), diikuti kelompok usia 20-24 tahun (16,6%) dan kelompok usia ≥
50 tahun (7,2%). Ratio HIV/AIDS antara laki- laki dan perempuan adalah
2:1. Jumlah infeksi HIV/AIDS dari tahun 2010 – 2016 sebanyak 98.219
orang (Sary et al., 2019).
DAFTAR PUSTAKA
Elisanti, A.D. (2018). Hiv-Aids, Ibu Hamil dan Pencegahan Pada Janin.
Yogyakarta: Deepublish.
Gunawan, T.Y., Irma P., dan Mury R. 2016. Hubungan karakteristik ODHA
dengan kejadian Loss To Follow Up Terapi ARV di Kabupaten Jember.
Jurnal IKESMA, 12(1), 53-64.
Sary, L., Christin A.F., dan Winarsih. 2019. Faktor Perilaku Pencegahan
Penularan HIV/AIDS pada Penderita HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. H. Abdul Moeloek. Jurnal Dunia Kesmas, 8(3), 118-127.