Genetic drift atau penyimpangan genetik adalah perubahan frekuensi gen dalam suatu populasi. Jumlah individu yang memiliki alel tertentu dari generasi ke generasi selanjutnya, baik dalam keadaan homozigot atau heterozigot dapat agak menyimpang, sehingga frekuensi gennya dapat naik turun. Luas fluktuasi dari daerah frekuensi gen ini adalahpergeseran genetik acak “random genetics drift” yang disebabkan karena tingkah dari kemungkinan perkawinan dan atas kenyataan yang tidak selalu diharapkan (Suryo, 2011). B. Jenis-jenis Genetic Drift Genetic drift memiliki dua jenis yaitu: 1. Jenis efek leher botol atau bottleneck effect terjadi ketika ukuran populasi menjadi sangat kecil dan terjadi sangat cepat. Hal ini disebabkan karena adanya peristiwa lingkungan yang parah seperti, adanya kebakaran pada hutan, banjir, gempa bumi, dan sebagainya. Akibat dari peristiwa tersebut individu-individu yang selamat tidak dapat lagi mewakili variasi genetik yang pernah ada, bahkan mungkin alel pun dengan sifat tertentu yag khas dimillikinya menjadi hilang (Henuhili, 2008). 2. Jenis efek pendiri atau founder effect terjadi ketika beberapa individu suatu populasi atau kelompok kecil individu yang menempati habitat baru yang terpencil (terisolasi) yang tidak berpenghuni dan yang terpisah dari populasi lama, tidak akan mewakili keanekaragaman genetik dari populasi asal yang ditinggalkan. Perbedaan kelompok yang dibawa oleh kelompok kecil tersebut yang akan menentukan komposisi genetik populasi yang terbentuk, sehingga sering dikatakan bahwa pada daerah- daerah tersebut terdapat spesies yang endemik dimana hanya terdapat di daerah terisolasi tersebut (Henuhili, 2008). C. Penyebab Terjadinya Genetic Drift Genetic drift terjadi karena perubahan di dalam geenpool, suatu peristiwa fluktuasi acak dalam kumpulan gen yang mengakibatkan perubahan frekuensi alel dalam populasi (Henuhili, 2008). Dari terjadinya genetic drift ini memungkinkan akan terjadiya hanyutan genetik yang bermakna dari beberapa populasi yang memiliki ukuran kecil. Dua situasi yang menyebabkan pergeseran genetik yaitu efek leher botol populasi dan efek pembentukan kelompok kecil baru oeh sejumlah kecil populasi Campbell et al., (2003) D. Pengaruh genetic drift terhadap keberadaan alel/gen suatu populasi Hal penting dalam melakukan karakterisasi suatu populasi adalah Frekuensi gen dan frekuensi genotip. Arisuryanti et. Al ( 2007) mengatakan bahwa dengan melihat frekuensi gen dan frekuensi genotip ciri suatu populasi dapat diketahui. Arisuryanti & Daryono (2007) dalam bukunya juga menjelaskan bahwa perubahan frekuensi gen pada suatu populasi akan terjadi jika terdapat evolutionary forces, yaitu faktor-faktor yang berperan dalam mengubah frekuensi alel dan genotip, antara lain, perkawinan tidak acak, mutasi, migrasi genetic drift dan seleksi alam. (Khoiriyah. 2014) Genetic drift atau hanyutan genetik merupakan kumpulan gen populasi yang disebabkan oleh peristiwa acak (random sample). Genetic drift ini merupakan salah satu penyebab adanya mikroevolusi yang merupakan penyimpangan genetik dari hukum Hardy Weinberg, dimana pada hukum Hardy Weinberg menjelaskan bahwa populasi tidak mengalami evolusi sehingga frekuensi alel dan genotip dalam gen pool tidak mengalami perubahan selama beberapa generasi (Henuhili. 2008). Dalam kasus populasi yang besar, penyimpangan ini tidak akan mempengaruhi perubahan gen dalam gen pool, namun dalam kasus populasi kecil, pergeseran genetik ini akan mengubah frekuensi gen. Penyimpangan ini tidak mempengaruhi perubahan gen di dalam gen pool apabila populasi tersebut sangat besar, akan tetapi dalam populasi yang kecil penyimpangan genetik dapat merubah frekuensi gen. Saat melakukan percobaan, semakin kecil ukuran sampel maka semakin besar peluang penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Ketidakseimbangan hasil dalam sampel kecil disebut kesalahan pengambilan sampel, dan ini merupakan faktor penting dalam genetika populasi yang kecil. Jika suatu generasi baru mendapatkan alelnya secara acak, maka semakin besar ukuran sampelnya, semakin baik kumpulan gen gen pool sebelumnya. Sedangkan jika populasi suatu organisme berukuran kecil, kumpulan gen yang ada terdapat kemungkinan tidak dapat terwakili secara tepat pada generasi berikutnya. Sehingga genetic drift sangat berpengaruh terhadap keberadaan alel atau gen dalam sebuah populasi (Campbel.2003) E. Hubungan antara peristiwa genetic drift dengan evolusi Perubahan frekuensi alel dan genotipe populasi menunjukkan terjadinya mikroevolusi, yaitu evolusi yang terjadi pada tingkat yang lebih kecil (gen).(Khoiriyah. 2014). Genetic drift sendiri merupakan bentuk penyimpangan dari hukum Hardy Weinberg dan merupakan salah satu penyebab terjadinya mikroevolusi yang mana mikroevolusi merupakan perubahan dari generasi ke generasi dalam alel atau frekuensi genotype suatu populasi. Campbell et al., (2003) menyatakan bahwa jika frekuensi alel atau genotipe menyimpang dari nilai yang diharapkan dari kesetimbangan Hardy-Weinberg, populasi tersebut dikatakan sedang berevolusi. Mikroevolusi tetap berlangsung sekalipun alel berubah hanya untuk sebuah lokus genetic tunggal. Jika kita melacak frekuensi alel dan genotipe dalam populasi selama beberapa generasi berturut-turut, beberapa lokus mungkin berada dalam kesetimbangan, sedangkan frekuensi alel di lokus lain sedang berubah. Contoh nya seperti populasi bunga liar, prediksi kita populasi bunga liar akan berevolusi jika frekuensi alel bunga merah muda dan alel bunga putih berubah dari generasi ke generasi, sekalipun kesetimbangan Hardy Weinberg dipertahankan untuk semua lokus genetiknya.
DAPUS
Arisuryanti T & Daryono BS. 2007. Genetika Populasi. Yogyakarta: Fakultas
Biologi Universitas Gadjah Mada. Arisuryanti T, Handayani NSN. & Daryono, BS. 2007. Genetika. Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM
Campbell, N.A.,J.B. Reece, & L.G.Mitchell. 2003. Biologi Edisi kelima Jilid II. Jakarta : Erlangga
Henuhili, V. 2008. Genetika dan Evolusi. Jurdik Biologi FMIPA UNY.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/ir-victoria-henuhili- msi/genetika-dan-evolusi.pdf. Diakses pada 24 Maret 2021 pukul 19.20 WIB
Khoiriyah, Y. N. 2014. Karakter Genetik Populasi Bedeng 61B Desa Wonokarto
Kabupaten Lampung Timur Pasca Program Kolonisasi Pemerintah Belanda. Jurnal ilmiah biologi. vol 2(2) : 132-137