Anda di halaman 1dari 12

BAB 6

PETROLOGI BATUAN PIROKLASTIK

6.1 Pengertian Batuan Piroklastik


Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari letusan gunung api
(berasal dari pendinginan dan pembekuan magma) namun sering kali bersifat
klastik. Menurut William (1982) batuan piroklastik adalah batuan volkanik yang
bertekstur klastik yang dihasilkan oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan
letusan gunung api, dengan material asal yang berbeda, dimana material penyusun
tersebut terendapkan dan terkonsolidasi sebelum mengalami transportasi
(rewarking) oleh air atau es.

Gambar 40. Letusan gunung api


(Sumber : http//google.com)

Magma yang merupakan lelehan panas, pijar, dan relatif encer, dapat
bergerak dan menerobos kepermukaan bumi melalui rongga-rongga yang
terbentuk oleh proses tektonik (bidangsesar). Selain berupa padatan, magma juga
mengandunguap air dan gas yang bervariasi komposisinya.
Jika magma tersebutencer dan bertekanan tinggi, maka akan terjadi letusan
gunung api. Sumbat kepundanakan hancur dan terlempar kesekitarnya dan
bersamaan dengan itu sebagian magma panas juga akan terlempar keudara. Akibat
dari letusan tersebut terjadi proses pendinginan yang cepat, sehingga magma akan
membeku dengan cepat dan membentuk gelas (obsidian), tufa atau abu halus,
lapili dan bom (berupa batu apung dengan rongga-rongga gas). Material yang
halus (tufa) akan terlempar jauh dan terbawa angin ketempat yang lebih jauh,
sedangkan bom, lapili, dan gelas, dan material-material lain yang berukuran pasir
dan kerikil akan jatuh di sekitar puncak gunung.

64
65

6.2 Genesa dan Klasifikasi


Endapan piroklastik mulanya terjadi akibat adanya jatuhan pada saat gunung
api meletus, dan pada saat pengen dapan memiliki ukuran ketebalan yang sama
pada endapannya. Piroklastik lainnya yaitu piroklastik aliran akan membentuk
penebalan apabila pada proses pengendapannya ada cekungan, dan piroklastik
surge penyatuan antara piroklastikendapan dan piroklastik aliran.

Gambar 41. Jenis pengendapan


(Sumber: http//www.google.com)

1. Endapan jatuhan piroklastik (pyroclastic fall deposits), dihasilkan dari


letusan eksploif material vulkanik dari lubang vulkanik ke atmosfer dan
jatuh kembali ke bawah dan terkumpul di sekitar gunung api. Endapan ini
umumnya menipis dan ukuran butir menghalus secara sistimatis menjauhi
pusat erupsi, pemilahannya baik, menunjukan grading normal pumis dan
fragmen litik, mungkin menunjukan stratifikasi internal dalam ukuran butir
atau komposisi, komposisi pumis lebih besar daripada litik.
2. Endapan aliran piroklastik (pyroclastic flow deposits), dihasilkan dari
pergerakan lateral di permukaan tanah dari fragmen-fragmen piroklastik
yang tertransport dalam matrik fluida (gas atau cairan), material vulkanik ini
tertransportasi jauh dari gunung api. Endapan ini umumnya pemilahannya
66

buruk, mungkin menunjukan grading normal fragmen litik, dan butiran litik
yang padat semakin berkurang menjauhi pusat erupsi.
Contoh: lahar yaitu masa piroklastik yang mengalir menerus antara aliran
temperatur tinggi (> 1000C) di mana material piroklastik ditransportasikan
oleh fase gas dan aliran temperatur rendah yang biasanya bercampur dengan
air.

Gambar 42. Siklus endapan piroklastik


(Sumber: http//www.google.com)

3. Endapan surge piroklastik (pyroclastic surge deposits), termasuk pergerakan


lateral fragmen piroklatik sebagai campuran padatan/gas konsentrasi rendah
yang panas. Karekteristiknya, endapan ini menunjukan stratifikasi bersilang,
struktur dunes, laminasi planar, struktur anti dunes dan pind and swell,
endapan sedikit menebal di bagian topografi rendah dan menipis pada
topografi tinggi.
Berdasarkan proses keterbentukan yang dialaminya, batuan piroklastik
dibedakan menjadi enam tipe, antara lain :
1. Tipe I
Batuan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik jatuh ke
darat yang kering dengan medium udara saja, kemudian mengalami litifikasi
67

membentuk batuan fragmental. Jadi batuan piroklastik ini belum mengalami


pengangkutan.
2. Tipe II
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik ke tempat
pengendapannya di daratan yang kering dengan media gas yang dihasilkan
dari magma sendiri yang merupakan aliran abu yang merupakan onggokan
aliran litifikasi dan membentuk batuan fragmental.
3. Tipe III
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat erupsi yang jatuh ada
suatu tubuh perairan (baik darat maupun laut) yang tenang arusnya sangat
kecil. Onggokan tersebut belum tercampur dengan material lain dan tidak
juga mengalami rewarking.
4. Tipe IV
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat eruosi yang jatuh
pada suatu tubuh perairan (baik darat maupun laut) yang arusnya aktiv
(begerak). Sebelum mengalami litifikasi mengalami rewarking dan dapat
bercampur dengan batuan lain yang dihasilkan akan mempunyai struktur
sedimen biasa.
5. Tipe V
Bahan piroklastik yang telah jatuh sebelum mengalami pelapukan
kemudian diangkut dan diendapkan di tempat lain (bisa laut, bisa cekungan
di daratan) dengan media air. Hasilnya batuan sedimen dengan asal-usulnya
adalah bahan-bahan piroklastik, dengan struktur sedimen biasa.
6. Tipe VI
Bahan piroklastik yang telah jatuh sudah mengalami proses-proses
litifikasi, kemudian diendapkan kembali ketempat yang lain. Batuan yang
dihasilkan adalah batuan sedimen dengan propenan piroklastik (Epiklastik).
6.3 Cara Pemerian Batuan Piroklastik
1. Warna Batuan
Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral
penyusunnya.mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
68

komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma
pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan.
2. Tekstur Batuan
Pengertian tekstur batuan piroklastik mengacu pada kenampakan
butir-butir mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi Glassy dan
Fragmental,pengamatan tekstur meliputi:
a. Glassy
Glassy adalah tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada batuan
tersebut ialah glass.
b. Fragmental
Faragmental ialah tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada
batuan tersebut ialah fragmen-fragmen hasil letusan gunung api.
3. Struktur Batuan
Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan
yang berbeda. Pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada
pengamatan dalam skala besar atau singkapan dilapangan. Pada batuan beku
struktur yang sering ditemukan adalah:
a. Masif : bila batuan pejal, tanparet akan ataupun lubang-
lubang gas.
b. Vesikular : dicirikandengan adanya lubang-lubang gas,sturktur
ini dibagi lagi menjadi 3 yaitu:
1) Skoriaan : bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
2) Pumisan : bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
3) Aliran : bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal
maupun lubang gas.
c. Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral
sekunder.
d. Berlapis : bila dalam batuan tersebut terdapat lapisan-
lapisanendapan dari fragmen-fragmen letusan
gunung api.
69

4. Derajat Kristalisasi
Derajat kristalisasi mineral dalam batuan beku, terdiri atas 3 yaitu :
a. Holokristalin
Tekstur batuan beku yang kenampakan batuannya terdiri dari
keseluruhan mineral yang membentuk kristal, hal ini menunjukkan
bahwa proses kristalisasi berlangsung begitu lama sehingga
memungkinkan terbentuknya mineral - mineral dengan bentuk kristal
yang relatif sempurna.
b. Hipokristalin
Tekstur batuan yang yang kenampakannya terdiri dari sebagaian
mineral membentuk kristal dan sebagiannya membentuk gelas, hal ini
menunjukkan proses kristalisasi berlangsung relatif lama namun masih
memingkinkan terbentuknya mineral dengan bentuk kristal yang kurang.
c. Holohialin
Tekstur batuan yang kenampakannya terdiri dari mineral yang
keseluruhannya berbentuk gelas, hal ini menunjukkan bahwa proses
kristalisasi magma berlangsung relatif singkat sehingga tidak
memungkinkan pembentukan mineral - mineral dengan bentuk yang
sempurna.
5. Ukuran Batuan
Ukuran batuan yang dihasilkan dari letusan gunung api terbagi
menjadi empat, antara lain :
a. Bomb ( d > 64 mm)
Bomb adalah gumpalan-gumpalan lava yang mempunyai ukuran lebih
besar dari 64 mm.
b. Block (d > 64 mm)
Block adalah batuan piroklastik yang dihasilkan oleh erupsi eksplosif
dari fragmen batuan yang sudah memadat lebih dulu dengan ukuran
lebih besar dari 64 mm.
c. Lapili (d = 2 – 64 mm)
70

Lapili berasal dari bahasa latin lapillus, yaitu nama untuk hasil erupsi
ekplosif gunung api yang berukuran 2 mm – 64 mm.
d. Debu / ash (d < 2 mm)
Debu adalah batuan piroklastik yang berukuran 2 mm – 1/256 mm
yang dihasilkan oleh pelelmparan dari magma akibat erupsi ekplosif.
6. Komposisi Mineral
a. Mineral Sialis, sama seperti mineral felsic pada batuan beku seperti
kuarsa, feldspar, felspatoid.
b. Mineral ferromagnesian, sama seperti mineral mafic pada batuan
beku.
c. Material Tambahan, seperti debu halus/kasar.
d. Mineral Ubahan, mineral hasil ubahan dari mineral-mineral
sebelumnya yang biasa muncul saat batuan terlapukkan atau terkena
alterasi hidrotermal.
7. Petrogenesa
Dalam hal ini, sesuai dengan struktur, tekstur dan kompoisi mineral yang
telah diketahui, maka kita dapat menentukan proses pembentukan batuan
tersebut.
8. Nama Batuan
Setelah mengetahui data-data yang telah di deskripsi, dari warna sampai
petrogenesanya, barulah kita dapat menentukan nama batuan tersebut.

Contoh Batuan Piroklastik

1. Pumice
Batuan Pumice yang memiliki kenampakan warna yaitu coklat
kemerahan, struktur batuannya masif, sifat batuannya ialah asam, derajat
kristalisasinya holohyalin dimana komposisi mineral penyusunnya
mayoritas adalah glass, tekstur pada batuan pumice ialah glassy dengan
ukuran batuannya ialah Bomb (> 64 mm). Sedangkan bentuk dari pumice
ialah glassy. Petrogenesa dari batuan pumice ialah terbentuk dari batuan
71

asam yang terbetuk dari letusan gunung api. Pumice sering disebut
batuapung.

Gambar 43. Pumice


(Sumber: https://arriqofauqi.blogspot.com)

Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunungapi
yang mengeluarkan materialnya keudara, kemudian mengalami transportasi
secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik. Batu apung
mempunyai sifat vesicular yang tinggi, mengandung jumlah sel yang
banyak (berstruktur selular) akibat ekspansi buih gas alam yang terkandung
di dalamnya, dan pada umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau
fragmen-fragmen dalam breksi gunung api. Sedangkan mineral-mineral
yang terdapat dalam Pumice adalah feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit,
dan tridimit. Jenis batuanlainnya yang memiliki struktur fisika dan asal
terbentuknya sama dengan Pumice adalah pumicit, volkanik cinter, dan
scoria.
2. Scoria

Scoria adalah sebuah bebatuan vulkanik. Nama lama Scoria adalah


cinder. Scoria diproduksi oleh fragmen tasialiran lava. Kubah vulkanik
scoria dapat ditinggalkan setelah letusan, biasanya membentuk gunung
dengan kawah di puncaknya. Contohnya Gunung Wellington, Auckland di
Selandia Baru yang seperti gunung Three Kings di selatan kota yang sama.

Gambar 44. Scoria


(Sumber: https://arriqofauqi.blogspot.com)
72

Batuan scoria, yang memiliki kenampakan warna yaitu kecokelatan


dan kemerahan, sifat batuan dari scoria yaitu basa, struktur batuannya
vesikuler, dan derajat kristalisasinya holohyalin dimana komposisi mineral
penyusunnya mayoritas adalah glass, tekstur pada scoria ialah glassy dengan
ukuran batuannya ialah bomb (d>64 mm). Sadangkan bentuk dari scoria
ialah masa dasar glass. Scoria terbentuk dari batuan piroklastik lava yang
dikeluarkan dari gunung berapi.
Scoria adalah jenis batuan tekstur dan bukan batu yang
diklasifikasikan oleh mineralogi atau kimia. Terbentuk dari lava yang kaya
volatiles atau gas tetapi kurang kental dari lava membentuk batu apung.
Ketika batuan cair meningkat dalam pipa vulkanik, gas mulai terbentuk dan
mengumpulkan dan gas-gas yang membentuk gelembung besar dalam lava.
Batu adalah Scoria. Meskipun ruang terbuka di dapat Scoria batu besar
umumnya lebih berat dari pada air yang tidak seperti kebanyakan batu
apung bisa mengapung di atas air.
Terbentuk dari batuan piroklastik lava yang dikeluarkan dari gunung
berapi. Scoria yang juga dikenal sebagai abu, merupakan komponen utama
cinder cone. Sebuah kerucut cinder adalah kecil tetapi tipe gunung berapi
yang sangat umum. Cinder cone juga telah disebut Scoria cones. Cinder
cone jarang tumbuh sangat besar, tetapi kadang-kadang bentuk yang sangat
simetris bukit-bukit berbentuk kerucut. Scoria tidak memiliki banyak
kegunaan. Bahkan nama ini berasal dari sebuah istilah untuk sampah.
Namun dapat digunakan sebagai batu hias yang menarik dengan warna
kemerahan. Sebagian besar patung-patung Pulau Paskah disebut Moai telah
Scoria batu dalam desain mereka.

3. Tuff
Tuff (dari bahasa Italia "tufo") adalah jenis batu yang terdiri dari
konsolidasi abu vulkanik yang dikeluarkan dari lubang ventilasi selama
letusan gunung berapi. Tuff kadang-kadang disebut tufa, terutama bila
73

digunakan sebagai bahan bangunan, meskipun tufa juga mengacu pada batu
yang sangat berbeda.

Gambar 45. Tuff


(Sumber: https://arriqofauqi.blogspot.com)

Batu Tuff yang memiliki kenampakan warna yaitu putih terang,


struktur batuannya berlapis, derajat kristalisasinya holohyalin dimana
komposisi mineral penyusunnya mayoritas adalah glass, tekstur pada batuan
tuff ialah fragmental dengan ukuran batuannya ialah ash atau abu (< 2 mm).
Sedangkan bentuk dari tuff ialah fragmental. Petrogenesa dari batuan
terbentuk dari hasil letusan gunung api dan kemudian diendapkan.
Produk dari letusan gunung berapi adalah gas vulkanik, lava, uap, dan
tephra. Magma meledakketikaberinteraksihebatdengan gas vulkanik dan
uap. Bahanpadatdiproduksi dan dilemparkankeudara oleh letusan gunung
berapi seperti disebut tephra, terlepas dari komposisi atau ukuran fragmen.
Jika potongan-potongan yang dihasilkan letusan cukup kecil, materi ini
disebut abu vulkanik, yang didefinisikan sebagai partikel-partikel seperti
kurang dari 2 mm dengan diameter, berukuran pasir atau lebih kecil.

4. Lapili Stone
Lapili stone (Lapili) yang memiliki kenampakan warna yaitu hitam,
struktur batuannya masif, dan derajat kristalisasinya hipokristalin dimana
komposisi mineral penyusunnya mayoritas adalah glass dan kristal, tekstur
pada lapili stone ialah fragmental dengan ukuran batuannya ialah lapili (2-
64 mm). Sedangkan bentuk dari lapili stoneialah fragmental. Petrogenesa
dari lapili stone ini ialah terbentuk didalam permukaan, tetapi mineral ada
yang belum membentuk kristal yang utuh. Lapili stone memilki komposisi
mineral dalam batuannya, mineralnya ialah plagioklas dan hornblende
74

(amphibol).
          Sebuah partikel piroklastik lebih besar dari lapili dikenal sebagai bom
vulkanik ketika cair, atau blok vulkanik ketika padat, sementara partikel
yang lebih kecil dari pada lapili disebut sebagai abu vulkanik. Lapili dapat
masih belum benar-benar membeku ketika mendarat, sehingga tidak
memiliki bentuk khusus (Unconsolidated)

Gambar 46. Lapili


(Sumber: https://arriqofauqi.blogspot.coml)

5. Obsidian
Obsidian yang memiliki kenampakan warna yaitu hitam mengkilat,
struktur batuannya masif, derajat kristalisasinya holohyalin dimana
komposisi mineral penyusunnya mayoritas adalah glass, tekstur pada batuan
tuff ialah glassy dengan ukuran batuannya ialah Bomb (d= 2 - 64 mm).
Petrogenesa dari batuan terbentuk secara rapidly sehingga tidak sempat
membuntuk kristal.
Obsidian adalah batu beku ekstrusif terbentuk ketika lava felsic
meletus dari sebuahgunungberapi dan mendinginkan terlalu cepat untuk
memungkinkan kristal untuk membentuk, mengakibatkan kaca. Obsidian
berkisar dalam warna dari hijau menjadi jelas paling sering hitam. Obsidian
biasanya 70% ataulebih SiO2 dan komposisinya mirip granit atau rhyolite.
Obsidian mineral terdiridari SiO2 relatif murni (sama seperti kuarsa), tapi
tentu saja adalah non-kristalin kaca.
75

Gambar 47. Obsidian


(Sumber: https://arriqofauqi.blogspot.com)

Obsidian biasanya gelap dalam penampilan, meskipun warna

bervariasi tergantung pada kehadiran pengotor. Besi dan magnesium

biasanya memberikan obsidian hijau tua menjadi cokelat ke warna hitam.

Sangat sedikit sampel hampir tidak berwarna. Dalam beberapa batu,

dimasukkannya kecil, putih, kristal berkumpul radial kristobalit di kaca

hitam menghasilkan jerawat atau pola kepingan salju (kepingan salju

obsidian). Pola-pola tersebut mungkin juga mengandung gelembung gas

yang tersisa dari aliran lava, sejajar sepanjang lapisan diciptakan sebagai

batuan cair mengalir sebelum didinginkan. Gelembung ini dapat

menghasilkan efek yang menarik seperti emas kemilau (kilau obsidian)

atakilau pelangi (rainbow obsidian).

Anda mungkin juga menyukai