Tentang
Teori Belajar Behaviouristik, Kognitif dan Konstruktivistik
Diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas pada mata kuliah PTIK
Disusun Oleh:
Dosen Pembimbing
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Teori
Belajar Behaviouristik, Kognitif dan Konstruktivitif.
Kami menyadari, bahwa Makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca
guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga Maklah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apasih teori itu? Dalam Wikipedia teori memiliki arti serangkaian bagian atau
variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah
pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar
variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Secara umum, teori
merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain.
Jadi teori merupakan serangkaian ide yang diperoleh berdasarkan fakta yang itu
bisa berkembang lagi tergantung dari pandangan setiap orang.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, beberapa masalah yang akan di bahas
dalam makalah ini antara lain :
1. Apakah yang dimaksud dengan teori belajar?
2. Apa itu teori belajar behaviouristik?
3. Apa itu teori belajar kognitif?
4. Apa itu teori belajar konstruktivistik?
C. Tujuan Penulisan
D. Kegunaan Penulisan
PEMBAHASAN
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang
dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model
hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu
yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan
atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement)
maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan
(negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran,
perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan
respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat
pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku
akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkret, yaitu yang dapat diamati, atau
tidak konkret yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat
mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara
mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula
dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek;
(2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini
menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon
memahami materi dan material sering terisolasi dari konteks dunia nyata atau
situasi. Little tanggung jawab ditempatkan pada pembelajar mengenai
pendidikannya sendiri.
Thorndike yakni:
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan
stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali
cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga
menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan
terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan
mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat
terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar
tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru.
Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam
kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar
hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga
percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam
proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu
mengubah tingkah laku seseorang. Saran utama dari teori ini adalah guru
harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Pebelajar harus
dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak
boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).
5. Teori Belajar Menurut Skinner
Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari
jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama;
Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif.
Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila
hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda
dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus
dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang
pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika pebelajar tersebut
masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika
sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi
(bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk
memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan
dari penguatan negatif adalah penguatan positif (positive reinforcement). Keduanya
bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif
menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat
respons.
B. Teori Belajar Kognitif
Periode sensorimotor
Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan
mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia
dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis
yang muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur
melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini
adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam
tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan
gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan
untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek
menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau
bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya
berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan
muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak
mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan
benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih
menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka
cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan
bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami
bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan,
kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki
pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak
hidup pun memiliki perasaan.
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia
enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang
memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Proses perkembangan
Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila
dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini
pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima
pengetahuan. Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan
kaum objektifitas, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam
pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan
seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas
guru adalah memfasilitasi proses tersebut, dengan:
1. Adanya kerjasama;
2. Saling menunjang;
3. Menyenangkan, tidak membosankan;
4. Belajar dengan bergairah;
5. Pembelajaran terintegrasi;
6. Menggunakan bebagai sumber;
7. Siswa aktif, sharing dengan teman;
8. Siswa kritis, guru kreatif;
9. Laporan kepada orang tua berwujud, rapor, hasil karya siswa, laporan
praktikum, dan karangan siswa, dll.
1) Orientasi.
2) Elicitasi.
Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide-ide orang lain atau lewat teman
diskusi ataupun lewat pengumpulan ide. Berhadapan dengan ide-ide lain,
seseorang dapat terangsang untuk merekonstruksi gagasannya kalau tidak
cocok dan sebaliknya, menjadi lebih yakin bila gagasannya cocok.
Membangun ide yang baru. Ini terjadi bila dalam diskusi itu idenya
bertentangan dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab pertanyaan
yang diajukan teman-teman.
Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Kalau dimungkinkan ada
baiknya bila gagasan yang baru dibentuk itu diuji dengan suatu percobaan
atau persoalan yang baru.
Penggunaan ide dalam banyak situasi.
Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan
pada bermacam-macam situasi yang dihadapai. Hal ini akan membuat pengetahuan
murid lebih lengkap dan bahkan lebih rinci dengan segala macam
pengecualiannya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyusunan materi dalam makalah ini sudah cukup baik, namun masih
banyak memiliki kekurangan khususnya kelengkapan materi. Untuk itu penulis
mengharapakan kritik dan saran dari para pembaca agara kelak penulis dapat
membuat makalah yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik#:~:text=Teori
%20belajar%20behavioristik%20adalah%20sebuah,Hull%2C%20Guthrie%2C
%20dan%20Skinner.
https://www.kompasiana.com/alvinzahro/5adc9188cf01b4734e01b842/teori-
belajar-behavioristik-tingkah-laku
https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif
https://id.wikipedia.org/wiki/Konstruktivisme#:~:text=Teori%20Konstruktivisme
%20didefinisikan%20sebagai%20pembelajaran,makna%20dari%20apa%20yang
%20dipelajari.&text=Unsur%20terpenting%20dalam%20teori%20ini,dengan
%20pemahamannya%20yang%20sudah%20ada.
http://meaningaccordingtoexperts.blogspot.com/2017/04/pengertian-ciri-ciri-dan-
definisi.html
http://www.depdiknas.go.id/ Jurnal/43/rusdy-a-siroj.htm