Kajian Perencanaan Pembangunan Dan Kebijakan Spasial Kecamatan Mapanget, Manado Sebagai Pusat Kota Baru: A Review
Kajian Perencanaan Pembangunan Dan Kebijakan Spasial Kecamatan Mapanget, Manado Sebagai Pusat Kota Baru: A Review
Abstrak
Kebijakan dalam pembagian wilayah KBI dan KTI dimaksudkan untuk menghindari
ketimpangan pembangunan yang terjadi di Indonesia. Pembangunan di Kawasan Timur
Indonesia dirasa kurang proporsional dan hanya terfokus di Kawasan Barat saja.
Namun saat ini prioritas pengembangan wilayah akan difokuskan ke Timur Indonesia.
Sebagai Kota besar di Sulawesi Utara yang temasuk Kawasan Timur Indonesia,
Manado memiliki lokasi yang strategis sebagai gerbang investasi terhadap
pertumbuhan ekonomi di Timur Indonesia, Hal ini melatarbelakangi rencana
pembangunan kecamatan Mapanget yang termasuk wilayah Kota Manado menjadi
pusat Kota baru. Dilakukan penelitian yang bertujuan mengkaji kelayakan wilayah
Mapanget sebagai objek dari proyek strategis ini. Metode yang dilakukan dengan studi
literatur dan kombinasi dengan ketersediaan data sekunder yang diperoleh dari
penelitian, pencatatan dan ketetapan yang berhubungan dengan analisa pembangunan
kota baru. Berdasarkan hasil dari berbagai unsur pembangunan kota baru seperti
wilayah hunian, sarana kesehatan dan pendidikan, perdagangan, bidang jasa dan
industri, serta aksesibilitas penduduk telah mengalami pertumbuhan yang besar dalam
periode (2007-2019) atau dalam dua belas tahun terakhir. Dari segi perencanaan
pembangunan juga tersedia kelengkapan pedoman yang berdasarkan kajian mendalam
terhadap beragam aspek, maka dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Mapanget cukup
strategis untuk pembangunan Kota Baru di Kawasan Timur Indonesia.
1. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang sangat luas terdiri
dari pulau besar dan kepulauan kecil dengan kemajemukan dalam segala aspek
menyertai karakteristik fisik dan sosial budaya [ CITATION Fit18 \l 1033 ] . Namun terdapat
kondisi ketimpangan pengembangan wilayah karena populasi hanya terpusat di pulau
Jawa dan Madura dari persentase populasi sebesar 57,49% dari persentase luas
sebesar 6,96% menurut BPS dalam [ CITATION Mal18 \l 1033 ] dari tahun 2013. Pada masa
Orde Baru dalam GBHN 1993, wilayah Indonesia dibagi menjadi dua kawasan
pembangunan yaitu Kawasan Barat Indonesia (KBI) yang meliputi Sumatera, Jawa Bali
dan Kalimantan serta Kawasan Timur Indonesia (KTI) meliputi Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku, dan Papua [ CITATION Bud10 \l 1033 ]. Dalam upaya pemerataan
percepatan pembangunan dengan mengurangi stigma sentralisasi pembangunan
Ibukota yang berada di bagian barat Indonesia maka berdasarkan Perpres No 2 Tahun
2015 tentang RPJMN 2015 – 2019 berupaya memperbaiki ketimpangan pembangunan
yang lebih dirasakan KBI dengan memoptimalkan pembangunan pada KTI agar
proporsional dengan harapan tumbuhnya aktivitas ekonomi yang lebih produktif dan
menyeluruh[ CITATION BPI17 \l 1033 ]
Pada KTI khususnya di Sulawesi, ketimpangan yang terjadi terhadap pemerataan
pembangunan merupakan hal yang biasa terjadi dikarenakan perbedaan sumberdaya
dan daerah yang lebih dulu dilakukan pembangunan dan dikembangkan, perbedaan
seperti itu jelas dapat dilihat pada distribusi pendapatan dan pertumbuhan ekonomi
[ CITATION Der19 \l 1033 ]. Sulawesi Utara menjadi salah satu provinsi sebagai gerbang
utama dari KTI yang sedang giat melakukan pemerataan pembangunan dan
pengembangan wilayah. seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung dan
perencanaan Kecamatan Mapanget Kota Manado sebagai kota baru dengan konsep
smart city. Berkaitan dengan kebijakan ini sebagai urgensi untuk mencegah urban
sprawl yang berdampak kekumuhan. Berdasarkan penjabaran dari RPJMD Kota
Manado tahun 2016-2021 untuk itu ditetapkan Mapanget yang menjadi salah satu
Kecamatan di Kota Manado menjadi kota baru dengan penempatan kawasan pusat
pemerintahan. Hal ini juga didukung Mapanget sebagai kawasan dengan pintu masuk
utama ke Sulawesi Utara dikarenakan terintegrasi dengan Bandar Udara Sam
Ratulangi [ CITATION Dir21 \l 1033 ] . Selain itu kebijakan pengembangan wilayah ini
dimaksudkan untuk mengatur fenomena urbanisasi pada Kawasan Timur Indonesia
agar menciptakan kota metropolis baru dalam upaya daerah layak tinggal dan
mensejarterakan warganya [ CITATION Nga18 \l 1033 ].
Perencanaan terhadap pengembangan wilayah lebih mengedepankankan
pendekatan secara spasial, dikarenakan proyek perencanaan kota baru Mapanget
masuk kedalam rencana strategis pembangunan nasional, maka telah banyak kajian
yang telah dilakukan oleh instansi pemangku dan pelaksana kebijakan. Saat ini kajian
kota dan daerah penunjangnya terhada pertumbuhan dan perkembangannya memang
banyak dilakukan terlebih yang berhubungan dengan kualitas hidup penduduk dan
perekonomian. Dalam perkembangan kota terdapat faktor pendorong yang
berpengaruh mulai dari faktor demografis dari segi dinamika penduduk, faktor ekonomi
sebagai peluang bisnis dan perkembangan infrastruktur, faktor transportasi sebagai
moda angkut atau mobilitas penduduk bahkan pemanfaatan energi alternatif pada
moda transportasinya, faktor sosial berdasarkan kualitas manusia yang berkontribusi
dalam pemasyarakatan, faktor tata kelola yang berfokus kepada perencanaan wilayah
dan birokrasi manajerial pada pemangku dan pelaksana kebijakan, faktor
pembangunan berkelanjutan dimana pengembangan kewilayahan utamanya harus
melibatkan aspek kelingkungan agar terus lestari, dan faktor penggunaan lahan di
wilayah perkotaan seperti persebaran tanah, kajian lahan terbangun maupun yang tidak
boleh dibangun atau dengan solusi pembangunan vertikal agar efektif dalam
keseimbangan ketersediaan lahan [ CITATION Sol19 \l 1033 ]. Berkaitan dengan
pengembangan Mapanget sebagai kota baru dilakukan penelitian yang bertujuan
mengulas berdasarkan studi ilmiah dan mengkaji perencanaan dan pengembangan
kawasan Mapanget sebagai kota baru di Sulawesi Utara. Dalam penelitian ini luaran
dari pendekatan fenomena secara spasial akan didukung dengan visualisasi peta.
2. Metodologi
2.1 Area Studi
Penelitian ini akan dilakukan pada bagian wilayah kota Manado Ibukota Provinsi
Sulawesi Utara, difokuskan kepada Kecamatan Mapanget dengan letak geografis 1° 29'
34.8"LU-124° 53' 27.2"BT dan rata-rata ketinggian ± 57 mdpl dengan luas sebesar ±
5.184,6 ha atau 51,846 Km 2 terdiri dari 10 Kelurahan [ CITATION Bad21 \l 1033 ] . Untuk
visualisasi wilayah dapat dilihat peta administrasi berikut:
Untuk jumlah kelurahan beserta luasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Jumlah Kelurahan beserta Luasan di Kecamatan Mapanget, Manado
No Kelurahan Luas Wilayah (Km2)
1 Kariagi Satu 3,708
2 Kariagi Dua 4,58
3 Paniki Bawah 7,08
4 Paniki Dua 3,77
5 Lapangan 1,53
6 Mapanget Barat 2,98
7 Kima Atas 4,91
8 Bengkol 9,12
9 Buha 12,49
10 Paniki Satu 2,59
Jumlah 49,76
Sumber: [CITATION Kec181 \l 1033 ]
Dari tabel 1 dan gambar 2 dapat diketahui bahwa Kelurahan Buha memiliki luas
terbesar seluas 12,49 Km2 (24%), dan luas terkecil adalah Kelurahan Lapangan dengan
luas 1,53 Km2 (3%) dan terdapat Bandar Udara Sam Ratulangi yang menjadi akses
masuk ke Provinsi Sulawesi Utara dari jalur udara. Keberadaan bandara yang
terintegrasi dengan perkotaan mempengaruhi kegiatan ekonomi wilayah tersebut,
bandara merupakan gambaran dari kota yang startegis dan penting untuk peluang
masuknya investasi dan bentuk dari pengambangan infrastruktur transportasi [ CITATION
Tru20 \l 1033 ].
2.2 Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, data ini diperlukan
untuk memberi informasi lanjutan terhadap fenomena yang akan diteliti selain data yang
diperoleh langsung ke lapangan [ CITATION Omu21 \l 1033 ]. Data catatan inventarisir
Kecamatan Mapanget seperti sarana kesehatan, pendidikan perdagangan, jasa, dan
industri dari Badan Pusat Statistik.
2.3 Metode
Metode dalam penelitian ini adalah studi pustaka untuk mengkaji perencanaan dan
pengembangan wilayah. Metode ini bertujuan untuk memberikan deskripsi tentang topik
yang ditelti dengan perspektif berbagai referensi yang berhubungan [ CITATION Bjø20 \l
1033 ]. Dalam hal ini digunakan literatur yang dapat memperkuat isi dan bahasan dari
penelitian tentang kajian pengembangan wilayah Kecamatan Mapanget sebagai Kota
Baru.
Skenario dibuat bedasarkan visi dan misi kota baru Manado dengan poin poin
peningkatan kualitas lingkungan yang layak huni, pertumbuhan ekonomi dengan
fasilitas infrastruktur untuk kesejahteraan masyarakatnya, mendorong konsep kota hijau
untuk kenyamanan dan fasilitas rekreasi, membatasi dan mengawasi perkembangan
pemukiman kearah Bandara Sam Ratulangi, serta mengingkatkan potensi kawasan
menjadi lebih bernilai.
4. Kesimpulan
5. Daftar Pustaka
1) Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah PUPR. (2021, Maret 31). Kota Baru Manado
(Mapanget). Retrieved from Basis Data Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan:
http://perkotaan.bpiw.pu.go.id/v2/kota-baru/1
2) Bjørnbet, M. M., Skaar, C., Fet, A. M., & Schulte, K. Ø. (2020). Circular Economy In Manufacturing
Companies: A Review Of Case Study Literature. Journal of Cleaner Production Volume 294,
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2021.126268.
4) Derek, R. R., Laoh, E. O., & Jocom, S. (2019). Analisis Ketimpangan Wilayah Kabupaten Kota Provinsi
Sulawesi Utara. Journal of Agribusiness and Rural Development (AGRIRUD) UNSRAT, 254-264.
5) Direktorat Pengembangan Kawasan Pemukiman, D. C. (2021, Maret 30). Kebijakan Kota Baru
Manado - KEBIJAKAN TATA RUANG TERKAIT KOTA BARU MANADO. Retrieved from Profil Rencana
Kawasan Permukiman Kota Baru:
http://sim.ciptakarya.pu.go.id/kotabaru/site/kebijakankotabaru/10
6) Fitriani, I. N., Arifien, M., & Juhadi. (2018). Fenomena Pulau-Pulau Kecil Terluar dan Wilayah
Administratif Indonesia (Buku Suplemen Nonteks Untuk Pembelajaran IPS di SMP). Edu Geography,
24-32.
7) Hastomo, D. (2021, April 1). Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kota Baru
Manado. Retrieved from Academia:
https://www.academia.edu/34895378/Perencanaan_Pembangunan_Infrastruktur_Permukiman_Ko
ta_Baru_Manado
8) Jiang, H., Jiang, P., Wang, D., & Wu, J. (2021). Can Smart City Construction Facilitate Green Total
Factor Productivity? A Quasi-Natural Experiment Based On China’s Pilot Smart City. Sustainable
Cities and Society, https://doi.org/10.1016/j.scs.2021.102809.
9) Kecamatan Mapanget Dalam Angka. (2008). Manado: Badan Pusat Statistik Kota Manado.
10) Kecamatan Mapanget Dalam Angka. (2018). Manado: Badan Pusat Statistik Kota Manado.
11) Kecamatan Mapanget Dalam Angka. (2020). Manado: Badan Pusat Statistik Kota Manado.
12) Malta, Sumardjo, Fatchiya, A., & Susanto, D. (2018). Keberdayaan Transmigran dalam Berusahatani
Di Kabupaten Banyuasin Dan Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Penyuluhan, 257-270.
13) Mocodompis, F. (2019). Pengelolaan Kawasan Perkotaan Metropolitan Yang Layak Huni Dengan
Smart City. Seminar Nasional Penginderaan Jauh. Manado.
14) Ngangi, R. S., Franklin, P. J., & Mononimbar, W. (2018). Analisis Pertumbuhan Kawasan Mapanget
Sebagai Kota Baru. Jurnal Spasial UNSRAT Volume 5, 82-92.
15) Omukuti, J., Megaw, A., Barlow, M., Altink, H., & White, P. (2021). The Value Of Secondary Use Of
Data Generated By Non-Governmental Organisations For Disaster Risk Management Research:
Evidence from the Caribbean. International Journal of Disaster Risk Reduction Volume 56,
https://doi.org/10.1016/j.ijdrr.2021.102114.
16) PUPR, B. K. (2017, April 16). Sinergi Buletin BPIW. Percepatan Pembangunan Infrastruktur PUPR di
Kawasan Timur Indonesia, p. 5.
17) Solov, A., Veselitskaya, N., Carabias, V., & Yildirim, O. (2019). Scenario-Based Identification Of Key
Factors For Smart Cities Development Policies. Technological Forecasting & Social Change,
https://doi.org/10.1016/j.techfore.2019.119729.
18) Truong, M. T., & Ngoc, A. M. (2020). The City-Airport Connection, Implications For Urban Transport
Planning In Motorcycle-Dominated Cities. Transportation Research Procedia, 3232-3244
https://doi.org/10.1016/j.trpro.2020.08.155.