Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MANAJAMEN KEPERAWATAN

TINGKAT 1A

DISUSUN OLEH

OKTAVIANUS JONI LOBO KODI

NIM:PO 5303203191084

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB I

KONSEP SUPERVISI

A. Pengertian
Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah berkembang
secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan
pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang
dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan
petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Azwar, 1996).
Muninjaya (1999) menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu bagian proses atau
kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling). Swanburg (1990)
melihat dimensi supervisi sebagai suatu proses kemudahan sumber-sumber yang
diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas ataupun sekumpulan kegiatan pengambilan
keputusan yang berkaitan erat dengan perencanaan dan pengorganisasian kegiatan dan
informasi dari kepemimpinan dan pengevaluasian setiap kinerja karyawan. Dari beberapa
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi adalah kegiatan-kegiatan
yang terencana seorang manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi,
motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari

B. Hakekat
Supervisi pembelajaran ialah kegiatan-kegiatan kepengawasan yang ditujukan
untuk memperbaiki kondisi-kondisi baik personel maupun material yang memungkinkan
terciptanya situasi belajar-mengajar yang lebih baik demi tercapainya tujuan
pendidikan.Supervisi adalah suatu program yang berencana untuk memperbaiki
pembelajaran (supervition is a penned program for the imprvement of instruction).
Supervisi adalah segala usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru
dan petugas pendidikan lainnya untuk memperbaiki pembelajaran, mengembangkan
pertumbuhan guru-guru, menyelesaikan dan merevisi tujuan pendidikan, bahan-bahan
pembelajaran , metode mengajar, dan penilaian pembelajaran (Siahaan, 2006).
Supervisi pembelajaran adalah kegiatan melihat realita kondisi untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti:
(1) apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?,
(2) apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?,
(3) aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang
berarti bagi guru dan siswa?,
(4) apa yang dilakukan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran ?, dan
(5) apa kelebihan dan ke¬kurangan guru dan bagaimana cara
mengembangkannya?
Supervisi yang dilakukan kepala sekolah dan pengawas dalam pembelajaran
dikenal dengan nama supervisi pembelajaran . Secara konseptual, supervisi pembelajaran
merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya
mengelola pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran . Berdasarkan hal ini,
maka esensial supervisi pembelajaran itu sama sekali bukan menilai kinerja guru dalam
mengelola pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan
profesionalismenya. Jadi, fungsi pengawasan atau supervisi dalam pendidikan bukan
hanya sekedar kontrol atau melihat apakah segala kegiatan telah dilaksanakan sesuai
dengan rencana atau program yang telah digariskan, tetapi lebih dari itu supervisi dalam
pendidikan mengandung pengertian yang luas. Kegiatan supervisi mencakup penentuan
kondisi-kondisi atau syarat-syarat personel maupun material yang diperlukan untuk
terciptanya situasi belajar-mengajar yang efektif. Pekerjaan supervisi bukanlah pekerjaan
inspeksi, melainkan memberikan dorongan dan bantuan, karena guru memerlukan
bantuan langsung dari ahlinya untuk memperbaiki pembelajaran . Dalam pelaksanaan
supervisi menurut Freire dalam Sagala (2007) adalah evaluasi, bukan inspeksi, karena
kalau inspeksi pendidik hanya menjadi objek pengamatan pejabat. Sedangkan evaluasi,
setiap orang adalah subjek yang bekerjasama dengan para supervisor dalam melakukan
kritik dan menjaga gerak dengan kerja mereka. Sebagaimana dikemukakan Nerney dalam
Sagala (2007)
Supervisi adalah prosedur memberi arah serta mengadakan penilaian secara kritis
terhadap proses pembelajaran . Tujuan akhir dari supervisi harus memberi pelayanan
yang lebih baik kepada semua murid. Sejalan dengan hal itu Wiles (1955) dalam Sagala
(2007) menyatakan bahwa supervisi adalah bantuan dalam perkembangan belajar
mengajar yang baik.

C. Tujuan
Tujuan supervisi adalah Memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung
sehingga dengan bantuan tersebut bawahan akan memiliki bekal yang cukup untuk dapat
melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik (Suarli, 2009).

D. Proses Supervisi
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-
masing staf perawat pelaksana yang disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan
keperawatan yang dilaksanakan. Supervisi keperawatan dilaksanakan oleh personil atau
bagian yang bertangguung jawab antara lain (Suyanto,2008):
1) Kepala ruangan
Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan
yang diberikan pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya. Kepala
ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan asuhan
keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung disesuaikan dengan
metode penugasan yang diterapkan di ruang perawatan tersebut. Sebagai
contoh ruang perawatan yang menerapkan metode TIM, maka kepala ruangan
dapat melakukan supervisi secara tidak langsung melalui ketua tim masing-
masing (Suarli dan Bahtiar , 2009).
2) Pengawas perawatan (supervisor)
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit
pelaksana fungisional (UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung jawab
mengawasi jalannya pelayanan keperawatan.
3) Kepala bidang keperawatan
Sebagai top manager dalam keperawatan, kepala bidang keperawatan,
kepala bidang keperawatan bertanggung jawab melakukan supervisi baik
secara langsung atau tidak langsung melalui para pengawas keperawatan.
Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang aman dan nyaman,
efektif dan efesien. Oleh karena itu tugas dari seorang supervisor adalah
mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan terutama pegawai baru,
melatih staf dan pelaksana staf keperawatan, memberikan pengarahan dalam
pelaksanaan tugas agar menyadari, mengerti terhadap peran, fungsi sebagai
staf dan pelaksana asuhan keperawatan, memberikan pelayanan bimbingan
pada pelaksana keperawatan dalam memberikan asuahan keperawatan

E. Teknik-Teknik Supervisi
Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber yang
dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan seorang manajer keperawatan dapat
menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan asuahan keperawatan.
Melalui kegiatan supervisi seharusnya kualitas dan mutu pelayanan keperawatan menjadi
fokus dan menjadi tujuan utama, bukan malah menyibukkan diri mencari kesalahan atau
penyimpangan (Arwani, 2006).Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi
langsung dan tak langsung Teknik Supervisi secara langsung
Supervisi yang dilakukan pada saat kegiatan sedang berlangsung. Supervisor
terlibat dalam kegiatan secara langsung agar proses pengarahan dan pemberian petunjuk
tidak dirasakan sebagai suatu “perintah” Bittel, 1987 (dalam Wiyana, 2008). Cara
memberikan supervisi efektif adalah :
1) pengarahan harus lengkap dan mudah dipahami;
2) menggunakan kata-kata yang tepat;
3) berbicara dengan jelas dan lambat;
4) berikan arahan yang logis;
5) Hindari banyak memberikan arahan pada satu waktu;
6) pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami;
Pastikan bahwa arahan yang diberikan dilaksanakn atau perlu tindak lanjut
Supervisi lansung dilakukan pada saat perawat sedang melaksanakan pengisian formulir
dokumentasi asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan pada kinerja pendokumentasian
dengan mendampingi perawat dalam pengisian setiap komponen dalam proses
keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Wiyana, 2008):
a) Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa pendokumentasiannya akan
disupervisi.
b) Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan pendokumentasian.
Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara langsung dihadapan perawat yang
mendokumentasikan.
c) Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan keperawatan pakai
yaitu menggunakan form A. Depkes 2005
d) Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang disupervisi
komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang sedang menjalankan pencacatan
dokumentasi asuhan keperawatan
e) Mencatat gasi supervise dan menyimpan dalam dokumentasi supervise

Teknik Supervisi secara tidak langsung


Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui laporan baik
tertulis maupun lisan. Kepala ruangan tidak melihat langsung apa yang terjadi di
lapangan sehingga memungkinkan terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat
diberikan secara tertulis (Bittel 1987 dalam Wiyana 2008).

Langkah-langkah Supervisi tak langsung.

a) Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil dokumentasi pada buku
rekam medik perawat.
b) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
c) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi asuhan
keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari Depkes.
d) Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan memberikan tanda bila
ada yang masih kurang dan berikan cacatan tertulis pada perawat yang
mendokumentasikan.
e) Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau sesuai standar

Untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua hal yang perlu diperhatikan
(Suarli & Bachtiar, 2009):
1. Pengamatan langsung
Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu ada
beberapa hal lain yang harus diperhatikan.

a. Sasaran pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat


menimbulkan kebingungan, karena pelaksana supervisi dapat terperangkap
pada sesuatu yang bersifat detail. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini,
maka pada pengamatan langsung perlu ditetapkan sasaran pengamatan, yakni
hanya ditujukan pada sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja (selective
supervision).
b. Objektivitas pengamatan langsung yang tidak terstandardisasi dapat
menggangu objektivitas. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka
pengamatan langsung perlu dibantu dengan dengan suatu daftar isi yang telah
dipersiapkan. Daftar tersebut dipersiapkan untuk setiap pengamatan secara
lengkap dan apa adanya.
c. Pendekatan pengamatan. Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai
dampak dan kesan negatif, misalnya rasa takut dan tidak senang, atau kesan
menggangagu kelancaran pekerjaan. Untuk mengecek keadaan ini pengamatan
langsung harus dilakukan sedemikian rupa sehingga berbagai dampak atau
kesan negatif tersebut tidak sampai muncul. Sangat dianjurkan pengamatan
tersebut dapat dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan menunjukkan
kekuasaan atau otoritas.

2. Kerja sama

Agar komunonikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul, pelaksana
supervisi dan yang disupervisi perlu bekerja sama dalam penyelesaian masalah,
sehingga prinsip-prinsip kerja sama kelompok dapat diterapkan. Masalah,
penyebab masalah serta upaya alternatif penyelesaian masalah harus dibahas
secara bersama-sama. Kemudian upaya penyelesaian masalah tersebut
dilaksanakan secara bersama-sama pula.
BAB II

TIMBANG TERIMA PASIEN

A. Pengertian
Menurut Nursalam (2011) definisi timbang terima adalah suatu cara
dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan
sebelum pergantian dinas. Selain laporan antar dinas, dapat disampaikan juga
informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum
dilaksanakan. Timbang terima merupakan sistem kompleks yang didasarkan
pada perkembangan sosio-teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki perawat
dalam berkomunikasi. Timbang terima dinas berperan penting dalam menjaga
kesinambungan layanan keperawatan selama 24 jam (Kerr, 2002). Menurut
Australian Medical Association/AMA (2006), timbang terima merupakan
pengalihan tanggung jawab profesional dan akuntabilitas untuk beberapa atau
semua aspek perawatan pasien, atau kelompok pasien, kepada orang lain atau
kelompok profesional secara sementara atau permanen. Timbang terima
merupakan komunikasi yang terjadi pada saat perawat melakukan pergantian
dinas, dan memiliki tujuan yang spesifik yaitu mengomunikasikan informasi
tentang keadaan pasien pada asuhan keperawatan sebelumnya

B. Tujuan Timbang Terima Pasien


Menurut Australian Health Care and Hospitals Association/ AHHA
(2009) tujuan timbang terima adalah untuk mengidentifikasi, mengembangkan
dan meningkatkan timbang terima klinis dalam berbagai pengaturan kesehatan.
Menurut Nursalam (2011) tujuan dilaksanakan timbang terima adalah: 1.
Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum. 2. Menyampaikan
hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya.

C. Langkah-Langkah Dalam Timbang Terima


Menurut Nursalam (2011) langkah-langkah dalam pelaksanaan
timbang terima adalah:
1. Kedua kelompok dinas dalam keadaan sudah siap.
2. Dinas yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan
hal-hal apa yang akan disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab dinas yang
selanjutnya meliputi:
a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum.
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima timbang terima.
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima timbang terima.
d. Penyampaian timbang terima harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru.
e. Perawat primer dan anggota kedua dinas bersama-sama secara
langsung melihat keadaan pasien.

D. Prosedur Dalam Timbang Terima

Nursalam (2011) menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu


diperhatikan dalam prosedur timbang terima pasien, yaitu:

1. Persiapan

a. Kedua kelompok yang akan melakukan timbang terima sudah


dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang akan bertugas atau yang akan melanjutkan
dinas sebaiknya menyiapkan buku catatan.

2. Pelaksanaan

a. Timbang terima dilaksanakan pada setiap pergantian dinas.


b. Di nurse station (ruang perawat) hendaknya perawat berdiskusi
untuk melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara
komprehensif halhal yang berkaitan tentang masalah
keperawatan pasien, rencana tindakan yang sudah ada namun
belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu
dibicarakan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian
diberikan kepada perawat jaga berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima
adalah:

1) Identitas pasien dan diagnosis medis.

2) Masalah keperawatan yang mungkin masih muncul.

3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.

4) Intervensi kolaboratif dan dependensi. Universitas Sumatera Utara

5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan


selanjutnya, diantaranya operasi, pemeriksaan laboratorium, atau pemeriksaan
penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak
dilaksanakan secara rutin.

6) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya


jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang dilakukan pada saat
timbang terima dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.
7) Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas.

8) Lamanya waktu timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan
terperinci.

9) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat primer. Menurut Yasir (2009) saat pelaksanaan timbang
terima juga dapat:

a. Menggunakan tape recorder. Melakukan perekaman data tentang pasien


kemudian diperdengarkan kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang.
Metode itu berupa one way communication atau komunikasi satu arah.
b. Menggunakan komunikasi oral atau spoken atau melakukan pertukaran
informasi dengan berdiskus

E. Metode Timbang Terima

1. Timbang terima dengan metode tradisional

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di


sebutkan bahwa timbang terima jaga (handover) yang masih tradisional adalah

a. Dilakukan hanya di meja perawat.


b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnya
pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara
umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses
informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to date.
DAFTAR PUSTAKA

Arwani & Heru Supriyatno. 2006. Manajemen Bangsal keperawatan. Jakarta: EGC

Cohen L. Elaine, Toni G. Cesta. 2005. Nursing Case Management From Essentials to Advanced
Practice Applications 4th edition. Missouri: Elsevier Mosby

Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional (Edisi2). Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. 2014. Manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktik keperawatan


professional (edisi 4). Jakarta: salemba medika

Nursalam, (2002).Manajemen Keperawatan:Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional.
Salemba Medika. Jakarta.

PSIK, (2003).Buku Panduan Manajemen Keperawatan : Program Pendidikan Ners. Surabaya.


(2003). KumpulanMateri Kuliah Manajemen Keperawatan :Disampaikan Pada Perkuliahan PSIK
FK Unair (tidak dipublikasikan).

Suarli dan Bahtiar. 2009. Manajemen keperawatan. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai