Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memang sulit untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan segar, kebanyakan
orang bilang Sehat Itu Mahal, tetapi benarkah tentang fakta itu, tapi menurut
pendapat para Ilmu Kesehatan Dunia (WHO) , memang sehat itu mahal, karena
kita harus memakan- makanan yang penuh dengan gizi, akan kaya protein, zat
besi, dan lain-lain. Sementara itu kita harus membeli makanan itu dengan harga
yang cukup mahal, apa lagi harga sayur-mayur, susu, beras, lauk pauk, dll,
mungkin sedang melonjak harganya di pasar-pasar tradisional.
Untuk itu hiduplah dengan jaga kesahatan anda karena itu sangat penting
bagi anda dan keluarga anda.
Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan
bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti
kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi secara normal, maka
seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraannya dalam kondisi sehat.
Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman.
Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut
hasil pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien
berfungsi secara normal.
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal
karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya
terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan
pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain.
Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedok-teran, dan lain-lain
bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep
sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit
merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan
manusia beradap-tasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun
sosial budaya.
 
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi sehat ?
2. Bagaimanaa definisi sakit ?
3. Bagaimana factor yang mempengaruhi status kesehatan ?
4. Bagaimana mengetahui perkembangan penyakit ?
5. Bagaimana perilaku sakit ?
 

C. Tujuan Pembuatan Makalah


1. Untuk mengetahui definisi sehat
2. Untuk mengetahui definisi sakit
3. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi status kesehatan
4. Untuk mengetahui perkembangan penyakit
5. Untuk mengetahui perilaku sakit
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Sehat
Sehat adalah kondisi normal yang merupakan hak hidupnya. Sehat
berhubungan dengan hukum alam yang mengatur tubuh , jiwa dan lingkungan
berupa udara segar, sinar matahari, diet seimbang, bekerja, istirahat, tidur, santai,
kebersihan serta pikiran, kebiasaan dan gaya hidup yang baik.
Sehat diartikan sebagai kondisi yang normal dan alami. Sehat sendiri
bersifat dinamis yang statusnya terus menerus berubah. Kesehatan memengaruhi
tingkat fungsi seseorang, baik dari segi fisiologis, psikologis, dan dimensi
sosiokultural. Keadaan sehat/normal merupakan hal yang sulit didefinisikan.
Setiap orang atau kelompok memiliki pemahaman yang berbeda mengenai hal
tersebut. Meski rumit dan bervariasi, suatu keadaan bisa dikatakan normal/sehat
setelah memenuhi parameter tertentu. Selanjutnya, konsep umum tentang keadaan
normal/sehat akan menggunakan nilai rata-rata parameter tersebut sebagai
acuannya. Nilai rata-rata tersebut dikenal dengan istilah nilai normal. Sebagai
contoh, kadar natrium normal pada orang dewasa adalah 136-145 mmol/l. Secara
umum, ada beberapa definisi sehat yang dapat dijadikan sebagai acuan.
1. Menurut WHO. Sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna, baik
fisik, mental, dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.
“Health is a state of complete physical, mental and social well-being and not
merely the absence of diseases or infirmity.”
Menurut WHO, ada tiga komponen penting yang merupakan satu kesatuan
dalam definisi sehat yaitu :
a. Sehat jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya,
berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar,
rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau,
selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi
berjalan normal.
b. Sehat mental
Sehat mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam
pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat” (Men
Sana In Corpore Sano)
c. Kesejahteraan sosial
Kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman,
damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan.
d. Sehat spiritual
Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO
dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap
individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan
untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan music, siraman rohani seperti
ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis
dan tidak monoton.
Keempat komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau disebut sebagai “
Positive Health” karena lebih realistis dibandingkan dengan definisi WHO
yang hanya bersifat idealistic semata-mata.
2. Menurut Parson. Sehat adalah kemampuan optimal individu untuk
menjalankan peran dan tugasnya secara efektif.
3. Menurut Undang-Undang Kesehatan RI No. 23 Tahun 1992. Sehat adalah
keadaan sejahtera tubuh, jiwa, sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosil dan ekonomi.
B. Kesehatan Reproduksi
1. Pengertian Kesehatan Reproduksi

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU No.
23 Tahun 1992).
Definisi ini sesuai dengan WHO, kesehatan tidak hanya berkaitan dengan
kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental dan sosial, ditambahkan lagi (sejak
deklarasi Alma Ata-WHO dan UNICEF) dengan syarat baru, yaitu: sehingga
setiap orang akan mampu hidup produktif, baik secara ekonomis maupun sosial.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan
sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam
segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta
proses-prosesnya.
Kesehatan reproduksi berarti bahwa orang dapat mempunyai kehidupan
seks yang memuaskan dan aman, dan mereka memiliki kemampuan untuk
bereproduksi dan kebebasan untuk menentukan keinginannya, kapan dan
frekuensinya.
2. Hak yang Terkait Dengan Kesehatan Reproduksi

Membicarakah kesehatan reproduksi tidak terpisahkan dengan soal hak


reproduksi, kesehatan seksual dan hak seksual. Hak reproduksi adalah bagian dari
hak asasi yang meliputi hak setiap pasangan dan individual untuk memutuskan
secara bebas dan bertanggung jawab jumlah, jarak, dan waktu kelahiran anak,
serta untuk memiliki informasi dan cara untuk melakukannya.

a. Kesehatan Seksual
Kesehatan seksual yaitu suatu keadaan agar tercapai kesehatan reproduksi
yang mensyaratkan bahwa kehidupan seks seseorang itu harus dapat dilakaukan
secara memuaskan dan sehat dalam arti terbebas dari penyakit dan gangguan
lainnya. Terkait dengan ini adalah hak seksual, yakni bagian dari hak asasi
manusia untuk memutuskan secara bebas dan bertanggungjawab terhadap semua
hal yang berhubungan dengan seksualitas, termasuk kesehatan seksual dan
reproduksi, bebas dari paksaan, diskriminasi dan kekerasan.

Prinsip Dasar Kesehatan Dalam Hak Seksual dan Reproduksi


1). Bodily integrity, hak atas tubuh sendiri, tidak hanya terbebas dari siksaan dan
kejahatan fisik, juga untuk menikmati potensi tubuh mereka bagi kesehatan,
kelahiran dan kenikmatan seks aman.
2). Personhood, mengacu pada hak wanita untuk diperlakukan sebagai aktor dan
pengambilan keputusan dalam masalah seksual dan reproduksi dan sebagai
subyek dalam kebijakan terkait.
3). Equality, persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dan antar perempuan
itu sendiri, bukan hanya dalam hal menghentikan diskriminasi gender, ras, dan
kelas melainkan juga menjamin adanya keadilan sosial dan kondisi yang
menguntungkan bagi perempuan, misalnya akses terhadap pelayanan kesehatan
reproduksi.
4). Diversity, penghargaan terhadap tata nilai, kebutuhan, dan prioritas yang
dimiliki oleh para wanita dan yang didefinisikan sendiri oleh wanita sesuai
dengan keberadaannya sebagai pribadi dan anggota masyarakat tertentu.
5). Ruang lingkup kesehatan reproduksi sangat luas yang mengacakup berbagai
aspek, tidak hanya aspek biologis dan permasalahannya bukan hanya bersifat
klinis, akan tetapi non klinis dan memasuki aspek ekonomi, politik, dan sosial-
budaya. Oleh karena aitu diintroduksi pendekatan interdisipliner (meminjam
pendekatan psikologi, antropologi, sosiologi, ilmu kebijakan, hukum dan
sebagainya) dan ingin dipadukan secara integratif sebagai pendekatan
transdisiplin.
3. Penyabab Tidak Sehatnya Organ Reproduksi
a. Aktivitas Seksual yang tidak sehat
Aktivitas seksual yang tiak sehat akan menyebabkan organ reproduksi
terganggu dan tidak sehat, contohnya seperti :
Terkena Penyakit Menular Seksual (PMS), seperti :
1) HIV atau AIDS
2) Kencing Nanah
3) Sipilis
4) Gonore
5) Raja Singa
6) Herpes
7) Herspes Genital
8) Hernia/Turun Berok
9) Klamidia, dan masih banyak lagi.
4. Mengkonsumsi asupan makanan yang tidak sehat
Mengkonsumsi asupan makanan yang tidak sehat juga menjadisalah satu
faktor tidak sehatnya organ reproduksi. Contohnya seperti, Merokok dan
Minuman Beralkohol dan masih banyak lagi. Asupan seperti itu akan
mempengaruhi kesehatan organ reproduksi, seperti :
a) Impotensi
b) Ejakulasi Dini
c) Difungsi Ereksi
d) Difungsi Seksual
e) Lemah Syahwat
f) Masalah Kesuburan

Cara Merawat dan Menjaga Kesehatan Organ Reproduksi dengan Cara


Hidup Sehat
Cara merawat dan menjaga kesehatan organ reproduksi dengan cara hidup
sehat adalah cara paling tepat, dimana cara atau pola hidup sehat akan menuntut
anda untuk terbiasa melakukan hal-hal yang menyehatkan dan bermanfaat bagi
kesehatan. Beberapa contoh cara hidup sehat :
1. Mengkonsumsi Makanan yang Sehat
Makanan yang sehat merupakan faktor tubuh sehat. karena makana merupakan
faktor utama yang mempengaruhi tubuh kita. Dimana setiap makanan yang kita
makan akan berpengaruh besar pada tubuh kita. Makanan yang sehat mengandung
banyak gizi yang baik bagi kesehatan tubuh.
2. Memilih-Milih atau tidak Makan Makanan Sembarangan
Memilih-milih atau tidak memakan makanan sembarangan itu juga sangat baik
untuk dilakukan. Berhati-hatilah dalam memilih asupan makanan. Karena di era
modern ini banyak sekali makanan yang disajikan secara tidak sehat oleh lpara
pedagang nakal. Banyak makanan dan minuman yang dicampurkan denga bahan
kimia yang merugikan bagi tubuh.  Maka pilihlah tempat makan atau makanan
yang benar-benar aman dan sudah terpercaya.
3. Merawat Diri
Merawat diri merupakan faktor paling penting bagi kesehatan dan juga kecantikan
tubuh kita terutama bagi kaum wanita yang umumnya suka sekali mempercantik
diri. Namun kebanyakan orang hanya merawat diri bagian yang nampak terlihat
saja, seperti wajah, rambut mata. hidung, tangan dan kaki. Banyak dari mereka
yang tidak menyadari akan pentingnya kesehatan orang intim atau organ
reproduksinya.

Berikut adalah Cara Merawat dan Menjaga Kesehatan Organ Reproduksi.


1. Rajinlah membersihkan organ reproduksi kita, terutama apabila telah
buang air kecil atau buang air besar. Bersihkanlah dan bilaslah dengan air, apabila
Anda membersihkan dengan tissue bersihkan bilas kembali dengan air. Tissue
memeang akan menyerap air yang keluar tetapi tissue tidak dapat membersihkan
bakteri yang menempel pada organ vital kita. Khusus untuk wanita, bersihkanlah
Ms.V Anda dengan cara dari arah depan ke belakang. Kebanyakan wanita
membersihkan dengan cara yang salah yaitu dari arah belakang ke depan, hal itu
justru akan membawa bakteri dari anus ke Ms.V Anda. Maka lakukanlah dengan
baik.
2. Gunakan Air yang Mengalir seperti dari kran. Menggunakan air yang
mengalir akan membuat bakteri yang ada ikut terbuang bersamaan dengan air
tersebut.
3. Gantilah Celana dalam Anda dengan celana dalam yang benar-benar
bersih minimal 2x sehari. Mengganti celana dalam secara rutin dengan celana
dalam yang bersih akan menghidarkan lebih banyak bakteri pada organ vital kita.
4. Hindari penggunaan celana dalam yang terlalu ketat. Karena jika terlalu
ketat akan telalu menekan dan menyebabkan tidak lancarnya peredaran darah.
5. Hindari hubungan intim pada saat haid. Karena dalam darah haid
mengandung banyak bakteri sehingga nantinya akan  menyebabkan penyakit.
6. Hindari penggunaan parfum yang berlebih. Karena kebanyakan parfum
mengandung bahan kimia yang tidak baik bagi kesehatan. Apalagi organ vital
kita  yang sangat sensitif.
7. Gunakan pembalut yang benar-benar higienis, pilihlah pembalut yang
terpercaya. gantilah pembalut secara rutin agar bakteri tidak bersarang pada organ
intim.
8. Rajinlah mencukur dan membersihkan rambut organ intim secara rutin,
minimalnya 40 hari sekali. Karena jika dibiarkan terlalu lebat bakteri akan
bersarang pada celah celah rambut.
9. Jaga kelebapan suhu oragan intim, karena jika terlalu lembab atau suhunya
terlalu tinggi akan menyebabkan organ intim tidak sehat.

C. Kesehatan Ibu dan Anak


Hal-hal yang dapat mengganggu kesehatan ibu dan anak yaitu:
1. Asap Rokok Bukan hanya merokok langsung secara aktif, perokok pasif
atau terhirup asap rokok di lingkungan bagi ibu hamil bisa berdampak buruk.
Paparan asap rokok pada ibu hamil dengan lingkungan yang penuh asap rokok
beresiko akibatkan asma dan gangguan pernafasan pada anak-anak. Penelitian lain
pada anak yang terlahir dari ibu yang terpapar asap rokok selama masa kehamilan
berisiko dua kali lebih tinggi mengalami gangguan perhatian dan cenderung
agresif ketika mencapai usia lima tahun. Pwnelitian lain menyatakan bahwa
merokok merupakan penyebab nomer satu dalam lahirnya bayi dengan kondisi
buruk, seperti lahir prematur, bayi yang lahir terlalu kecil pertumbuhan terlambat,
kerusakan organ tubu yang paling parah adalah kegagalan janin atau kematian.
Jika bayi yang terkontaminasi zat kimia rokok berhasil lahir, maka akan terjadi
kelainan dalam perkembangan tubuh dalam hal berat serta ukuran, organ tubuh
seperti paru-paru yang tidak berfungsi secara optimal serta fungsi otak yang
terbelakang. Asap rokok ini mengandung berbagai macam bahan kimia yang
berbahaya, lebih dari sekitar empat ribu diantaranya sianida, nikotin, karbon
monoksida serta 60 buah senyawa penyebab kanker. Jika seorang ibu hamil
merokok, maka semua zat-zat kimia tersebut akan mengalir dalam darah dan
sampai ke janin. Sementara dari empat ribu bahan kimia itu tidak ada satu pun
yang baik bagi bayi, maka yang terjadi adalah bayi akan terkontaminasi zat kimia
berbahaya bahkan sebelum ia tumbuh. Nikotin serta karbon monoksida bisa
berakibat gangguan janin karena dapat mengurangi pasokan oksigen lewat tali
pusat. Nikotin berkerja seperti kolesterol yang menyebabkab penyempitan
pembuluh darah ibu hamil dan menyumbat aliran oksigen di seluruh pembuluh
darah termasuk tali pusat. Keadaan akan semakin memburuk karena sel-sel darah
merah yang membawa oksigen pada akhirnya juga bisa membawa molekul karbon
monoksida dan menyalurkannya ke janin.
2. Flu Berkepanjangan Risiko skizofrenia atau gangguan jiwa tiga kali lipat
saat ibu sakit flu selama paruh pertama kehamilan dan meningkat tujuh kali lipat
jika paparan terjadi pada trimester pertama. Risiko secara keseluruhan adalah
kecil, namun. Temuan menunjukkan bahwa sekitar 97% anak lahir dari ibu yang
terserang flu saat hamil beresiko skizofrenia. Meskipun peneliti tidak tahu
mekanisme kerja, diduga antibodi yang dikeluarkan oleh sistem kekebalan tubuh
ibu dapat mempengaruhi perkembangan otak. Tapi efek langsung dari virus flu
juga masih diteliti. Selain itu penemuan mengejutkan lain menunjukkan bahwa
sebuah studi longitudinal 1.959 bayi yang lahir pada minggu pertama Maret 1958
untuk ibu yang dilaporkan memiliki mengalami influenza selama kehamilan
mengungkapkan insiden kanker sebesar 4,1 per 1.000 dibandingkan dengan hanya
0,8 per 1.000 antara 14.791 bayi dari ibu yang tidak mengalami influenza.
Ternyata flu saat hamil jangan diremehkan. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa ibu hamil yang mengalami flu beresiko cacat janin, kanker dan
Skizofrenia. Sebuah tim dari California Institute of Technology peneliti telah
menemukan sebuah link yang tak terduga menghubungkan skizofrenia dan
autisme pada saat kehamilan Sebuah tim dari California Institute of Technology
peneliti telah menemukan sebuah link yang tak terduga menghubungkan
skizofrenia dan autisme pada saat kehamilan. Efek teratogenik diduga bukan
langsung dari virus influenza diduga reaksi autoimunitas dari tubuh yang
berpengaruh terhadap janin. Prevalensi prevalensi lebih tinggi dari CA
ditunjukkan di atas dapat dijelaskan terutama oleh demam, karena risiko ini
berkurang penggunaan obat antifever. Suplementasi asam folat Periconceptional
juga menunjukkan beberapa efek pencegahan untuk ini CA.
3. Kekurangan Asam FolatKonsumsi asam folat yang cukup saat
kehamilan merupakan kunci perkembangan dan metabolisme sel pada awal
terjadinya pembuahan. Kekurangan asam folat akan menyebabkan bayi menderita
spina bifida dan kecacatan lainnya. Asam folat juga diketahui sebagai koenzim
untuk produksi DNA serta meningkatkan replikasi sel. Asam folat sangat
dibutuhkan justru pada saat kehamilan belum disadari, yakni pada minggu kedua
sampai keempat pertumbuhan janin. Seorang perempuan usia produktif
membutuhkan asam folat 400 mikrogram setiap harinya. Kita bisa
mendapatkannya dari sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan, buah-buahan
seperti lemon, pisang, dan melon, serta produk makanan yang sudah difortifikasi.
4. Infeksi TORCH TORCH adalah istilah yang mengacu kepada infeksi
yang disebabkan oleh (Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan
Herpes simplex virus II (HSV-II) dalam wanita hamil. Infeksi TORCH ini sering
menimbulkan berbagai masalah kesuburan (fertilitas) baik pada wanita maupun
pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan. Infeksi TORCH bersama
dengan paparan radiasi dan obat-obatan teratogenik dapat mengakibatkan
kerusakan pada embrio. Beberapa kecacatan janin yang bisa timbul akibat
TORCH yang menyerang wanita hamil antara lain kelainan pada saraf, mata,
kelainan pada otak, paru-paru, mata, telinga, terganggunya fungsi motorik,
hidrosepalus, dan lain sebagainya.
5. Konsumsi antidepresan Padahal berdasarkan review terhadap sejumlah
studi diketahui jika konsumsi antidepresan selama hamil akan memberikan efek
jangka panjang terhadap janin. Lebih dari 13 persen wanita mengonsumsi
antidepresan saat hamil. Penelitianlain juga menemukan mengonsumsi salah satu
jenis antidepresan yaitu selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) ketika hamil
dikaitkan dengan tingginya risiko keguguran, lahir cacat, persalinan prematur dan
gangguan perilaku pada bayi, termasuk autisme. Padahal 3 persen wanita yang
mengonsumsi antidepresan selama hamil dilaporkan menggunakan SSRI.
Antidepresan memang memberikan manfaat nyata bagi wanita dengan gangguan
kesehatan mental, sebaiknya mereka konsumsi sebelum memutuskan untuk hamil.
6. Kekuarangan Yodium Defisiensi atau kekurangan yodium saat
kehamilan dapat melahirkan kretine endemik serta gangguan kognitif dan
psikomotorik yang bersifat menetap. Namun kerusakan ini dapat dicegah hanya
dengan memberikan masukanyodium yang cukup pada menu makanan sehari-hari
selama kehamilan. Kretin endemic merupakan bentuk kerusakan otak derajat berat
[major brain damage] akibat defisiensi yodium selama kehamilan. Manifestasi
klinik secara klasik adalah kretin nervosa, miksedematosa atau campuran
keduanya. Patogenisnya adalah akibat hipotiroidisme maternal dan fetal yang
mempengaruhi perkembangan otak janin. Namun kretin endemic bukanlah
fenomena yang all or one. Manifestasi klinik bentuk yang ringan [minimal brain
damage] disebut subkretin, walaupun istilah ini belum secara luas digunakan.
Gangguan perkembangan yang timbul meliputi bidang neuro-intelektual, yaitu
kapasitas mental subnormal, gangguan psikomotorik dan gangguan pendengaran
subklinik. Makin ringan defisiensi yodium makin ringan pula gangguan yang
timbul, namun semuanya ireversibel. Karena pentingnya peran yodium serat
hormon tiroid pada perkembangan otak, maka program penanggulangan GAKY
[gangguan akibat kekurangan yodium] perlu mengupayakan kecukupan yodium
khususnya pada kelompok resiko tinggi termasuk ibu hamil. Untuk itu cara yang
paling aman bagi perkembangan otak adalah bila yodium diberikan pada wanita
sebelum hamil atau wanita usia subur. Defisiensi yodium diproyeksikan akan
selalu menjadi masalah kesehatan. Bidang ini merupakan bidang ilmu yang sangat
menarik karena melibatkan banyak bidang ilmu kedokteran. Sedang di bidang
ilmu penyakit saraf, defisiensi yodium menyangkut bidang neurologi
perkembangan, neurolgy perilaku dan neurology sosial.
7. Kekurangan Vitamin D Rendahnya kadar 'vitamin sinar matahari' selama
hamil akan menyebabkan gangguan kesehatan, baik pada sang ibu maupun si
anak. Sebuah kajian terhadap 30 penelitian mengungkapkan rendahnya kadar
vitamin D dalam tubuh seorang ibu dikaitkan dengan tingginya risiko diabetes
gestasional, pre-eclampsia dan berat lahir yang rendah. Vitamin D berpengaruh
sangat positif bagi ibu hamil dan calon bayinya. Selain fungsinya untuk
mendukung pertumbuhan tulang, bayi yang lahir dari ibu yang cukup
mengonsumsi vitamin D selama hamil cenderung lebih cerdas. Demikian
kesimpulan penelitian di Spanyol yang melibatkan 2000 ibu dan bayi mereka.
Kekurangan vitamin D diketahui terkait dengan perkembangan mental dan
kemampuan gerak bayi. Kelompok wanita yang terancam defisiensi vitamin D
pada umumnya adalah mereka yang kegemukan atau obesitas, berasal dari sosial
ekonomi rendah, dan wanita yang kulitnya lebih gelap. Faktor geografi juga
berpengaruh, mereka yang jarang terpapar sinar matahari juga memiliki level
vitamin D lebih rendah.
8. Paparan polusi udara Polusi udara yang disebabkan oleh lalu lintas,
industri hingga debu selama masa kehamilan akan meningkatkan risiko berat lahir
bayi rendah. Ada dua jenis polusi kendaraan bermotor yang berdampak pada
pertumbuhan janin, yaitu partikel hitam dan nitrogen dioksida. Dua jenis polusi
itu bisa masuk paru-paru dan mengganggu fungsi organ itu. Hasil studi di AS
yang dipublikasikan dalam Jurnal Epidemiologi dan Kesehatan Komunitas
sebagaimana dikutip situs BBC menyebutkan, tingginya paparan polusi dari asap
kendaraan bermotor pada ibu pada awal dan akhir kehamilan bisa menyebabkan
janin tidak tumbuh baik sehingga bayi lahir dengan berat badan rendah. Namun
penelitian terbaru menemukan bahwa penambahan asupan buah dan sayuran
selama masa kehamilan dapat membantu melindungi janin dari efek polusi.
9. Kegemukan Pada Kehamilan Berat badan sebelum hamil atau obesitas
yang terjadi saat hamil (maternal obesity) meningkatkan risiko seorang wanita
untuk terserang diabetes gestasional atau menjalani persalinan prematur, termasuk
memberikan risiko obesitas dan diabetes pada si anak. Sebuah studi terbaru juga
telah mengaitkan antara berat badan wanita pra-kehamilan dengan risiko asma
pada anaknya. Menurut penelitian tahun 2013 terdapat 12 persen dari 1.100 anak
yang terlahir dari ibu yang obesitas akan sering mengalami asma pada usia 14
bulan dibandingkan bayi yang terlahir dari ibu dengan berat badan normal (empat
persen). Pencegahan dengan olahraga rutin dengan jalan kaki setidaknya selama
20 menit, empat kali seminggu.
10. Diet Kafein Asupan kafein ibu yang tinggi selama masa kehamilan dapat
membahayakan janin, tapi seberapa banyak kafein yang dianggap berbahaya itu
masih diperdebatkan hingga kini. American College of Obstetricians and
Gynecologists pun merekomendasikan agar wanita hamil membatasi asupan
kafeinnya sebanyak 200 milligram perhari atau sama dengan dua cangkir kopi
atau jangan lebih dari 6 ons perhari. Penelitian lain mengungkapkan asupan kafein
yang terlalu sedikit juga erat kaitannya dengan peningkatan risiko bayi lahir
dengan berat badan lebih kecil dari bayi normal. Beberapa penelitian juga
menunjukkan peningkatan resiko keguguran pada wanita yang mengkonsumsi
lebih dari 300 mg kafein per hari. Banyak penelitian yang dilakukan pada hewan
menyatakan kafein dapat menyebabkan cacat lahir, berkurangnya kesuburan, dan
masalah reproduksi lainnya.

Pencegahan
Untuk mencegah hal tersebut di atas ibu hamil sangat disarankan
melakukan pemeriksaan kehamilan atau ante natal care (ANC) sangat disarankan
bagi para ibu hamil untuk memonitor kesehatan ibu dan janin dalam kandungan.
Pemeriksaan kehamilan adalah serangkaian pemeriksaan yang dilakukan secara
berkala dari awal kehamilan hingga proses persalinan untuk memonitor kesehatan
ibu dan janin agar tercapai kehamilan yang optimal.
WHO menyarankan agar melakukan pemeriksaan kehamilan setiap 4
minggu sekali dari saat pemeriksaan kehamilan pertama kali hingga usia
kehamilan 28 minggu, setiap 2 minggu sekali dari usia kehamilan 28-36 minggu
dan setiap satu minggu sekali dari usia kehamilan 36 minggu hingga waktunya
melahirkan.

Pemeriksaan kehamilan minimal dilakukan sebanyak 4 kali yaitu :


1. Pemeriksaan kehamilan pertama yaitu pemeriksaan kehamilan saat usia
kehamilan antara 0-3 bulan. Memang biasanya ibu tidak menyadari kehamilan
saat awal masa kehamilan, tetapi sangat diharapkan agar kunjungan pertama
kehamilan dilakukan sebelum usia kehamilan < 12 minggu. Pemeriksaan
kehamilan ini cukup dilakukan sekali dan mungkin berlangsung 30-40 menit.
2. Pemeriksaan kehamilan kedua yaitu pemeriksaan kehamilan saat usia
kehamilan antara 4-6 bulan. Biasanya kunjungan kehamilan dilakukan sebelum
usia kehamilan mencapai 26 minggu. Pemeriksaan ini mungkin berlangsung 20
menit saja.
3. Pemeriksaan kehamilan ketiga yang dilakukan saat usia kehamilan
mencapai 32 minggu.
4. Pemeriksaan kehamilan keempat. Ini merupakan pemeriksaan kehamilan
terakhir dan dilakukan pada usia kehamilan antara 32-36 minggu
D. Definisi Sakit
Sakit adalah keadaan tidak normal/sehat. Secara sederhana, sakit atau
dapat pula disebut penyakit merupakan suatu bentuk kehidupan atau keadaan
diluar batas normal. Tolak ukur yang paling mudah untuk menentukan kondisi
sakit/penyakit adalah jika terjadi perubahan dari nilai rata-rata normal yang telah
ditetapkan. Sebagai contoh, bunyi paru dalam keadaan normal biasanya adalah
bronko vesicular. Jika terdengar bunyi mengi, bisa dikatakan bahwa individu
tersebut menderita sakit. Keadaan sakit/penyakit sendiri merupakan hal yang sulit
untuk didefinisikan secara pasti. Akan tetapi, ada beberapa definisi mengenai
sakit/penyakit yang dapat dijadikan acuan.
1. Menurut Person. Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh
manusia, termasuk sejumlah sistem biologis dan kondisi penyesuaian.
2. Menurut Bauman. Bauman mengemukakan ada tiga kriteria keadaan sakit,
yaitu adanya gejala, persepsi tentang keadaan sakit yang dirasakan, dan
kemampuan beraktivitas sehari-hari yang menurun.
3. Menurut Perkins. Sakit adalah suatu keadaan tidak menyenangkan yang
menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-
hari, baik aktivitas jasmani maupun sosial.
Penyakit berbeda dengan rasa sakit. Penyakit sifatnya objektif karena
masing-masing memiliki parameter tertentu, sedangkan rasa sakit sifatnya
subjektif karena merupakan keluhan yang dirasakan seseorang. Perbedaan ini
mempunyai implikasi yang berbeda. Seseorang yang menderita penyakit belum
tentu merasakan sakit. Sebaliknya, seseorang yang mengeluh sakit belum tentu
menderita penyakit.

E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS KESEHATAN

KETURUNAN

LINGKUNGAN STATUS PELAYANAN


KESEHATAN KESEHATAN

PERILAKU

Menurut Hendrik Bloom, ada empat factor yang memengaruhi status


kesehatan seseorang , yaitu herediter (keturunan), layanan kesehatan, lingkungan
dan perilaku. Keempat faktor tersebut dapat digambarkan dalam bagan dibawah
ini.
Dari keempat factor tersebut, yang mempunyai andil besar dalam derajat
kesehatan adalah factor lingkungan (45%) dan factor perilaku (30%). Kedua
factor tersebut sangat berkaitan erat. Lingkungan bisa sehat jika perilaku
masyarakatnya sehat. Kerusakan lingkungan salah satunya dapat terjadi akibat
factor perilaku manusia. Berbagai penyakit yang saat ini menimpa bangsa
Indonesia, seperti demam berdarah, polio dan flu burung juga terjadi akibat factor
lingkungan dan perilaku manusia.
Menurut Hendrik L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat, yaitu: faktor perilaku, lingkungan, keturunan dan
pelayanan kesehatan.

1. Faktor Genetik
Faktor ini paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan atau
masyarakat dibandingkan dengan faktor yang lain. Pengaruhnya pada status
kesehatan perorangan terjadi secara evolutif dan paling sukar di deteksi. Untuk itu
perlu dilakukan konseling genetik. Untuk kepentingan kesehatan masyarakat atau
keluarga, faktor genetik perlu mendapat perhatian dibidang pencegahan penyakit.
Misalnya seorang anak yang lahir dari orangtua penderita diabetas melitus akan
mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan anak yang lahir dari orang tua bukan
penderita DM. Untuk upaya pencegahan, anak yang lahir dari penderita DM harus
diberi tahu dan selalu mewaspadai faktor genetik yang diwariskan orangtuanya
.Olehkarenanya, ia harus mengatur dietnya, teratur berolahraga dan upaya
pencegahan lainnya sehingga tidak ada peluang faktor genetiknya berkembang
menjadi faktor resiko terjadinya DM pada dirinya. Jadi dapat di umpamakan,
genetik adalah peluru (bullet) tubuh manusia adalah pistol (senjata), dan
lingkungan/prilakun manusia adalah pelatuknya (trigger).
Semakin besar penduduk yang memiliki resiko penyakit bawaan akan
semakin sulit upaya meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu perlu adanya
konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan yang
sebenarnya dapat dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan dan
kedokteran semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus diarahkan
untuk meningkatkan upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
2.        Faktor Pelayanan Kesehatan
Ketersediaan pelayanan kesehatan, dan pelayanan kesehatan yang
berkualitas akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Pengetahuan
dan keterampilan petugas kesehatan yang diimbangi dengan kelengkapan
sarana/prasarana, dan dana akan menjamin kualitas pelayanan kesehatan.
Pelayanan seperti ini akan mampu mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan
yang berkembang di suatu wilayah atau kelompok masyarakat. Misalnya, jadwal
imunisasi yang teratur dan penyediaan vaksin yang cukup sesuai dengan
kebutuhan, serta informasi tentang pelayanan imunisasi yang memadai kepada
masyarakat akan meningkatkan cakupan imunisasi. Cakupan imunisasi yang
tinggi akan menekan angka kesakitan akibat penyakit yang bisa dicegah dengan
imunisasi. Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat
terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Pustu, Bidan Desa,
Pos Obat Desa, dan jejaring lainnya. Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan
munculnya rumah sakit-rumah sakit baru di setiap Kab/Kota
3.         Faktor Perilaku Masyarakat
Faktor ini terutama di negara berkembang paling besar pengaruhnya
terhadap munculnya gangguan kesehatan atau masalah kesehatan i masyarakat
.Tersedianya jasa pelayanan kesehatan (health service) tanpa disertai perubahan
tingkah laku (peran serta) masyarakat akan mengakibatkan masalah kesehatan
tetap potensial berkembang di masyarakat. Misalnya, Penyediaan fasilitas dan
imunisasi tidak akan banyak manfaatnya apabila ibu-ibu tidak datang ke pos-pos
imunisasi. Perilaku ibu-ibu yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang
sudah tersedia adalah akibat kurangnya pengetahuan ibu-ibu tentang manfaat
imunisasi dan efek sampingnya. Pengetahuan ibu-ibu akan meningkat karena
adanya penyuluhan kesehatan tentang imunisasi yang di berikan oleh petugas
kesehatan. Perilaku individu atau kelompok masyarakat yang kurang sehat juga
akan berpengaruh pada faktor lingkungan yang memudahkan timbulnya suatu
penyakit.
Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal
ini dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup.
Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak
penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes
mellitus dan lain-lain. Perilaku/kebiasaan memcuci tangan sebelum makan juga
dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna seperti diare dan lainnya.
4.        Faktor Lingkungan
Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam
meningkatkan derajat kesehatan. Dalam kehidupan di sekitar kita dapat kita
rasakan, daerah yang kumuh dan tidak dirawat biasanya banyak penduduknya
yang mengidap penyakit seperti: gatal-gatal, infeksi saluran pernafasan, dan
infeksi saluran pencernaan. Penyakit demam berdarah juga dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Lingkungan yang tidak bersih, banyaknya tempat
penampungan air yang tidak pernah dibersihkan memyebabkan perkembangan
nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah meningkat. Hal ini
menyebabkan penduduk si sekitar memiliki resiko tergigit nyamuk dan tertular
demam berdarah.
Untuk menganalisis program kesehatan dilapangan, paradigma H.L.Blum
dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan masalah sesuai
dengan faktor-faktor yang berpengaruh pada status kesehatan masyarakat.
Analisis ke 4 faktor tersebut perlu dilakukan secara cermat sehingga
masalah kesmas dan masalah program dapat di rumuskan dengan jelas. Analisis
ke 4 faktor ini adalah bagian dari analisis situasi (bagian dari fungsi
perencernaan)untuk pengembangan program kesehatan di suatu wilayah tertentu.

A. Tahap prepatogenesis

Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal atau sehat tetapi
mereka pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen
penyakit (stage of suseptibility). Walaupun demikian pada tahap ini telah terjadi
interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih diluar
tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada diluar tubuh pejamu di mana para
kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang penjamu. Pada tahap
ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan tubuh penjamu masih
kuat. Jika keadaan penjamu tidak stabil atau bibit penyakit menjadi ganas atau
lingkungan memberi kondisi yang kurang menguntungkan penjamu maka keadaan
memasuki fase berikutnya, tahap Patogenesis.

2. Tahap Patogenesis.

Tahap ini meliputi 4 sub tahap, yaitu:


1. Tahap inkubasi, merupakan tenggang waktu antara masuknya bibit
penyakit ke dalam tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit sampai
timbulnya gejala penyakit.
2. Tahap penyakit dini, tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit
yang kelihatannya ringan. Tahap ini sering menjadi masalah kesehatan
karena sudah ada gangguan patologis.
3. Tahap penyakit lanjut, merupakan tahap dimana penyakit memerlukan
pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik.
4. Tahap penyakit akhir, berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam
lima  pilihan keadaan, yaitu sembuh sempurna, sembuh dengan cacat,
karier, penyakit tetap berlangsung secara kronik dan diakhiri dengan
kematian.
Bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh akan melalui pintu tertentu
yang disebut portal of entry dan bila akan berpindah tempat dalam hal ini
penderita baru akan keluar melalui pintu tertentu juga yang disebut portal of exit.
Kulit, saluran pernapasan, saluran pencernaan dan saluran kemih adalah pintu
tubuh tempat masuk dan keluarnya kuman atau bibit penyakit. Dalam memilih
pintu masuk dan keluar ini, setiap jenis kuman mempunyai jalan masuk melalui
mulut dan keluar tersendiri dari tubuh manusia. Ada yang masuk melalui mulut
(oral) dan keluar melalui dubur (sistem pencernaan), seperti yang dilakukan oleh
kebanyakan cacing. Namun ada pula yang masuk melalui kulit tetapi keluar
melalui dubur misalnya cacing Ankylostoma. Pengetahuan tentang jalan masuk
ini penting untuk epidemiologi karena dengan pengetahuan itu dapat dilakukan
penghadangan perjalanan kuman masuk ke dalam tubuh manusia. Cacing yang
ingin masuk melalui mulut dicegah dengan dengan upaya cuci tangan sebelum
makan. Sedangkan pengetahuan tentang jalan keluar bermanfaat untuk
menemukan kuman itu untuk tujuan identifikasi atau diagnosis. Misalnya kuman
TB keluar melalui batuk maka penemuan kuman TB dilakukan dengan
penangkapan kumannya di batuk atau dahak.

F. Perilaku Sakit
1. Definisi Perilaku Sakit
Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara
seseorang memantau tubuhnya,mendefinisika dan menginterpretasikan gejala
yang dialami, melakukan upaya penyembuhan, dan penggunaan system pelayanan
kesehatan.
Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit, perilaku sakit bisa
berfungsi sebagai mekanisme koping.
Menurut Parsons, perilaku spesifik yang tampak bila seseorang memilih
peran sebagai orang sakit, yaitu orang sakit tidak dapat disalahkan sejak mulai
sakit, dikecualikan dari tanggungjawab pekerjaan, social dan pribadi, kemudian
orang sakit dan keluarganya diharapkan mencari pertolongan agar cepat sembuh.
Menurut Cockerham, meskipun konsep Parsons tersebut tidak berguna
untuk memahami peran sebagai orang sakit, namun tidak terlalu tepat untuk
:menerangkan variasi perilaku sakit, dipakai pada penyakit kronis, keadaan dan
situasi yang mempengaruhi hubungan pasien-dokter, atau untuk menerangkan
perilaku sakit masyarakat kelas bawah. Juga menurut Meile, konsep Parsons
tersebut tidak cocok dipakai pada orang sakit jiwa.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit


a.     Faktor Internal
    1) Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami.
Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat
mengganggu rutinitas kegiatan sehari-hari.
Misalnya: Tukang Kayu yang menderita sakit punggung, jika ia merasa hal
tersebut bisa membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia akan segera
mencari bantuan.
Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya.
Bisa saja orang yang takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan
cara menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.

        2) Asal atau Jenis penyakit


Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin
mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan
segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang diberikan.
Sedangkan pada penyakit kronik biasanya berlangsung lama (>6 bulan)
sehingga jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada.

b.     Faktor Eksternal


1) Gejala yang Dapat Dilihat
Gejala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan
Perilaku Sakit.
Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin akan
lebih cepat mencari pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan,
karena mungkin komentar orang lain terhadap gejala bibir pecah-pecah yang
dialaminya.
2) Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau
justru meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit.
Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun
yang berasal dari dua kelompok sosial yang berbeda telah menemukan adanya
benjolan pada Payudaranya saat melakukan SADARI. Kemudian mereka
mendiskusikannya dengan temannya masing-masing. Teman Ny. A mungkin akan
mendorong mencari pengobatan untuk menentukan apakah perlu dibiopsi atau
tidak; sedangkan teman Ny.B mungkin akan mengatakan itu hanyalah benjolan
biasa dan tidak perlu diperiksakan ke dokter.
3) Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi
sehat, mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu
memahami latar belakang budaya yang dimiliki klien.
4) Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat
tanggap terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera
mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.
5) Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain
sering mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan
kesehatan.
Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan
besar dan mereka lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas yang tidak
membutuhkan prosedur yang rumit.
6) Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang
bersifat peningkatan kesehatan.
3. Tahap-tahap Perilaku Sakit
a. Tahap I (Mengalami Gejala)
Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ”ada sesuatu yang salah ”Mereka
mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum menduga adanya
diagnosa tertentu. Persepsi individu terhadap suatu gejala meliputi: Kesadaran
terhadap perubahan fisik (nyeri, benjolan, dll);
Evaluasi terhadap perubahan yang terjadi dan memutuskan apakah hal tersebut
merupakan suatu gejala penyakit; Respon emosional.
Jika gejala itu dianggap merupakan suatu gejal penyakit dan dapat mengancam
kehidupannya maka ia akan segera mencari pertolongan.
b.  Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)
Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat. Orang yang sakit akan melakukan
konfirmasi kepada keluarga, orang terdekat atau kelompok sosialnya bahwa ia
benar-benar sakit sehingga harus diistirahatkan dari kewajiban normalnya dan dari
harapan terhadap perannya.
Menimbulkan perubahan emosional seperti: menarik diri/depresi, dan juga
perubahan fisik. Perubahan emosional yang terjadi bisa kompleks atau sederhana
tergantung beratnya penyakit, tingkat ketidakmampuan, dan perkiraan lama sakit.
Seseorang awalnya menyangkal pentingnya intervensi dari pelayanan kesehatan,
sehingga ia menunda kontak dengan sistem pelayanan kesehatan akan tetapi jika
gejala itu menetap dan semakin memberat maka ia akan segera melakukan kontak
dengan sistem pelayanan kesehatan dan berubah menjadi seorang klien.
c.  Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)
Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari
seorang ahli, mencari penjelasan mengenai gejala yang dirasakan, penyebab
penyakit, dan implikasi penyakit terhadap kesehatan dimasa yang akan datang.
Profesi kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka tidak menderita suatu
penyakit atau justru menyatakan jika mereka menderita penyakit yang bisa
mengancam kehidupannya. Klien bisa menerima atau menyangkal diagnosa
tersebut.
Bila klien menerima diagnosa mereka akan mematuhi rencana pengobatan
yang telah ditentukan, akan tetapi jika menyangkal mereka mungkin akan mencari
sistem pelayanan kesehatan lain, atau berkonsultasi dengan beberapa pemberi
pelayanan kesehatan lain sampai mereka menemukan orang yang membuat
diagnosa sesuai dengan keinginannya atau sampai mereka menerima diagnosa
awal yang telah ditetapkan.
Klien yang merasa sakit, tapi dinyatakan sehat oleh profesi kesehatan,
mungkin ia akan mengunjungi profesi kesehatan lain sampai ia memperoleh
diagnosa yang diinginkan
Klien yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu, terutama yang
mengancam kelangsungan hidup, ia akan mencari profesi kesehatan lain untuk
meyakinkan bahwa kesehatan atau kehidupan mereka tidak terancam. Misalnya:
klien yang didiagnosa mengidap kanker, maka ia akan mengunjungi beberapa
dokter sebagai usaha klien menghindari diagnosa yang sebenarnya
d.  Tahap IV (Peran Klien Dependen)
Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien bergantung
pada pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan gejala yang ada. Klien
menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari berbagai tuntutan dan stress
hidupnya.
Secara sosial klien diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas
normalnya, semakin parah sakitnya, semakin bebas. Pada tahap ini klien juga
harus menyesuaikan dengan perubahan jadwal sehari-hari. Perubahan ini jelas
akan mempengaruhi peran klien di tempat ia bekerja, rumah maupun masyarakat.

e.   Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)


Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara tiba-tiba,
misalnya penurunan demam. Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan
seorang klien butuh perawatan lebih lama sebelum kembali ke fungsi optimal,
misalnya pada penyakit kronis.
Tidak semua klien melewati tahapan yang ada, dan tidak setiap klien
melewatinya dengan kecepatan atau dengan sikap yang sama. Pemahaman
terhadap tahapan perilaku sakit akan membantu perawat dalam mengidentifikasi
perubahan – perubahan perilaku sakit klien dan bersama-sama klien membuat
rencana perawatan yang efektif.
Saat seseorang jatuh sakit, ia akan menunjukan berbagai perilaku sakit.
Berikut ini adalah contoh beberapa perilaku sakit.
1. Tidak memegang tanggung jawab selama sakit. Orag yang sakit biasanya
dibebaskan dari tanggung jawab yang diembannya sewaktu sehat. Jika yang
sakit adalah ibu, tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga akan dialihkan ke
ayah (mis., mengurus anak-anak). Begitu pula dalam kasus hukum. Jika si
terdakwa sakit, pemeriksaan atau persidangan yang dilakukan atas dirinya
akan ditunda sampai ia sehat kembali.
2. Bebas dari tugas dan peran sosial. Dalam hubungan sosial, seseorang yang
didiagnosis menderita penyakit akan dibebaskan dari segala tugas dan
perannya di masyarakat. Sebagai contoh, jika ketua RT sakit, tugas dan
perannya sebagai ketua RT akan dilimpahkan kepada wakilnya.
3. Berupaya mencapai kondisi sehat secepat mungkin. Seseorang yang merasa
tubuhnya tidak sehat, secara naluriah akan berusaha mencari cara untuk
memulihkan kondisi tubuhnya. Beberapa cara yang mungkin ditempuh adalah
pergi ke dokter, puskesmas, rumah sakit, bahkan datang ke paranormal.
Pilihan cara ini bergantung pada pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki
terkait penyembuhan. Tetapi satu hal yang pasti, individu akan berusaha
sesegera mungkin kembali sehat.
4. Bersama keluarga mencari bantuan dengan segera. Selain individu, keluarga
juga berusaha mencari bantuan guna kesembuhannya. Jika salah satu anggota
keluarga ada yang sakit, hal ini akan berpengaruh terhadap seluruh anggota
keluarga.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi, Sehat merupakan kondisi yang normal dan alami. Sehat bersifat
dinamis yang statusnya terus menerus berubah. Kesehatan memengaruhi tingkat
fungsi seseorang, baik dari segi fisiologis, psikologis, dan dimensi sosiokultural.
Setiap manusia harus bisa menjaga kesehatannya dengan cara melakukan pola
hidup sehat, dengan hidup sehat manusia akan memiliki sistem kekebalan tubuh
yang kuat sehingga manusia tidak mudah terkena penyakit, karena jika manusia
tidak melakukan pola hidup sehat manusia akan mudah terkena penyakit.

B. Saran
Sebaiknya setiap manusia harus bisa menjaga kesehatannya dengan cara
melakukan pola hidup sehat, dengan menjaga kebersihan diri sendiri dan
kebersihan lingkungan. Kesehatan lebih baik daripada mengobati oleh sebab itu
jagalah kesehatan sebelum sakit menyerang tubuh kita.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    Heri Setiawan
    Belum ada peringkat
  • Kata Ulang dan Maknanya
    Kata Ulang dan Maknanya
    Dokumen10 halaman
    Kata Ulang dan Maknanya
    RandiBagusSantoso
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    Heri Setiawan
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    Heri Setiawan
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kelompok 4
    Presentasi Kelompok 4
    Dokumen13 halaman
    Presentasi Kelompok 4
    Debby Inda
    Belum ada peringkat
  • Makalah Statistik 3
    Makalah Statistik 3
    Dokumen15 halaman
    Makalah Statistik 3
    anisyahlh
    Belum ada peringkat
  • Tugas BRT Sistrans
    Tugas BRT Sistrans
    Dokumen5 halaman
    Tugas BRT Sistrans
    Debby Inda
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Debby Inda
    Belum ada peringkat
  • Bab I Daun
    Bab I Daun
    Dokumen4 halaman
    Bab I Daun
    Debby Inda
    Belum ada peringkat
  • Makalah Statistik 3
    Makalah Statistik 3
    Dokumen15 halaman
    Makalah Statistik 3
    anisyahlh
    Belum ada peringkat
  • Ukuran Gejala Pusat Statistika
    Ukuran Gejala Pusat Statistika
    Dokumen12 halaman
    Ukuran Gejala Pusat Statistika
    pipit
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Pujibawa Rahma
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Debby Inda
    Belum ada peringkat
  • KREASI KOMEN YUH
    KREASI KOMEN YUH
    Dokumen3 halaman
    KREASI KOMEN YUH
    Debby Inda
    Belum ada peringkat
  • Kata Ulang dan Maknanya
    Kata Ulang dan Maknanya
    Dokumen10 halaman
    Kata Ulang dan Maknanya
    RandiBagusSantoso
    Belum ada peringkat
  • STATISTIKA1
    STATISTIKA1
    Dokumen7 halaman
    STATISTIKA1
    Debby Inda
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Debby Inda
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen1 halaman
    Bab Iii
    Debby Inda
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    Debby Inda
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Debby Inda
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Dan 2
    BAB 1 Dan 2
    Dokumen7 halaman
    BAB 1 Dan 2
    Debby Inda
    Belum ada peringkat
  • PERKEMBANGAN PENYAKIT
    PERKEMBANGAN PENYAKIT
    Dokumen6 halaman
    PERKEMBANGAN PENYAKIT
    Debby Inda
    Belum ada peringkat
  • Bahan Seminar
    Bahan Seminar
    Dokumen23 halaman
    Bahan Seminar
    Debby Inda
    Belum ada peringkat
  • Konsep Sehat Sakit
    Konsep Sehat Sakit
    Dokumen2 halaman
    Konsep Sehat Sakit
    Debby Inda
    Belum ada peringkat
  • Bab I Siap Print
    Bab I Siap Print
    Dokumen14 halaman
    Bab I Siap Print
    Debby Inda
    Belum ada peringkat
  • Tugas KDM
    Tugas KDM
    Dokumen2 halaman
    Tugas KDM
    Debby Inda
    Belum ada peringkat
  • ALAT
    ALAT
    Dokumen3 halaman
    ALAT
    Debby Inda
    Belum ada peringkat
  • Konsepsi dan Implantasi
    Konsepsi dan Implantasi
    Dokumen19 halaman
    Konsepsi dan Implantasi
    Debby Inda
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar, Daftar Isi
    Kata Pengantar, Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar, Daftar Isi
    Yuni Rosliana
    Belum ada peringkat