DI SUSUN OLEH:
WIDIA PUTRI
(20200001)
DOSEN PENGAMPU:
Ns.marizki putri,S.Kep.,M.Kep
Prodi S1 Keperawatan
Fakultas kesehatan
2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
limpahan rahmatnya-lah,sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mata kuliah promosi
kesehatan dan Pendidikan kesehatan. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen mata kuliah. Saya menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan banyak terdapat kesalahan baik dari segi penulisan maupun
pembahasan, oleh karena itu saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan penulisan ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Aamiin.
PENULIS
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1. Kesimpulan ..........................................................................................
2. Saran .....................................................................................................
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (fisik dan
psikis) maupun faktor eksternal (sosial, budaya, lingkungan fisik, politik, ekonomi seta
pendidikan). Hal tersebut dapat menjadi latar belakang dikembangkannya model-model
kesehatan.
Health Belief Model ini (HBM) adalah teori yang paling umum digunakandalam
pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan (Glanz, Rimer, & Lewis,2002; National
Cancer Institute [NCI], 2003). Ini dikembangkan pada 1950-ansebagai cara untuk
menjelaskan mengapa program skrining medis yang ditawarkan oleh US Public Health
Service, terutama untuk TBC, tidak begitusukses (Hoch-Baum, 1958). Konsep asli yang
mendasari HBM adalah
bahwa perilaku kesehatan ditentukan oleh keyakinan pribadi atau persepsi tentang penya
kit dan strategi yang tersedia untuk mengurangi terjadinya penyakit(Hochbaum, 1958).
Persepsi pribadi dipengaruhi oleh berbagai macam faktoryang mempengaruhi perilaku
kesehatan intrapersonal.
2. Rumusan masalah
1) Menjelaskan Definisi dan Tujuan Promosi Kesehatan
2) Menjelaskan Visi dan Misi Promosi Kesehatan
3) Menjelaskan Sasaran Promosi Kesehatan
4) Menjelaskan Tingkat Program Promosi Kesehatan
5) Menjelaskan Model Promosi Kesehatan
6) Menjelaskan Kasus model promosi kesehatan
3. Tujuan masalah
1) Mengetahui Definisi dan Tujuan Promosi Kesehatan
2) Mengetahui Untuk Visi dan Misi Promosi Kesehatan
3) Mengetahui Sasaran Promosi Kesehatan
4) Mengetahui Tingkat Program Promosi Kesehatan
5) Mengetahui Model Promosi Kesehatan
6) Mengetahui Kasus model promosi kesehatan
BAB II PEMBAHASAN
2.Promosi kesehatan sekunder berfokus pada orang-orang yang sudah sakit dan
perawat dalam situasi ini akan berusaha untuk membantu orang kembali ke
keadaan sehat (Barker, 2007).
HBM merupakan model kognitif, yang berarti bahwa khususnya proses kognitif,
dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan, termasuk hitungan. Menurut HBM,
kemungkinan individu akan melakukan tindakan pencegahan tergantung secara
langsung pada hasil dari dua keyakinan atau penilaian kesehatan (health beliefs) yaitu:
ancaman yang dirasakan dri sakit atau luka (perceived threat of injury or ilness) dan
pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian (benefits and costs).
Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap resiko yang akan
muncul. Hal ini mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir bahwa penyakit atau
kesakitan betul-betul merupakan ancaman kepada dirinya. Asumsinya adalah bahwa
bila ancaman yang dirasakan tersebut meningkat maka perilaku pencegahan juga akan
meningkat.
Penilaian yang kedua yang dibuat adalah perbandingan antara keuntungan dengan
kerugian dari perilaku dalam usaha untuk memutuskan melakukan tindakan
pencegahan atau tidak.
PERCEPTIONS AND
ASSESSMENT LIKELIHOOD OF
MODIFYING FACTOR
ACTION
Orang tua bila dibandingkan dengan remaja akan melihat secara berbeda tentang
risiko dari kanker dan masalah jantung. Orang yang punya pengalaman dengan kanker akan
bersikap lain terhadap kanker (dan merokok) dibandingkan dengan orang yang tidak punya
pengalaman ini.
Menurut health belief model, perilaku ditentukan oleh apakah seseorang itu :
Sebagai contoh seorang wanita akan mempergunakan kontrasepsi apabila dia telah
mempunyai beberapa orang anak dan mengetahui bahwa dia masih berpotensial untuk
hamil beberapa tahun mendatang.
Meskipun beberapa unsur health belief model terbukti berkaitan dengan perilaku
kesehatan secara statistik model ini memiliki kelemahan :
Model transteoritik saat ini merupakan subyek dari berbagai upaya penelitian di
bidang kesehatan masyarakat, baik untuk pengendalian penyakit-penyakit kronik maupun
penyakit infeksi.
Model ini menjelaskan kesiapan atau kerelaan individu untuk berubah, yaitu
merubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat dan dari sehat menjadi lebih sehat lagi.
adalah kerelaan individu untuk berubah, yaitu merubah perilaku yang tidak sehat
menjadi sehat, dan yang sehat menjadi lebih sehat lagi. Terbagi menjadi 5 tahap yaitu :
❖ Pre-contemplation. Individu tidak mengetahui adanya masalah dan tidak
memikirkan adanya perubahan.
❖ Contemplation.Individu berfikir tentang perubahan di masa yang akan datang
dengan cara memberi dukungan dan motivasi.
❖ Decission/ determination. Membuat rencana perubahan namun butuh bantuan
dalam mengembangkan dan mengatur tujuan dan rencana tindakan.
❖ Action. Implementasi dari rencana dan tindakan spesifik dapat dibantu dengan
diberikannya umpan balik dan dukungan sosial.
❖ Maintenance. Individu dapat menunjukan tindakan yang ideal dan mampu
mengulangi tindakan yang direkomendasikan secara berkala.
Seorang Wanita Telah Mempunyai Beberapa Orang Anak Dan MengetahuiBahwa Masih
Potensial Untuk Hamil Sampai Beberapa Tahun Mendatang.Melihat Kesehatan Dan
Status Ekonomi Tetangganya Menjadi Rusak KarenaTerlalu Banyak Anak Dan
Mendengar Bahwa Teknik Kontrasepsi TertentuMenunjukkan Efektivitas Sebesar 95 %
Aman Dan Tidak Mahal Maka Dianjurkan Oleh Petugas Kesehatannya Agar Mulai
Memakai Kontrasepsi ”
Kelemahan :
➢ Kepercayaan-Kepercayaan Kesehatan Bersaing Dengan Kepercayaan-
Kepercayaan Serta Sikap-Sikap Lain Seseorang, Yang Juga Mempengaruhi
Perilaku.
➢ Pembentukan Kepercayaan Seseorang Sesungguhnya Lebih Sering
MengikutiPerilaku Dan Bukan Mendahuluinya.
Seorang Ibu Karena Kurang Mendapat Pengetahuan Dan Pelatihan Tidak Pernah Berfikir
Untuk Menutup Makanan, Memasak Air Minum Atau MenjagaKebersihan Dapur.
Setelah Mendengar Siaran Radio Tentang Bahaya Kuman DanMelihat Tetangganya
Membersihkan Rumah, Ia Mulai Berkontemplasi UntukMengambil Aksi Menjaga
Kebersihan Di Rumah. Kemudian Ia MencariInformasi Dari Tetangga Dan Petugas
Kesehatan Setempat Akhirnya MemulaiProses Perubahan Perilaku. Setelah Satu Periode
Waktu, Ibu Tersebut MenutupMakanan, Memasak Air Minum Dan Menjaga Kebersihan
Pengantar
Jurnal ini mengulas mengenai proses transformasi teori dan konsep aksi-aksi kesehatan
masyarakat serta mengusulkan sebuah model logis (logic model) untuk pengendalian dan
pencegahan HIV dan AIDS. Hal ini didasarkan atas potensi kegunaan model tersebut dari
penerapannya di dalam mengkaji evolusi pengelolaan dan pencegahan HIV di negara
yang paling padat penduduknya, yaitu Cina. Intervensi HIV di Cina ternyata dibagi dalam
2 fase, yaitu fase sebelum dan sesudah tahun 2003, berdasarkan respon pertama kali dari
pemerintah Cina atas epidemi HIV yang ada. Logic model mampu memberikan
perbandingan informasi mengenai aksi-aksi yang ada selama dua periode tersebut,
menitikberatkan pada kepentingan kepemimpinan politik pada masa itu. Risiko penularan
HIV di Cina dianggap tinggi karena besarnya jumlah penduduk, tingginya rata-rata
migrasi internal, baik dari desa ke kota atau dari kota ke kota, adanya urbanisasi yang
massive dan rendahnya pengetahuan mengenai penularan HIV. Dengan demikian, logic
model yang diterapkan untuk mengembangkan promosi kesehatan untuk pecegahan HIV
di Cina, dua goal utama yang ditetapkan adalah menurunkan epidemi infeksi HIV dan
menyediakan akses pengobatan yang layak dan terjangkau bagi siapa saja yang terinfeki
HIV. Kedua goal tersebut dapat tercapai bila ada pencegahan perilaku secara
berkelanjutan dan reorientasi sistem kesehatan. Untuk itu, strategi yang ditetapkan adalah
pendidikan dan komunikasi publik, community mobilization, kepemimpinan politik. Hal
ini dimaksudkan agar masyarakat mempunyai pengetahuan yang akurat tentang HIV dan
AIDS; masyarakat mempunyai kemampuan personal praktis; terciptanya lingkungan
sosial dan ekonomi yang mendukung serta adanya kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan.
Metode
Kajian pada semua intervensi HIV yang ada di Cina dengan fokus pada pencegahan dan
perubahan perilaku, yang telah dipublikasi sejak tahun 2000.
Hasil
Respon awal secara resmi terjadi dalam kurun waktu tahun 1989-2003, dengan adanya
kasus HIV yang pertama kali pada tahun 1989 dari kelompok penasun. Pada awalnya,
pemerintah tidak mengumumkan pada publik mengenai epidemi HIV di Cina.
Pengetahuan publik dan kemampuan teknis yang terbatas dan keterlibatan masyarakat
dalam penangangan HIV mengakibatkan provinsi kesulitan untuk memobilisasi
masyarakat dan untuk mengembangkan kebijakan publik yang mendukung. Salah satu
determinan terpenting dari respon yang kurang efektif ini adalah kepekaan politis
terhadap HIV dan konsekuensi atas lemahnya komitmen politik pada tingkat pusat
dimana terkadang seperti mendukung provinsi dan lokal untuk menutupi kasus HIV.
Kombinasi dari keduanya ini, yaitu rendahnya pengetahuan dan kurang kuatnya kemauan
politik, sangat memungkinkan terjadi perkembangan epidemi HIV lintas provinsi di Cina.
Secara umum, era pra-2003 pemerintah daerah menunjukkan resistensi yang kuat
terhadap epidemi HIV / AIDS di daerah administrasi mereka. Hanya sedikit LSM pada
saat itu yang terlibat dalam penanggulangan epidemi HIV. Hanya ada beberapa individu
yang bekerja pada sejumlah ‘hot spot’, tetapi upaya mereka sebagian besar masih
diabaikan. Perkembangan yang signifikan di dalam pencegahan HIV terjadi di antara
tahun 1997 dan 2002, dengan adanya program Health–IX (H9 or Ninth Health Project),
yang didanai oleh World Bank. Ternyata intervensi H9 memiliki pengaruh yang positif
dalam membangun kepercayaan di pemerintahan pusat. Hal ini mampu memobilisasi
kerjasama antar pemerintah dan lintas sektor, yang pada akhirnya pemerintah Cina
bersedia mengembangkan pedoman nasional penggunaan kondom di Cina.
Respon nasional pemerintah Cina terhadap epidemi HIV pasca-2003, mulai gencar
dilakukan setelah adanya hasil kajian bersama pada tahun 2004 yang dilakukan oleh
Komite Kerja Dewan Negara AIDS dan UN Theme Group. Hasil kajian ini menemukan
bahwa terdapat kesenjangan dan pelaksanaan yang tidak merata atas respon AIDS di
kementerian dan antar propinsi lokal. Tindak lanjut dari temuan itu, pemerintah Cina
mengembangkan Peraturan Pencegahan dan Pengobatan AIDS pada tahun 2006 dan
membentuk Rencana Aksi Cina untuk Pengurangan dan Pencegahan Penyebaran HIV /
AIDS (2006-2010) di bawah Prinsip 'Three Ones'. Pada masa ini, strategi promosi
kesehatan yang melibatkan IEC dan mobilisasi sumber daya di masyarakat beroperasi
secara bersama-sama, LSM menjadi semakin terlihat dalam peningkatan kesadaran HIV /
AIDS dan dalam memberikan layanan penjangkauan masyarakat bagi populasi berisiko
tinggi. Kondom juga menjadi mudah tersedia dan didistribusikan secara terbuka melalui
berbagai sumber termasuk dengan mesin penjual.
Selain intervensi H9, ada juga program CARES yang dipimpin oleh pemerintah nasional
(2003-2008) untuk memperbaiki kesadaran HIV / AIDS dan dalam mempertahankan
perubahan perilaku pada populasi umum. Dampak dari program CARES adalah terjadi
peningkatan pengetahuan pencegahan HIV / AIDS yang signifikan di lokasi intervensi.
Intervensi juga meningkatkan respon HIV / AIDS secara aktif di daerah yang miskin
sumber daya di Cina dan berkontribusi dalam revisi dan pengembangan hukum dan
peraturan nasional dan lokal. Meskipun demikian, dampak dari program ini masih sebatas
moderat dalam hal mengubah norma masyarakat khususnya dalam menangani masalah
yang terkait dengan stigma sosial dan diskriminasi.
Pembahasan
Dalam menganalisis kemajuan pencegahan HIV di Cina, konteks politik dan sosial sangat
penting. Dengan mempergunakan logic model menawarkan sebuah patokan respon suatu
negara yang mungkin diperbandingkan. Hal ini didasarkan pada pembentukan strategi
promosi kesehatan yang dapat digunakan dalam kombinasi yang berbeda untuk
merencanakan dan memberikan intervensi kesehatan masyarakat yang efektif dan
berkelanjutan. Konsep-konsep dan strategi promosi kesehatan ini telah berhasil
diterapkan dalam berbagai aspek sosial dan perilaku yang menentukan tantangan
kesehatan dan memiliki relevansi yang jelas bagi pencegahan dan pengelolaan HIV /
AIDS di banyak populasi yang berbeda.
Studi kasus ini bukan sebuah kajian sistematis tetapi sebagai upaya untuk menguji
kelayakan dari logic model yang menggambarkan jalur yang mengarah ke pencegahan
dan pengelolaan epidemi HIV / AIDS pada populasi yang besar dan kompleks seperti di
Cina. Diakui bahwa intervensi-intervensi yang diulas dalam jurnal ini dapat menjadi bias
subjek terkait dengan pemilihan risiko dan dampak heterogenitas. Model ini
dimaksudkan juga untuk mengukur dampak dan hasil yang secara logis dapat ditelusuri
dengan intervensi. Materi-materi yang dipergunakan dalam studi kasus ini memberikan
beberapa bukti pengukuran yang sistematis dan pelaporan perubahan pengetahuan yang
akan secara logis terkait dengan pendidikan publik, dan pada gilirannya terkait dengan
perubahan perilaku yang dapat diamati.
Kesimpulan
Logic model merupakan model yang cukup operasional bagi para pembuat kebijakan dan
praktisi kesehatan masyarakat yang terlibat dalam program intervensi HIV. Model ini
dapat dipergunakan untuk menguji apa yang mungkin cocok dengan apa yang dapat
dicapai dalam sebuah konteks tertentu untuk intervensi. Hal ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi komponen intervensi yang mungkin perlu perhatian secara khusus atau
mungkin dihilangkan dari sebuah intervensi. Model ini juga dapat digunakan untuk
memandu dalam menilai dampak dan hasil sehingga ekspektasi masyarakat, pembuat
kebijakan dan penyandang dana, dapat dikelola. Di samping itu, model ini dapat menjadi
pengingat bagi mereka bahwa untuk mencapai perubahan perilaku yang berkelanjutan
membutuhkan waktu dan sangat kompleks.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (fisik dan
psikis) maupun faktor eksternal (sosial, budaya, lingkungan fisik, politik, ekonomi seta
pendidikan). Hal tersebut dapat menjadi latar belakang dikembangkannya model-model
kesehatan.Health Belief Model ini (HBM) adalah teori yang paling umum digunakandalam
pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan (Glanz, Rimer, & Lewis,2002; National
Cancer Institute [NCI], 2003). Ini dikembangkan pada 1950-ansebagai cara untuk
menjelaskan mengapa program skrining medis yang ditawarkan oleh US Public Health
Service, terutama untuk TBC, tidak begitusukses (Hoch-Baum, 1958). Konsep asli yang
mendasari HBM adalah
bahwa perilaku kesehatan ditentukan oleh keyakinan pribadi atau persepsi tentang penyak
it dan strategi yang tersedia untuk mengurangi terjadinya penyakit(Hochbaum, 1958).
Persepsi pribadi dipengaruhi oleh berbagai macam faktoryang mempengaruhi perilaku
kesehatan intrapersonal.
B.Saran
Promosi kesehatan adalah upaya melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan
bersammasyarakat, agar mereka dapat mandiri menolong diri sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai dengan kondisi sosial
budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes
RI, 2007). Promosi kesehatan adalahproses yang memungkinkan orang untuk
meningkatkan kontrol atas faktor faktor penentu kesehatan dan dengan demikian
meningkatkan kesehatan mereka.
Daftar Pustaka
Suryani, Eko, Ircham Machfoedz. 2009. Pendidikan Kesehatan bagian dari promosi
Kesehatan. Penerbit Fitramaya. Yogyakarta
Syafrudin, et all. 2009. Promosi Kesehatan untuk Mahasiswa. CV. Trans Info Media.
Jakarta