PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seledri (Apium graveolens L.) adalah sayuran daun dan tumbuhan obatyang
biasa digunakan sebagai bumbu masakan. Beberapa negara termasuk Jepang, Cina
Indonesia tumbuhan ini diperkenalkan oleh penjajah Belanda dan digunakan daunnya
untuk menyedapkan sup atau sebagai lalap. Penggunaan seledri paling lengkap
adalah di Eropa: daun, tangkai daun, buah, dan umbinya semua dimanfaatkan.
(Cahyono, 2003).
Seledri (Apium graveolens L.) sudah lama dikenal sebagai obat hipertensi.
Tanaman yang juga terlihat cantik jika ditanam dalam pot ini lebih dulu
memperkaya cita rasa sajian atau kaldu. Sup kacang merah dan bubur ayam kurang
peningkatan domestik mapun dari luar negeri. Peningkatan permintaan dari luar
konversi lahan sehingga dialihkan ke negara berkembang yang lahannya masih luas
dengan tenaga kerja yang relatif murah, serta kondisi iklim yang kurang mendukung
terutama musim dingin dan musim gugur sehinggapraktis semua kebutuhan sayuran
ekspor. Selain sebagai tanaman sayuran, seledri juga digunakan sebagai bumbu yang
Amerika dan Asia. Tanaman ini juga dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan dan
Pada dasarnya budidaya seledri masih jarang dilakukan di kota besar karena
kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan syarat pertumbuhannya. Informasi dari
Statistik Produksi Hortikultura tahun 2014 melaporkan jenis sayuran yang sering
Hortikultura, 2014). Budidaya seledri tidak hanya pada kebun yang luas, tetapi pada
lahan yang sempit seperti pada lahan perkarangan masih dapat diusahakan dalam pot
atau polybag. Menanam seledri dalam pot atau polibeg, selain kondisinya lebih
mudah dikontrol juga dapat difungsikan sebagai tanaman hias (Salvia, 2012).
Tanah merupakan media atau tempat tumbuh tanaman, selain tanah juga
sebagai tempat berbagai aktivitas yang dilakukan oleh manusia dan mahluk hidup
lainnya.Tanaman memerlukan makanan yang disebut hara tanaman atau unsur yang
bahwa tanah gambut (histosol) terbentuk oleh lingkungan yang khas, yaitu rawa atau
suasana genangan yang terjadi hampir sepanjang tahun. Indonesia adalah Negara
keempat yang mempunyai lahan gambut terluas di dunia, tetapi pemanfaatan dan
degradasi.
dalam waktu yang cukup lama dan membentuk tanah gambut. Tanah gambut bersifat
rapuh (fragile) relatif kurang subur, dan bersifat tak balik (irreversible). Luas total
lahan gambut di tiga pulau utama Indonesia sebesar 14.905.574 ha yaitu Sumatera
6.436.649 ha, Kalimantan 4.778.004 ha, dan Papua 2.644.438 ha (Ritung et al. 2012).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kesuburan tanah gambut
adalah dengan pemupukan. Pemilihan jenis pupuk harus diperhatikan segi ekonomis
merupakan salah satu alternatif yang baik dalam mengatasi kekurangan unsur hara
keunggulan.
mikroorganisme tanah, dan melindungi tanah terhadap kerusakan akibat erosi. Sarief
(1986) menyatakan bahwa pupuk kandang memiliki sifat yang lebih dari pupuk alam
lain maupun pupuk buatan, kelebihan itu antara lain: merupakan bunga tanah
(humus), merupakan sumber hara nitrogen, fosfor, dan kalium yang amat penting
mikroorganisme serta dapat menaikkan daya menahan air (water holding capacity).
Menurut Novizan (2007) pemberian pupuk kandang berfungsi sebagai perekat butir
-butir tanah pada lahan gambut sehingga struktur lahan menjadi lebih baik. Pupuk
kandang merupakan salah satu alternatif yang baik dalam mengatasi kekurangan
unsur hara yang dibutuhkan oeh tanaman, mengingat pupuk kandang memiliki
beberapa keunggulan.
Menurut Rahayu, dkk (2008) bahwa media campuran pasir dan arang sekam
menghasilkan tinggi tanaman tertinggi (16,50 cm), dan tinggi tanaman tererndah
adalah dengan menggunakan media arang sekam (12,01 cm).Selain itu, perlakuan
bahwa dengan penggunaan konsentrasi pupuk yang sama pada media campuran pasir
dan arang sekam memberikan hasil paling tinggi, dan hasil yang paling rendah
menggunakan media arang sekam.Rukmini dan Sri Erni (2011), menyatakan bahwa
penggunaan media tumbuh yang berbeda memberikan laju pertambahan dan hasil
yang berbeda.
B. Tujuan Praktikum
tanaman seledri.
2. Untuk mengetahui media tanam yang baik terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman seledri.
C. Manfaat Praktikum
1. Menambah wawasan penulis dalam hal pengetahuan media tanam dengan sistem
2. Terdapat salah satu perlakuan yang memberi pengaruh yang terbaik terhadap
Dalam Quran Surat Al-A’raaf Ayat 58 [7] Artinya: Dan tanah yang baik,
tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur,
Sementara QS. Al-An’am ayat 99 [6] yang artinya: Dan dialah yang
menurunkan air dan langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam
menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak.
Dialah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya
dengan air hujan itu tanam-tanaman, zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-
[16]).
tanaman yang tumbuh dengan subur di tandai dengan kondisi tanah yang subur dan
baik untuk tanaman, sementara pada tanah yang tandus maka tanaman tidak akan
dapat tumbuh dengan subur, namun beberapa hal tersebut tentunya memalui kuasa
Allah SAW dan kita sebagai khalifah dimuka bumi tentunya harus bias menjaga apa
yang telah diciptakan oleh Allah SAW. Seperti hal nya menjaga agar tanaman tetap
tumbuh subur pada umumnya para petani memberikan pupuk terhadap tanah agar
tetap terjaga tingkat kesuburan tanah tersebut seperti penggunaan pupuk kandang
ayam, puyuh, kambing, maupuk pupuk-pupuk organic lainnya, dan dalam memilih
tanaman budidaya tentunya kita harus melihat tanaman apa yang berpotensi untuk
kita kembangkan pada masa sekarang dan mendatang demi kelangsungan hidup
berbentuk rumput atau semak. Tanaman seledri tidak bercabang yang terdiri dari
akar, batang dan tangkai daun (Haryoto, 2009). Menurut Fazal dan Singla (2012),
Daun seledri berupa daun tipis, rapuh, berbentuk belah ketupat miring,
memiliki panjang 2-8 cm, lebar 2-5 cm, pangkal dan ujung daun runcing, panjang
tangkai anak daun 1-3 cm. Herba seledri berwarna hijau tua dengan bau yang khas
(Kemenkes RI, 2010). Daun seledri yang tumbuh pada pola roset atau berbentuk
Daun melekat pada batang dengan tangkain daun panjang dan berdaging.
Tangkai daun berbentuk tegak lurus dan pangkalnya membentuk cekungan seperti
talang. Tangkai daun yang lebih muda lebih lunak (Halfarce dan Barden, 2004).
Tepi daun seledri pada umumnya bergerigi bagian pangkal maupun bagian
ujung daun. Tulang daun menyirip dengan ukuran panjang sekitar 2- 7.5 cm. Tangkai
daun tumbuh tegak keatas atau kesamping batang, dengan panjang sekitar 5 cm,
Bunga seledri kecil berwarna hijau keputihan, memiliki tangkai bunga yang
panjangnya 2.5 cm, tangkai bunga dapat tumbuh diketiak daun mencapai 3-8 tangkai.
Pada ujung tangkai bunga bergerombol membentuk bulatan. Setelah bunga dibuahi
akan berbentuk bulata kecil hijau sebagai buah muda. Setelah tua buah berwarna
menjadi coklat muda (Haryoto, 2009). Penyerbukan bunga sebagian besar dibantu
oleh serangga penyerbuk, namun bunga seledri juga dapat melakukan penyerbukan
Seledri memiliki buah yang sangat kecil dengan ukuran 1 mm, berbentuk
oval, per gnya terdapat sekitar 2500 biji. Tanaman seledri merupakan tanaman
varietasnya. Pertumbuhan seledri telah maksimal dengan jumlah daun yang beranak
pinak dan menghasilkan tangkai daun dan batang tanaman cukup banyak (Rukmana,
1995).
Seledri (Apium graveolens L.) dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
pada ketinggian 0-1200 meter diatas permukaan laut, dengan itu tanaman seledri
cocok ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi, dengan kelembapan antara
80- 90 % serta mendapat sinar matahari yang cukup (Iptek.net, 2015). Tanaman
pada saat proses perkecambahan seledri memerlukan suhu yang lebih rendah yaitu
Seledri kurang tahan terhadap air hujan yang tinggi. Penanaman seledri lebih
baik dilakukan pada akhir musim penghujan atau pada periode bulan- bulan tertentu
yang keadaan curah hujan hanya berkisar antara 60-100 mm/ bulan (Rukmana,
1995).
yang membutuhkan cahaya matahari 8 jam per hari. Namun pada dasarnya seledri
tidak tahan terhadap paparan sinar matahari langsung secara berlebihan. Hal ini dapat
menyebabkan layu atau kuning pada tanaman. Sebaliknya, apabila tanaman seledri
Tanah berfungsi sebagai media tumbuh yang dibutuhkan oleh tanaman yang
tersusun dari bahan- bahan padat, cair dan gas yang menyediakan hara untuk
tanaman dan sebagai penyedia dan penyimpan air (Jumin, 2002). Tanah yang paling
ideal untuk pertanaman seledri adalah jeis tanah Andosol. Jenis tanah ini pada
umumnya berwarna hitam atau kelabu hingga coklat tua, kaya akan unsur hara,
memiliki struktur remah dengan sturktur debu atau lempung berdebu sampai
lempung. Memiliki pH tanah sekitar 5.0- 7.0 (Rukmana, 2003). Top soil adalah
lapisan tanah yang biasanya berwarna coklat tua atau lebih kehitam- hitaman atau
lebih luak. Lapisan ini adalah tempat tumbuhnya tanaman, sehingga dapat disebut
dengan tanah olah atau tanah pertanian. Pada lapisan top soil ini banyak terdapat
dengan 6.5 pada pH optimum 6.0- 6.8. Tanaman seledri menyukai tanah yang
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada areal lahan budidaya yang
yang secara mendasar keduanya memiliki kebutuhan yang sama untuk tumbuh dan
cahaya matahari, ruang tumbuh dan karbon dioksida (CO2) , oksigen (O2)
kelangsungan hidupnya (Anderson, 1977). Sifat- sifat umum yang dimiliki gulma,
antara lain yaitu cepat berkembang biak, periode pembungaan cukup lama,
pembentukan biji berlainan umur, bunga pada umumnya majemuk, berbiji banyak,
dormansi lama, daya adaptasi luas, tahan terhadap lingkungan yang kurang
Gulma merupakan penyebab utama kehilangan air, cahaya, nutrisi, CO2, dan
ruang tumbuh sebagai pesaing tanaman budidaya. Persaingan antara gulma dengan
tanaman adalah persaingan interspesifik karena terjadi antara spesies tumbuhan yang
spesies gulma, kepadatan gulma, saat dan lama persaingan gulma, cara budidaya,
varietas yang ditanam, serta tingkat kesuburan tanah. Persaingan gulma dengan
tanaman dalam ruang, nutrisi, udara, air, dan cahaya, sangat merugikan tanaman
karena dapat menyebabkan penurunan tinggi tanaman, bentuk daun, jumlah anakan,
pengisian biji, pra pertumbuhan dan umur tanaman (Marpaung, et all, 2013)
Kompetisi merupakan fenomena yang khas terjadi di lahan budidaya, kompetisi antar
gulma dan tanaman budidaya yang terhebat dapat terjadi pada saat tanaman
kompetitor memiliki kesamaan dalam pertumbuhan vegetatf dan kebutuhan akan
umumnya kompetisi dengan gulma dapat terjadi pada masa vegetatif dan masa
generatif yang dapat mengakibatkan kerugian pada kualitas tanaman dan hasil
produksi.
pemusnahan secara total (Barus, 2003). Ada 4 metode pengendalian gulma menurut
meliputi penggunaan benih bersertifikat bebas biji gulma, penggunaan tanaman yang
lebih kompetitif dari gulma, dan ritasi tanaman. Sedangkan cara mekanis meliputi,
pengolahan lahan (machine tillage). Cara kimia dilakukan dengan menggunakan zat-
zat kimia yang bersifat organik maupun anorganik yang diaplikasikan di lahan
yang antagonis terhadap gulma. Pengendalian gulma secara manual efektif untuk
mengendalikan bibit gulma muda, baik pada tanaman semusim maupun 2 musim.
berikutnya disesuaikan dengan keberadaan gulma (Syafri dan Julistia, 2010). Hasil
penelitian Enceng dan Ferdi mengatakan (2017) bahwa frekuensi penyiangan gulma
3 kali dan 4 kali dapat meningkatkan penampilan karakter daya hasil tanaman wortel
yang ditanam.
dengan cara disemprotkan ke daun. Pupuk daun biasanya berbentuk bubuk, pada
dengan konsentrasi tertentu sesuai dengan dosis yang dianjurkan untu tanaman
(Lingga, 2011). Kelebihan pupuk daun dibandingkan dengan pupuk akar adalah
penyerapan hara melalui stomata berjalan lebih cepat sehigga perbaikan tanaman
Daun memiliki mulut yang disebut stomata yang sebagian besar letaknya
dibagian bawah daun. Mulut daun berfungsi untuk mengatur penguapan air dari
tanaman sehingga aliran air dari akar dapat sampai ke daun. Stomata membuka pada
saat udara tidak terlalu panas sehingga air yang ada pada permukaan daun dapat
masuk ke dalam jaringan daun, sedangkan pada saat udara panas maka stomata akan
(Novrizan, 2002). Keuntungan menggunakan pupuk daun antara lain adalah respon
tanaman cepat karena pupuk yang diberikan langsung dimanfaatkan oleh tanaman.
Selain itu, tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman, dengan catatan aplikasi
Waktu yang paling efektif untuk melakukan pemupukan adalah pagi atau sore
hari pada saat stomata membuka sempurna. Salisburry dan Ross (1995) mengatakan
bahwa stomata tumbuhan pada umumnya membuka pada saat matahari terbit dan
menutup pada saat hari gelap. Pada siang hari atau saat matahari sedang dalam
kondisi terik maka penyemprotan menjadi tidak efektif karena pupuk aka lebih cepat
menguap daripada diserap tanaman. Pemupukan lewat daun harus diulang beberapa
kali dengan interval waktu yang pendek untuk mendapatkan hasil yang efektif
(Tisdale dan Nelson, 1965). Pupuk daun Gandasil- D merupakan salah satu jenis
pupuk daun yang berbentuk serbuk dan sifatnya higroskopis. Pupuk Gandasil D
merupakan salah satu pupuk pelengkap yang mengandung unsur hara makro dan
unsur hara mikro antara lain adalah 6% Nitrogen, 15% Pospor, 15% Kalium, Co, Cu,
Br, Zn, Mg dan vitamin (Lingga dan Marsono, 2009). Pupuk ini diberikan pada fase
Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Waktu penelitian ini dilakukan selama 3
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih Seledri, pupuk
Sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul, gembor,
C. Rancangan Praktikum
P0 : 0 gr/ polybag
P1 : 20 gr/ polybag
P2 : 30 gr/ polybag
P3 : 50 gr/ polybag
D. Pelaksanaan Praktikum
1. Persiapan Lahan
3. Pengolahan Tanah
a. Persiapan Benih
b. Pupuk Organik
Pupuk NPK 16:16:16 yang digunakan dalam praktikum ini dibeli di toko
dilakukan pada pagi dan sore hari, sampai permukaan tanah lembab. Bibit seledri
6. Pemberian Perlakuan
a. Pupuk Organik
Pemberian pupuk organik dilakukan satu kali yaitu pada saat tanam
7. Penanaman
mencapai umur ± 28 hari, memiliki tinggi tanaman 15 cm dan 3-4 helai daun,
cara membuat lubang tanam sedalam 5 cm, dengan jarak tanam 60 cm x 25 cm.
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari sampai
pada saaat umur daun tanaman, setelah itu penyiraman dilakukan 1 kali
penyiraman.
b. Penyiangan
polybag.
c. Pengendalian Hama
dimana tanaman terserang hama ulat daun pada tanaman seledri, Upaya
Panen tanaman seledri dilakukan saat tanaman berumur 2,5 sejak pindah
tanam. Ciri-ciri tanaman yang siap panen yaitu daun seledri telah beranak-pinak
E. Parameter Pengamatan
Tinggi tanaman diamati pada saat tanaman telah berumur 14, 21, 28 dan 35 hari
setelah pindah tanam. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan mulai dari ajir yang
sampai ke ujung titik daun terpanjang. Data yang diperoleh dianalisis secara
Pengamatan umur muncul daun dihitung dari mulai benih tanaman seledri di
semai hingga tanaman sudah muncul daun ≥ 40 % jumlah populasi per polybag.
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.
Pengamatan umur panen dihitung dari mulai benih tanaman seledri di semai
hingga tanaman sudah dapat dipanen ≥ 40 % jumlah populasi per polybag. Data
yang diperoleh dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.
panjang setiap batang pada tanaman sampel dan batang yang diukur hanya
batang yang terpanjang saja. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dan
dari produksi per polybag setiap masing-masing tanaman sampel. Data yang
menghitung jumlah tanaman yang tumbuh pada umur 7 hst. Data hasil pengamatan
No Sampel Persentase
1 Sampel A1 100%
2 Sampel A2 100%
3 Sampel A3 100%
4 Sampel A4 100%
Jumlah 400%
Rata – rata 100%
Berdasarkan hasil pengamatan pada persentase tumbuh tanaman seledri
menunjukkan bahwa hasil tanaman seledri yang ditanam persentasenya ialah 100%
Faktor yang membuat tanaman seledri ini hidup dengan baik keseluruhannya
karena adanya pemeliharaan yang teratur dan baik serta pemberian pupuk kandang
yang mampu memperbaiki sifat fisik, kimia,dan biologi tanah, dan meningkatkan
kandungan material organik tanah. dan pupuk NPK mutiara 16:16:16 yang teratur
pupuk NPK mutiara 16:16:16 juga dapat merangsang pertumbuhan akar yang juga
seledri. Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang hingga ujung daun
tertinggi dengan menggunakan meteran. Tinggi tanaman seledri diukur pada tanaman
pada tanaman A1 dengan tinggi 35 cm, pada sampel A2 dengan tinggi 41 cm, pada
perhitungan rerata ini dilakukan dengan cara dari hasil jumlah dibagi tiga maka
dapatlah hasil jumlah rerata tinggi setiap tanaman yaitu A1 11,6 cm, A2 13,6 cm, A3
dimana daun yang diukur panjangnya hanyalah daun yang terlihat paling panjang.
No Sampel Panjang
1 Sampel A1 3 cm
2 Sampel A2 5 cm
3 Sampel A3 6 cm
4 Sampel A4 2 cm
Jumlah 16 cm
Rata-rata 4 cm
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap rata-rata panjang daun tanaman
didapatkan sampel pada tanaman A1 dengan panjang 3 cm, pada sampel A2 dengan
panjang 2 cm untuk perhitungan rata-rata ini dilakukan dengan cara dari hasil jumlah
dibagi empat maka dapatlah hasil jumlah rata-rata panjang daun setiap tanaman yaitu
4 cm.
D. Jumlah Daun Tanaman
Pengamatan jumlah daun ini dilakukan dengan menghitung langsung. Data hasil
No Sampel Jumlah
1 Sampel A1 9
2 Sampel A2 13
3 Sampel A3 10
4 Sampel A4 12
Jumlah 44
Rata-rata 11
E. Berat Segar Tanaman
Pengamatan berat segar tanaman ini dilakukan dengan cara ditimbang. Data hasil
didapatkan sampel pada tanaman A1 dengan berat 250 gram, pada sampel A2 dengan
berat 180 gram, pada sampel A3 dengan berat 155 gram, dan pada sampel A4 dengan
berat 725 cm untuk perhitungan rata-rata ini dilakukan dengan cara dari hasil jumlah
dibagi empat maka dapatlah hasil jumlah rata-rata berat segar setiap tanaman yaitu
181,25 gram.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Seledri (Apium graveolens L.) adalah sayuran daun dan tumbuhan
Jepang, Cina dan Korea mempergunakan bagian tangkai daun sebagai bahan
digunakan daunnya untuk menyedapkan sup atau sebagai lalap. Penggunaan seledri
paling lengkap adalah di Eropa: daun, tangkai daun, buah, dan umbinya semua
dimanfaatkan. Seledri (Apium graveolens L.) sudah lama dikenal sebagai obat
hipertensi. Tanaman yang juga terlihat cantik jika ditanam dalam pot ini lebih dulu
B. Saran
yang luas dan terhindar dari hewan pemakan sayuran dan juga lebih memperhatikan
Adi Permadi. 2006. Tanaman Obat Pelancar Air Seni. Depok : Penebar Swadaya.
hal. 5-15, 23-24.
Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budidaya Seledri. Hal 12-62. Yogyakarta :
Yayasan Pustka Nusatama.
Hadisuwito S. 2012. Membuat Pupuk Cair Orgaik Cair. Agromedia Pustaka, Jakarta
Selatan.
Hartatik. W., Husnain, dan L. R. Widowati. 2015. Peranan pupuk organik dalam
peningkatan produktivitas tanah dan tanaman. Jurnal Sumberdaya Lahan
9(2):107-120.
Musnawar, A, S. 2011. Kesuburan tanah dan nutrisi tanaman. IPB Press. Bogor
Rukmini & Sri, 2011. Pengaruh media tumbuh dan pupuk organik cair terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman seledri (Apium graveolens L.). Jurnal
Budidaya Pertanian. Vol. 4 no, 2.
Salvia, E. 2012. Teknologi Budidaya Seledri dalam Pot. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jambi. Jambi
Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Dalam. Arlingga, B., A. Syukur dan
H. Mas’ud. 2014. Pengaruh Persentase Naungan dan Dosis Pupuk Organik
Cair terhadap Pertumbuhan Tanaman Seledri (Apium graveolens L.). Jurnal
Agrotekbis, Vol.2 (6): 611 – 619.
Supranoto, A. 2006.Skripsi Uji Status Hara Nitrogen (N) pada Tanah Gambut
Terhadap Hasil Tanaman Jagung (Zea Mays L) di Desa Tebang Kacang
kecamatan Sungai Raya Kabupaten Pontianak. Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura : Pontianak
LAMPIRAN
Dokumentasi