Anda di halaman 1dari 26

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seledri (Apium graveolens L.) adalah sayuran daun dan tumbuhan obatyang

biasa digunakan sebagai bumbu masakan. Beberapa negara termasuk Jepang, Cina

dan Korea mempergunakan bagian tangkai daun sebagai bahan makanan. Di

Indonesia tumbuhan ini diperkenalkan oleh penjajah Belanda dan digunakan daunnya

untuk menyedapkan sup atau sebagai lalap. Penggunaan seledri paling lengkap

adalah di Eropa: daun, tangkai daun, buah, dan umbinya semua dimanfaatkan.

(Cahyono, 2003).

Seledri (Apium graveolens L.) sudah lama dikenal sebagai obat hipertensi.

Tanaman yang juga terlihat cantik jika ditanam dalam pot ini lebih dulu

dimanfaatkan sebagai bumbu masakan. Daun seledri biasa dipakai untuk

memperkaya cita rasa sajian atau kaldu. Sup kacang merah dan bubur ayam kurang

lengkap rasanya jika tanpa taburan daun seledri di dalamnya.

Permintaan seledri dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan baik

peningkatan domestik mapun dari luar negeri. Peningkatan permintaan dari luar

negeri mungkin disebabkan oleh semakin berkurangnya lahan pertanian akibat

konversi lahan sehingga dialihkan ke negara berkembang yang lahannya masih luas

dengan tenaga kerja yang relatif murah, serta kondisi iklim yang kurang mendukung

terutama musim dingin dan musim gugur sehinggapraktis semua kebutuhan sayuran

untuk masyarakatnya tergantung dari negara-negara lain. (Anonim, 1992 dalam

Rukmini dan Sri 2011).


Seledri merupakan salah satu tanaman sayuran penting dan memiliki nilai

ekspor. Selain sebagai tanaman sayuran, seledri juga digunakan sebagai bumbu yang

sangat digemari masyarakat, baik di Indonesia maupun di negara-negara Eropa,

Amerika dan Asia. Tanaman ini juga dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan dan

kosmetik, karena dalam daunnya banyak mengandung saponin, flavonoidadan

polifenol. Untuk obat-obatan, misalnya untuk mengobati tekanan darah tinggi,

pencegah masuk angin dan penghilang rasa mual (Permadi, 2006).

Pada dasarnya budidaya seledri masih jarang dilakukan di kota besar karena

kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan syarat pertumbuhannya. Informasi dari

Statistik Produksi Hortikultura tahun 2014 melaporkan jenis sayuran yang sering

dibudidayakan adalah sawi, bayam, kangkung dan mentimun (Direktorat Jenderal

Hortikultura, 2014). Budidaya seledri tidak hanya pada kebun yang luas, tetapi pada

lahan yang sempit seperti pada lahan perkarangan masih dapat diusahakan dalam pot

atau polybag. Menanam seledri dalam pot atau polibeg, selain kondisinya lebih

mudah dikontrol juga dapat difungsikan sebagai tanaman hias (Salvia, 2012).

Tanah merupakan media atau tempat tumbuh tanaman, selain tanah juga

sebagai tempat berbagai aktivitas yang dilakukan oleh manusia dan mahluk hidup

lainnya.Tanaman memerlukan makanan yang disebut hara tanaman atau unsur yang

diserap untuk pertumbuhan dan metabolisme tanaman. Menurut Supranoto, (2006)

bahwa tanah gambut (histosol) terbentuk oleh lingkungan yang khas, yaitu rawa atau

suasana genangan yang terjadi hampir sepanjang tahun. Indonesia adalah Negara

keempat yang mempunyai lahan gambut terluas di dunia, tetapi pemanfaatan dan

pengembangannya masih sangat terbatas. Dibalik potensinya yang masih cukup


besar, lahan gambut termasuk lahan piasan (marginal) dan mudah mengalami

degradasi.

Lahan gambut umumnya disusun oleh sisa-sisa vegetasi yang terakumulasi

dalam waktu yang cukup lama dan membentuk tanah gambut. Tanah gambut bersifat

rapuh (fragile) relatif kurang subur, dan bersifat tak balik (irreversible). Luas total

lahan gambut di tiga pulau utama Indonesia sebesar 14.905.574 ha yaitu Sumatera

6.436.649 ha, Kalimantan 4.778.004 ha, dan Papua 2.644.438 ha (Ritung et al. 2012).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kesuburan tanah gambut

adalah dengan pemupukan. Pemilihan jenis pupuk harus diperhatikan segi ekonomis

dan segi agronomisnya bagi menunjang pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang

merupakan salah satu alternatif yang baik dalam mengatasi kekurangan unsur hara

yang dibutuhkan oeh tanaman, mengingat pupuk kandang memiliki beberapa

keunggulan.

Menurut Setyamidjadja (1986) fungsi pupuk kandang terhadap tanah

pertanian adalah menambah kandungan bahan organik (humus), meningkatkan

kesuburan tanah dengan menambah unsur hara tanaman, memperbaiki kehidupan

mikroorganisme tanah, dan melindungi tanah terhadap kerusakan akibat erosi. Sarief

(1986) menyatakan bahwa pupuk kandang memiliki sifat yang lebih dari pupuk alam

lain maupun pupuk buatan, kelebihan itu antara lain: merupakan bunga tanah

(humus), merupakan sumber hara nitrogen, fosfor, dan kalium yang amat penting

bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, banyak mengandung

mikroorganisme serta dapat menaikkan daya menahan air (water holding capacity).

Menurut Novizan (2007) pemberian pupuk kandang berfungsi sebagai perekat butir

-butir tanah pada lahan gambut sehingga struktur lahan menjadi lebih baik. Pupuk
kandang merupakan salah satu alternatif yang baik dalam mengatasi kekurangan

unsur hara yang dibutuhkan oeh tanaman, mengingat pupuk kandang memiliki

beberapa keunggulan.

Menurut Rahayu, dkk (2008) bahwa media campuran pasir dan arang sekam

menghasilkan tinggi tanaman tertinggi (16,50 cm), dan tinggi tanaman tererndah

adalah dengan menggunakan media arang sekam (12,01 cm).Selain itu, perlakuan

dari berbagai tingkat konsentrasi pupuk pada masing-masing media menunujukkan

bahwa dengan penggunaan konsentrasi pupuk yang sama pada media campuran pasir

dan arang sekam memberikan hasil paling tinggi, dan hasil yang paling rendah

menggunakan media arang sekam.Rukmini dan Sri Erni (2011), menyatakan bahwa

penggunaan media tumbuh yang berbeda memberikan laju pertambahan dan hasil

yang berbeda.

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil

tanaman seledri.

2. Untuk mengetahui media tanam yang baik terhadap pertumbuhan dan hasil

tanaman seledri.

C. Manfaat Praktikum

1. Menambah wawasan penulis dalam hal pengetahuan media tanam dengan sistem

hidroponik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman seledri.

2. Terdapat salah satu perlakuan yang memberi pengaruh yang terbaik terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman seledri.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Quran Surat Al-A’raaf Ayat 58 [7] Artinya: Dan tanah yang baik,

tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur,

tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-

tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.

Sementara QS. Al-An’am ayat 99 [6] yang artinya: Dan dialah yang

menurunkan air dan langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam

tumbuh-tumbuhan, maka kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang

menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak.

Dialah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya

menjadi minuman dan sebagian menyuburkan tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat

tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu

dengan air hujan itu tanam-tanaman, zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-

buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda

(kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.'' (QS An-Nahl: 10-11

[16]).

Dengan demikian surat di atas menjelaskan dan menggambarkan tanaman-

tanaman yang tumbuh dengan subur di tandai dengan kondisi tanah yang subur dan

baik untuk tanaman, sementara pada tanah yang tandus maka tanaman tidak akan

dapat tumbuh dengan subur, namun beberapa hal tersebut tentunya memalui kuasa

Allah SAW dan kita sebagai khalifah dimuka bumi tentunya harus bias menjaga apa

yang telah diciptakan oleh Allah SAW. Seperti hal nya menjaga agar tanaman tetap

tumbuh subur pada umumnya para petani memberikan pupuk terhadap tanah agar
tetap terjaga tingkat kesuburan tanah tersebut seperti penggunaan pupuk kandang

ayam, puyuh, kambing, maupuk pupuk-pupuk organic lainnya, dan dalam memilih

tanaman budidaya tentunya kita harus melihat tanaman apa yang berpotensi untuk

kita kembangkan pada masa sekarang dan mendatang demi kelangsungan hidup

manusia salah satunya tanaman Seledri.

Tanaman seledri (Apium graveolens L.) termasuk tanaman semusim yang

berbentuk rumput atau semak. Tanaman seledri tidak bercabang yang terdiri dari

akar, batang dan tangkai daun (Haryoto, 2009). Menurut Fazal dan Singla (2012),

seledri dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae; Divisi :

Spermatophyta; Sub-divisi : Angiospermae; Kelas : Magnolisia; Sub-kelas :

Rosidace; Ordo : Apiacedes; Keluarga: Apiaceae; Genus: Apium; Spesies:

Apiumgraveolens; Apiumgraveolens; Nama Binomial: Apiumgraveolens Linn.

Daun seledri berupa daun tipis, rapuh, berbentuk belah ketupat miring,

memiliki panjang 2-8 cm, lebar 2-5 cm, pangkal dan ujung daun runcing, panjang

tangkai anak daun 1-3 cm. Herba seledri berwarna hijau tua dengan bau yang khas

(Kemenkes RI, 2010). Daun seledri yang tumbuh pada pola roset atau berbentuk

daun majemuk menyirip dengan lima atau tujuh anak daun.

Daun melekat pada batang dengan tangkain daun panjang dan berdaging.

Tangkai daun berbentuk tegak lurus dan pangkalnya membentuk cekungan seperti

talang. Tangkai daun yang lebih muda lebih lunak (Halfarce dan Barden, 2004).

Tepi daun seledri pada umumnya bergerigi bagian pangkal maupun bagian

ujung daun. Tulang daun menyirip dengan ukuran panjang sekitar 2- 7.5 cm. Tangkai
daun tumbuh tegak keatas atau kesamping batang, dengan panjang sekitar 5 cm,

berwarna hijau keputihan.

Bunga seledri kecil berwarna hijau keputihan, memiliki tangkai bunga yang

panjangnya 2.5 cm, tangkai bunga dapat tumbuh diketiak daun mencapai 3-8 tangkai.

Pada ujung tangkai bunga bergerombol membentuk bulatan. Setelah bunga dibuahi

akan berbentuk bulata kecil hijau sebagai buah muda. Setelah tua buah berwarna

menjadi coklat muda (Haryoto, 2009). Penyerbukan bunga sebagian besar dibantu

oleh serangga penyerbuk, namun bunga seledri juga dapat melakukan penyerbukan

sendiri (Rubatzky dan Yamaguchi, 2008).

Seledri memiliki buah yang sangat kecil dengan ukuran 1 mm, berbentuk

oval, per gnya terdapat sekitar 2500 biji. Tanaman seledri merupakan tanaman

penghasil biji terbanyak (Rubatzky dan Yamaguchi, 2008). Memiliki perakaran

tunggang dengan banyak cabang (Budianto 2006).

Tanaman seledri memiliki umur tanam antara 2- 4 bulan berdasarkan jenis

varietasnya. Pertumbuhan seledri telah maksimal dengan jumlah daun yang beranak

pinak dan menghasilkan tangkai daun dan batang tanaman cukup banyak (Rukmana,

1995).

Seledri (Apium graveolens L.) dapat tumbuh dan berkembang dengan baik

pada ketinggian 0-1200 meter diatas permukaan laut, dengan itu tanaman seledri

cocok ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi, dengan kelembapan antara

80- 90 % serta mendapat sinar matahari yang cukup (Iptek.net, 2015). Tanaman

seledri merupakan tanaman yang sangat bergantung pada lingkungan. Untuk

pertumbuhan dan menghasilkan produksi maksimal tanaman selesdri memerlukan


temperatur minimum sekitar 15- 18o C dan temperatur maksimum 24o C. Namun

pada saat proses perkecambahan seledri memerlukan suhu yang lebih rendah yaitu

antara 10-18o C(Haryoto, 2009).

Seledri kurang tahan terhadap air hujan yang tinggi. Penanaman seledri lebih

baik dilakukan pada akhir musim penghujan atau pada periode bulan- bulan tertentu

yang keadaan curah hujan hanya berkisar antara 60-100 mm/ bulan (Rukmana,

1995).

Menurut Haryoto (2009), tanaman seledri merupakan tanaman sub tropis

yang membutuhkan cahaya matahari 8 jam per hari. Namun pada dasarnya seledri

tidak tahan terhadap paparan sinar matahari langsung secara berlebihan. Hal ini dapat

menyebabkan layu atau kuning pada tanaman. Sebaliknya, apabila tanaman seledri

kekurangan cahaya maka pertumbuhannya akan terhambat, lemah dan pucat.

Tanah berfungsi sebagai media tumbuh yang dibutuhkan oleh tanaman yang

tersusun dari bahan- bahan padat, cair dan gas yang menyediakan hara untuk

tanaman dan sebagai penyedia dan penyimpan air (Jumin, 2002). Tanah yang paling

ideal untuk pertanaman seledri adalah jeis tanah Andosol. Jenis tanah ini pada

umumnya berwarna hitam atau kelabu hingga coklat tua, kaya akan unsur hara,

memiliki struktur remah dengan sturktur debu atau lempung berdebu sampai

lempung. Memiliki pH tanah sekitar 5.0- 7.0 (Rukmana, 2003). Top soil adalah

lapisan tanah yang biasanya berwarna coklat tua atau lebih kehitam- hitaman atau

lebih luak. Lapisan ini adalah tempat tumbuhnya tanaman, sehingga dapat disebut

dengan tanah olah atau tanah pertanian. Pada lapisan top soil ini banyak terdapat

jasad hidup makro dan mikro (AAK, 2010).


Tanaman seledri dapat tumbuh pada pH tanah berkisar antara 5.6 sampai

dengan 6.5 pada pH optimum 6.0- 6.8. Tanaman seledri menyukai tanah yang

memiliki kandungan garam Natrium, Kalsium, dan Boron (Rukmana, 1995).

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada areal lahan budidaya yang

keberadaanya tidak dikehendaki. Gulma dan tanaman budidaya merupakan tanaman

yang secara mendasar keduanya memiliki kebutuhan yang sama untuk tumbuh dan

berkembang secara normal. Gulma juga membutuhkan unsur hara, kelembapan,

cahaya matahari, ruang tumbuh dan karbon dioksida (CO2) , oksigen (O2)

kelangsungan hidupnya (Anderson, 1977). Sifat- sifat umum yang dimiliki gulma,

antara lain yaitu cepat berkembang biak, periode pembungaan cukup lama,

pembentukan biji berlainan umur, bunga pada umumnya majemuk, berbiji banyak,

dormansi lama, daya adaptasi luas, tahan terhadap lingkungan yang kurang

mengutungkan (Rukmana dan Saputra, 1999).

Gulma merupakan penyebab utama kehilangan air, cahaya, nutrisi, CO2, dan

ruang tumbuh sebagai pesaing tanaman budidaya. Persaingan antara gulma dengan

tanaman adalah persaingan interspesifik karena terjadi antara spesies tumbuhan yang

berbeda. Kemampuan tanaman bersaing dengan gulma dapat ditentukan dengan

spesies gulma, kepadatan gulma, saat dan lama persaingan gulma, cara budidaya,

varietas yang ditanam, serta tingkat kesuburan tanah. Persaingan gulma dengan

tanaman dalam ruang, nutrisi, udara, air, dan cahaya, sangat merugikan tanaman

karena dapat menyebabkan penurunan tinggi tanaman, bentuk daun, jumlah anakan,

pengisian biji, pra pertumbuhan dan umur tanaman (Marpaung, et all, 2013)

Kompetisi merupakan fenomena yang khas terjadi di lahan budidaya, kompetisi antar

gulma dan tanaman budidaya yang terhebat dapat terjadi pada saat tanaman
kompetitor memiliki kesamaan dalam pertumbuhan vegetatf dan kebutuhan akan

unsur hara dalam pertumbuhan (National Academy of Science, 1969). Pada

umumnya kompetisi dengan gulma dapat terjadi pada masa vegetatif dan masa

generatif yang dapat mengakibatkan kerugian pada kualitas tanaman dan hasil

produksi.

Pengendalian gulma bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma sampai

batas ambang ekonomis. Usaha pengendalian gulma bukan merupakan upaya

pemusnahan secara total (Barus, 2003). Ada 4 metode pengendalian gulma menurut

Anderson (1977), yakni secara pengendalian kultural, pengendalian mekanis,

pengendalian kimia, dan pengendalian biologis. Pengendalian gulma secara kultural

meliputi penggunaan benih bersertifikat bebas biji gulma, penggunaan tanaman yang

lebih kompetitif dari gulma, dan ritasi tanaman. Sedangkan cara mekanis meliputi,

pencabutan gulma secara manual menggunakan tangan (hand pulling), dengan

menggunakan cangkul, dipotong, penggenangan, dan menggunakan alat- alat

pengolahan lahan (machine tillage). Cara kimia dilakukan dengan menggunakan zat-

zat kimia yang bersifat organik maupun anorganik yang diaplikasikan di lahan

pertanian pada berbagai kondisi tergantung jenis herbisida dan tanmannya.

Pengendalian secara biologi dapat dilakukan dengan mengguakan organisme alami

yang antagonis terhadap gulma. Pengendalian gulma secara manual efektif untuk

mengendalikan bibit gulma muda, baik pada tanaman semusim maupun 2 musim.

Penyiangan gulma pada tanaman seledri dilakukan bersamaan dengan

penggemburan tanah pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam, penyiangan

berikutnya disesuaikan dengan keberadaan gulma (Syafri dan Julistia, 2010). Hasil

penelitian Enceng dan Ferdi mengatakan (2017) bahwa frekuensi penyiangan gulma
3 kali dan 4 kali dapat meningkatkan penampilan karakter daya hasil tanaman wortel

yang ditanam.

Pupuk daun merupakan pupuk anorganik yang cara pemberiannya dilakukan

dengan cara disemprotkan ke daun. Pupuk daun biasanya berbentuk bubuk, pada

umumnya sebelum disemprotkan pupuk daun perlu diencerkan terlebih dahulu

dengan konsentrasi tertentu sesuai dengan dosis yang dianjurkan untu tanaman

(Lingga, 2011). Kelebihan pupuk daun dibandingkan dengan pupuk akar adalah

penyerapan hara melalui stomata berjalan lebih cepat sehigga perbaikan tanaman

cepat terlihat (Hardjowigeno 2003 dalam Wijaya 2006).

Daun memiliki mulut yang disebut stomata yang sebagian besar letaknya

dibagian bawah daun. Mulut daun berfungsi untuk mengatur penguapan air dari

tanaman sehingga aliran air dari akar dapat sampai ke daun. Stomata membuka pada

saat udara tidak terlalu panas sehingga air yang ada pada permukaan daun dapat

masuk ke dalam jaringan daun, sedangkan pada saat udara panas maka stomata akan

menutup untuk mengurangi penguapan. Dengan sendirinya, unsur hara yang

disemprotkan ke permukaan daun juga akan masuk kedalam jaringan daun

(Novrizan, 2002). Keuntungan menggunakan pupuk daun antara lain adalah respon

tanaman cepat karena pupuk yang diberikan langsung dimanfaatkan oleh tanaman.

Selain itu, tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman, dengan catatan aplikasi

pupuk dilakukan dengna benar (Novrizan, 2002).

Waktu yang paling efektif untuk melakukan pemupukan adalah pagi atau sore

hari pada saat stomata membuka sempurna. Salisburry dan Ross (1995) mengatakan

bahwa stomata tumbuhan pada umumnya membuka pada saat matahari terbit dan

menutup pada saat hari gelap. Pada siang hari atau saat matahari sedang dalam
kondisi terik maka penyemprotan menjadi tidak efektif karena pupuk aka lebih cepat

menguap daripada diserap tanaman. Pemupukan lewat daun harus diulang beberapa

kali dengan interval waktu yang pendek untuk mendapatkan hasil yang efektif

(Tisdale dan Nelson, 1965). Pupuk daun Gandasil- D merupakan salah satu jenis

pupuk daun yang berbentuk serbuk dan sifatnya higroskopis. Pupuk Gandasil D

merupakan salah satu pupuk pelengkap yang mengandung unsur hara makro dan

unsur hara mikro antara lain adalah 6% Nitrogen, 15% Pospor, 15% Kalium, Co, Cu,

Br, Zn, Mg dan vitamin (Lingga dan Marsono, 2009). Pupuk ini diberikan pada fase

vegetatif untuk memacu pertumbuhan vegetatif.


III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan di Sungai Daun, Jalan Arifin Sulung

Simpang Empat, Kepenghuluan Sungai Daun, Kecamatan Pasir Limau Kapas,

Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Waktu penelitian ini dilakukan selama 3

bulan dari bulan Oktober sampai Desember 2020.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih Seledri, pupuk

kandang kambing, NPK 16:16:16, tanah, dan polybag.

Sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul, gembor,

meteran, kamera dan alat tulis.

C. Rancangan Praktikum

Pratikum ini menggunakan Rancangan yang terdiri dari 1 faktor adalah

penggunaan NPK mutiara 16:16:16

Faktor NPK (P), terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu :

P0 : 0 gr/ polybag

P1 : 20 gr/ polybag

P2 : 30 gr/ polybag

P3 : 50 gr/ polybag
D. Pelaksanaan Praktikum

1. Persiapan Lahan

Area praktikum yang digunakan sebagai tempat praktikum terlebih dahulu

dibersihkan dari rerumputan, kayu ataupun sisa-sisa tanaman sebelumnya.

Kemudian susun polybag 4 baris.

2. Pembuatan Plang Nama

Pembuatan plang nama dilakukan pada seng dengan ukuran 20 cm x 10

cm, dan kayu dengan panjang ± 40 cm yang digunakan sebagai tangkainya.

Kemudian dicat dengan cat minyak berwarna hijau.

3. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah pertama dilakukan dengan membalikkan dan

menghancurkan bongkahan tanah menggunakan cangkul, kemudian tanah

dicampurkan dengan pupuk kandang.

4. Persiapan Bahan Praktikum

a. Persiapan Benih

Benih seledri dibeli ditoko pertanian terdekat.

b. Pupuk Organik

Pupuk kandang kambing diperoleh dari tempat pertenakan kambing desa

Sungai Daun, Kabupaten Rokan Hilir, Kecamatan Pasir Limau Kapas,

Desa Sungai Daun.

c. Pupuk NPK 16:16:16

Pupuk NPK 16:16:16 yang digunakan dalam praktikum ini dibeli di toko

pertanian Kubu, Jalan Simpang Pelita.


5. Persemaian

Persemaian dilakukan pada tampan kecil. Sebelum disemai, benih seledri

direndam kedalam air hangat bersuhu 40 0 C selama 15 menit. Kemudian benih

disemai dengan kedalaman 0,5 cm lalu ditutup dengan tanah. Penyiraman

dilakukan pada pagi dan sore hari, sampai permukaan tanah lembab. Bibit seledri

siap dipindahkan apabila sudah mencapai umur ± 28 hari dengan kriteria

memiliki tinggi 15 cm dan 3-4 helai daun.

6. Pemberian Perlakuan

a. Pupuk Organik

Pemberian pupuk organik dilakukan satu kali yaitu pada saat tanam

dengan cara dicampur merata dengan tanah. Pemberian dilakukan sesuai

dengan dosis masing-masing perlakuan.

b. Pemberian Pupuk NPK 16:16:16

Pemberian pupuk NPK 16:16:16 dilakukan sekali, yakni pada saat

tanaman sudah berumur 4 minggu. Pemberian pupuk NPK 16:16:16

diberikan dengan cara larikan dengan kedalaman 5 cm setelah itu ditutup

kembali dengan tanah. Dosis yang diberikan sesuai dengan perlakuan.

7. Penanaman

Bibit Seledri yang akan dipindahkan telah memenuhi kriteria yaitu

mencapai umur ± 28 hari, memiliki tinggi tanaman 15 cm dan 3-4 helai daun,

serta memiliki pertumbuhan yang seragam. Penanaman bibit dilakukan dengan

cara membuat lubang tanam sedalam 5 cm, dengan jarak tanam 60 cm x 25 cm.

Bibit dimasukkan dan ditutup kembali dengan tanah sambil ditekan

menggunakan tangan untuk memadatkan tanah agar tanaman berdiri kokoh.


8. Pemeliharaan

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari sampai

pada saaat umur daun tanaman, setelah itu penyiraman dilakukan 1 kali

sehari sampai panen. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan

gembor. Ketika malam hari turun hujan maka tidak dilakukan

penyiraman.

b. Penyiangan

Penyiangan adalah kegiatan membersihkan gulma yang tumbuh disekitar

tanaman ataupun areal lahan praktikum. Penyiangan gulma pertama kali

dilakukan ketika tanaman berumur 2 minggu setelah pindah tanam dan

selanjutnya penyiangan gulma dilakukan dengan interval 2 minggu sekali.

Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma disekitar area

polybag.

c. Pengendalian Hama

Pengendalian dilakukan secara preventif dan kuratif. Pengendalian secara

preventif dilakukan dengan menjaga kebersihan area praktikum dari

gulma maupun sampah lainnya. Kemudian pengandalian secara kuratif

mulai dilakukan ketika tanaman berumur 3 minggu setelah pindah tanam

dimana tanaman terserang hama ulat daun pada tanaman seledri, Upaya

pengendalian dilakukan secara mekanis dengan membuang hama ulat

pada daun yang terserang.


9. Panen

Panen tanaman seledri dilakukan saat tanaman berumur 2,5 sejak pindah

tanam. Ciri-ciri tanaman yang siap panen yaitu daun seledri telah beranak-pinak

dan nenghasilkan tangkai daun cukup banyak.

E. Parameter Pengamatan

1. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diamati pada saat tanaman telah berumur 14, 21, 28 dan 35 hari

setelah pindah tanam. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan mulai dari ajir yang

telah ditandai (5 cm dari pangkal batang tanaman) sebagai patokan pengukuran

sampai ke ujung titik daun terpanjang. Data yang diperoleh dianalisis secara

statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

2. Umur muncul daun (hari)

Pengamatan umur muncul daun dihitung dari mulai benih tanaman seledri di

semai hingga tanaman sudah muncul daun ≥ 40 % jumlah populasi per polybag.

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

3. Umur panen (hari)

Pengamatan umur panen dihitung dari mulai benih tanaman seledri di semai

hingga tanaman sudah dapat dipanen ≥ 40 % jumlah populasi per polybag. Data

yang diperoleh dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

4. Panjang batang (cm)

Pengamatan panjang batang dilakukan setelah panen dengan cara mengukur

panjang setiap batang pada tanaman sampel dan batang yang diukur hanya

batang yang terpanjang saja. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dan

disajikan dalam bentuk tabel.


5. Produksi per rumpun (g)

Pengamatan produksi per polybag dilakukan dengan cara menimbang berat

dari produksi per polybag setiap masing-masing tanaman sampel. Data yang

diperoleh dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Persentase Tumbuh Tanaman (%)

Pengamatan persentase tumbuh tanaman dilakukan dengan cara

menghitung jumlah tanaman yang tumbuh pada umur 7 hst. Data hasil pengamatan

ditampilkan dalam bentuk tabel.

Tabel 1. Rata-rata persentase tumbuh tanaman Seledri

No Sampel Persentase
1 Sampel A1 100%
2 Sampel A2 100%
3 Sampel A3 100%
4 Sampel A4 100%
Jumlah 400%
Rata – rata 100%
Berdasarkan hasil pengamatan pada persentase tumbuh tanaman seledri

menunjukkan bahwa hasil tanaman seledri yang ditanam persentasenya ialah 100%

karena tanaman seledri yang ditanam sebanyak 4 tanaman hidup keseluruhannya.

Faktor yang membuat tanaman seledri ini hidup dengan baik keseluruhannya

karena adanya pemeliharaan yang teratur dan baik serta pemberian pupuk kandang

yang mampu memperbaiki sifat fisik, kimia,dan biologi tanah, dan meningkatkan

kandungan material organik tanah. dan pupuk NPK mutiara 16:16:16 yang teratur

membantu mempercepat pertumbuhan tanaman lewat sistem respirasi, manfaat

pupuk NPK mutiara 16:16:16 juga dapat merangsang pertumbuhan akar yang juga

merupakan salah satu faktor peertumbuhan yang cepat.

B. Tinggi tanaman (cm)

Hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman seledri setelah dilakukan

analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh interaksi maupun pengaruh utama


berbagai pupuk organik dan pupuk NPK 16:16:16 nyata terhadap tinggi tanaman

seledri. Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang hingga ujung daun

tertinggi dengan menggunakan meteran. Tinggi tanaman seledri diukur pada tanaman

berumur 1 minggu. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel.

Tabel 2. Rata-rata persentase tinggi tanaman

No Sampel Hitungan Minggu Tinggi


1 Sampel A1 Minggu ke-1 5 cm
Minggu ke-2 10 cm
Minggu ke-4 20 cm
2 Sampel A2 Minggu ke-1 7 cm
Minggu ke-2 10 cm
Minggu ke-4 24 cm
3 Sampel A3 Minggu ke-1 7 cm
Minggu ke-2 11 cm
Minggu ke-4 22 cm
4 Sampel A4 Minggu ke-1 6 cm
Minggu ke-2 12 cm
Minggu ke-4 25 cm
Jumlah A1= 35 A2= 41
A3=40 A4=43
Rata-rata A1= 11,6 A2= 13,6
A3=13,3 A4=14,3
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap rerata tinggi tanaman seledri setelah

dilakukan parameter pengamatan tinggi tanaman, maka didapatkan jumlah sampel

pada tanaman A1 dengan tinggi 35 cm, pada sampel A2 dengan tinggi 41 cm, pada

sampel A3 dengan tinggi 40 cm pada sampel A4 dengan tinggi 43 cm untuk

perhitungan rerata ini dilakukan dengan cara dari hasil jumlah dibagi tiga maka

dapatlah hasil jumlah rerata tinggi setiap tanaman yaitu A1 11,6 cm, A2 13,6 cm, A3

13,3 cm, dan A4 14,3 cm.

C. Panjang Daun Tanaman (cm)


Pengamatan panjang daun terpanjang ini dilakukan pada akhir praktikum,

dimana daun yang diukur panjangnya hanyalah daun yang terlihat paling panjang.

Pengamatan panjang daun ini dilakukan dengan menggunakan penggaris ataupun

meteran. Data hasil pengamatan dilakukan dalam bentuk tabel.

Tabel 3. Rata-rata persentase panjang daun tanaman seledri

No Sampel Panjang
1 Sampel A1 3 cm
2 Sampel A2 5 cm
3 Sampel A3 6 cm
4 Sampel A4 2 cm
Jumlah 16 cm
Rata-rata 4 cm
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap rata-rata panjang daun tanaman

seledri setelah dilakukan parameter pengamatan panjang daun tanaman, maka

didapatkan sampel pada tanaman A1 dengan panjang 3 cm, pada sampel A2 dengan

panjang 5 cm, pada sampel A3 dengan panjang 6 cm pada sampel A4 dengan

panjang 2 cm untuk perhitungan rata-rata ini dilakukan dengan cara dari hasil jumlah

dibagi empat maka dapatlah hasil jumlah rata-rata panjang daun setiap tanaman yaitu

4 cm.
D. Jumlah Daun Tanaman

Pengamatan jumlah daun ini dilakukan pada akhir praktikum.

Pengamatan jumlah daun ini dilakukan dengan menghitung langsung. Data hasil

pengamatan dilakukan dalam bentuk tabel.

Tabel 4. Rata-rata persentase jumlah daun tanaman

No Sampel Jumlah
1 Sampel A1 9
2 Sampel A2 13
3 Sampel A3 10
4 Sampel A4 12
Jumlah 44
Rata-rata 11
E. Berat Segar Tanaman

Pengamatan berat segar tanaman ini dilakukan pada akhir praktikum.

Pengamatan berat segar tanaman ini dilakukan dengan cara ditimbang. Data hasil

pengamatan dilakukan dalam bentuk tabel.

Tabel 5. Rata-rata persentase berat segar tanaman

No Sampel Berat Segar Tanaman


1 Sampel A1 250 gram
2 Sampel A2 180 gram
3 Sampel A3 155 gram
4 Sampel A4 140 gram
Jumlah 725 gram
Rata-rata 181,25 gram
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap rata-rata berat segar tanaman

kangkung setelah dilakukan parameter pengamatan berat sehar tanaman, maka

didapatkan sampel pada tanaman A1 dengan berat 250 gram, pada sampel A2 dengan

berat 180 gram, pada sampel A3 dengan berat 155 gram, dan pada sampel A4 dengan

berat 725 cm untuk perhitungan rata-rata ini dilakukan dengan cara dari hasil jumlah

dibagi empat maka dapatlah hasil jumlah rata-rata berat segar setiap tanaman yaitu

181,25 gram.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Seledri (Apium graveolens L.) adalah sayuran daun dan tumbuhan

obatyang biasa digunakan sebagai bumbu masakan. Beberapa negara termasuk

Jepang, Cina dan Korea mempergunakan bagian tangkai daun sebagai bahan

makanan. Di Indonesia tumbuhan ini diperkenalkan oleh penjajah Belanda dan

digunakan daunnya untuk menyedapkan sup atau sebagai lalap. Penggunaan seledri

paling lengkap adalah di Eropa: daun, tangkai daun, buah, dan umbinya semua

dimanfaatkan. Seledri (Apium graveolens L.) sudah lama dikenal sebagai obat

hipertensi. Tanaman yang juga terlihat cantik jika ditanam dalam pot ini lebih dulu

dimanfaatkan sebagai bumbu masakan.

B. Saran

Adapun saran untuk praktikum kedepannya, saya harus mencari tempat

yang luas dan terhindar dari hewan pemakan sayuran dan juga lebih memperhatikan

tanaman tersebut agar tanaman menjadi lebih baik lagi.


DATAR PUSTAKA

Adi Permadi. 2006. Tanaman Obat Pelancar Air Seni. Depok : Penebar Swadaya.
hal. 5-15, 23-24.

Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 10-11. Al-Qur’an dan Terjemahan.

Anonim. 2020. Tafsir Quran Surat Al-A’raf Ayat 58 Referensi:


https://tafsirweb.com/2512-quran-surat-al-araf-ayat-58.html. Diakses
tanggal 31 Desember 2020.

Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budidaya Seledri. Hal 12-62. Yogyakarta :
Yayasan Pustka Nusatama.

Hadisuwito S. 2012. Membuat Pupuk Cair Orgaik Cair. Agromedia Pustaka, Jakarta
Selatan.

Hartatik. W., Husnain, dan L. R. Widowati. 2015. Peranan pupuk organik dalam
peningkatan produktivitas tanah dan tanaman. Jurnal Sumberdaya Lahan
9(2):107-120.

Haryoto. 2009. Bertanam Seledri Secara Hidroponik. Kanisius, Yogyakarta.

Mulyani, M. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Musnawar, A, S. 2011. Kesuburan tanah dan nutrisi tanaman. IPB Press. Bogor

Novizan. 2007. Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Rukmini & Sri, 2011. Pengaruh media tumbuh dan pupuk organik cair terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman seledri (Apium graveolens L.). Jurnal
Budidaya Pertanian. Vol. 4 no, 2.

Salvia, E. 2012. Teknologi Budidaya Seledri dalam Pot. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jambi. Jambi

Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Dalam. Arlingga, B., A. Syukur dan
H. Mas’ud. 2014. Pengaruh Persentase Naungan dan Dosis Pupuk Organik
Cair terhadap Pertumbuhan Tanaman Seledri (Apium graveolens L.). Jurnal
Agrotekbis, Vol.2 (6): 611 – 619.

Supranoto, A. 2006.Skripsi Uji Status Hara Nitrogen (N) pada Tanah Gambut
Terhadap Hasil Tanaman Jagung (Zea Mays L) di Desa Tebang Kacang
kecamatan Sungai Raya Kabupaten Pontianak. Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura : Pontianak
LAMPIRAN

Dokumentasi

Awal tanam seledri Seledri umur 2 minggu

Seledri setelah umur 4 minggu Pengukuran seledri

Anda mungkin juga menyukai