OLEH :
Leonardus S. Wibowo
Mariya Ekawati
Vony Tjandra
Zeldi Ichsan
PEMBIMBING :
AGUSTUS 2005
BAB I
PENDAHULUAN
Banjarbaru.
selatan, dan hutan yang banyak dijumpai di sebelah timur. Keadaan tanah di
wilayah kecamatan Cempaka sebagian besar terdiri dari tanah yang berbatu-batu
dan berpasir yang mengandung bahan galian tambang, seperti intan, emas,
batubara, koral, kerikil, pasir, dll. Sehingga di daerah ini dijumpai kegiatan
Jumlah hujan tertinggi terjadi pada bulan maret, yaitu 425,7 mm,
sedangkan curah hujan terendah terjadi bulan september, yaitu 74,5 mm. Hari
hujan terendah terjadi pada bulan Agustus dan September, sedangkan jumlah hari
2
Batas Wilayah kerja Puskesmas Cempaka adalah sebagai berikut :
jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 6.511 KK. Jumlah penduduk
Kelurahan Palam sebanyak 2.694 jiwa, Kelurahan Bangkal sebanyak 3.263 jiwa,
Kelurahan Sungai Tiung sebanyak 6.572 jiwa, dan Kelurahan Cempaka sebanyak
11.063 jiwa.
3
Tabel 1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Tahun 2004
Jenis Kelamin
Kelompok
No Laki- Jumlah
Umur Perempuan
laki
1 00-04 1.265 1250 2.515
2 5 - 9 thn 1.425 1335 2.76
3 10-14 thn 1.265 1285 2.55
4 15-19 1.298 1058 2.356
5 20-24 1.305 1233 2.538
6 25-29 1.061 1160 2.221
7 30-34 1.039 1008 2.047
8 35-39 921 865 1.786
9 40-44 791 704 1.495
10 45-49 392 431 823
11 50-54 427 443 870
12 55-59 194 208 402
13 60-64 273 296 569
14 65-69 92 121 213
15 70-74 125 133 258
16 75+ 61 128 189
17 TT - - -
11.93
Jumlah 11.658 23.592
4
Sumber : Kecamatan Cempaka dalam Angka tahun 2004
4
TT
70 - 74 th
60 - 64 th
50 - 54 th
40 - 44 th Perempuan
laki - laki
30 - 34 th
20 - 24 th
10 - 14 th
00-04
0 500 1000 1500
5
Tabel 2. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Wilayah Kerja
Puskesmas Cempaka Tahun 2004
No Mata Pencaharian Jumlah
1 Petani Pemilik 2760
2 Petani penggarap 1290
3 Penyekop 117
4 Pengusaha 5
5 Pengrajin 35
6 Buruh tambang 958
7 Buruh bangunan 270
8 Buruh Industri 29
9 PNS 196
10 ABRI 1250
11 Pensiunan 250
Jumlah
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Cempaka tahun 2004
Petani pemilik
Petani
17%
penggarap
3% 3% Penyekop
39%
0%
Pengusaha
4%
14% Pengrajin
0%
2% 18%
Buruh Tambang
Buruh Bangunan
Buruh Industri
Diagram 1.Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Wilayah Kerja
Puskesmas Cempaka Tahun 2004
6
Tabel 3. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Pendidikan di Wilayah Kerja
Puskesmas Cempaka Tahun 2004
Tingkat Pendidikan
1600
1400
1200
1000
Tdk tamat SD
800
SD - SLTP
600
SLTA ke atas
400
200
0
Palam S. Tiung
7
Tabel 4. Data 10 Jenis Penyakit Terbanyak Puskesmas Cempaka Tahun 2004
Jumlah
No Jenis Penyakit
Kasus
1 Infeksi akut lain Pada Saluran Pernapasan atas (1302) 4738
2 Penyakit lain pada saluran pernapasan bagian atas (22) 2954
3 Tekanan Darah Tinggi (12) 1293
4 Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat (21) 1972
5 Penyakit Kulit Alergi (2002) 742
6 Ginggivitis dan periodental (1503) 733
7 Penyakit Pulpa dan jaringan periapikal (1502) 731
8 Asma (1403) 649
9 Penyakit lain pada Saluran Pernapasan Akut (1303) 631
10 Diare (102) 603
4738
5000
4000
2954
3000
1972
1293 East
2000
742 733 731 649 631 603
1000
0
1302 12 2002 1502 1303
8
PENEMUAN PENDERITA
NO BULAN NON PNEMONI PNEMONI
Bayi 1 - 4 Th Jumlah Bayi 1 - 4 Th Jumlah
1 Januari 50 93 143 8 16 24
2 Pebruari 61 131 192 11 11 22
3 Maret 91 167 258 12 25 37
4 April 72 112 184 14 22 36
5 Mei 52 102 154 8 6 14
6 Juni 56 101 157 6 4 10
7 Juli 60 145 205 11 22 33
8 Agustus 83 165 248 5 24 29
9 September 44 152 196 2 11 13
10 Oktober 64 191 255 1 10 11
11 Nopember 43 103 146 3 6 9
12 Desember 68 170 238 2 9 11
TOTAL 744 1632 2376 83 166 249
keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi keluarga yang optimal.2
Masukan gizi telah terbukti merupakan salah satu faktor penting yang
gizi balita.2
Pada hakekatnya berpangkal pada keadaan ekonomi yang kurang dan kurangnya
pengetahuan tentang nilai gizi dari makanan-makanan yang ada. Makanan yang
9
sehat harus memenuhi syarat kualitas maupun kuantitas, disamping jangan
Masalah gizi juga timbul karena perilaku gizi seseorang yang salah, yaitu
selalu kurang dari kecukupan gizinya, maka seseorang menderita gizi kurang.
akan menderita gizi lebih. Jumlah kebutuhan makanan tidaklah sama pada setiap
orang. Hal ini tergantung pada umur, jenis kelamin, tinggi dan berat badan, jenis
Anak usia dibawah lima tahun merupakan kelompok umur yang rawan
gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang
dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan
dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi secara sendiri-sendiri. Akibat gizi
kurang sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga orang mudah terserang
infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat membawa
kematian.4,5
10
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini tampak dari hasil Survey Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 yang menunjukkan bahwa proporsi kematian
bayi akibat ISPA masih 29,5 %. Artinya dari 100 bayi yang meninggal 30 di
Selatan, prevalensi total di propinsi Kalimantan Selatan pada tahun 1999 sebesar
17,48 % dan pada tahun 2000 turun menjadi 10,43 %, pada tahun 2001 terjadi
peningkatan prevalensi gizi kurang pada balita total menjadi 12,5 %. Penemuan
jumlah kasus bayi, batita dan balita di bawah garis merah (BGM) melalui program
penimbangan bulanan tahun 2002 oleh Dinas Kota Banjarmasin berjumlah 5326
periode Januari sampai Maret 2005, ditemukan kasus BGM (kasus baru dan lama)
6 orang bayi, 31 orang batita dan 20 orang balita. Di Puskesmas Cempaka pada
terbanyak. Jumlahnya mencapai 2376 balita. Pada periode bulan Januari sampai
Berdasarkan data tersebut, jumlah balita BGM dan penderita ISPA pada
balita di puskesmas Cempaka cukup tinggi. Namun belum diketahui apakah balita
BGM yang ada tersebut berhubungan dengan penyakit ISPA. Dengan demikian
penelitian ini dilakukan guna membuktikan adanya hubungan balita BGM dengan
penyakit ISPA serta membuktikan apakah balita BGM merupakan faktor risiko
11
1.3 Rumusan Penelitian
Apakah terdapat hubungan antara balita BGM dengan penyakit ISPA dan
apakah BGM itu merupakan faktor risiko penyakit ISPA pada balita di Puskesmas
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak hubungan antara
balita BGM dengan penyakit ISPA dan untuk membuktikan apakah balita BGM
kepada masyarakat tentang hubungan antara balita BGM dengan penyakit ISPA,
dan bahwa balita BGM merupakan salah satu faktor risiko yang menyebabkan
ilmu pengetahuan umumnya dan ilmu gizi pada khususnya, serta dapat menjadi
BAB II
12
KERANGKA TEORI
Istilah gizi di Indonesia baru mulai dikenal sekitar tahun 1956 sebagai
terjemahan dari “nutrion”.5 Kata gizi berasal dari bahasa Arab “ghidza” dibaca
gizi. Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
serta menghasilkan energi.6 Nutrien ialah zat penyusun bahan makanan yang
diperlukan oleh tubuh untuk metabolisme, yaitu air, protein, lemak, karbohidrat,
vitamin dan mineral.5 Bahan makanan ialah hasil produksi pertanian, perikanan
makan yang sebaik-baiknya kepada bayi dan anak, bertujuan sebagai berikut :8
13
Makanan untuk bayi sehat terdiri dari:8
1. Makanan utama yaitu air susu ibu (ASI): jika ASI sama
makanan padat bayi yaitu bubur susu, nasi tim atau makanan lain yang
sejenis
bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel
gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi
perkembangan otak, kemempuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat
setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan
satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh
toksik atau membahayakan. Baik pada status gizi kurang, maupun status gizi lebih
Status gizi memiliki pengertian status gizi anak atau seseorang pada suatu
saat yang didasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan. Di bawah ini
adalah kategori status gizi menurut indikator yang digunakan dan batas-batasnya,
yang merupakan hasil kesepakatan nasional pakar gizi di Bogor bulan Januari
2000 dan di Semarang bulan Mei 2000, yang tercantum dalam Edaran Dirjen Bina
14
Kesehatan Masyarakat Nomor : KM.03.02.1.4.1298, tanggal 31 Juli 2000 tentang
Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita, Pemantauan Status Gizi (PSG) dan
asupan dan kebutuhan zat gizi (status Gizi). Pementauan pertumbuhan merupakan
gizi panda seorang anak akan dapat diketahui secara dini melalui perubahan
15
penanggulangannya dapat dilakukan dengan segera, sehingga keadaan gizi yang
penting, yaitu :9
penimbangan balita bulanan yang diisikan ke dalam KMS untuk dinilai naik (N)
ate tidaknya (T). Tiga bagian kegiatan penting dalam pemantauan pertumbuhan
adalah :9
secara teratur
KMS
16
O : Balita yang tidak ditimbang bulan sebelumnya
BGM : Balita yang berat badannya di bawah garis merah panda KMS
BGM
Tidak ada Ya
Gizi Buruk
Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder. Faktor primer
adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan atau kualitas
17
yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan,kurang baiknya distribusi
makan yang salah. Faktor sekunder meliputi faktor yang menyebabkan zat-zat gizi
tidak sampai di sel-sel pencernaan, seperti gigi-geligi yang tidak baik, kelainan
Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung panda zat-zat apa
yang kurang. Kekurangan gizi seczrz umum (makanan kurang dalam kuantitas
a.Pertumbuhan
zat pembakar, sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok.
b. Produksi tenaga
c.Pertahanan tubuh
Daya tahan terhadap tekanan ate stress menurun. Sistem imunitas dan
batuk, dan diare. Panda anak-anak hal ini dapat membawa kematian.
18
Kurang gizi panda usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan
e.Perilaku
merupakan salah satu factor risiko dalam terjadinya berbagai penyakit degeneratif,
empedu.5
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Episode
penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan sebanyak 3-6 kali
berobat di puskesmas dan 15% - 30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung
19
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan rikectsia.
ISPA adalah batuk, pilek, dengan atau tanpa demam. Bila telah terjadi komplikasi
pneumoni terdapat gejala berupa napas cepat dan tarikan dinding dada ke
dalam 10.
berbagai infeksi. Tubuh memiliki tiga macam pertahanan untuk menolak infeksi:
Imunitas Seluler
Telah lama diketahui bahwa pada penderita KEP didapat kelenjar timus
dan tonsil yang atrofik, mengurangnya jumlah T-limfosit yang berkorelasi dengan
imunitas seluler. Oleh menurunnya imunitas seluler maka invasi kuman gram
Imunitas Humoral
20
menghindarinya. Bergabungnya komplemen dengan antibodi dapat memperbesar
antibodi terhadap antigen pada KEP tidak terganggu. Akan tetapi berhasilnya
komponen humoral lain yang diberi nama komplemen. Maka walaupun terdapat
kadar antibodi tinggi, jika terdapat gangguan pada sistem komplemen, infeksi
lebih mudah terjadi. Pda penderita KEP kadar komplemen-komplemen serum ini
lebih rendah, terkecuali C4, jika dibandingkan dengan anak sehat. Dari
pada KEP tidak menurun, bahkan meninggi, pada KEP terdapat gangguan
kuman menurun.4
BAB III
21
Menurunnya status gizi berakibat menurunnya imunitas penderita terhadap
berbagai infeksi. Tubuh memiliki tiga macam pertahanan untuk menolak infeksi:
Imunitas Seluler
Telah lama diketahui bahwa pada penderita KEP didapat kelenjar timus
dan tonsil yang atrofik, mengurangnya jumlah T-limfosit yang berkorelasi dengan
imunitas seluler. Oleh menurunnya imunitas seluler maka invasi kuman gram
Imunitas Humoral
antibodi terhadap antigen pada KEP tidak terganggu. Akan tetapi berhasilnya
komponen humoral lain yang diberi nama komplemen. Maka walaupun terdapat
kadar antibodi tinggi, jika terdapat gangguan pada sistem komplemen, infeksi
22
lebih mudah terjadi. Pda penderita KEP kadar komplemen-komplemen serum ini
lebih rendah, terkecuali C4, jika dibandingkan dengan anak sehat. Dari
pada KEP tidak menurun, bahkan meninggi, pada KEP terdapat gangguan
kuman menurun.4
Status Gizi ↓
(BGM)
Imunitas Tubuh ↓
23
Kelenjar timus Komplemen Aktivitas
dan tonsil atrofi Protein ↓ Leukosit ↓
3.2 Hipotesis
Terdapat hubungan antara balita BGM dengan penyakit ISPA dan BGM
merupakan faktor risiko penyakit ISPA pada balita di Puskesmas Cempaka bulan
Juni 2005.
BAB IV
METODOLOGI
Subjek penelitian ini adalah data balita yang berkunjung ke poli umum
24
2. Data lengkap berisi umur, berat badan dan diagnosa penyakit.
kunjungan.
Cempaka.
Alat yang digunakan adalah data register dan status balita usia 0 – 4 tahun
yang ada di poli umum puskesmas Cempaka pada bulan Juni 2005 dan Kartu
Variabel bebas pada penelitian ini adalah balita BGM bulan Juni 2005.
Variabel terikat pada penelitian ini adalah balita penderita ISPA bulan
Juni 2005.
25
Variabel pengganggu pada penelitian ini adalah tingkat sosial ekonomi,
data.
satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran
badannya di bawah garis merah pada KMS, yang diperoleh dari hasil
di bawah garis merah pada KMS, yang diperoleh dari hasil pengukuran
berat badan berdasarkan umur yang dicocokkan pada KMS. Serta data
26
7. BGM (-), ISPA (+) adalah : Balita yang berat badannya
di atas garis merah pada KMS, yang diperoleh dari hasil pengukuran berat
badan berdasarkan umur yang dicocokkan pada KMS. Serta data balita
di atas garis merah pada KMS, yang diperoleh dari hasil pengukuran berat
badan berdasarkan umur yang dicocokkan pada KMS. Serta data balita
2005.
penyakit (efek) pada kelompok dengan risiko dengan prevalens efek pada
- Bila nilai rasio prevalens < 1, berarti faktor yang diteliti tersebut justru
27
prevalensnya = 1, sehingga belum dapat disimpulkan bahwa faktor
a. Pengumpulan Data
Data diambil dari register harian poli umum dan status bulan Juni 2005
b. Pencatatan Data
- Mencatat data penderita ISPA pada balita dan umur dalam satuan
Cempaka.
- Mencatat berat badan yang ada pada status tersebut dalam satuan
kilogram
28
4.7 Analisa Data
dan diolah. Data yang sudah diolah kemudian dianalisis untuk mencari hubungan
antara balita BGM dengan penyakit ISPA. Analisa data ini dengan menggunakan
uji Chi-square pada tahap kepercayaan 95%. Kemudian dilakukan studi cross
berikut :
Efek
Jumlah
Ya Tidak
Faktor Ya A B A+B
Risiko Tidak C D C+D
Keterangan :
RP = A / (A+B) : C/ (C+D)
Keterangan :
efek.
29
4.8 Tempat dan Waktu Penelitian
Agustus 2005.
BAB V
JADWAL KEGIATAN
Minggu
No Keterangan VII VIII IX X
1 Penyusunan Proposal Χ Χ
2 Persiapan Lapangan Χ Χ
Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa
3 Χ Χ
Data
30
4 Penyusunan Laporan Χ Χ
5 Presentasi Χ
BAB VI
6.1 Hasil
Dari hasil analisa data balita yang berkunjung ke poli anak di puskesmas
Sungai Jingah pada bulan September - Nopember 2005 yang memenuhi kriteria
31
Berdasarkan data hasil penelitian, maka data bayi dan balita penderita
ISPA dan Gizi kurang/buruk pada bulan September – Nopember 2005 dapat
Tabel 8.Data balita penderita ISPA di puskesmas Sungai Jingah pada bulan
Tabel 9. Data balita gizi kurang dan buruk di puskesmas Sungai Jingah pada
bulan September – Nopember 2005.
No Keterangan Jumlah Prosentase
1 Balita gizi kurang- buruk 216 28,72 %
2 Balita yang tidak gizi kurang – buruk 536 71,28%
Jumlah 752 100 %
Tabel 10. Data balita penderita ISPA dan balita gizi kurang- buruk pada bulan
September – Nopember 2005.
ISPA
POSITIP NEGATIP JUMLAH
(+) (-)
GIZI POSITIP
50 166 216
KURA (+)
NG-
NEGATIP
BURU 118 418 536
(-)
K
JUMLAH 168 584 752
Tabel 11. Hasil Perhitungan Chi-square Hubungan Penyakit ISPA dengan balita
Gizi kurang-buruk
32
X2 Survei X2 Tabel
Penyakit ISPA 0,113 3,84 Tidak bermakna
menunjukkan bahwa balita gizi kurang- buruk belum dapat disimpulkan sebagai
6.2 Pembahasan
Pada umumnya infeksi yang sering menyerang pada balita adalah infeksi
Pada penelitian ini ditetapkan subjek penelitian adalah balita yang datang
ke poli anak puskesmas Sungai Jingah pada bulan September - Nopemberr 2005
yang tercatat pada register dan status di puskesmas Sungai Jingah sebanyak 752
yang memenuhi syarat, yaitu data balita yang berusia 0 – 4 tahun yang datang ke
puskesmas pada bulan September – Nopember 2005, data lengkap berisi berat
jumlah balita penderita ISPA yang datang ke poli umum puskesmas Cempaka
sebanyak 168 balita, kurang lebih 22,34% dari semua jumlah balita yang datang
ke poli anak puskesmas Sungai Jingah pada bulan September - Nopember 2005.
Sedangkan yang selain penderita ISPA ada 584 balita (77,60 %) . Balita gizi
kurang - buruk yang datang ke poli anak puskesmas Sungai Jingah adalah 216
balita hanya 28,72 % dari semua balita yang berkunjung pada bulan September -
33
Nopember 2005. Sedangkan jumlah balita yang tidak gizi kurang – buruk
penyakit ISPA digunakan analisis uji Chi square. Dari hasil analisis tersebut
didapatkan hasil bahwa X2 kurang dari X2 tabel pada tingkat kepercayaan 95%
yang berarti H0 diterima sehingga terdapat hubungan yang tidak bermakna secara
signifikan (p < 0,05) antara balita gizi kurang- buruk dengan penyakit ISPA.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena gizi kurang - buruk merupakan suatu
keadaan kronis sedangkan ISPA merupakan suatu keadaan akut, sehingga pada
saat dilakukan penelitian kemungkinan balita gizi kurang - buruk tidak sedang
menderita ISPA .
Jumlah balita gizi kurang- buruk yang menderita ISPA pada penelitian ini
sebanyak 50 balita. Hal ini kemungkinan terjadi secara kebetulan, karena salah
satu kelemahan pada studi cross sectional adalah sulit untuk menentukan sebab
dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek dilakukan pada saat yang
Pada data perhitungan ratio prevalens terdapat jumlah balita gizi kurang
ISPA pada balita BGM = 50 / 216 = 0,231). Terdapat 536 balita yang tidak gizi
kurang - buruk, 118 di antaranya menderita ISPA ( prevalens penyakit ISPA pada
balita yang tidak gizi kurang - buruk = 118 /536 = 0,220).Maka ratio prevalens
diperoleh hasil sebesar 1,05. Ini berarti balita gizi kurang - buruk belum dapat
34
disimpulkan sebagai faktor risiko terhadap terjadinya penyakit ISPA. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena balita gizi kurang - buruk dan penyakit ISPA
dinilai hanya satu kali saja sehingga tidak dapat diketahui seberapa jauh balita gizi
kurang – buruk menyebabkan ISPA. Untuk itu perlu dilakukan penelitian secara
kontrol, dan mencari subjek yang tidak mengalami efek (kelompok kasusl). Faktor
dibandingkan.11
BAB VII
7.1 Kesimpulan
kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara balita gizi
kurang - buruk dengan penyakit ISPA pada bulan September - Nopember 2005 di
puskesmas Sungai Jingah, sehingga balita gizi kurang - buruk masih meragukan
7.2 Saran
35
Untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan datang,
selain itu dilakukan juga penelitian terhadap faktor lain yang juga mempengaruhi
terjadinya penyakit ISPA seperti faktor lingkungan, tingkat sosial ekonomi dan
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
36
6. Suprajasa IDN, Bahri B & Fajar I Penilaian Status Gizi
Malang : Depkes RI, pusat pendidikan tenaga kerja kesehatan. Akademi Gizi
Malang, 2000
37