PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan
cara meredam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus
dinding sel dan akan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif
akan terlarut dank arena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam
sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga
terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan di dalam sel. Maserasi
digunakan untuk penyairan simplisia yang mengandung zat yang mudak mengembang
dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, sitrak, dll.
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, atau pelarut lain. Bila
cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat
ditambahkan dengan bahan pengawet, yang diberikan awal penyairan.
Keuntungan cara penyairan dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan perlatan
yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara maserasi adalah
pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna.
Indonesia merupakan Negara tropis yang memiliki tumbuhan sebagai sumber
kekayaan yang luar biasa. Banyak tanaman yang tumbuh dengan subur dan penuh dengan
potensi dari segi penggunaan bahan makanan, minuman dan beberapa pengobatan
tradisional. Sejarah telah membuktikan bahwa tanaman memberikan kontribusi tidak
terbatasdalam pengadaan sumber daya bahan alam yang banyak memiliki khasiat.
Berbagai khasiat yang dapat dihasilkan oleh tanaman merupakan efek dan khasiat dari
berbagai zat metabolit sekunder yang terkandung dalam tanaman yaitu alkaloid,
flavonoid, glikosida, terpenoid, saponin, tannin, dan polifenol sehingga biasanya
dijadikan obat tradisional yang memiliki efek kesehatan terhadap kesehatan.
Suatu tumbuhan dapat berfungsi sebagai obat tradisional karena kandungan
metabolit sekunder. Fungsi metabolit sekunder ini jarang diketahui oleh banyak orang,
sehingga seringkali terlupakan akan khasiat yang dikandung didalamnya. Untuk
pemeriksaan metabolit ini didaptkan dari tumbuhan dengan metode fitokimia.
Dalam pengambilan komponen zat aktif pada tumbuhan dapat dilakukan dengan
ekstraksi. Ekstraksi merupakan suatu prosespenarikan senyawa metabolit sekunder
dengan bantuan pelarut. Adapun beberapa teknik yang dapat dilakukan sperti maserasi,
perlokasi, ekstraksi kontinu, dan lain sebagainya. Tanaman yang diekstraksi harus
dijadikan simplesia terlebih dahulu. Simplesia adalah bahan alamiah yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah
digunakan.
Maka dari itu pada makalah kali ini membahas tentang Teknik ekstraksi maserasi,
perlokasi dan teknik ekstraksi dengan cairan pelarut bertekanan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana teknik ekstraksi maserasi, perlokasi dan teknik ekstraksi dengan cairan
pelarut bertekanan?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini untuk mengetahui cara teknik ekstraksi maserasi,
perlokasi dan teknik ekstraksi dengan cairan pelarut bertekanan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teknik Maserasi
1. Pengertian Maserasi
a. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu
menggunakan suhu 40-50 derajat celcius. Cara maserasi ini hanya dilakukan
untuk simplesia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan.
Dengan pemanasan akan diperoleh keuntungan lain : kekentalan pelarut berkurang
yang dapat mengakibatkan berkurangnya lapisan-lapisan batas, daya melarutkan
cairan penyari akan meningkat, sehingga pemisahan tersebut mempunyai
pengaruh yang sama dengan pengadukan, koofisien difusi berbanding dengan
suhu absolute dan berbanding terbalik dengan kekentalan hingga kenaikan suhu
akan berpengaruh pada kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan
menigkat bila suhu dinaikan.
b. Maserasi dengan mesin pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus menerus waktu proses maserasi
dapat dipersingkat menjadi 6-24 jam.
c. Remaserasi
Cairan penyari dibagi dua. Seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan
penyari pertama, sesudah diendap tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi
dengan cairan penyari yang kedua
d. Maserasi Melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu
bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara
berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.
e. Maserasi melingkar bertingkat
Pada maserasi melingkar penyairan tidak dapat dilaksanakan secara sempurna
karena pemindahan masa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi. Masalah
ini dapat diatasi dengan maserasi bertingkat.
2. Cara Kerja Maserasi
- Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara : 10 bagian simplesia dengan
derajat halus yang cocok dimasukan kedalam bejana, kemudian dituangi dengan
75 bagian penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya,
sambil berulang-ulang diaduk, setelah 5 hari sari diserkai, ampas diperas. Ampas
ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan diserkai, sehingga diperoleh
seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup, dibiarkan ditempat sejuk,
terlindung dari cahaya selama 2 hari, kemudian endapan dipisahkan (Dirjen POM,
1986)
- Maserasi dilakukan dengan merendam bagian tanaman secara utuh atau yang
sudah digiling kasar dengan pelarut dalam bejana pada suhu kamar selama
sekurang-kurangnya 3 hari dengan pengadukan berkali-kali sampai semua bagian
tanaman yang dapat larut melarut dalam cairan pelarut. Pelarut yang digunakan
adalah alcohol atau kadang-kadang juga air. Campuran ini kemudian disaring dan
ampas yang diperoleh bagian cairnya saja. Cairan yang diperoleh kemudian
dijernihkan dengan penyaringan ataui dekantasi setelah dibiarkan selama waktu
tertentu (Kumoro, 2015)
3. Syarat-Syarat Pelarut yang Baik
Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak factor. Criteria cairan
penyari yang baik yaitu murah dan mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia,
bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, tidak
mempengaruhi zat berkhasiat yang dikehendaki (Agoes, 2007)
4. Keuntungan dan Kerugian Maserasi
- Keuntungan cara penyairan dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan
yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Sedangkan kerugian cara
maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyairannya kurang sempurna (Dirjen
POM, 1986)
- Keuntungan proses maserasi diantaranya adalah bahwa bagian tanaman yang akan
diekstraksi tidak harus dalam wujud serbuk yang halus, tidak perlukan keahlian
khusus dan lebih sedikit kehilangan alcohol sebagai pelarut seperti proses
perlokasi/soxhlet dll. Sedangkan kerugian proses maserasi adalah perlunya
dilakukan penggojongan/pengadukan, pengepresan dan penyaringan, terjadinya
residu pelarut didalam ampas, serta mutu produk akhir yang tidak konsisten
(Kumoro, 2015)
B. Teknik Perlokasi
Perlokasi adalah cara penyairan dengan mengalirkan penyari melalui bahan yang
telah dibasahi. Perlokasi adalah metode ekstraksi cara dingin yang menggunakan pelarut
mengalir yang selalu baru (Guenther, Irawan, 2010). Menurut Agustina (2013), perlokasi
banyak digunakan untuk ekstraksi metabolit sekunder dari bahan alam, terutama untuk
senyawa yang tidak tahan panas. Perlokasi diketahui juga memiliki prinsip kerja
penyairan zat aktif yang dilakukan dengan cara mengalirkan suatu pelarut melalui serbuk
simplesia yang terlebih dahulu dibasahi selama waktu tertentu, kemudian ditempatkan
dalam suatu wadah berbentuk silinder yang diberi sekat berpori pada bagian bawahnya.
Pelarut dialirkan secara vertical dari atas kebawah melalui serbuk simplesia dan pelarut
akan melarukan zat aktif dalam sel-sel simplesia yang dilaluinya sampai mencapai
keadaan jenuh.
Menurut Zam-zam, dkk (2016) perlokasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantara
dengan perlokasi biasa, repekolasi, perlokasi dengan tekanan dan perlokasi bertingkat.
Perlokasi biasa dilakukan dengan cara simplesia yang telah ditentukan derajat halusnya
direndam dengan cairan penyari, lalu dimasukan kedalam percolator dan diperlokasi
sampai didapat perlokat tertentu. Reperkolasi merupakan suatu cara perlokasi biasa, tetapi
dipakai beberapa perlokator. Biasanya pada reperkolasi simplesia dibagi dalam tiga
perlokator, perlokat-perlokat dari tiap-tiap perlokator diambil dalam jumlah yang sudah
ditetapkan dan nantinya dipergunakan sebagai cairan penyari untuk perlokasi berikutnya
pada perlokator yang kedua dan ketiga. Perlokasi dengan tekanan sendiri digunakan
dengan simplesia mempunyai derajat halus yang sangat kecil sehingga cara perlokasi
biasa tidak dapat dilakukan. Untuk itu perlu ditambah alat penghisap supaya perlokat
dapat turun kebawah. Sementara itu, perlokasi bertingkat digunakan untuk bertujuan
memperbaiki perlokat yang dihasilkan perlokasi biasa. Perlokasi ini dilakukan dengan
cara serbuk simplesia yang hamper tersari sempurna, sebelum dibuang, disari dengan
cairan penyari yang baru. Penyairan serbuk simplesia dengan menggunakan cairan
penyari yang baru dilakukan agar serbuk simplesia tersebut dapat tersari sempurna.
Sebaliknya, serbuk simplesia yang baru disari dengan perlokat akhir yang jenuh. Dengan
demikian akan diperoleh perlokat akhir yang jenuh. Perlokat ini kemudian dipisahkan dan
dipekatkan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dar sempurna.
Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang
dapat dipertanggungjawbakan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai
pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Direktoral Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. 1986. Sediaan Galenik, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta
Ibrahim, S. 2013. Teknik Laboratorium Kimia Organik, Graha Ilmu : Yogyakarta
Kumoro, A.C. 2015. Teknologi Ekstraksi Senyawa Bahan Aktif dari Tanaman Obat,
Plantaxia : Yogyakarta
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknik Farmasi, Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta
Dirjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama
Jakarta : Depkes RI
Harbone. J.B. 1987. Metode Fitokimia. ITB Press. Bandung
Zam-zam, M.Y dkk. 2016. Farmakognosi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC