Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Di susun :
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021/2022
1. Jelaskan perbedaan pemungutan PPN dan PPnBM ?
Berdasarkan masing-masing karakteristiknya, secara garis besar terdapat tiga poin perbedaan
PPN dan PPnBM, yakni:
1. Jenis pungutan. Pada PPN, jenis pungutan yang dibebankan adalah pungutan atas
nilai tambah barang. Sementara, PPnBM merupakan pungutan tambahan yang
dikenakan selain PPN kepada barang yang sifatnya mewah.
2. Pengenaan Pajak. PPN dikenakan di setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur
distribusi, mulai dari tingkat pabrikan, tingkat pedagang besar hingga tingkat
pedagang pengecer. Sementara, PPnBM hanya dikenakan satu kali, yakni saat impor
atau saat penyerahan BKP di dalam negeri oleh pabrikan yang menghasilkannya.
3. Pengkreditan. PPN dapat dikreditkan melalui mekanisme pajak masukan dan pajak
keluaran. Sementara, PPnBM tidak dapat dikreditkan dengan PPN atau PPnBM
lainnya.
Persetujuan pemusatan tempat PPN terutang mulai berlaku untuk masa pajak berikutnya
setelah tanggal Surat Keputusan Dirjen Pajak tentang Persetujuan Pemusatan Tempat PPN
Terutang diterbitkan dan berlaku untuk jangka waktu lima tahun sejak masa pajak dimulainya
pemusatan PPN terutang.
4. Apakah yang dimaksud dengan Fakur Pajak ? Faktur Pajak bisa berupa Faktur
Pajak Keluaran dan Masukan. Jelaskan apa yang dimaksud dengan keduanya ?
Kapan paling lambat Faktur Pajak harus dibuat oleh PKP ? Sanksinya apa
apbila terlambat ? Berilah contoh form Faktur Pajak standar
A. Faktur pajak
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak Pengusaha Kena Pajak (PKP), yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak
(JKP).
a) Faktur Pajak Keluaran adalah faktur pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena
Pajak saat melakukan penjualan terhadap barang kena pajak, jasa kena pajak,
dan atau barang kena pajak yang tergolong dalam barang mewah;
b) Faktur Pajak Masukan adalah faktur pajak yang didapatkan oleh PKP ketika
melakukan pembelian terhadap barang kena pajak atau jasa kena pajak dari
PKP lainnya;
B. Kapan paling lambat Faktur Pajak harus dibuat oleh PKP ?
Di bawah ini adalah batas waktu penerbitannya yang diterapkan berdasar lima kondisi
berikut:
a) Akhir bulan berikutnya setelah bulan terjadinya penyerahan BKP/JKP dalam hal
pembayaran diterima setelah akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan
BKP/JKP.
b) Penerimaan pembayaran dalam hal pembayaran terjadi sebelum akhir bulan
berikutnya setelah bulan penyerahan BKP.JKP.
c) Penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum
penyerahan BKP/JKP.
d) Penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan.
e) Ketika PKP menyampaikan tagihan kepada Bendaharawan Pemerintah sebagai
Pemungut PPN.
Keterlambatan atas pembuatan atau dengan sengaja tidak membuat faktur pajak, maka Wajib
Pajak akan dikenakan sanksi sebagai berikut.
a) Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) tetapi tidak
membuat Faktur Pajak atau tidak tepat waktu melakukan pembayaran pajak, selain
wajib menyetor PPN yang terutang juga dikenakan sanksi berupa denda sebesar 2%
dari Dasar Pengenaan Pajak (Pasal 14 UU KUP).
b) Faktur pajak diterbitkan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) tetapi telah melewati
jangka waktu 3 bulan sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat, dianggap tidak
menerbitkan Faktur Pajak. Dan bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pembeli/penerima
Barang Kena Pajak (BKP)/Jasa Kena Pajak (JKP) PPN yang tercantum di Faktur
Pajak tersebut tidak dapat dikreditkan sebagai Pajak Masukan.
D. Contoh Formulir Faktur Pajak Standar sebagai berikut :
5. Bilamana suatu penyerahan Barang/Jasa itu dikenakan PPN ?
PPN dikenakan atas penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan oleh PKP kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak
dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c UU
PPN.
6. Bilamana PPN Masukan bisa dikreditkan dengan PPN Keluaran dan tidak bisa
dikreditkan dengan PPN Keluarannya ?
Bagi PKP yang belum berproduksi sehingga belum melakukan penyerahan yang terutang,
Pajak Masukan atas perolehan dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan. Pada dasarnya
Pajak Masukan dikreditkan dengan Pajak keluaran pada Masa Pajak yang sama. Namun, bagi
PKP yang belum berproduksi, Pajak Masukan atas perolehan dan/atau impor barang modal
diperkenankan untuk dikreditkan kecuali Pajak Masukan bagi pengeluaran untuk:
a) Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha dikukuhkan
sebagai PKP;
b) Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan
langsung dengan kegiatan usaha;
c) Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon,
kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan;
d) Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak
dari luar Daerah Pabean sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP;
e) Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak
memenuhi ketentuan atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok
Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;
f) Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak
dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan;
g) Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih
dengan penerbitan ketetapan pajak;
h) Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa PPN, yang ditemukan pada waktu
dilakukan pemeriksaan; dan perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau
Jasa Kena Pajak sebelum PKP berproduksi.
Jenis PPN dan pajak masukan dimana faktur pajak yang dibuat adalah faktur pajak yang tidak
bisa dikreditkan antara lain:
a. PPN atas perolehan BKP/JKP yang dilakukan sebelum pengusaha yang bersangkutan
ditetapkan sebagai PKP.
b. PPN atas perolehan BKP/JKP yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan
usaha PKP. Maksudnya, tidak memiliki hubungan dengan kegiatan produksi,
distribusi, pemasaran dan manajemen PKP.
c. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon,
kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan.
d. PPN atas perolehan BKP/JKP yang didapat dari luar daerah paben sebelum
pengusaha yang bersangkutan ditetapkan sebagai PKP.
e. PPN atas perolehan BKP/JKP yang tidak memenuhi ketentuan pada UU No. 42/2009
Tentang PPN dan PPnBM Pasal 13 Ayat (5) atau (9) atau tidak mencantumkan nama,
alamat dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pembeli/penerima BKP/JKP.
f. PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud atau atas pemanfaatan JKP dari luar
daerah pabean dimana faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam UU No. 42/2009 Tentang PPN dan PPnBM Pasal 13 Ayat (6).
g. PPN atas perolehan BKP/JKP yang pajak masukan ditagih dengan menggunakan
penerbitan ketetapan pajak.
h. PPN atas perolehan BKP/JKP yang pajak masukannya tidak dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan (SPT) masa pajak PPN, yang ditemukan pada waktu dilakukan
pemeriksaan oleh DJP.
i. PPN untuk perolehan BKP yang digunakan sebagai barang modal atau JKP sebelum
PKP melakukan kegiatan berproduksi.
j. Faktur pajak masukan yang sudah melebihi batas toleransi pengkreditan, yakni 3
bulan. Pajak masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan dengan pajak
keluaran pada Masa Pajak yang sama, tidak dapat dikreditkan pada untuk masa pajak
lebih dari 3 bulan setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan.
k. Pajak masukan yang dapat dikreditkan tetapi telah dibebankan sebagai biaya atau
ditambahkan kepada harga perolehan BKP/JKP tidak boleh dikreditkan sebagai pajak
masukan.
Berikut ini karakteristik PPnBM yang membedakannya dengan jenis pajak lain:
Selain itu, PPnBM juga berfungsi untuk mengendalikan pola konsumsi BKP yang tergolong
mewah di masyarakat serta melindungi produsen kecil dan tradisional.
9. Jelaskan jenis tarif PPnBM dan dasar hukumnya ?
Penentuan tarif PPnBM kendaraan bermotor diatur dalam PMK Nomor 33/PMK.010/2017 :
Tarif PPnBM untuk kelompok non kendaraan bermotor diatur dalam PMK Nomor
35/PMK.010/2017 :
a. Tarif PPnBM untuk non kendaraan bermotor sebesar 20% diberlakukan pada:
1. Rumah dan town house dari jenis nonstrata title dengan harga jual sebesar Rp
20 miliar atau lebih.
2. Apartemen, kondominium, town house dari jenis strata title dan sejenisnya
dengan harga jual sebesar Rp 10 miliar atau lebih.
b. Tarif PPnBM untuk non kendaraan bermotor sebesar 40% diberlakukan pada:
1. Kelompok balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat
udara lainnya tanpa tenaga penggerak.
2. Kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan
negara, yang terdiri dari peluru dan bagiannya, tidak termasuk peluru senapan
angin
c. Tarif PPnBM untuk non kendaraan bermotor sebesar 50% diberlakukan pada:
1. Kelompok pesawat udara, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan udara
niaga yang terdiri dari helokopter, pesawat udara dan kendaraan udara lainnya,
selain helikopter.
2. Kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara
yang terdiri dari senjata artileri, revolver dan pistol, senjata api (selain senjata
artileri, revolver dan pistol) dan peralatan semacam itu yang dioperasikan
dengan penembakan bahan peledak.
d. Tarif PPnBM untuk non kendaraan bermotor sebesar 75% diberlakukan pada:
1. Kapal pesiar, kapal ekskursi, dan kendaraan air semacam yang dirancang
untuk pengangkutan orang, kapal feri dari semua jenis, kecuali untuk
kepentingan negara atau angkutan umum.
2. Yacht, kecuali untuk kepentingan negara atau angkutan umum.