Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PERPAJAKAN TM 11

Dosen : DR. H. HERU TJARAKA, SE, MSI, BKP, AK, CA,.

Di susun :

Wanda Agustin (041911535007)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2021/2022
1. Jelaskan perbedaan pemungutan PPN dan PPnBM ?

Berdasarkan masing-masing karakteristiknya, secara garis besar terdapat tiga poin perbedaan
PPN dan PPnBM, yakni:

1. Jenis pungutan. Pada PPN, jenis pungutan yang dibebankan adalah pungutan atas 
nilai tambah barang. Sementara, PPnBM merupakan pungutan tambahan yang
dikenakan selain PPN kepada barang yang sifatnya mewah.
2. Pengenaan Pajak. PPN dikenakan di setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur
distribusi, mulai dari tingkat pabrikan, tingkat pedagang besar hingga tingkat
pedagang pengecer. Sementara, PPnBM hanya dikenakan satu kali, yakni saat impor
atau saat penyerahan BKP di dalam negeri oleh pabrikan yang menghasilkannya.
3. Pengkreditan. PPN dapat dikreditkan melalui mekanisme pajak masukan dan pajak
keluaran. Sementara, PPnBM tidak dapat dikreditkan dengan PPN atau PPnBM
lainnya.

2. Jelaskan kapan saat dan tempat PPN terutng ?

a). Saat Terutang PPN

a. Saat penyerahan, impor, pemanfaatan, atau ekspor.


b. Saat pembayaran, jika dilaksanakan lebih dahulu
c. Saat – saat lain.
a) Untuk BKP Berwujud, saat penyerahan kepada pihak pengirim.
b) Untuk BKP Tak Berwujud, saat pengakuan piutang, penagihan, atau
saat penandatangan kontrak.
c) Untuk penyerahan akibat perubahan bentuk, penggabungan, atau
pemekara usaha, saat hasil RUPS ditetapkan.
b). Tempat terutang PPN

1. Tempat pengukuhan PKP (berlaku atas penyerahan BKP atau JKP)


2. Tempat dimasukkannya BKP (Berlaku atas Impor)
3. Tempat kedudukan pihak yang memanfaatkan (Berlaku atas pemanfaatan BKP-TB
atau JKP di dalam daerah pabean)
4. Tempat bangunan didirikan (Berlaku atas kegiatan membangun sendiri) Tempat
kedudukan kantor cabang (Berlaku atas penyerahan antar cabang).

3. Bilamana dilakukan pemusataan tempat pajak terutang ?

Persetujuan pemusatan tempat PPN terutang mulai berlaku untuk masa pajak berikutnya
setelah tanggal Surat Keputusan Dirjen Pajak tentang Persetujuan Pemusatan Tempat PPN
Terutang diterbitkan dan berlaku untuk jangka waktu lima tahun sejak masa pajak dimulainya
pemusatan PPN terutang.

4. Apakah yang dimaksud dengan Fakur Pajak ? Faktur Pajak bisa berupa Faktur
Pajak Keluaran dan Masukan. Jelaskan apa yang dimaksud dengan keduanya ?
Kapan paling lambat Faktur Pajak harus dibuat oleh PKP ? Sanksinya apa
apbila terlambat ? Berilah contoh form Faktur Pajak standar

A. Faktur pajak

Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak Pengusaha Kena Pajak (PKP), yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak
(JKP).
a) Faktur Pajak Keluaran adalah faktur pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena
Pajak saat melakukan penjualan terhadap barang kena pajak, jasa kena pajak,
dan atau barang kena pajak yang tergolong dalam barang mewah;
b) Faktur Pajak Masukan adalah faktur pajak yang didapatkan oleh PKP ketika 
melakukan pembelian terhadap barang kena pajak atau jasa kena pajak dari
PKP lainnya;
B. Kapan paling lambat Faktur Pajak harus dibuat oleh PKP ?

Di bawah ini adalah batas waktu penerbitannya yang diterapkan berdasar lima kondisi
berikut:

a) Akhir bulan berikutnya setelah bulan terjadinya penyerahan BKP/JKP dalam hal
pembayaran diterima setelah akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan
BKP/JKP.
b) Penerimaan pembayaran dalam hal pembayaran terjadi sebelum akhir bulan
berikutnya setelah bulan penyerahan BKP.JKP.
c) Penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum
penyerahan BKP/JKP.
d) Penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan.
e) Ketika PKP menyampaikan tagihan kepada Bendaharawan Pemerintah sebagai
Pemungut PPN.

C. Sanksinya yang diterima apabila terlambat ?

Keterlambatan atas pembuatan atau dengan sengaja tidak membuat faktur pajak, maka Wajib
Pajak akan dikenakan sanksi sebagai berikut.

a) Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) tetapi tidak
membuat Faktur Pajak atau tidak tepat waktu melakukan pembayaran pajak, selain
wajib menyetor PPN yang terutang juga dikenakan sanksi berupa denda sebesar 2%
dari Dasar Pengenaan Pajak (Pasal 14 UU KUP).
b) Faktur pajak diterbitkan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) tetapi telah melewati
jangka waktu 3 bulan sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat, dianggap tidak
menerbitkan Faktur Pajak. Dan bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pembeli/penerima
Barang Kena Pajak (BKP)/Jasa Kena Pajak (JKP) PPN yang tercantum di Faktur
Pajak tersebut tidak dapat dikreditkan sebagai Pajak Masukan.
D. Contoh Formulir Faktur Pajak Standar sebagai berikut :
5. Bilamana suatu penyerahan Barang/Jasa itu dikenakan PPN ?

PPN dikenakan atas penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan oleh PKP kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak
dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c UU
PPN.

6. Bilamana PPN Masukan bisa dikreditkan dengan PPN Keluaran dan tidak bisa
dikreditkan dengan PPN Keluarannya ?

Bagi PKP yang belum berproduksi sehingga belum melakukan penyerahan yang terutang,
Pajak Masukan atas perolehan dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan. Pada dasarnya
Pajak Masukan dikreditkan dengan Pajak keluaran pada Masa Pajak yang sama. Namun, bagi
PKP yang belum berproduksi, Pajak Masukan atas perolehan dan/atau impor barang modal
diperkenankan untuk dikreditkan kecuali Pajak Masukan bagi pengeluaran untuk:

a) Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha dikukuhkan
sebagai PKP;
b) Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan
langsung dengan kegiatan usaha;
c) Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon,
kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan;
d) Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak
dari luar Daerah Pabean sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP;
e) Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak
memenuhi ketentuan atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok
Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;
f) Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak
dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan;
g) Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih
dengan penerbitan ketetapan pajak;
h) Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa PPN, yang ditemukan pada waktu
dilakukan pemeriksaan; dan perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau
Jasa Kena Pajak sebelum PKP berproduksi.

7. Jelaskan PPN Masukan yang tidak dapat dikreditkan dan bagaimanakah


perlakuan fiskalnya ?

Jenis PPN dan pajak masukan dimana faktur pajak yang dibuat adalah faktur pajak yang tidak
bisa dikreditkan antara lain:

a. PPN atas perolehan BKP/JKP yang dilakukan sebelum pengusaha yang bersangkutan
ditetapkan sebagai PKP.
b. PPN atas perolehan BKP/JKP yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan
usaha PKP. Maksudnya, tidak memiliki hubungan dengan kegiatan produksi,
distribusi, pemasaran dan manajemen PKP.
c. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon,
kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan.
d. PPN atas perolehan BKP/JKP yang didapat dari luar daerah paben sebelum
pengusaha yang bersangkutan ditetapkan sebagai PKP.
e. PPN atas perolehan BKP/JKP yang tidak memenuhi ketentuan pada UU No. 42/2009
Tentang PPN dan PPnBM Pasal 13 Ayat (5) atau (9) atau tidak mencantumkan nama,
alamat dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pembeli/penerima BKP/JKP.
f. PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud atau atas pemanfaatan JKP dari luar
daerah pabean dimana faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam UU No. 42/2009 Tentang PPN dan PPnBM Pasal 13 Ayat (6).
g. PPN atas perolehan BKP/JKP yang pajak masukan ditagih dengan menggunakan
penerbitan ketetapan pajak.
h. PPN atas perolehan BKP/JKP yang pajak masukannya tidak dilaporkan dalam Surat 
Pemberitahuan (SPT) masa pajak PPN, yang ditemukan pada waktu dilakukan
pemeriksaan oleh DJP.
i. PPN untuk perolehan BKP yang digunakan sebagai barang modal atau JKP sebelum
PKP melakukan kegiatan berproduksi.
j. Faktur pajak masukan yang sudah melebihi batas toleransi pengkreditan, yakni 3
bulan. Pajak masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan dengan pajak
keluaran pada Masa Pajak yang sama, tidak dapat dikreditkan pada untuk masa pajak
lebih dari 3 bulan setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan.
k. Pajak masukan yang dapat dikreditkan tetapi telah dibebankan sebagai biaya atau 
ditambahkan kepada harga perolehan BKP/JKP tidak boleh dikreditkan sebagai pajak
masukan.

8. Bagaimanakah karakteristik PPnBM dan mengapa ada pemungutan PPnBM


selain PPN ?

Berikut ini karakteristik PPnBM yang membedakannya dengan jenis pajak lain:

1. PPnBM merupakan pungutan tambahan setelah atau di samping PPN.


2. PPnBM bukanlah pajak yang dapat dikreditkan dengan PPN.
3. PPnBM hanya dipungut sekali saja, yakni pada saat impor BKP yang termasuk
mewah atau saat penyerahan BKP mewah yang dilakukan oleh PKP pabrikan dari
BKP yang tergolong mewah.
4. Jika eksportir melakukan ekspor BKP yang tergolong mewah, PPnBM yang sudah
dibayar saat perolehannya dapat Anda minta kembali.

Pemungutan PPnBM bertujuan untuk memperoleh keseimbangan pajak antara konsumen


yang memiliki penghasilan tinggi dengan konsumen yang berpenghasilan rendah.

Selain itu, PPnBM juga berfungsi untuk mengendalikan pola konsumsi BKP yang tergolong
mewah di masyarakat serta melindungi produsen kecil dan tradisional.
9. Jelaskan jenis tarif PPnBM dan dasar hukumnya ?

A. Tarif PPnBM kendaraan bermotor

Penentuan tarif PPnBM kendaraan bermotor diatur dalam PMK Nomor 33/PMK.010/2017 :

a. Tarif PPnBM sebesar 10% diberlakukan untuk kelompok sebagai berikut:


1. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 orang sampai dengan
15 orang termasuk pengemudi, dengan motor bakar cetus api
(diesel/semi diesel), baik yang dilengkapi dengan motor listrik
maupun tidak, dengan semua kapasitas isi silinder.
2. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang kurang dari 10 orang
termasuk pengemudi selain sedan atau station wagon, dengan motor
bakar cetus api, baik yang dilengkapi dengan motor listrik maupun
tidak, dengan sistem 1 gardan penggerak, dengan kapasitas isi
silinder sampai dengan 1.500 cc.
3. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang kurang dari 10 orang
termasuk pengemudi selain sedan atau station wagon, dengan motor
bakar nyala kompresi (diesel/semi diesel). baik dilengkapi dengan
motor listrik maupun tidak, dengan sistem 1 gardan penggerak,
dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1.500 cc.
b. Tarif PPnBM sebesar 20% diberlakukan untuk kelompok sebagai berikut:
1. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk
pengemudi selain sedan atau station wagon, dengan sistem 1 gardan penggerak,
dengan motor bakar cetus api, baik dilengkapi dengan motor listrik maupun tidak,
dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1.500 cc sampai dengan 2.500 cc.
2. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang kurang dari 10 orang termasuk
pengemudi selain sedan atau station wagon, dengan sistem 1 gardan penggerak,
dengan motor bakar nyala kompresi (diesel/semi diesel), baik yang dilengkapi
dengan motor listrik maupun tidak, dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1.500
cc sampai dengan 2.500 cc.
3. Kendaraan bermotor dengan kabin yang dirancang untuk 2 baris tempat duduk
(double cabin) untuk penumpang melebihi 3 orang tetapi tidak melebihi 6 orang
termasuk pengemudi dan memiliki bak (terbuka atau tertutup) untuk
pengangkutan barang, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi
(diesel/semi diesel), dilengkapi dengan motor listrik maupun tidak, dengan sistem
1 gardan penggerak atau dengan sistem 2 gardan penggerak, untuk semua
kapasitas isi silinder, dengan massa total tidak lebih dari 5 ton.
c. Tarif PPnBM sebesar 30% diberlakukan untuk kelompok sebagai berikut:
1. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang kurang dari 10 orang termasuk
pengemudi, dengan motor bakar cetus api, baik yang dilengkapi dengan motor
listrik maupun tidak, dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1.500 cc untuk
sedan atau station wagon dan kendaraan selain sedan atau station wagon dengan
sistem 2 gardan penggerak.
2. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang kurang dari 10 orang termasuk
pengemudi, dengan motor bakar nyala kompresi, baik yang dilengkapi dengan
motor listrik maupun tidak, dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1.500 cc
untuk sedan atau station wagon dan kendaraan selain sedan atau station wagon
dengan sistem 2 gardan penggerak.
d. Tarif PPnBM sebesar 40% diberlakukan untuk kelompok sebagai berikut:
1. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang kurang dari 10 orang termasuk
pengemudi selain sedan ataustation wagon, dengan motor bakar cetus api, baik
yang dilengkapi dengan motor listrik maupun tidak, dengan sistem 1 gardan
penggerak, dengan kapasitas isi silinder lebih dari 2.500 cc sampai dengan 3.000
cc.
2. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang kurang dari 10 orang  termasuk
pengemudi dengan motor bakar cetus api, baik yang dilengkapi dengan motor
listrik maupun tidak, dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1.500 cc sampai
dengan kapasitas 3.000 cc, untuk sedan atau station wagon dan kendaraan selain
sedan atau station wagon dengan sistem 2 gardan penggerak.
3. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang kurang dari 10 orang termasuk
pengemudi dengan motor bakar nyala kompresi (diesel/semi diesel), baik yang
dilengkapi dengan motor listrik maupun tidak, dengan kapasitas isi silinder lebih
dari 1.500 cc sampai dengan 2.500 cc, untuk sedan atau station wagon dan
kendaraan selain sedan atau station wagon dengan sistem 2 gardan penggerak.
e. Tarif PPnBM sebesar 50% diberlakukan bagi seluruh kendaraan yang
penggunaannya dikhususkan untuk golf
f. Tarif PPnBM 60% diberlakukan untuk kelompok sebagai berikut:
1. Kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari 250  cc
sampai dengan 500 cc, yakni sepeda motor (termasuk moped) dan sepeda yang
dilengkapi dengan motor tambahan, dengan atau tanpa kereta pasangan sisi,
termasuk kereta pasangan sisi.
2. Kendaraan khusus yang dibuat untuk perjalanan di atas salju, di pantai, digunung,
dan kendaraan semacam itu
g. Tarif PPnBM 125% diberlakukan untuk kelompok sebagai berikut:
1. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk
pengemudi, dengan motor bakar cetus api, dilengkapi dengan motor listrik
maupun tidak, dengan kapasitas isi silinder lebih dari 3.000 cc yang terdiri dari
sedan atau station wagon, selain sedan atau station wagon dengan sistem 1 gardan
penggerak dan dengan sistem 2 gardan penggerak.
2. Kendaraan bermotor pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk
pengemudi, dengan motor bakar nyala kompresi (diesel/semi diesel), baik
dilengkapi dengan motor listrik maupun tidak, dengan kapasitas isi silinder lebih
dari 2500 ccMyang terdiri dari, sedan atau station wagon, selain sedan atau station
wagon dengan sistem 1 gardan penggerak dan dengan sistem 2 gardan penggerak.
3. Kendaraan bermotor roda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari 500 cc yang
terdiri dari, sepeda motor (termasuk moped) dan sepeda yang dilengkapi dengan
motor tambahan, dengan atau tanpa kereta pasangan sisi, termasuk kereta
pasangan sisi. Trailer atau semi trailer dari tipe caravan, untuk perumahan atau
kemah.
B. Tarif PPnBM non kendaraan bermotor

Tarif PPnBM untuk kelompok non kendaraan bermotor diatur dalam PMK Nomor
35/PMK.010/2017 :

a. Tarif PPnBM untuk non kendaraan bermotor sebesar 20% diberlakukan pada:
1. Rumah dan town house dari jenis nonstrata title dengan harga jual sebesar Rp
20 miliar atau lebih.
2. Apartemen, kondominium, town house dari jenis strata title dan sejenisnya
dengan harga jual sebesar Rp 10 miliar atau lebih.
b. Tarif PPnBM untuk non kendaraan bermotor sebesar 40% diberlakukan pada:
1. Kelompok balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat
udara lainnya tanpa tenaga penggerak.
2. Kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan
negara, yang terdiri dari peluru dan bagiannya, tidak termasuk peluru senapan
angin
c. Tarif PPnBM untuk non kendaraan bermotor sebesar 50% diberlakukan pada:
1. Kelompok pesawat udara, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan udara
niaga yang terdiri dari helokopter, pesawat udara dan kendaraan udara lainnya,
selain helikopter.
2. Kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara
yang terdiri dari senjata artileri, revolver dan pistol, senjata api (selain senjata
artileri, revolver dan pistol) dan peralatan semacam itu yang dioperasikan
dengan penembakan bahan peledak.
d. Tarif PPnBM untuk non kendaraan bermotor sebesar 75% diberlakukan pada:
1. Kapal pesiar, kapal ekskursi, dan kendaraan air semacam yang dirancang
untuk pengangkutan orang, kapal feri dari semua jenis, kecuali untuk
kepentingan negara atau angkutan umum.
2. Yacht, kecuali untuk kepentingan negara atau angkutan umum.

Anda mungkin juga menyukai