Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KELAS : BK REGULER C
TUGAS : TR 3
A. KONSELING KELOMPOK
Konseling adalah hubungan pribadi yang dapat dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam
mana konselor melalui hubungan itu, dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya,
menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya
sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan
potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli
dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan
yang akan datang. ( Tolbert, 1959 ).
Menurut Dewa Ketut Sukardi, konseling kelompok merupakan konseling yang di selenggarakan
dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjdi di dalam kelompok itu.
Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok
itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan (bidang bimbingan pribadi,
sosial, belajar dan karir).
Konseling kelompok adalah salah satu bantuan yang diberikan kepada konseli dalam bentuk
kelompok dan mempunyai metode pemecahan dan penyembuhan,kemudian konselor mengarahkan
untuk memberikan kemudahan untuk perkembangan dan pertumbuhannya. Pada konseling
kelompok seorang konseli menggunakan interaksi dalam kelompok untuk mendapatkan
peningkatan, pemahaman dan penerimaan pada sebuah nilai dan banyak tujuan tertentu, untuk
mempelajari atau menghilangkan sikap-sikap dan prilaku tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok merupakan konseling yang dilaksanakan dalam
bentuk kelompok bersifat pemecahan dan penyembuhan yang terdiri dari empat sampai delapan
konseli sehingga dalam konseling kelompok konseli dapat berinteraksi untuk meningkatkan
pemahaman dan mempelajari atau menghilangkan perilaku atau sikap-sikap tertentu.
Menurut Corey dan Yalom dalam buku Latipun membagi tahapan konseling dengan enam bagian
yaitu :
1. Prakonseling
Dianggap sebagi tahap persiapan pembentukan kelompok. Hal-hal yang dimaksudkan mendasar
pada tahap ini yaitupara konseli diseleksi yang akan dimasukkan dalam keanggotaan yang sam
menurut pertimbangan homognitas.
2. Tahap permulaan
Pada tahap ini dibuat struktur pada kelompok untuk memahami beberapa aturan saat konseling
kelompok berlangsung. Ketua kelompok dipegang oleh seorang konselor. Pada tahap ini anggota
kelompok diarahkan untuk memperkenalkan diri yang dipimpin oleh pemimpin kelompok.
3. Tahap transisi
Pada tahap ini desebut juga tahap peralihan. Pada tahap ini konselor diharapkan dapat membuka
permasalahan masing-masing anggota sehingga masalah tersebut dapat bersama-sama dirumuskan
dan diketahui penyebabnya.
kerja sering disebut sebagai tahap kegiatan. Tahap ini dilakukan setelah permasalahan anggota
kelompok diketahui penyebab sehingga konselor dapat melakukan langkah selanjutnya yaitu
menyusun rencana tindakan
5. Tahap akhir
Tahapan di mana anggota kelompok mencoba perilaku baru yang telah mereka rencanakan
sebelumnya. Umpan balik pada tahap ini sangat penting sebaiknya dilakukan oleh masing-masing
anggota kelompok
6. Pascakonseling
Jika proses konseling telah berekhir, sebaiknya konselor menerapkan adanya evaluasi sebagi tindak
lanjut dari konseling kelompok. Evaluasi sangat diperlukan apabila terdapat hambatan dan kendala
yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan perubahan perilaku anggota kelompok setelah proses
konseling berakhir.
Pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui
pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling, antara lain :
1) Fungsi Pemahaman
yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh
pihak-pihak tertentu sesuai kepentingan pengembangan peserta didik. Pemahaman ini meliputi :
a. Pemahaman tentang diri sendiri peserta didik teruatama oleh peserta didik sendiri, orang
tua, guru pada umumya, dan guru pembimbing.
b. Pemahaman tentang lingkungan peserta didik (termasuk lingkungan keluarga dan sekolah)
terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya, dan guru pembimbing.
2) Fungsi Pencegahan
yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya dan terhindarnya peserta
didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan dapat mengganggu,
menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan serta kerugian tertentu dalam proses
perkembangannya.
3) Fungsi Pemutusan
yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teratasinya berbagai permasalahan
yang dialami oleh peserta didik.
yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangnya
berbagai potensi serta kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara
mantap dan berkelajutan.
5) Advokasi
yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan/atau
kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.
Sebagaimana yang dikemukakan Prayitno (1995: 35-36) bahwa peranan pemimpin kelompok ialah:
c. Jika kelompok itu tampaknya kurang menjurus kearah yang dimaksudkan maka pemimpin
kelompok perlu memberikan arah yang dimaksudkan itu.
d. Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan (umpan balik) tentang berbagai hal
yang terjadidalam kelompok, baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok.
Kegiatan layanan bimbingan kelompok sebagian besar juga didasarkan atas peranan para
anggotanya. Peranan kelompok tidak akan terwujud tanpa keikutsertaan secara aktif para anggota
kelompok tersebut. Karena dapat dikatakan bahwa anggota kelompok merupakan badan dan jiwa
kelompok tersebut. Agar dinamika kelompok selalu berkembang, maka peranan yang dimainkan
para anggota kelompok adalah:
Dalam kegiatan konseling kelompok terdapat sejumlah aturan ataupun asas-asas yang harus
diperhatikan oleh para anggota yaitu:
a. Asas Kerahasiaan
Asas kerahasiaan ini memegang peranan penting dalam konseling kelompok karena masalah yang
dibahas dalam konseling kelompok bersifat pribadi, maka setiap anggota kelompok diharapkan
bersedia menjaga semua (pembicaraan ataupun tindakan) yang ada dalam kegiatan konseling
kelompok dan tidak layak diketahui oleh orang lain selain orang-orang yang mengikuti kegiatan
konseling kelompok.
b. Asas Kesukarelaan
Kehadiran, pendapat, usulan, ataupun tanggapan dari anggota kelompok bersifat sukarela, tanpa
paksaan.
c. Asas Keterbukaan
Keterbukaan dari anggota kelompok sangat diperlukan sekali. Karena jika ketrbukaan ini tidak
muncul maka akan terdapat keragu- raguan atau kekhawatiran.
d. Asas Kegiatan
Hasil layanan konseling kelompok tidak akan berarti bila klien yang dibimbing tidak melakukan
kegiatan dalam mencapai tujuan–tujuan bimbingan. Pemimpin kelompok hendaknya menimbulkan
suasana agar klien yang dibimbing mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud dalam
penyelesaian masalah.
e. Asas Kenormatifan
Dalam kegiatan konseling kelompok, setiap anggota harus dapat menghargai pendapat orang lain,
jika ada yang ingin mengeluarkan pendapat maka anggota yang lain harus mempersilahkannya.
f. Asas Kekinian
Masalah yang dibahas dalam kegiatan konseling kelompok harus bersifat sekarang. Maksudnya,
masalah yang dibahas adalah masalah yang saat ini sedang dialami yang mendesak, yang
mengganggu keefektifan kehidupan seharihari, yang membutuhkan penyelesaian segera, bukan
masalah dua tahun yang lalu ataupun masalah waktu kecil.