Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An . H DENGAN DIAGNOSA MEDIS


DEMAM TYPHOID PADA BALITA PUSKESMAS BENDAN

SUCI RAHAYU

1219006031

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEKALONGAN

2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK ASUHAN
KEPERAWATAN PADA An. H DENGAN DIAGNOSA MEDIS DEMAM
TYPHOID PADA BALITA DI PUSKESMAS BENDAN

Telah disahkan

Pada tanggal :

Mengetahui :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Nunung khasanah S. Kep., Ns.,M.Si. Med.) (Hermanto.S.


Kep., Ns)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEKALONGAN

2020/2021
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Demam tifoid merupakan penyakit yang sering terjadi di Negara tropis.
Kondisi iklim yang sangat rawan biasanya berhubungan dengan penyakit yang
akan diderita dengan musim-musim tertentu. Dapat dilihat, di Indonesia saat
musim hujan angka seseorang yang terserang penyakit akan meningkat.
Penyakit yang sering terjadi pada musim penghujan biasanya seperti infeksi
saluran pernapasanatas (ISPA), leptosiposis, penyakitkulit, diare, demam
berdarah, dan demam tifoid (Kementerian Kesehatan RI, 2012).
World Health Organization (WHO) memperkirakan prevalensi demam
tifoid di Dunia mencapai 21 juta kasus dengan 220. Sedangkan pada tahun
2018, penyakit demam tifoid di Dunia mencapai 11-20 juta kasus yang
mengakibatkan 128.000-161.000 orang meninggal setiap tahun. Asia
merupakan salah satu Negara dengan posisi teratas pada penyakit demam
tifoid, dengan didapati 13 juta keadaan yang terjadi setiap tahunnya. World
Health Organization (WHO) memperkirakan kasus kematian yang terjadi di
Asia akibat demam tifoid mencapai 70%. Indonesia diperkirakan kejadian ini
terdapat sebanyak 300-810 kasus per 100.000 penduduk setiap tahunnya
dengan penderita terbanyak kelompok usia 2-15 tahun. Tanda dan gejala yang
dapat muncul pada anak dengan demam tifoid adalah demam tinggi mencapai
400C pada sore menjelang malam, sakit tenggorokan, lemas, kehilangan nafsu
makan, berat badan menurun,dan diare.
Tingginya angka kejadian kasus demam typoid dapat mengakibatkan
terjadinya komplikasi pada penderita demam tifoid, seperti perforasi usus,
perdarahan usus, dan neuropsikiatri (koma). Hal ini membutuhkan peran
perawat untuk mengurangi prevalensi dari demam tifoid. Peran yang harus
dilakukan perawata dalah peran promotive, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

2. Tujuan
a) Tujuan Umum
Secara umum, penulisan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman
yang nyata kepada penulis dalam pelaksanaan dan pendokumentasian
asuhan keperawatan pada klien anak dengan demam tifoid.
b) Tujuan Khusus
1) Memahami dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada An.
H dengan Demam Typoid diRuangan Anak Puskesmas Bendan,
Pekalongan tahun 2021 dengan menggunakan pendekata asuhan
keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat.
2) Mampu melakasanakan asuhan keperawatan pada anak dengan demam
typoid yang meliput pengkajian, diagnose, intervensi, implementsi dan
evaluasi.
3) Memahami konsep demam typoid pada anak.

B. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Demam tifoid adalah penyaki tinfeksi akut yang terjadi diusus halus
oleh Salmonella Typhi akibat keracunan makanan dengan gejala demam
selama satu minggu atau lebih disertai dengan gangguan pada saluran
pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (KetutdanSarwo,2018).
Demam tifoid adalah infeksi akut yang terjadi disaluran perncenaan tepatnya
usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmnolella Paratyphi A, B dan C
yang dapat ditularkan melalui feses atau urine penderita (Widoyono, 2011).
Menurut Widoyono (2018), demam tifoid disebabkan oleh bakteri
Salmonella Typhi. Ciri-ciri dari bakteri Salmonella Typhi ini adalah bakteri
gram negative yang tidak mempunyai kapsul dan spora, dapat musnah pada
suhu kepanasan 570C. Salmonella Typhi memiliki tiga komponen antigen
untuk pemeriksaan laboratorium, yaitu seperti antigen O atau somatik, antigen
H atau flagela, dan antigen K atau selaput.
2. Etiologi
Menurut Widoyono (2018), demam tifoid disebabkan oleh bakteri
Salmonella Typhi. Ciri-ciri dari bakteri Salmonella Typhi ini adalah bakteri
gram negative yang tidak mempunyai kapsul dan spora, dapat musnah pada
suhu kepanasan 570C. Salmonella Typhi memiliki tiga komponen antigen
untuk pemeriksaan laboratorium, yaitu seperti antigen O atau somatik, antigen
H atau flagela, dan antigen K atau selaput.
Menurut Mardalena (2018), demam tifoid juga dapat disebabkan
Salmonella ParatyphiA, B dan C yang dapat ditularkan melalui feses dan
urine. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dengan mengambil sampel
urine dan feses penderita demam tifoid. Penyebab tersering yang merupakan
faktor pencetus terjadinya demam tifoid adalah faktor kebersihan karena
bakteri Salmonella Typhi dapat ditularkan melalui 5F, yaitu Food, Fingers,
Fomitus, Feses, dan Fly Salmonella Typhi dapat bersarang pada muntahan dan
feses penderita yang nantinya akan dibawa oleh lalat sehingga lalat akan
menghinggapi makanan yang dimakan oleh orang sehat, sehingga terjadilah
proses penularan (Padila, 2013).
3. Faktor Predisposisi
a) Kualitas Sumber Air Bersih
Kualitas sumber air bersih dengan kejadian demam tifoid sumber air bersih
tidak memenuhi syarat berisiko 11,400 kali mengalami kejadian demam
tifoid dibandingkan dengan responden yang kualitas sumber air bersihnya
memenuhi syarat.
b) Personal Hygiene
Tangan adalah bagian dari tubuh manusia yang paling sering
berhubungan dengan mulut dan hidung secara langsung, sehingga tangan
menjadi salah satu penghantar utama masuknya kuman
penyebab penyakit ke dalam tubuh manusia. Salah satu kebiasaan
yang dapat meminimalisir jumlah kuman di tangan yaitu cuci tangan
dan memotong kuku tangan dan kaki secara teratur. Walaupun cuci
tangan dan memotong kuku merupakan suatu hal yang sederhana
yang biasa dilakukan tapi sangat besar manfaatnya.
Menurut Onggowaluyo (2002), penularan penyakit infeksi
diantaranya melalui tangan atau kuku yang kotor, sehingga
dimungkinkan terselip bakteri atau telur cacing didalamnya,
dan erpotensi akan tertelan ketika makan. Kondisi ini semakin
diperparah jika tidak terbiasa mencuci tangan memakai sabun sebelum
makan. Menurut Gandahusada et al (2003), kuku sebaiknya selalu
dipotong pendek untukmenghindari penularan penyakit infeksi dari
tangan ke mulut.
c) Teknik Pencucian Pada Alat Makan
Peranan peralatan makanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari prinsip-prinsip penyehatan makanan (food hygiene). Setiap
peralatan makan (piring, gelas dan sendok) harus selalu dijaga
kebersihannya setiap saat digunakan. Alat makan (piring, gelas,
sendok) yang kelihatan bersih belum merupakan jaminan telah
memenuhi syarat kesehatan, karena didalam alat makan (piring,
gelas dan sendok) tercemar bakteri E.Coli atau Salmonella Typhi
yang menyebabkan alat makan (piring, gelas dan sendok) tersebut
tidak memenuhi persyaratan. Untuk itu pencucian peralatan sangatlah
penting diketahui secara mendasar, dengan pencucian yang baik akan
menghasilkan peralatan yang bersih dan sehat pula. Dengan
menjaga kebersihan peralatan makan (piring, gelas dan sendok),
berarti telah membantu mencegah pencemaran atau kontaminasi
makanan yang di konsumsi (Djajadiningrat, 1989 dalam Pohan,
2009).
d) Keberadaan Salmonella Typhi Pada Alat Makan
Ada beberapa faktor yang menyebabkankeberadaan kuman (bakteri) pada
alat makan (piring) yaituresponden tidak melakukan proses pencucian
dengan baik, seperti tidak tidak menggunakan bak pembilas untuk mencuci
peralatan makan.Menurut Anwar, 1990 dalam Pohan, 2009. Dalam
buku studi sanitasi makanan dan minuman, bahwa keberadaan bak
pembilas adalah sangat penting dalam proses pencucian peralatan
makan. Adapun fungsi dari bak tersebut diantaranya adalah pertama
harus terdapat bak yang berisi air hangat dan sabun/detergen, kedua harus
ada terdapat bak pembilas yang berisiair panas(700 –760oC), ketiga
harus terdapat bak pembilas yang berfungsi sebagai desinfektan.
Menurut pohan, 2009. Air yang digunakan berulang-ulang untuk
proses pencucian peralatan makanan akan sangat mudah
terkontaminasi bakteri yang menempel pada peralatan yang akan
dicuci. Kondisi seperti ini tidak memenuhi syarat kesehatan
higienesanitasi jasaboga bahwa peralatan hendaknya langsung dicuci
dibawah kran dengan air yang mengalir unuk menghindarkan
adanya bakteri pada air yang digunakan tersebut.
4. Pathway Demam Typhoid

Basil Salmonella
Typhosa

Menginfeksi saluran
Demam Hipertermi

Tyfus Abdominalis

Mual, nafsu Diserap usus halus Tukak


makan Nyeri
di usus
menurun

Masuk dalam Perdarahan dan


peredaran darah perforasi
Nutrisi
kurang Resiko syok
Menyebar ke
dari Hipovolemia
seluruh tubuh
kebutuh
an

Cairan Badan lemah dan Intoleransi


lesu Aktivitas.
kurang dari
kebutuhan

Skema 2.1

Sumber. Hidayat (2006)


5. Patofisiologi
Menurut Rahmat (2019), demam tifoid dapat ditularkan melalui 5F
yaitu Food, Fingers, Fomitus, Feses,dan Fly. Bakteri Salmonella Typhi dapat
ditularkan melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh
lalat. Apabila seseorang tidak memperhatikan kebersihan jari-jari tangannya,
maka bakteri tersebut dapat masuk ke dalam tubuh menuju kesaluran
pencernaan dan Bakteriakan masuk kelambung yang nantinya sebagian akan
dimusnahkan. Sebagian yang lainnya masuk kedalam usus halus, sehingga
terjadinya perkembang biakan bakteri
Menurut Amin Huda dan Hardhi Kusuma (2015), bakteri yang masuk
kedalam usus halus akan menyebabkan peradangan, sehingga nantinya bakteri
akan masuk kedalam pembuluh limfe dan peredaran darah (bakterimiaprimer).
Selanjutnya bakteri akan masuk kedalam Retikuloendothelial (RES) terutama
dihati dan limfa. Sehingga menyebabkan inflamasi dan terjadilah
hepatomegaly dan pembesaran limfa. Saat limfa menjadi besar, terjadilah
splenomegaly yang menyebabkan penurunan mobilitas dan peristaltic pada
usus, sehingga menyebabkan diarea tau konstipasi. Peningkatana asam
lambung dapat menyebabkan pasien mengalami mual dan muntah.
Selain itu, saat bakteri masuk kedalam RES, selanjutnya bakteriakan
masuk keperedaran darah (bacteremia sekunder) yang kemudianakan
menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel. Hal ini akan merangsang sel
melepaskan zat epirogenolehleukosit, dimana dapat mempengaruhi pusat
termogulator dihipotalamus dan menyebabkan kalien mengalami demam.

6. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala secara umum yang sering didapat adalah demam
yang menigkat secara bertahap tiap hari hingga mencapai 39C-40Cdan akan
lebih tinggi pada malam hari, nyeri otot, sakit kepala, merasa tidak enak
badan, kelelahan dan lemas, berkeringat, batuk kering, penurunan berat badan,
sakit perut, kehilangan nafsu makan, anak-anak sering mengalami diare,
sementara orang dewasa cenderung mengalami konstipasi, muncul ruam pada
kulit berupa bintik-bintik kecil berwarna merah muda.
7. Pemeriksaan Penunjang

Daftar Pustaka

Saputri, Oktaviani, Herlin, 2020, Asuhan keperawatan Pada An. M Dengan Demam
Tifoid: Sebuah Stadi Kasus. BuletinKesehatan Vol.4 No.1 Januari-Juli202. Hal 52-54

Nurlaila, Syarifah, Elly Trisnawati, Selviana. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Demam Typhoid Pada Pasien Yang Dirawat Di RSU. DR. Soedarso
Pontianak Kalimantan Barat. Jurnal Mahasiswa dan Peneliti Kesehatan. Hal. 60-63

Anda mungkin juga menyukai