Panduan SKILL Empati 2020
Panduan SKILL Empati 2020
Penyusun :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
A. PENDAHULUAN
TUJUAN BELAJAR
TUJUAN UMUM
Para mahasiswa dapat mencapai pengetahuan dan keterampilan dasar tentang empati,
kompetensi dokter, dasar komunikasi dan etika kedokteran. Kemudian, mahasiswa mampu
menerapkan pengetahuan ini sebagai ilmu dasar untuk mempelajari lebih lanjut tentang
masalah-masalah kesehatan sesuai etika dan hukum yang berlaku dengan mempertimbangkan
aspek humaniora. Area kompetensi yang perlu dicapai dalam ketrampilan empati di blok ini
adalah : (1) Area Profesionalitas yang Luhur, (2) Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri,
dan (3) Area Komunikasi Efektif. Capaian pembelajaran/CPMK no 69 Menunjukkan empati
saat berkomunikasi dengan civitas academica dan masyarakat umum.
Setelah melewati skill empati dalam blok 1 ini, mahasiswa mampu:
1. Mampu melakukan komunikasi yang empatik
2. Mampu membedakan komunikasi yang empatik dan non empatik
3. Memahami aspek humaniora dalam profesi dokter
4. Berempati secara verbal dan nonverbal
5. Mempertajam empati dengan menganalisis berbagai masalah dengan sudut pandang
berbeda (dari sisi pasien, masyarakat umum dan dari sisi tenaga medis)
6. Mampu menggali dan menganalisis permasalahan sosial
7. Mampu menerapkan berbagai teknik wawancara untuk menggali permasalahan sosial
8. Mampu berkomunikasi efektif dengan menerapkan langkah-langkah komunikasi secara
benar.
9. Membangun hubungan melalui komunikasi verbal dan nonverbal
10. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang santun dan dapat dimengerti
11. Mampu menerapkan asas-asas komunikasi, terutama empati dan penerimaan
(“acceptance”), dalam wawancara (“interview”) dengan klien.
12. Memahami profesi dokter sesuai dengan etika kedokteran dan keislaman
13. Mendengarkan dengan aktif untuk menggali permasalahan kesehatan secara holistik dan
komprehensif
14. Menunjukkan kepekaan terhadap aspek biopsikososiokultural dan spiritual klien dan
keluarga
15. Mampu memahami komunikasi sesama manusia terutama dari kerangka rujukan ilmu-ilmu
perilaku (psikologi dan sosiologi) dan komunikasi.
16. Mampu memahami kepentingan pendekatan yang bersifat komprehensif atau holistik
sebagai dasar komunikasi.
17. Mampu memahami peranan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi mutu komunikasi
KARAKTERISTIK MAHASISWA
STRATEGI PEMBELAJARAN
EVALUASI
Evaluasi program
Total 100%
B. TATA TERTIB, TUGAS TUTOR
Modul harus sudah dibagikan seminggu sebelumnya untuk dipelajari oleh mahasiswa
TUGAS TUTOR
1. Memimpin diskusi dan role play serta memotivasi dan membina dinamika kelompok
agar setiap mahasiswa aktif berpartisipasi
2. Membantu proses peningkatan afektif dan apresiasi mahasiswa di kelompok
3. Memberikan pengarahan, asupan dan sumber rujukan bila diperlukan
4. Membina dan meningkatkan hubungan akademik dengan mahasiswa
5. Mengisi lembar penilaian check list komunikasi berdasarkan empati dalam role play
6. Membimbing praktek individu (empati dalam komunikasi)
7. Memberi umpan balik kepada mahasiswa
8. Memberi penilaian berdasarkan check list ketika praktek individu
C. TATA CARA KEGIATAN
MEKANISME PERTEMUAN =
• Pertemuan 1 =
• diskusi
• role play (kasus empatik dan non empatik, setting tempat bervariasi),
• melihat dan menganalisis video yang telah dsediakan secara bersama-sama
• pembagian tugas mencari dan menganalisis aspek humaniora dari video kasus
COVID-19 dari sisi tenaga mediis, pasien dan masyarakat umum
• Pertemuan 2 =
• presentasi individu hasil analisis video kasus tenaga medis, pasien dan
masyarakat umum
• perbaikan laporan
DISKUSI KELOMPOK
1. Diskusi kelompok dipimpin oleh tutor
2. Tutor memberi salam dan memperkenalkan diri
3. Sebelum diskusi kelompok, setiap anggota saling memperkenalkan diri
4. Tutor menjelaskan tujuan dan cara diskusi kelompok sesuai lembar tugas
5. Diskusi kelompok dilaksanakan sesuai dengan panduan kegiatan
6. Tutor berusaha agar semua mahasiswa aktif berpartisipasi dalam diskusi
7. Tutor menjaga kelancaran diskusi dan mengarahkan agar diskusi tetap mengacu pada
sasaran pembelajaran
8. Diskusi dilakukan dengan tertib
9. Setiap anggota kelompok memiliki hak yang sama untuk menyampaikan pendapat,
bertanya, dan menjawab secara bergiliran dengan tertib.
10. Setiap anggota kelompok wajib menunjukkan sikap saling menghargai serta memberi
kesempatan kepada orang lain untuk menyampaikan pendapat, tidak ada dominasi
individu dalam kelompok
11. Tutor mengisi formulir kehadiran kelompok
12. Mahasiswa mengisi lembar evaluasi peran dan fungsi tutor
ROLE PLAY
1. Kelompok membagi diri masing-masing 3 orang yang mengambil posisi duduk saling
berhadapan, kemudian seseorang berbicara/bercerita tentang masalahnya sebagai
pasien selama 5 menit, seseorang mendengarkan (boleh bertanya) sambil
berkomunikasi secara empatik sebagai dokter dan seorang lagi mengamati sebagai
pengamat. Setiap peran diberikan panduan oleh fasilitator. Peran dokter: bersikap
sebagai dokter sesuai dengan petunjuk yang terdapat pada bermain peran. Peran
pasien: bermain sebagai seorang pasien dan menjawab pertanyaan dokter seperti
orang awam. Pengamat: mencatat langkah-langkah yang dilakukan dokter dalam
wawancara dengan pasien dan mencatat respons pasien, baik verbal maupun
nonverbal. Kemudian didiskusikan dibawah bimbingan fasilitator. Kalau masih ada
waktu, peran-peran tersebut dapat diberikan pada mahasiswa lainnya secara bergilir.
2. Setelah 5 menit, pengamat memberikan penilaiannya terhadap pendengar/dokter dan
pembicara/pasien
3. Dokter dan pasien menanggapi penilaian pengamat kemudian didiskusikan untuk
mendapatkan kesepahaman
4. Setiap orang secara bergantian menjadi pembicara/pasien, pendengar/dokter, dan
pengamat
5. Setiap anggota kelompok menilai dirinya sendiri dalam kemampuan komunikasi
berlandaskan empati dengan mengisi lembar penilaian check list secara spontan dan
jujur berdasarkan apa yang dilakukannya selama ini sebagai pendengar/dokter saat
berkomunikasi.
6. Setelah semuanya selesai mengisi, tutor memberitahukan cara penilaiannya sehingga
mahasiswa mengetahui apakah ia termasuk pendengar/dokter yang baik, kurang baik
atau tidak baik berdasarkan nilai total yang diperoleh.
PRESENTASI
1. Presentasi dapat membahas hasil laporan INDIVIDU dan hasil analisis aspek
humaniora serta permasalahan social dalam video kasus COVID-19 dari sisi tenaga
medis, pasien dan masyarakat umum
2. Setiap individu bergiliran mempresentasikan laporan hasil kegiatan dan menayangkan
video yang telah dianalisis, individu lainnya diberi kesempatan untuk bertanya atau
memberi komentar
3. Narasumber memberikan asupan bila diperlukan
4. Di akhir presentasi, narasumber akan memberikan rangkuman atau pengarahan
OSCE :
1. Mahasiswa diminta untuk menyiapkan video praktek komunikasi yang empatik
dengan anggota keluarga sebelum ujian
2. Mahasiswa mempresentasikan video yang telah dibuat maksimal 5 menit
3. Mahasiswa diminta untuk menganalisis aspek humaniora dan permasalahan social
dari anggota keluarga yang di wawancara
4. Mahasiswa membuat dan mengumpulkan laporan analisis aspek humaniora dan
permasalahan sosial dari anggota keluarga yang diwawancarai
PRAKTEK WAWANCARA
Dalam rangka memperkenalkan masalah kesehatan sedini mungkin kepada mahasiswa
kedokteran, mahasiswa diberi tugas wawancara anggota keluarga untuk menganalisis aspek
humaniora, menggali permasalahan sosial dan menerapkan komunikasi yang empatik.
Tujuannya agar mahasiswa mendapat pengalaman (self experience) berkomunikasi sehingga
mampu :
1. Berkomunikasi efektif dengan menerapkan langkah-langkah komunikasi secara benar.
2. Mempertajam empati dengan melihat/menanyakan berbagai masalah pada klien sesuai
check list yang tersedia.
TATA TERTIB
• Sopan
• Seragam FK UMM
• Memotivasi dan memberi dukungan positif terhadap klien
D. LEMBAR TUGAS
DISKUSI KELOMPOK
Pengantar
Lingkup bahasan
Tugas
Contoh Kasus
Tempat praktek dokter Adi yang terletak di dekat pasar. Banyak lalat di ruang tunggunya.
Selain itu,ruang tunggunya terkesan kumuh karena lantainya dari semen, temboknya banyak
debu, dan tempat duduk pasiennya berupa bangku panjang yang catnya terkelupas di sana-sini.
Ketika ditanya mengapa tidak mempercantik ruang tunggunya. Ia menjawab kalau ruang
tunggunya dibuat lebih baik, mungkin pasien malah takut berobat kepadanya. Mengingat
pasiennya kebanyakan para pedagang di pasar tersebut yang pada umumnya sosial ekonominya
rendah.
Dokter Bagus, seorang dokter spesialis yang sangat terkenal, mempunyai pasien yang banyak
sekali. Ia selalu kesulitan dalam mengatur pasiennya walaupun memiliki resepsionis di ruang
tunggunya. Dokter Bagus telah menggunakan berbagai cara untuk mengatasinya termasuk
sistem nomor. Akan tetapi, banyak pasien dengan nomor urut kecil yang baru datang sudah
minta masuk duluan padahal nomornya sudah lewat da nada pasien lain yang telah lama
menunggu. Pernah pula dengan cara memasukkan pasien dua sampai tiga orang ke kamar
periksa, tetapi juga diprotes oleh pasiennya. Ia pernah memperbolehkan pasien mendaftar
memalui telepon. Lagi-lagi diprotes karena katanya pilih kasih. Pasien yang punya telepon
dapat giliran duluan, sedangkan yang menunggu sejak lama belum dapat giliran. Dengan
membuat perjanjian sebelumnya (appointment) tidak mungkin juga. Selain panjangnya antrian,
pasien yang datang juga yang tidak disiplin. Diskusikanlah cara yang tepat untuk mengatasi
masalah tersebut sehingga pelayanan berjalan lancar dan para pasien merasa nyaman.
Pengantar
Manusia adalah makhluk yang membutuhkan orang lain untuk mengembangkan diri
melalui hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal akan saling memuaskan bila masing-
masing pihak dapat menampilkan tingkah laku yang saling timbang rasa, penuh pengertian,
dan empati. Hubungan interpersonal dilakukan melalui komunikasi, yaitu proses penyampaian
stimuli (biasanya verbal) oleh seseorang (komunikator) untuk mengubah perilaku orang lain
(pendengar).
Komunikasi adalah proses dimana dua atau lebih pengirim/penerima bertukar pesan
sebagai upaya mencapai kesepakatan untuk menghasilkan suatu keputusan. Agar berjalan
efektif, diperlukan lalu lintas pesan dua arah yang baik. Komunikasi yang baik, misalnya antara
dokter dengan pasien, akan menjadi efektif bila disertai empati.
1. Mahasiswa dapat mengetahui apakah selama ini telah menjadi pendengar aktif yang
baik atau tidak bila berkomunikasi dengan orang lain
2. Mahasiswa dapat mengalami serta memahami cara dan langkah-langkah
berkomunikasi efektif
3. Mahasiswa memahami empati dan komunikasi di bidang kedokteran, terutama dalam
hubungan dengan pasien
4. Mahasiswa dapat melatih/mempertajam empati dengan melihat/menanyakan berbagai
masalah pada orang yang diajak berkomunikasi
Lingkup bahasan
B. Materi 2
v. Mintalah seorang untuk berperan menjadi pasien, dan seorang menjadi
dokter, yang lainnya sebagai pengamat. Pasien ini sebelumnya sudah
mendengar bahwa dokter Agus yang dikunjungi tersebut orangnya baik
dan sabar. Benar juga, ketika pasien tersebut datang ke dokter Agus,
dokter tersebut sabar, mau mendengar, dan ramah sehingga terjalin
hubungan yang positif dan pasien mau diajak bekerja sama.
vi. Seperti tersebut di atas karena pasiennya tidak dapat ditangani oleh dr.
Agus maka ia dirujuk ke RS tipe B. di poliklinik RS rujukan, pasien ini
diterima oleh dokter yang kata-katanya ketus, sombong, dan sikapnya
kurang sopan. Hal ini makin diperparah, ketika memberikan pengobatan
mereka masih sering membuka buku. Oleh sebab itu, pasien kecewa,
marah, dan tidak mempercayai dokter yang memeriksanya. Pasien
menunjukkan dengan cara menjawab pertanyaan seperlunya saja,
kalimatnya pun pendek-pendek dan bersikap acuh tak acuh.
vii. Sama seperti kasus di atas, tetapi kebetulan pasiennya seorang artis
terkenal. Dokter lupa bahwa artis tersebut datang ke dokter untuk
mengonsultasikan penyakitnya. Si dokter malah lebih banyak
menanyakan seputar aktivitas si artis tersebut ketimbang penyakit yang
dideritanya. Bahkan dokter tersebut minta tanda tangan artis tersebut
untuk anaknya yang ngefans sama si artis. Akhirnya, si pasien merasa
kecewa dan ini ditunjukkan dengan jawabannya yang pendek-pendek
dan raut muka yang tidak ramah.
I. Judul
IV. Respon Sosial terhadap klien (tenaga medis, pasien dan masyarakat umum) dari :
a. Keluarga inti
b. Keluarga extended
c. Lingkungan rumah
d. Lingkungan kerja/sekolah
VI. Identifikasi dan analisis aspek humaniora dan komunikasi yang empatik dalam
kasus yang dibahas, baik yang sudah muncul maupun yang berpotensi timbul.
VII. Refleksi * : bagaimana pendapat dan saran Anda terhadap masalah klien dan proses
pembelajaran secara umum
*masing-masing mahasiswa
Diketik dengan format kertas A4, font times new roman, spasi 1,5, dijilid mika putih.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adespin DA, Kristina TN. Komunikasi dengan masyarakat. Dalam Kristina TN,
Purwanti A, Utari A, Adespin DA. Komunikasi Dokter-Pasien. 2014.
http://modul.fk.undip.ac.id/UNDUH/komunikasi.doc. di akses tanggal 10 Maret 2014
2. Akerjordet K, Severinsson E. Emotional intelligence : a review of the literature with
specific focus on empirical and epistemological perspectives. 2007. Journal of clinical
nursing. 1405-16
3. Austin EJ, Evans P, Magnus B, O’Hanlon K. A preliminary study of empathy,
emotional intelligence and examination performance in MBChB students. 2007.
Medical Education. 41:684:89
4. Birks Y, McKendree J, Watt I. Emotional intelligence and perceived stress in
healthcare students : a multi-professional survey. 2009. BMC Medical Education.
9:61
5. Bylund CL, Makoul G. 2002. Patient Education & Counseling : Emphatic
Communication in Physician-Patient Encounter. 48 pp 207-216
6. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Panduan Tutor/Narasumber Modul
Empathy in Communication Related to Patient Care. 2003. Jakarta
7. Freshwater D, Stickley T. The heart of the art : emotional intelligence in nurse
education. 2004. Nursing Inquiry. 11(2):91-98
8. Hardjana, A.M. 2003. Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal. Kanisius, Jakarta
9. Hariyanto SY. Komunikasi Efektif, Empatik dan
Persuasif. http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/artikel-coba-
2/edukasi/505-komunikasi-efektif-empatik-dan-persuasif. diakses pada tanggal 2
Maret 2013
10. Hasan, A. Komunikasi Kesehatan. Dalam Promosi Kesehatan : teori dan aplikasinya.
Editor : Soekidjo Notoatmodjo. 2005. Jakarta. PT Rineka Cipta
11. Hemmerdinger JM, Stoddart SDR, Lilford RJ. A systematic review of tests of
empathy in medicine. BMC Medical Education 2007, 7:24
http://www.biomedcentral.com/1472-6920/7/24
12. Ho MJ, Yao G, Lee KL, Beach MC, Green AR. Cross-cultural medical education :
can patient-centered cultural competency training be effective in non-Western
countries?. Medical Teacher 2008;30:719-721
13. Hojat M, Gonnella JS, Nasca TJ, Mangione S, Vergare M, Magee M. Physician
Empathy: Definition, Components, Measurement, and Relationship to Gender and
Specialty. Am J Psychiatry 159:9, September 2002.
http://ajp.psychiatryonline.org/cgi/reprint/159/9/1563
14. Hojat M, Vergare MJ, Maxwell K, Brainard G, Herrine SK, Isenberg GA, Veloski J,
Gonnella JS. The Devil is in the Third Year: A Longitudinal Study of Erosion of
Empathy in Medical School. Academic Medicine, Vol. 84, No. 9 / September 2009
15. Jusuf, A. A., Komunikasi Dosen dan Mahasiswa. 2009. Disampaikan dalam kuliah
Psikologi Pendidikan Program Magister Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta
16. Kandera W, Soetjiningsih. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Pasien-
Dokter. dalam Soetjiningsih. 2008. Modul Komunikasi Pasien-Dokter. Jakarta : EGC.
hlm 23-35
17. Kaplan, Sadock’s. Synopsis of psychiatry:behavioral sciences/clinical psychiatry.
Ninth edition. Volume 1. 2003. Philadelphia:Lippincott Williams&Wilkins.
18. Konsil Kedokteran Indonesia. Editor : Ali MM., Sidi IPS. Manual Komunikasi Efektif
Dokter-Pasien. 2009. Lembaga Konsultan Peraturan Bisnis Indonesia. Jakarta
19. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. 2012. Jakarta
20. Kristina TN, Purwanti A, Utari A, Adespin DA. Komunikasi Dokter-Pasien. 2014.
http://modul.fk.undip.ac.id/UNDUH/komunikasi.doc. di akses tanggal 10 Maret 2014
21. Kutrz S., Silverman, J., & Drapper, J.,2005. Teaching and Learning Communication
Skills in Medicine. Radcliffe Medical Press, Oxon.
22. Kwong TY, Kwong Q, O’Brien A, Haswell J, Hill A. 2009. The Basics : in Medical
Communication Skills and Law (The Patient Centred Approach). London. Churchill
Livingstone Elsevier.p. 8-10
23. Lestari, E.G. dan Maliki, M.A. 2003. Komunikasi Efektif. Jakarta : Lembaga
Administrasi Negara
24. Lewis NJ, Rees CE, Hudson JN, Bleakley A. Emotional intelligence in Medical
Education : Measuring the Unmeasurable?. 2005. Advances in Health Sciences
Education. 10:339-355
25. Lloyd M, Bor R. Communication Skills for Medicine. Second editiond. 2006.
Churchill Livingstone. China
26. Marheni A. Komunikasi Pasien-Dokter. dalam Soetjiningsih. 2008. Modul
Komunikasi Pasien-Dokter. Jakarta : EGC. hlm 12-17
27. Mayer JD, Salovey P. The intelligence of emotional intelligence. Intelligence
1993;17:433-42 dalam Stratton TD, Saunders JA, Elam CL. Changes in Medical
Student’s Emotional Intelligence:An Exploratory Study. J Teaching and Learning in
Medicine. 2008;20(3):279-284
28. Meyer BB, Fletcher TB, Parker SJ. Enhancing Emotional Intelligence in the Health
Care Environment, an exploratory study. The Health Care Manager. 2004. 23;3:225-
234
29. Mihalik AP, Dobbie AE, Kinkade S. Cultural Competency Teaching in U.S. Pediatric
Clerkships in 2006. 2007. Academic Medicine. 82:558-62
30. Montes-Berges B, Augusto JM. Exploring the relationship between perceived
emotional intelligence, coping, social support and mental health in nursing students.
2007. Journal of Psychiatric and Mental Health Nursing. 14:163-171
31. Parwati T, Soetjiningsih. Wawancara Medis. dalam Soetjiningsih. 2008. Modul
Komunikasi Pasien-Dokter. Jakarta : EGC. hlm 41-60
32. Piasecki M. 2003. Clinical Communication Handbook. Blackwell Publishing
Company. USA. p 44-54
33. Prijosaksono, Aribowo dan Ping Hartono. 2002. Make Yourself A Leader. PT Elex
Media Komputindo. Jakarta
34. Purwanti A, Utari A. Komunikasi dengan mitra kerja. Dalam Dalam Kristina TN,
Purwanti A, Utari A, Adespin DA. Komunikasi Dokter-Pasien. 2014.
http://modul.fk.undip.ac.id/UNDUH/komunikasi.doc. di akses tanggal 10 Maret 2014
35. Poernomo, Ieda SS. 2004. Pengertian KIE dan Konseling. Jakarta : Makalah Perinasia
36. Rakhmat, J. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. 2002. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya
37. Satterfield JM, Hughes E. Emotion skills training for medical students : a systematic
review. 2007. Medical Education. 41:935-941
38. Schermerhorn, Hunt & Osborn. 1994. Managing Organizational Behaviour, 5th ed,
John Wiley&Sons, Inc, Canada, pp 562-578 dalam Konsil Kedokteran Indonesia.
Editor : Ali MM., Sidi IPS. Manual Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. 2009.
Lembaga Konsultan Peraturan Bisnis Indonesia. Jakarta
39. Seeleman C, Suurmond J, Stronks K. Cultural competence : a conceptual framework
for teaching and learning. 2009. Medical Education 43:229-237
40. Silverman, J., Kurtz, S. & Drapper, J. 1998. Skills for Communicating with Patients.
Oxon : Radcliffe Medical Press
41. Sjamsuhidajat R. Kiat-kiat membina kepekaan social budaya. Disampaikan dalam
kuliah program Magister Pendidikan Kedokteran FK UI. 2010. Jakarta
42. Soetjiningsih. 2008. Modul Komunikasi Pasien-Dokter. Jakarta : EGC
43. Stepien KA, Baernstein A. Reviews: Educating for Empathy, A Review. J GEN
INTERN MED 2006; 21:524–530.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1484804/pdf/jgi021-0524.pdf
44. Steplen KA, Baernstein A. Educationg for empathy. J GEN INTERN MED 2006; 21:
524-30
45. Stichler JF. Emotional Intelligence : a critical leadership quality for the nurse
executive. 2006. The Nurse Executive. 10(5):422-25
46. Thi Lam L, Kirby SL. Is emotional intelligence an advantage?an exploration of the
impact of emotional and general intelligence on individual performance. Journal of
Social Psychology. 2002. 142(1):133-143
47. Thom DH, Tirado MD, Woon TL, McBride MR. Development and evaluation of a
cultural competency training. BMC Medical Education 2006, 6:38
48. Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
49. Van Thiel, J., Van Dalen, J & Ram, P. 2000. MAAS-Global Manual.
Maastricht:Maasstricht University
50. Ward J, Schaal M, Sullivan J, Bowen ME, Erdmann JB, Hojat M. Reliability and
Validity of the Jefferson Scale of Empathy in Undergraduate Nursing Students.
Journal of Nursing Measurement, Volume 17, Number 1, 2009. Springer Publishing
Company. http://web.ebscohost.com/ehost/pdf?vid=2&hid=13&sid=f0629150-ba1b-
46fb-b1e3-e5e510cf0060%40sessionmgr4
51. Weiner SJ, Auster S. From Empathy to Caring: Defining the Ideal Approach to a
Healing Relationship. YALE JOURNAL OF BIOLOGY AND MEDICINE 80
(2007), pp.123-130.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2248287/pdf/yjbm_80_3_123.pdf
52. Weng HC, Chen HC, Chen HJ, Lu K, Hung SY. Doctors’ emotional intelligence and
the patient-doctor relationship. 2008. Medical Education.42:703-711
53. Wilson SC, Carryer J. Emotional competence and nursing education:a New Zealand
study. Nursing Praxis in New Zealand. 2008. 24(1):36-47
54. Yu J . & Kirk M. (2009) Evaluation of empathy measurement tools in
nursing:systematic review. Journal of Advanced Nursing 65(9), 1790–1806.
http://www3.interscience.wiley.com/cgi-bin/fulltext/122540967/PDFSTART
LAMPIRAN 1
Chek List Ketrampilan Komunikasi Berdasarkan Empati
(Kwong TY, Kwong Q, O’Brien A, Haswell J, Hill A. 2009)
Komunikasi Verbal
6 Salam
7 Perkenalan Diri
8 Menanyakan Identitas Client
9 Menanyakan Masalah dengan Pertanyaan Terbuka
10 Mendorong Client untuk Menceritakan masalahnya
11 Berespon yang tepat dan empatik terhadap keluhan
12 Menggunakan bahasa yang tepat dan mudah
dimengerti
13 Tidak Menghakimi
14 Ucapan Terimakasih Mengakhiri Wawancara
15 Salam dan Berjabat Tangan
TOTAL
LAMPIRAN 2
PENILAIAN PASIEN/KLIEN TERHADAP INTERVIEWER (MAHASISWA)
Kami ingin meminta Anda untuk mengisi kuesioner ini untuk tujuan mempelajari hubungan
pasien-dokter. Silakan menilai dokter Anda. Dokter Anda tidak akan melihat jawaban pribadi
Anda. Terima kasih atas kerja sama Anda.
Petunjuk :
Saudara tidak perlu menulis nama Saudara. Bacalah pernyataan di bawah ini, lalu beri tanda
silang (X) pada salah satu nomor yang berarti :
1 = sangat tidak setuju 2 = tidak setuju 3 = setuju 4 = sangat setuju
Kolom komentar disediakan untuk diisi, jika terdapat hal yang hendak anda elaborasi lebih
lanjut, misalnya berupa alasan ketidaksetujuan
Tanggal :
Jenis kelamin : L/P
Usia : ........tahun
Nama Dokter : ............................
N Pernyataan 1 2 3 4 Komentar
o
1. Menjelaskan segala sesuatu tentang apa yang
Anda ingin dan perlu tahu tentang kesehatan
Anda
2. Terlihat senang melihat Anda, ramah dan
menyambut Anda
3. Memperlakukan Anda dengan hormat dan tidak
meremehkan
4. Terlihat tertarik pada masalah Anda, tidak
mengganggu saat Anda berbicara, dan
mengajukan pertanyaan untuk memahami Anda
5. Terlihat tidak bosan atau tidak mengabaikan
apa yang Anda katakan
6. Membantu Anda memutuskan apa yang harus
dilakukan
7. Memberi Anda waktu untuk mengajukan
pertanyaan
8. Bertanya tentang apa yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari saya
9. Memahami emosi, perasaan dan kekhawatiran
saya
10. Menunjukkan kepedulian terhadap perasaan
dan kebutuhan saya, bukan hanya keadaan fisik
saya
11. Tidak terburu-buru
12. Bertanya bagaimana perasaan saya tentang
masalah saya
13. Terlihat memperhatikan saya dan keluarga saya
14. Dapat memahami sesuatu hal dari perspektif
saya
15. Memastikan pembicaraan dilakukan secara
pribadi
16. Mempertimbangkan keinginan saya ketika
membuat keputusan/melakukan sesuatu
17. Merupakan dokter yang pengertian/tidak
menghakimi
LAMPIRAN 3
Untuk setiap pertanyaan di bawah ini, berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling
dapat menggambarkan kebiasaan Saudara dalam mendengarkan secara aktif
Kunci penilaian ini diberikan setelah mahasiswa selesai mengisi lembar penilaiannya
Cara penilaian :
3 untuk jarang
2 untuk kadang-kadang
1 untuk selalu
3 untuk selalu
2 untuk kadang-kadang
1 untuk jarang
No Pernyataan 1 2 3 4 Komentar
BUKU PANDUAN MAHASISWA
RESPON MAHASISWA
27. Saya lebih menghayati materi empati yang didapatkan
dari diskusi kelompok
28. Saya merasakan manfaat berpartisipasi dalam
diskusi/role play/praktek lapangan
29. Saya mendapatkan wawasan yang luas dari
kuliah/diskusi/role play/praktek lapangan
30. Saya ingin mengetahui lebih banyak mengenai topik
yang dipelajari (empati, komunikasi dll)
Sangat baik Baik Buruk Komen
tar
Petunjuk :
Bacalah pernyataan di bawah ini, lalu beri tanda silang (X) pada salah satu nomor yang
berarti :
STS = sangat tidak setuju TS = tidak setuju S = setuju SS = sangat setuju
Kolom komentar disediakan untuk diisi, jika terdapat hal yang hendak anda elaborasi lebih
lanjut, misalnya berupa alasan ketidaksetujuan
Tanggal :
Jenis kelamin :
Usia :
Nama Mahasiswa : ............................
NIM :
REFLEKSI MAHASISWA
Catatlah refleksi diri anda tentang kemajuan dan perkembangan belajar anda dalam
pembelajaran empati ini.
4. Apa yang telah Anda ketahui tentang kelebihan dan kekurangan diri Anda?
5. Proses apa yang AKAN dan SUDAH dijalani untuk mengatasi kesulitan/
kekurangan/hambatan di atas?
9. Apa yang telah anda pahami sejauh ini tentang menjadi seorang dokter?
Lampiran 7
Petunjuk: Berikan tanda √ pada setiap tahapan konsultasi yang anda saksikan sesuai dengan kriteria berikut:
4. Mengidentifikasi masalah pasien atau hal yang ingin dibicarakan pasien menggunakan
pertanyaan pembuka yang sesuai (misal: ”sakit apa?” atau ”ada masalah apa?” atau
”apa yang bisa saya bantu?”
5. Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan pasien tanpa memotong
atau mengarahkan jawaban pasien.
6. Mengkonfirmasi masalah yang ada dan menanyakan adakah masalah lainnya (mis:
”jadi ada sakit kepala dan capek-capek, ada lagi yang lain?”
7. Menyusun prioritas dalam konsultasi dengan memperhatikan sudut pandang pasien
dan dokter.
Mengumpulkan Informasi
8. Mendorong pasien menceritakan perjalanan penyakitnya mulai awal sampai saat ini
menggunakan kata-katanya sendiri (gali apa yang menyebabkan kedatangannya hari ini)
9. Menggunakan pertanyaan terbuka dan tertutup dengan tepat, dimulai dengan
pertanyaan terbuka dilanjutkan dengan pertanyaan tertutup
10. Mendengarkan pasien dengan penuh perhatian, membiarkan pasien menyelesaikan
perkataannya tanpa diinterupsi, memberikan waktu bagi pasien untuk berpikir sebelum
menjawab, atau meneruskan pembicaraan setelah jeda sejenak
11. Mengamati respon pasien secara verbal maupun non-verbal (mis: mendorong pasien
berbicara, memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengatur apa yang akan
diutarakan, melakukan refleksi isi, membuat interpretasi)
12. Mengamati komunikasi verbal dan non-verbal pasien (mis: bahasa tubuh, ucapan,
ekspresi wajah), menanyakan kembali dan menanggapi secara tepat
13. Mengklarifikasi pernyataan pasien bila kurang jelas atau meminta penjelasan lebih
lanjut (mis: ”bisa jelaskan apa yang dimaksud dengan kepala terasa melayang?”)
14. Beberapa kali merangkum untuk memastikan bahwa pengertian dokter sama dengan
pasien; meminta pasien mengoreksi bila ada interpretasi yang kurang tepat atau meminta
pasien memberikan penjelasan lebih lanjut
15. Menggunakan pertanyaan dan kalimat yang mudah dimengerti dan ringkas;
menghindari istilah medis, atau menjelaskan istilah medis tersebut dengan baik bila
menggunakannya.
16. Menuliskan tanggal dan urutan kejadian sampai saat pasien datang saat ini
19. Merangkum pada akhir satu bagian konsultasi untuk memastikan bahwa pengertian
dokter dan pasien sama sebelum pindah ke bagian berikutnya.
20. Berpindah dari satu bagian ke bagian lain menggunakan ’signposting’, kalimat
transisional, mencakup rasional untuk bagian selanjutnya.
MEMBINA RAPPORT
MELIBATKAN PASIEN
30. Berbagi pemikiran dengan pasien untuk mendorong pasien berpartisipasi (mis: ”Yang
terpikir oleh saya adalah.....”)
31. Menjelaskan alasan pertanyaan atau pemeriksaan fisik yang mungkin dirasa tidak
masuk akal.
32. Saat melakukan pemeriksaan fisik menjelaskan prosesnya dan meminta izin
Tujuan:
37. Bagi penjelasan: bagi menjadi bagian-bagian kecil, buat urutan yang logis.
38. Gunakan kategorisasi dan signposting yang jelas (mis: ”Ada tiga hal penting yang
akan saya bicarakan. Pertama.....” ”Nah mari kita lanjut ke bagian berikutnya....”)
39. Menggunakan pengulangan dan rangkuman untuk memperkuat informasi.
40. Menggunakan pertanyaan dan kalimat yang mudah dimengerti dan ringkas;
menghindari penggunaan istilan medis atau menjelaskan istilah tersebut.
41. Menggunakan metode visual untuk menyampaikan informasi: diagram, model,
informasi dan petunjuk tertulis.
42. Cek pemahaman pasien terhadap informasi (atau perencanaan) yang diberikan:
misalnya dengan meminta pasien mengulangi dengan kata-katanya sendiri, melakukan
klarifikasi bila perlu.
Tujuan:
menghasilkan penjelasan dan perencanaan yang berhubungan dengan perspektif
pasien
mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan pasien tentang informasi yang
diberikan
mendorong terciptanya interaksi dan bukan komunikasi satu arah.
43. Menghubungkan penjelasan dengan pandangan pasien: terhadap pemikiran, harapan
serta kekhawatiran yang sudah disampaikan pasien.
44. Memberikan kesempatan dan mendorong pasien untuk berpartisipasi: meminta
pasien untuk mengajukan pertanyaan, meminta klarifikasi serta menyatakan
keraguannya, merespon dengan tepat.
45. Mengamati komunikasi verbal dan non-verbal pasien, mis: pasien perlu
menyampaikan informasi atau mengajukan pertanyaan, pasien terlalu banyak menerima
informasi, pasien stres.
46. Gali nilai, pendapat, reaksi dan perasaan pasien tentang informasi yang diberikan dan
istilah yang digunakan. Berikan respon bila diperlukan.
Tujuan:
PERENCANAAN KE DEPAN
53. Mengikat ’kontrak’ dengan pasien tentang langkah selanjutnya yang akan dilakukan
baik oleh pasien maupun dokter.
54. Antisipasi: jelaskan hal-hal tak terduga yang mungkin terjadi, apa yang harus dilakukan
jika rencana tidak berjalan sebagaimana mestinya, kapan dan bagaimana mencari
bantuan.
Check list komunikasi dokter-pasien II : Modifikasi The Calgary-Cambridge Observation Guide – Interview Pasien
Petunjuk: Berikan tanda √ pada setiap tahapan konsultasi yang anda saksikan sesuai dengan kriteria berikut:
2 Memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan sesi, meminta persetujuan pasien bila diperlukan
3 Mengidentifikasi masalah pasien atau hal yang ingin dibicarakan pasien menggunakan pertanyaan
pembuka yang sesuai (misal: ”sakit apa?” atau ”ada masalah apa?” atau ”apa yang bisa saya bantu?”)
4 Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan pasien tanpa memotong atau
mengarahkan jawaban pasien.
5 Mengkonfirmasi masalah yang ada dan menanyakan adakah masalah lainnya (mis: ”jadi ada sakit
kepala dan capek-capek, ada lagi yang lain?”
Mengumpulkan Informasi
6 Mendorong pasien menceritakan perjalanan penyakitnya mulai awal sampai saat ini
menggunakan kata-katanya sendiri (gali apa yang menyebabkan kedatangannya hari ini)
7 Menggunakan pertanyaan terbuka dan tertutup dengan tepat, dimulai dengan pertanyaan terbuka
dilanjutkan dengan pertanyaan tertutup.
9 Mengamati respon pasien secara verbal maupun non-verbal (mis: mendorong pasien berbicara,
memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengatur apa yang akan diutarakan, melakukan
refleksi isi, membuat interpretasi) dan Mengamati komunikasi verbal dan non-verbal pasien (mis:
bahasa tubuh, ucapan, ekspresi wajah), menanyakan kembali dan menanggapi secara tepat.
10 Mengklarifikasi pernyataan pasien bila kurang jelas atau meminta penjelasan lebih lanjut (mis: ”bisa
jelaskan apa yang dimaksud dengan kepala terasa melayang?”)
13 Memperhatikan waktu untuk setiap bagian konsultasi dan fokus terhadap tujuan konsultasi.
17 Menggunakan empati untuk menyampaikan pengertian dan menghargai perasaan atau situasi yang
dihadapi pasien; secara terbuka menghormati pendapat dan perasaan pasien.
19 Memberikan perhatian khusus terhadap hal-hal sensitif yang dapat membuat pasien merasa malu
atau menyakitkan pasien, termasuk pemeriksaan fisik. Menjelaskan alasan pertanyaan atau
pemeriksaan fisik yang mungkin dirasa tidak masuk akal.
22 Nilai pengetahuan awal pasien: tanyakan apa yang sudah diketahui pasien sebelumnya pada awal
pemberian informasi, tentukan sampai seberapa jauh pasien menginginkan informasi.
23 Berikan penjelasan pada waktu yang tepat: hindari memberikan saran, informasi, dan harapan yang
terlalu dini.
24 Menggunakan pertanyaan dan kalimat yang mudah dimengerti dan ringkas; menghindari
penggunaan istilan medis atau menjelaskan istilah tersebut.
25 Menggunakan metode visual untuk menyampaikan informasi: diagram, model, informasi dan
petunjuk tertulis.
26 Cek pemahaman pasien terhadap informasi (atau perencanaan) yang diberikan: misalnya dengan
meminta pasien mengulangi dengan kata-katanya sendiri, melakukan klarifikasi bila perlu.
28 Memberikan kesempatan dan mendorong pasien untuk berpartisipasi: meminta pasien untuk
mengajukan pertanyaan, meminta klarifikasi serta menyatakan keraguannya, merespon dengan tepat.
o Informasikan apa yang menjadi preferensi kita tentang pilihan yang tersedia
o Tentukan pilihan pasien
31 Cek apakah
32 Mengikat ’kontrak’ dengan pasien tentang langkah selanjutnya yang akan dilakukan baik oleh
pasien maupun dokter.
33 Antisipasi: jelaskan hal-hal tak terduga yang mungkin terjadi, apa yang harus dilakukan jika rencana
tidak berjalan sebagaimana mestinya, kapan dan bagaimana mencari bantuan.
35 Cek terakhir kali apakah pasien setuju dan merasa nyaman dengan rencana yang telah disusun,
tanyakan apakah masih ada pertanyaan atau hal-hal lain yang masih perlu didiskusikan. (Mis: ”ada
pertanyaan lagi atau masih ada hal yang ingin didiskusikan?”).
Lampiran 8
Tandailah untuk setiap kriteria kolom 0, 1, 2 dan 3 yang paling sesuai dengan presentasi yang anda nilai
Kriteria 0 1 2 3
Keterampilan Nonverbal
Tidak berusaha untuk melihat Hanya memfokuskan Kadang-kadang Secara tetap memperhatikan
pada audien pada seluruh perhatian pada satu bagian memperhatikan pada pada seseorang atau
Kontak mata
catatan yang dibaca di khusus dari kelas, tanpa seseorang atau beberapa beberapa kelompok pada
keseluruhan waktu memeriksa kelompok selama presentasi. keseluruhan waktu
Kadang-kadang menampilkan
Memiliki ekspresi kaku atau Memberikan kesan yang
baik kesan kaku maupun Netral tetapi kurang
Ekspresi Muka menunjukkan antusiasme
menunjukkan kesan pertentangan selama mengekspresikan antusiasme
yang tepat.
bertentangan selama presentasi.
keseluruhan presentasi.
Keterampilan Vokal
Isi
Kriteria 0 1 2 3
Kurang, mengganggu audien Tak ada tambahan apapun Pikiran diampaikan dengan Alat bantu meningkatkan
Visual Aid ( Alat bantu visual ) presentasi, semua pikiran
dan sulit untuk membaca terhadap prersentasi jelas tetapi tidak dipahami
disampaikan dan membuat
orang tertarik.
Kerangka presentasi
Melompat dari satu topik ke Mengandung pokok bahasan Kerangka logis dalam pokok Kerangka logis diperhatikan
yang lain, membuat terpisah tetapi koheren atau bahasan dan struktur selam presentasi dan
presentasi sulit untuk kerangka keseluruhan tidak diperhatikan selama informasi yang penting
dipahami. jelas bagi audien keseluruhan presentasi diulang-ulang atau disarikan..