Anda di halaman 1dari 52

MODUL SKILL

“EMPATI DAN KOMUNIKASI”

Penyusun :

dr. Gita Sekar Prihanti MPdKed

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020
A. PENDAHULUAN

Penelitian membuktikan bahwa dokter yang dapat memperlihatkan hubungan


interpersonal yang efektif dan mampu berkomunikasi dengan baik, berhubungan erat dengan
kesembuhan dan peningkatan kesehatan pasien. Sebaliknya keterampilan berkomunikasi
dokter yang kurang baik atau kurang efektif berhubungan dengan terjadinya kesalahan
medikserta meningkatkan terjadinya tuntutan malpraktek. (Kristina TN, Purwanti A, Utari A,
Adespin DA. 2014)
Kesalahan yang banyak terjadi dalam praktek dokter adalah kegagalan di dalam
komunikasi. Seringkali dokter gagal memahami pasien serta masalah-masalah lain yang
dialaminya yang mungkin berhubungan dengan penyakitnya. Kegagalan ini akan berdampak
pada proses penanganan pasien selanjutnya. Pasien akan menjadi kehilangan semangat,
ketaatan, serta kepercayaan kepada dokter. Hal tersebut juga akan mengakibatkan pengobatan
menjadi tidak efektif sehingga menimbulkan kekecewaan bagi ke 2 belah pihak. Keberhasilan
dokter dalam berkomunikasi adalah langkah awal keberhasilan dalam penanganan pasien.
(Kristina TN, Purwanti A, Utari A, Adespin DA. 2014)
Respon pasien sangat ditentukan oleh jalinan komunikasi efektif dokter-pasien yang
merupakan hal yang sangat penting dan mendasar. Hubungan dokter – pasien yang baik,
memerlukan kemampuan berkomunikasi yang baik pula dari dokter. Sudah terbukti bahwa
dokter yang dapat berkomunikasi efektif dengan pasien akan membuat diagnosis yang lebih
akurat dan komprehensif. Ia juga dapat mendeteksi kesulitan emosional pasien dan
meresponnya dengan cepat, memiliki pasien yang puas dengan pelayanan yang diberikan, serta
memiliki pasien yang cenderung patuh pada nasihat yang diberikan. (Kristina TN, Purwanti A,
Utari A, Adespin DA. 2014)
Hal yang sangat penting dan juga sangat mendukung komunikasi dokter-pasien yang
efektif adalah empati. Empati adalah kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan
orang lain. Dalam hubungan dokter-pasien, empati merupakan kemampuan kognitif dokter
untuk mengerti kebutuhan pasien serta merupakan sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien.
(Kristina TN, Purwanti A, Utari A, Adespin DA. 2014)
Dokter tentu saja diharapkan dapat memperlihatkan empatinya kepada pasien atau
dengan kata lain jangan hanya berempati saja tetapi tidak menunjukkannya kepada pasien dan/
atau keluarganya sama sekali. Empati dapat dikembangkan apabila dokter memiliki
keterampilan mendengar yang baik (good listener). (Kristina TN, Purwanti A, Utari A, Adespin
DA. 2014)
Blok Belajar, Humaniora dan Etika (BHE) adalah blok pertama pada tahun 1 Fase 1
tentang General Education. Materi empati dan komunikasi dibelajarkan pada mahasiswa
semester 1 FK UMM pada blok BHE. Pembelajaran empati dalam komunikasi di blok BHE
ini merupakan manifestasi pendidikan humaniora bagi mahasiswa kedokteran. Semester 1
sebagai tahap awal pendidikan empati. Tahap lanjut pendidikan empati berupa “breaking bad
news” dilakukan di semester 7 tepatnya di blok IPE.

TUJUAN BELAJAR

TUJUAN UMUM

Para mahasiswa dapat mencapai pengetahuan dan keterampilan dasar tentang empati,
kompetensi dokter, dasar komunikasi dan etika kedokteran. Kemudian, mahasiswa mampu
menerapkan pengetahuan ini sebagai ilmu dasar untuk mempelajari lebih lanjut tentang
masalah-masalah kesehatan sesuai etika dan hukum yang berlaku dengan mempertimbangkan
aspek humaniora. Area kompetensi yang perlu dicapai dalam ketrampilan empati di blok ini
adalah : (1) Area Profesionalitas yang Luhur, (2) Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri,
dan (3) Area Komunikasi Efektif. Capaian pembelajaran/CPMK no 69 Menunjukkan empati
saat berkomunikasi dengan civitas academica dan masyarakat umum.
Setelah melewati skill empati dalam blok 1 ini, mahasiswa mampu:
1. Mampu melakukan komunikasi yang empatik
2. Mampu membedakan komunikasi yang empatik dan non empatik
3. Memahami aspek humaniora dalam profesi dokter
4. Berempati secara verbal dan nonverbal
5. Mempertajam empati dengan menganalisis berbagai masalah dengan sudut pandang
berbeda (dari sisi pasien, masyarakat umum dan dari sisi tenaga medis)
6. Mampu menggali dan menganalisis permasalahan sosial
7. Mampu menerapkan berbagai teknik wawancara untuk menggali permasalahan sosial
8. Mampu berkomunikasi efektif dengan menerapkan langkah-langkah komunikasi secara
benar.
9. Membangun hubungan melalui komunikasi verbal dan nonverbal
10. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang santun dan dapat dimengerti
11. Mampu menerapkan asas-asas komunikasi, terutama empati dan penerimaan
(“acceptance”), dalam wawancara (“interview”) dengan klien.
12. Memahami profesi dokter sesuai dengan etika kedokteran dan keislaman
13. Mendengarkan dengan aktif untuk menggali permasalahan kesehatan secara holistik dan
komprehensif
14. Menunjukkan kepekaan terhadap aspek biopsikososiokultural dan spiritual klien dan
keluarga
15. Mampu memahami komunikasi sesama manusia terutama dari kerangka rujukan ilmu-ilmu
perilaku (psikologi dan sosiologi) dan komunikasi.
16. Mampu memahami kepentingan pendekatan yang bersifat komprehensif atau holistik
sebagai dasar komunikasi.
17. Mampu memahami peranan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi mutu komunikasi

Dalam upaya mencapai terpenuhinya kemampuan di atas, maka dilakukan pemantapan


mengenai pokok bahasan : Nilai dan sistem nilai; Moral, etik dan perilaku; Empati dalam
komunikasi; Humanity in medicine; Pengantar etik kedokteran; Prinsip dasar komunikasi,
komunikasi pasien dokter; wawancara medis, penyampaian informasi kepada pasien, teknik
komunikasi, melalui kuliah pengantar, diskusi, role play dan praktek lapangan.

KARAKTERISTIK MAHASISWA

Mahasiswa yang mengikuti ketrampilan empati adalah mahasiswa kedokteran FK UMM


semester 1 dan sedang mengikuti blok BHE semester 1.

STRATEGI PEMBELAJARAN

1. Perolehan ilmu pengetahuan


Kuliah interaktif sebagai pengantar, diskusi kelompok dan kegiatan mandiri ditujukan
untuk memperoleh informasi pokok bahasan empati, komunikasi, humaniora dan
etika.
2. Pelatihan :
a. Diskusi kelompok bertujuan :
i. Meningkatkan interaksi (berkomunikasi berlandaskan empati) dan
berdiskusi dengan benar
ii. Melakukan sharing (bertukar pendapat) atau memperoleh ilmu
pengetahuan baru
iii. Melatih kerjasama dalam kelompok untuk membuat laporan
b. Self experience memperoleh pengalaman sendiri dan berkomunikasi
berlandaskan empati dengan :
i. Melakukan sendiri kegiatan mendengar aktif dan menerapkan langkah-
langkah komunikasi di kelompok dengan bimbingan tutor
ii. Melakukan analisis tentang aspek empati setelah melihat video yang
ditugaskan. Hasil analisis dilaporkan secara tertulis dan didiskusikan
oleh kelompok.
c. Pleno : membahas hasil analisis video masing-masing melakukan presentasi
laporan.
d. Kegiatan mandiri : diharapkan mahasiswa mempelajari bacaan wajib dan yang
dianjurkan, atau mencari informasi lewat perpustakaan atau internet, sesuai
lingkup dan pokok bahasan. Mahasiswa dianjurkan mempunyai buku catatan
(workbook) dan mencatat perolehan ilmu pengetahuan dari kuliah interaktif,
diskusi kelompok, pleno, textbook dan internet untuk kepentingan mereka
sendiri.
3. Umpan balik
a. Daftar hadir mahasiswa
b. Role play berdasarkan check list oleh tutor
c. Laporan individu
d. Video hasil rekaman praktek individu
e. Penilaian komunikasi berdasarkan empati oleh tutor

EVALUASI

Evaluasi terdiri atas evaluasi hasil pembelajaran dan evaluasi program.


Evaluasi hasil pembelajaran :
1. Observasi berkesinambungan oleh tutor
a. Penilaian meliputi kehadiran tiap mahasiswa dan penilaian role play
berdasarkan check list oleh tutor (formatif).
2. Laporan individu
a. Merupakan laporan hasil analisis video dan kasus riil di lapangan melalui
sumber valid.
3. Penilaian berdasarkan checklist komunikasi berlandaskan empati
a. Dilakukan oleh tutor berdasarkan video rekaman mahasiswa.

Evaluasi program

1. Lembar penilaian terhadap tutor diisi oleh mahasiswa di akhir blok


2. Kuesioner diisi oleh setiap mahasiswa pada akhir blok

Pembobotan alat evaluasi


NO JENIS BOBOT NILAI NILAI
KASAR AKHIR
(0-100)
1. TUGAS VIDEO dan Laporan (A) 50%
2. Ujian OSCE 50%

Total 100%
B. TATA TERTIB, TUGAS TUTOR

Modul harus sudah dibagikan seminggu sebelumnya untuk dipelajari oleh mahasiswa

TATA TERTIB TUTOR


1. Hadir tepat waktu, mengisi daftar hadir dan mengambil berkas yang diperlukan di
admin
2. Tidak meninggalkan tempat selama kegiatan berlangsung sesuai jadwal
3. Setelah selesai kegiatan mengembalikan berkas ke admin
4. Apabila terpaksa tidak dapat bertugas agar memberitahu sehari sebelumnya ke admin

TUGAS TUTOR
1. Memimpin diskusi dan role play serta memotivasi dan membina dinamika kelompok
agar setiap mahasiswa aktif berpartisipasi
2. Membantu proses peningkatan afektif dan apresiasi mahasiswa di kelompok
3. Memberikan pengarahan, asupan dan sumber rujukan bila diperlukan
4. Membina dan meningkatkan hubungan akademik dengan mahasiswa
5. Mengisi lembar penilaian check list komunikasi berdasarkan empati dalam role play
6. Membimbing praktek individu (empati dalam komunikasi)
7. Memberi umpan balik kepada mahasiswa
8. Memberi penilaian berdasarkan check list ketika praktek individu
C. TATA CARA KEGIATAN

MEKANISME PERTEMUAN =
• Pertemuan 1 =
• diskusi
• role play (kasus empatik dan non empatik, setting tempat bervariasi),
• melihat dan menganalisis video yang telah dsediakan secara bersama-sama
• pembagian tugas mencari dan menganalisis aspek humaniora dari video kasus
COVID-19 dari sisi tenaga mediis, pasien dan masyarakat umum
• Pertemuan 2 =
• presentasi individu hasil analisis video kasus tenaga medis, pasien dan
masyarakat umum
• perbaikan laporan

KULIAH INTERAKTIF (PENGANTAR)


1. Kuliah dilakukan sesuai tujuan, materi dan alokasi waktu
2. Kuliah dilakukan secara interaktif dengan menitikberatkan agar mahasiswa belajar aktif
mandiri. Mahasiswa selain mendengarkan, aktif membuat catatan dalam buku catatan
mahasiswa, diberi kesempatan mengutarakan pendapat, bersikap kritis, dan bertanya
langsung untuk memperoleh kejelasan

DISKUSI KELOMPOK
1. Diskusi kelompok dipimpin oleh tutor
2. Tutor memberi salam dan memperkenalkan diri
3. Sebelum diskusi kelompok, setiap anggota saling memperkenalkan diri
4. Tutor menjelaskan tujuan dan cara diskusi kelompok sesuai lembar tugas
5. Diskusi kelompok dilaksanakan sesuai dengan panduan kegiatan
6. Tutor berusaha agar semua mahasiswa aktif berpartisipasi dalam diskusi
7. Tutor menjaga kelancaran diskusi dan mengarahkan agar diskusi tetap mengacu pada
sasaran pembelajaran
8. Diskusi dilakukan dengan tertib
9. Setiap anggota kelompok memiliki hak yang sama untuk menyampaikan pendapat,
bertanya, dan menjawab secara bergiliran dengan tertib.
10. Setiap anggota kelompok wajib menunjukkan sikap saling menghargai serta memberi
kesempatan kepada orang lain untuk menyampaikan pendapat, tidak ada dominasi
individu dalam kelompok
11. Tutor mengisi formulir kehadiran kelompok
12. Mahasiswa mengisi lembar evaluasi peran dan fungsi tutor

ROLE PLAY
1. Kelompok membagi diri masing-masing 3 orang yang mengambil posisi duduk saling
berhadapan, kemudian seseorang berbicara/bercerita tentang masalahnya sebagai
pasien selama 5 menit, seseorang mendengarkan (boleh bertanya) sambil
berkomunikasi secara empatik sebagai dokter dan seorang lagi mengamati sebagai
pengamat. Setiap peran diberikan panduan oleh fasilitator. Peran dokter: bersikap
sebagai dokter sesuai dengan petunjuk yang terdapat pada bermain peran. Peran
pasien: bermain sebagai seorang pasien dan menjawab pertanyaan dokter seperti
orang awam. Pengamat: mencatat langkah-langkah yang dilakukan dokter dalam
wawancara dengan pasien dan mencatat respons pasien, baik verbal maupun
nonverbal. Kemudian didiskusikan dibawah bimbingan fasilitator. Kalau masih ada
waktu, peran-peran tersebut dapat diberikan pada mahasiswa lainnya secara bergilir.
2. Setelah 5 menit, pengamat memberikan penilaiannya terhadap pendengar/dokter dan
pembicara/pasien
3. Dokter dan pasien menanggapi penilaian pengamat kemudian didiskusikan untuk
mendapatkan kesepahaman
4. Setiap orang secara bergantian menjadi pembicara/pasien, pendengar/dokter, dan
pengamat
5. Setiap anggota kelompok menilai dirinya sendiri dalam kemampuan komunikasi
berlandaskan empati dengan mengisi lembar penilaian check list secara spontan dan
jujur berdasarkan apa yang dilakukannya selama ini sebagai pendengar/dokter saat
berkomunikasi.
6. Setelah semuanya selesai mengisi, tutor memberitahukan cara penilaiannya sehingga
mahasiswa mengetahui apakah ia termasuk pendengar/dokter yang baik, kurang baik
atau tidak baik berdasarkan nilai total yang diperoleh.
PRESENTASI
1. Presentasi dapat membahas hasil laporan INDIVIDU dan hasil analisis aspek
humaniora serta permasalahan social dalam video kasus COVID-19 dari sisi tenaga
medis, pasien dan masyarakat umum
2. Setiap individu bergiliran mempresentasikan laporan hasil kegiatan dan menayangkan
video yang telah dianalisis, individu lainnya diberi kesempatan untuk bertanya atau
memberi komentar
3. Narasumber memberikan asupan bila diperlukan
4. Di akhir presentasi, narasumber akan memberikan rangkuman atau pengarahan

TATA CARA PRESENTASI


1. Presentasi berlangsung selama 100 menit dengan mempresentasikan laporan hasil
analisis aspek humaniora dan video kasus COVID-19 dari sisi tenaga medis, pasien,
masyarakat umum.
2. Masing-masing individu wajib memberi umpan balik konstruktif terhadap presentasi
individu lainnya
3. Setiap individu yang tampil diberi waktu 5-10 menit untuk presentasi laporan,
presentasi video dan untuk pertanyaan/diskusi
4. Pada akhir presentasi narasumber memberi rangkuman selama 15 menit

OSCE :
1. Mahasiswa diminta untuk menyiapkan video praktek komunikasi yang empatik
dengan anggota keluarga sebelum ujian
2. Mahasiswa mempresentasikan video yang telah dibuat maksimal 5 menit
3. Mahasiswa diminta untuk menganalisis aspek humaniora dan permasalahan social
dari anggota keluarga yang di wawancara
4. Mahasiswa membuat dan mengumpulkan laporan analisis aspek humaniora dan
permasalahan sosial dari anggota keluarga yang diwawancarai

PRAKTEK WAWANCARA
Dalam rangka memperkenalkan masalah kesehatan sedini mungkin kepada mahasiswa
kedokteran, mahasiswa diberi tugas wawancara anggota keluarga untuk menganalisis aspek
humaniora, menggali permasalahan sosial dan menerapkan komunikasi yang empatik.
Tujuannya agar mahasiswa mendapat pengalaman (self experience) berkomunikasi sehingga
mampu :
1. Berkomunikasi efektif dengan menerapkan langkah-langkah komunikasi secara benar.
2. Mempertajam empati dengan melihat/menanyakan berbagai masalah pada klien sesuai
check list yang tersedia.

TATA CARA PRAKTEK WAWANCARA

1. Praktek wawancara dikoordinasikan oleh tutor


2. Tutor terlebih dahulu memberi pengarahan praktek wawancara kepada mahasiswa
3. Mahasiswa melakukan komunikasi efektif (sesuai langkah-langkah komunikasi dan
berlandaskan empati) seperti yang telah dipelajarinya dan sesuai check list
4. Mahasiswa harus mencatat segala sesuatu yang dilakukan dan dialaminya selama
kegiatan tersebut untuk dibahas dalam laporan
5. Tutor bertanggungjawab atas kelancaran praktek wawancara dan memberi bimbingan
kepada mahasiswa bila diperlukan

TATA TERTIB

• Sopan
• Seragam FK UMM
• Memotivasi dan memberi dukungan positif terhadap klien
D. LEMBAR TUGAS

DISKUSI KELOMPOK

Pengantar

Sikap/prilaku dalam bidang kedokteran didasari pada pengenalan beberapa prinsip


humaniora yang sesuai untuk seorang dokter. Hubungan dokter-pasien menjangkau segi
interpersonal yang lebih dalam daripada sekedar komunikasi sosial. Perilaku dan kepribadian
merupakan hal yang penting sebagai landasan aspek etik, kepercayaan, dan hukum dalam
hubungan tersebut.
Ilmu kedokteran dan ilmu lainnya yang termasuk ilmu humaniora saling berkaitan erat
dalam upaya mempertinggi kesehatan jiwa bagi manusia sebagai individu, kelompok manusia,
maupun masyarakat. Ilmu kedokteran mempunyai 2 aspek pendekatan yaitu manusia sebagai
obyek dan manusia sebagai subyek (pendekatan bersifat manusiawi). Landasan pendekatan dan
perlakuan yang bersifat manusiawi adalah empati. Empati dan kesehatan jiwa merupakan
landasan penting dalam komunikasi efektif interpersonal.

Hasil yang diharapkan

Pemantapan pemahaman mengenai humaniora dalam kedokteran, aspek perilaku dan


kepribadian di bidang kedokteran, nilai dan sistem nilai, serta empati dan kesehatan jiwa.
Pemahaman mengenai perilaku ilmiah dalam kedokteran serta etik profesi kedokteran.

Lingkup bahasan

1. Aspek humaniora dalam kedokteran; kemampuan berpikir kritis, memiliki perspektif


yang fleksibel, nondogmatisme, peka terhadap nilai, empati dan sadar diri
2. Aspek perilaku dan kepribadian di bidang kedokteran : perilaku manusia, hubungan
dokter-manusia, moral, etik, norma dan sistem nilai
3. Aspek empati dan kesehatan jiwa : hubungan antar manusia (saya dan kamu, kita dan
kami), hubungan dan komunikasi berdasarkan empati
4. Hubungan antar manusia : saya dan kamu, kita dan kami, empati dalam
berkomunikasi
5. Empati dalam komunikasi : empati, simpati, mendengar aktif, mendengar efektif,
komunikasi efektif
6. Etik profesi kedokteran : etik dan moral, tanggungjawab profesional, tanggungjawab
sosial, etik dalam pelayanan kesehatan.

Tugas

1. Pendalaman materi lingkup bahasan untuk mendapatkan pemahaman bersama dalam


kelompok
2. Menyusun pertanyaan-pertanyaan tentang hal-hal yang belum dipahami kelompok
3. Membahas berbagai isu (pengalaman sendiri, berita mass media/kliping koran,
majalah, elektronik, dsb) yang berkaitan dengan lingkup bahasan untuk meningkatkan
kepekaan rasa, empati serta apresiasi nilai dan sistem nilai.
4. Mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan aspek kemanusiaan,
perilaku/kepribadian, empati dan komunikasi serta etik profesi berdasarkan isu yang
dibahas.

Contoh Kasus

1. Di sebuah stasiun TV diberitahukan bahwa artis “X” sedang menjalani perawatan di


salah satu rumah sakit di Singapura karena menderita kanker. Dalam acara tersebut
dia mengaku bahwa dia terpaksa memilih berobat di Singapura karena merasa bahwa
pelayanan di sana lebih baik, terutama komunikasi antara dia dengan dokter yang
merawatnya sangat baik. Dikatakan bahwa dokternya sangat terbuka bila dia ingin
tahu tentang penyakitnya dan bahkan dia mendapatkan pasien penjelasan yang
lengkap dan memuaskan. Walaupun dia harus mengeluarkan biaya yang besar dan
dirasakannya sangat berat, tetapi dia merasa puas. Peserta diminta untuk menganalisis
kasus tersebut dalam diskusi kelompok.
2. Dari surat pembaca yang dimuat di harian ibukota dengan judul “Sikap Perawat
Puskesmas” berbunyi sebagai berikut.
“Sebagai masyarakat berpenghasilan pas-pasan, keluarga saya mengandalkan
pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Namun, pelayanan yang yang
diberikan oleh seorang petugas di sana cenderung sewenang-wenang. Saya dibentak-
bentak oleh perawat tersebut, padahal saya dalam keadaan sakit gigi yang luar biasa
sehingga mungkin kurang jelas menjawab pertanyaannya. Seharusnya, sebagai orang
yang bisa menangani pasien, dia dapat memaklumi kondisi saya. Cara dia memberikan
pelayanan kepada pasien akan berdampak negatif karena tergantung pada suasana
hati, judes, dan asal-asalan.
Mohon perhatian dari yang berwenang sebelum jatuh korban lebih banyak dan
lebih parah.”
Peserta diminta menganalisis kasus tersebut dalam diskusi kelompok.
3. Dari surat pembaca yang dimuat di harian ibukota, September 2006, dengan judul
“Etika Dokter Di RS X”, berbunyi sebagai berikut.
“Berdasarkan hasil medical check-up di RS X, saya disarankan untuk berkonsultasi
dengan internis. Suster memberi tahu bahwa internis yang praktek siang adalah dr. A.
Sekitar pukul 15.15 saya mendapat giliran pertama. Itulah pertama kali saya
berkonsultasi dengan dr. A, dan kesan pertama yang muncul, ia dokter yang tidak
beretika. Selam saya (sebagai pasien) di ruang praktek, dokter menerima telepon dan
menelepon dalam waktu yang lama. Baru sebentar bicara tentang penyakit saya,
dokter menerima telepon lagi dan berbicara cukup lama.
Setelah telepon usai, konsultasi berlanjut. Beberapa menit kemudian menerima
telepon lagi (lama berbicara telepon sekitar lima menit). Lalu konsultasi berlanjut lagi,
saya disuruh ke tempat tidur praktek untuk diperiksa. Lagi-lagi, saya harus menunggu
karena dokter menerima telepon. Seusai menerima telepon, saya baru diperiksa.
Setelah memeriksa pun, dokter menelepon lagi.
Dalam telepon itu saya mendengar, dokter menanyakan jumlah point yang didapat
dalam bulan ini. Saya amat tersinggung dengan perlakuan dokter yang tidak punya
etika dan tidak punya rasa kemanusiaan untuk menyembuhkan pasien. Semestinya RS
X melatih para dokter cara menghadapi pasien dengan baik.”
Peserta diminta menganalisis kasus tersebut dalam diskusi kelompok.

(Marheni A. dalam Soetjiningsih, 2008)


Contoh kasus : Tempat dan ruang pelayanan

Tempat praktek dokter Adi yang terletak di dekat pasar. Banyak lalat di ruang tunggunya.
Selain itu,ruang tunggunya terkesan kumuh karena lantainya dari semen, temboknya banyak
debu, dan tempat duduk pasiennya berupa bangku panjang yang catnya terkelupas di sana-sini.
Ketika ditanya mengapa tidak mempercantik ruang tunggunya. Ia menjawab kalau ruang
tunggunya dibuat lebih baik, mungkin pasien malah takut berobat kepadanya. Mengingat
pasiennya kebanyakan para pedagang di pasar tersebut yang pada umumnya sosial ekonominya
rendah.

Contoh kasus : Waktu tunggu

Dokter Bagus, seorang dokter spesialis yang sangat terkenal, mempunyai pasien yang banyak
sekali. Ia selalu kesulitan dalam mengatur pasiennya walaupun memiliki resepsionis di ruang
tunggunya. Dokter Bagus telah menggunakan berbagai cara untuk mengatasinya termasuk
sistem nomor. Akan tetapi, banyak pasien dengan nomor urut kecil yang baru datang sudah
minta masuk duluan padahal nomornya sudah lewat da nada pasien lain yang telah lama
menunggu. Pernah pula dengan cara memasukkan pasien dua sampai tiga orang ke kamar
periksa, tetapi juga diprotes oleh pasiennya. Ia pernah memperbolehkan pasien mendaftar
memalui telepon. Lagi-lagi diprotes karena katanya pilih kasih. Pasien yang punya telepon
dapat giliran duluan, sedangkan yang menunggu sejak lama belum dapat giliran. Dengan
membuat perjanjian sebelumnya (appointment) tidak mungkin juga. Selain panjangnya antrian,
pasien yang datang juga yang tidak disiplin. Diskusikanlah cara yang tepat untuk mengatasi
masalah tersebut sehingga pelayanan berjalan lancar dan para pasien merasa nyaman.

(Kandera W, Soetjiningsih, 2008)


RUMUSAN MASALAH DISKUSI

1. Mengapa diperlukan ilmu perilaku dalam hubungan klien-dokter?


2. Mengapa dokter harus belajar seumur hidup?
3. Mengapa diperlukan informasi terkini yang evidence based?
4. Berikan penjelasan beberapa isyarat nonverbal yang sangat berperan dalam komunikasi
klien-dokter!
5. Apakah yang dimaksud dengan mendengar aktif?
6. Mengapa klien memerlukan empati dari dokternya? Berikan penjelasan!
7. Mengapa perlu pendekatan yang bersifat komprehensif dan holistik sebagai dasar
hubungan pasien-dokter? Masing-masing anggota kelompok diminta memberikan
contoh-contoh, baik yang pernah mereka alami maupun yang pernah didengar/dibaca.
8. Jelaskan tentang tempat dan ruang pelayanan yang nyaman bagi klien ketika melakukan
wawancara.
9. Jelaskan mengapa dokter perlu menjadi seorang pendengar yang baik!
10. Apa yang dimaksud dengan transference positif dan negatif?
11. Bagaimana seharusnya sikap dan perilaku dokter yang baik?
12. Apa tujuan wawancara dalam praktikum empati ini?
13. Bagaimana sikap dokter dalam melakukan wawancara dalam praktikum empati ini?
14. Mengapa wawancara medis perlu juga dilakukan terhadap keluarga atau teman-teman
klien?
15. Mengapa dalam wawancara perlu memperhatikan latar belakang dan usia klien?
16. Apa yang dimaksud dengan basic fundamental four dan the sacred seven dalam
wawancara medis?
17. Dalam memberikan informasi kepada klien, kapan waktu yang paling tepat dilakukan
pemberian informasi dan apa isi pesan yang Anda berikan?
18. Kendala-kendala apa yang dihadapi dalam menyampaikan informasi kepada klien?
19. Mengapa konseling kepada klien sangat esensial?
20. Faktor-faktor apa yang menyulitkan wawancara dengan klien? Jelaskan!
ROLE PLAY

Pengantar

Manusia adalah makhluk yang membutuhkan orang lain untuk mengembangkan diri
melalui hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal akan saling memuaskan bila masing-
masing pihak dapat menampilkan tingkah laku yang saling timbang rasa, penuh pengertian,
dan empati. Hubungan interpersonal dilakukan melalui komunikasi, yaitu proses penyampaian
stimuli (biasanya verbal) oleh seseorang (komunikator) untuk mengubah perilaku orang lain
(pendengar).

Komunikasi adalah proses dimana dua atau lebih pengirim/penerima bertukar pesan
sebagai upaya mencapai kesepakatan untuk menghasilkan suatu keputusan. Agar berjalan
efektif, diperlukan lalu lintas pesan dua arah yang baik. Komunikasi yang baik, misalnya antara
dokter dengan pasien, akan menjadi efektif bila disertai empati.

Hasil yang diharapkan

1. Mahasiswa dapat mengetahui apakah selama ini telah menjadi pendengar aktif yang
baik atau tidak bila berkomunikasi dengan orang lain
2. Mahasiswa dapat mengalami serta memahami cara dan langkah-langkah
berkomunikasi efektif
3. Mahasiswa memahami empati dan komunikasi di bidang kedokteran, terutama dalam
hubungan dengan pasien
4. Mahasiswa dapat melatih/mempertajam empati dengan melihat/menanyakan berbagai
masalah pada orang yang diajak berkomunikasi

Lingkup bahasan

1. Empati dan komunikasi


2. Etik profesi kedokteran
3. Hubungan dokter-pasien
Tugas

1. Mahasiswa menilai diri sendiri (self assessment) menggunakan lembar penilaian


bagaimana ia berkomunikasi menggunakan empati dengan orang lain
2. Mahasiswa melakukan self experience berkomunikasi berlandaskan empati : tiap tiga
mahasiswa masing-masing bergiliran menjadi komunikator, pendengar, dan pengamat.
Kemudian mendiskusikan proses yang terjadi, apakah sesuai dengan langkah-langkah
komunikasi efektif
3. Pembagian peran dilakukan oleh fasilitator dengan cara menunjuk seorang mahasiswa
berperan sebagai seorang dokter, seorang menjadi pasien, dan sisanya sebagai
pengamat/observer. Setiap peran diberikan panduan oleh fasilitator. Peran dokter:
bersikap sebagai dokter sesuai dengan petunjuk yang terdapat pada bermain peran.
Peran pasien: bermain sebagai seorang pasien dan menjawab pertanyaan dokter
seperti orang awam. Pengamat: mencatat langkah-langkah yang dilakukan dokter
dalam wawancara dengan pasien dan mencatat respons pasien, baik verbal maupun
nonverbal. Kemudian didiskusikan dibawah bimbingan fasilitator. Kalau masih ada
waktu, peran-peran tersebut dapat diberikan pada mahasiswa lainnya secara bergilir.
4. Setiap selesai bermain peran, pengamat diminta untuk mendiskusikan tentang peran
yang telah dibawakan. Selanjutnya pengamat juga diminta untuk mencatat dan
mengingat semua sikap dokter yang positif dan tidak positif, serta penggunaan isyarat
verbal yang baik dan kurang baik.
5. Diskusikan apa yang dirasakan oleh para pemeran, pendapat mahasiswa lainnya,
harapan pemeran dll
6. Tutor perlu mengingatkan peserta bahwa komunikasi dan sikap nonempatik tidak selalu
terjadi satu arah atau dari satu pihak, sering juga secara dua arah. Hal ini dapat terjadi
sebagai reaksi sebab akibat atau sejak semula disebabkan sikap apriori satu atau kedua
pihak.
7. Tutor juga perlu mengingatkan peserta bahwa dalam kehidupan sehari-hari komunikasi
nonempatik yang sangat ekstrim jarang terjadi. Demikian juga win-win solution yang
ideal dan sangat memuaskan kedua pihak tidak selalu terjadi. Yang penting adalah
belajar mengenal dan memahami berbagai derajat atau gradasi hubungan empatik,
mengapa hal itu terjadi, serta dampaknya. Dibahas pula berbagai derajat atau gradasi
win-win solution yang terjadi.
8. Cara yang efektif untuk belajar memahami dan berempati dengan orang lain adalah :
a. Kedua pihak saling bertukar tempat (secara mental) dan berusaha menempatkan
dirinya di tempat teman bicara sambil menghayati apa dan bagaimana cara
berpikir dan perasaan teman bicaranya
b. Setiap kali seseorang menyatakan sesuatu atau bersikap nonverbal terhadap
teman bicaranya, pada saat yang sama ia segera menempatkan dirinya di tempat
teman bicaranya sehingga segera dapat menghayati apa dan bagaimana
perasaan teman bicaranya bila ia bersikap atau berkata demikian.
c. Setelah selesai, lakukan pembahasan : apa yang terjadi, bagaimana perasaan
masing-masing pihak, apakah terjadi win-win solution yang utuh atau yang
tidak utuh (parsial), mengapa hal ini terjadi, bagaimana sikap, cara dan
komunikasi yang bersifat empati sehingga berakhir dengan win-win solution.
9. Tutor melakukan de-role-ing agar peran yang dimainkan tidak terbawa ke dalam
dirinya (dibersihkan pengaruh perannya). Caranya : setelah selesai role play para
pemeran disuruh berjabatan tangan sambil mengatakan bahwa sejak saat itu peran
selesai, masing-masing kembali menjadi dirinya sendiri.
10. Materi yang akan digunakan untuk bermain peran adalah sebagai berikut.
A. Materi 1
i. Mintalah salah seorang untuk berperan sebagai pasien, dan seorang
menjadi dokter, yang lainnya sebagai pengamat. Dalamkasus ini dokter
bersikap ketus dan keras, tidak peka terhadap perasaan pasien, tidak
mendengar hal-hal yang dikatakan pasien, memotong pembicaraan
pasien dan lain sebagainya.
ii. Sama seperti di atas, tetapi pada kasus ini dokter bersikap peka terhadap
perasaan tidak nyaman pasien, menghargai perasaan pasien, tersenyum,
mendengarkan keluhan pasien, menggunakan isyarat perhatian verbal
“oh”, “ya...”, atau “mm...mm...”, serta menanyakan keinginan pasien.
iii. Sama seperti di atas, dokter yang perhatian ditambah dengan posisi
tubuh condong ke depan, bersikap mendengarkan dengan penuh
perhatian dan kadang-kadang menganggukkan kepala.
iv. Ketika berkomunikasi, dokter duduk bersandar di kursi tanpa
mengatakan apapun, hanya mendengar dan terus memandang kepala
pasien.

B. Materi 2
v. Mintalah seorang untuk berperan menjadi pasien, dan seorang menjadi
dokter, yang lainnya sebagai pengamat. Pasien ini sebelumnya sudah
mendengar bahwa dokter Agus yang dikunjungi tersebut orangnya baik
dan sabar. Benar juga, ketika pasien tersebut datang ke dokter Agus,
dokter tersebut sabar, mau mendengar, dan ramah sehingga terjalin
hubungan yang positif dan pasien mau diajak bekerja sama.
vi. Seperti tersebut di atas karena pasiennya tidak dapat ditangani oleh dr.
Agus maka ia dirujuk ke RS tipe B. di poliklinik RS rujukan, pasien ini
diterima oleh dokter yang kata-katanya ketus, sombong, dan sikapnya
kurang sopan. Hal ini makin diperparah, ketika memberikan pengobatan
mereka masih sering membuka buku. Oleh sebab itu, pasien kecewa,
marah, dan tidak mempercayai dokter yang memeriksanya. Pasien
menunjukkan dengan cara menjawab pertanyaan seperlunya saja,
kalimatnya pun pendek-pendek dan bersikap acuh tak acuh.
vii. Sama seperti kasus di atas, tetapi kebetulan pasiennya seorang artis
terkenal. Dokter lupa bahwa artis tersebut datang ke dokter untuk
mengonsultasikan penyakitnya. Si dokter malah lebih banyak
menanyakan seputar aktivitas si artis tersebut ketimbang penyakit yang
dideritanya. Bahkan dokter tersebut minta tanda tangan artis tersebut
untuk anaknya yang ngefans sama si artis. Akhirnya, si pasien merasa
kecewa dan ini ditunjukkan dengan jawabannya yang pendek-pendek
dan raut muka yang tidak ramah.

C. Materi 6 : Teknik Berkomunikasi dengan Anak

a. seorang dokter di Poliklinik kedatangan seorang ibu yang membawa


anak laki-lakinya. Anak itu berusia sepuluh tahun. Si ibu datang
dengan keluhan pilek yang diderita sudah lama dan tak kunjung
sembuh. Perankan seorang menjadi dokter dan seorang menjadi
pasien. Bagaimana melakukan wawancara medis dengan anak tersebut
dengan menggunakan metode TEACHER, fundamental four, dan
secred seven.
b. Seorang ibu membawa bayinya berusia lima bulan, yang menderita
diare selam tiga hari. Tubuh bayi tampak lemah. Si ibu sangat khawatir
terhadap kondisi anaknya. Ia khawatir bayinya kekurangan cairan.
Perankan seorang menjadi dokter dan seorang menjadi ibu pasien.
Bagaimana melakukan wawancara medis dengan ibu pasien tersebut
dengan menggunakan metode TEACHER, fundamental four, dan
sacred seven.
(Soetjiningsih, 2008 )
E. SISTEMATIKA LAPORAN ANALISIS VIDEO DAN PRAKTEK
WAWANCARA

I. Judul

II. Identitas Klien

III. Masalah klien (tenaga medis, pasien dan masyarakat umum) :


a. Masalah Fisik/klinis
b. Masalah Psikis
c. Masalah Sosial (keluarga, lingkungan rumah, lingkungan kerja/sekolah)

IV. Respon Sosial terhadap klien (tenaga medis, pasien dan masyarakat umum) dari :
a. Keluarga inti
b. Keluarga extended
c. Lingkungan rumah
d. Lingkungan kerja/sekolah

V. Usaha apa yang sudah dilakukan klien&keluarga dan bagaimana hasilnya?

VI. Identifikasi dan analisis aspek humaniora dan komunikasi yang empatik dalam
kasus yang dibahas, baik yang sudah muncul maupun yang berpotensi timbul.

VII. Refleksi * : bagaimana pendapat dan saran Anda terhadap masalah klien dan proses
pembelajaran secara umum
*masing-masing mahasiswa

VIII. Kendala/hambatan yang dihadapi saat pembelajaran

Diketik dengan format kertas A4, font times new roman, spasi 1,5, dijilid mika putih.
DAFTAR PUSTAKA

1. Adespin DA, Kristina TN. Komunikasi dengan masyarakat. Dalam Kristina TN,
Purwanti A, Utari A, Adespin DA. Komunikasi Dokter-Pasien. 2014.
http://modul.fk.undip.ac.id/UNDUH/komunikasi.doc. di akses tanggal 10 Maret 2014
2. Akerjordet K, Severinsson E. Emotional intelligence : a review of the literature with
specific focus on empirical and epistemological perspectives. 2007. Journal of clinical
nursing. 1405-16
3. Austin EJ, Evans P, Magnus B, O’Hanlon K. A preliminary study of empathy,
emotional intelligence and examination performance in MBChB students. 2007.
Medical Education. 41:684:89
4. Birks Y, McKendree J, Watt I. Emotional intelligence and perceived stress in
healthcare students : a multi-professional survey. 2009. BMC Medical Education.
9:61
5. Bylund CL, Makoul G. 2002. Patient Education & Counseling : Emphatic
Communication in Physician-Patient Encounter. 48 pp 207-216
6. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Panduan Tutor/Narasumber Modul
Empathy in Communication Related to Patient Care. 2003. Jakarta
7. Freshwater D, Stickley T. The heart of the art : emotional intelligence in nurse
education. 2004. Nursing Inquiry. 11(2):91-98
8. Hardjana, A.M. 2003. Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal. Kanisius, Jakarta
9. Hariyanto SY. Komunikasi Efektif, Empatik dan
Persuasif. http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/artikel-coba-
2/edukasi/505-komunikasi-efektif-empatik-dan-persuasif. diakses pada tanggal 2
Maret 2013
10. Hasan, A. Komunikasi Kesehatan. Dalam Promosi Kesehatan : teori dan aplikasinya.
Editor : Soekidjo Notoatmodjo. 2005. Jakarta. PT Rineka Cipta
11. Hemmerdinger JM, Stoddart SDR, Lilford RJ. A systematic review of tests of
empathy in medicine. BMC Medical Education 2007, 7:24
http://www.biomedcentral.com/1472-6920/7/24
12. Ho MJ, Yao G, Lee KL, Beach MC, Green AR. Cross-cultural medical education :
can patient-centered cultural competency training be effective in non-Western
countries?. Medical Teacher 2008;30:719-721
13. Hojat M, Gonnella JS, Nasca TJ, Mangione S, Vergare M, Magee M. Physician
Empathy: Definition, Components, Measurement, and Relationship to Gender and
Specialty. Am J Psychiatry 159:9, September 2002.
http://ajp.psychiatryonline.org/cgi/reprint/159/9/1563
14. Hojat M, Vergare MJ, Maxwell K, Brainard G, Herrine SK, Isenberg GA, Veloski J,
Gonnella JS. The Devil is in the Third Year: A Longitudinal Study of Erosion of
Empathy in Medical School. Academic Medicine, Vol. 84, No. 9 / September 2009
15. Jusuf, A. A., Komunikasi Dosen dan Mahasiswa. 2009. Disampaikan dalam kuliah
Psikologi Pendidikan Program Magister Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta
16. Kandera W, Soetjiningsih. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Pasien-
Dokter. dalam Soetjiningsih. 2008. Modul Komunikasi Pasien-Dokter. Jakarta : EGC.
hlm 23-35
17. Kaplan, Sadock’s. Synopsis of psychiatry:behavioral sciences/clinical psychiatry.
Ninth edition. Volume 1. 2003. Philadelphia:Lippincott Williams&Wilkins.
18. Konsil Kedokteran Indonesia. Editor : Ali MM., Sidi IPS. Manual Komunikasi Efektif
Dokter-Pasien. 2009. Lembaga Konsultan Peraturan Bisnis Indonesia. Jakarta
19. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. 2012. Jakarta
20. Kristina TN, Purwanti A, Utari A, Adespin DA. Komunikasi Dokter-Pasien. 2014.
http://modul.fk.undip.ac.id/UNDUH/komunikasi.doc. di akses tanggal 10 Maret 2014
21. Kutrz S., Silverman, J., & Drapper, J.,2005. Teaching and Learning Communication
Skills in Medicine. Radcliffe Medical Press, Oxon.
22. Kwong TY, Kwong Q, O’Brien A, Haswell J, Hill A. 2009. The Basics : in Medical
Communication Skills and Law (The Patient Centred Approach). London. Churchill
Livingstone Elsevier.p. 8-10
23. Lestari, E.G. dan Maliki, M.A. 2003. Komunikasi Efektif. Jakarta : Lembaga
Administrasi Negara
24. Lewis NJ, Rees CE, Hudson JN, Bleakley A. Emotional intelligence in Medical
Education : Measuring the Unmeasurable?. 2005. Advances in Health Sciences
Education. 10:339-355
25. Lloyd M, Bor R. Communication Skills for Medicine. Second editiond. 2006.
Churchill Livingstone. China
26. Marheni A. Komunikasi Pasien-Dokter. dalam Soetjiningsih. 2008. Modul
Komunikasi Pasien-Dokter. Jakarta : EGC. hlm 12-17
27. Mayer JD, Salovey P. The intelligence of emotional intelligence. Intelligence
1993;17:433-42 dalam Stratton TD, Saunders JA, Elam CL. Changes in Medical
Student’s Emotional Intelligence:An Exploratory Study. J Teaching and Learning in
Medicine. 2008;20(3):279-284
28. Meyer BB, Fletcher TB, Parker SJ. Enhancing Emotional Intelligence in the Health
Care Environment, an exploratory study. The Health Care Manager. 2004. 23;3:225-
234
29. Mihalik AP, Dobbie AE, Kinkade S. Cultural Competency Teaching in U.S. Pediatric
Clerkships in 2006. 2007. Academic Medicine. 82:558-62
30. Montes-Berges B, Augusto JM. Exploring the relationship between perceived
emotional intelligence, coping, social support and mental health in nursing students.
2007. Journal of Psychiatric and Mental Health Nursing. 14:163-171
31. Parwati T, Soetjiningsih. Wawancara Medis. dalam Soetjiningsih. 2008. Modul
Komunikasi Pasien-Dokter. Jakarta : EGC. hlm 41-60
32. Piasecki M. 2003. Clinical Communication Handbook. Blackwell Publishing
Company. USA. p 44-54
33. Prijosaksono, Aribowo dan Ping Hartono. 2002. Make Yourself A Leader. PT Elex
Media Komputindo. Jakarta
34. Purwanti A, Utari A. Komunikasi dengan mitra kerja. Dalam Dalam Kristina TN,
Purwanti A, Utari A, Adespin DA. Komunikasi Dokter-Pasien. 2014.
http://modul.fk.undip.ac.id/UNDUH/komunikasi.doc. di akses tanggal 10 Maret 2014
35. Poernomo, Ieda SS. 2004. Pengertian KIE dan Konseling. Jakarta : Makalah Perinasia
36. Rakhmat, J. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. 2002. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya
37. Satterfield JM, Hughes E. Emotion skills training for medical students : a systematic
review. 2007. Medical Education. 41:935-941
38. Schermerhorn, Hunt & Osborn. 1994. Managing Organizational Behaviour, 5th ed,
John Wiley&Sons, Inc, Canada, pp 562-578 dalam Konsil Kedokteran Indonesia.
Editor : Ali MM., Sidi IPS. Manual Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. 2009.
Lembaga Konsultan Peraturan Bisnis Indonesia. Jakarta
39. Seeleman C, Suurmond J, Stronks K. Cultural competence : a conceptual framework
for teaching and learning. 2009. Medical Education 43:229-237
40. Silverman, J., Kurtz, S. & Drapper, J. 1998. Skills for Communicating with Patients.
Oxon : Radcliffe Medical Press
41. Sjamsuhidajat R. Kiat-kiat membina kepekaan social budaya. Disampaikan dalam
kuliah program Magister Pendidikan Kedokteran FK UI. 2010. Jakarta
42. Soetjiningsih. 2008. Modul Komunikasi Pasien-Dokter. Jakarta : EGC
43. Stepien KA, Baernstein A. Reviews: Educating for Empathy, A Review. J GEN
INTERN MED 2006; 21:524–530.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1484804/pdf/jgi021-0524.pdf
44. Steplen KA, Baernstein A. Educationg for empathy. J GEN INTERN MED 2006; 21:
524-30
45. Stichler JF. Emotional Intelligence : a critical leadership quality for the nurse
executive. 2006. The Nurse Executive. 10(5):422-25
46. Thi Lam L, Kirby SL. Is emotional intelligence an advantage?an exploration of the
impact of emotional and general intelligence on individual performance. Journal of
Social Psychology. 2002. 142(1):133-143
47. Thom DH, Tirado MD, Woon TL, McBride MR. Development and evaluation of a
cultural competency training. BMC Medical Education 2006, 6:38
48. Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
49. Van Thiel, J., Van Dalen, J & Ram, P. 2000. MAAS-Global Manual.
Maastricht:Maasstricht University
50. Ward J, Schaal M, Sullivan J, Bowen ME, Erdmann JB, Hojat M. Reliability and
Validity of the Jefferson Scale of Empathy in Undergraduate Nursing Students.
Journal of Nursing Measurement, Volume 17, Number 1, 2009. Springer Publishing
Company. http://web.ebscohost.com/ehost/pdf?vid=2&hid=13&sid=f0629150-ba1b-
46fb-b1e3-e5e510cf0060%40sessionmgr4
51. Weiner SJ, Auster S. From Empathy to Caring: Defining the Ideal Approach to a
Healing Relationship. YALE JOURNAL OF BIOLOGY AND MEDICINE 80
(2007), pp.123-130.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2248287/pdf/yjbm_80_3_123.pdf
52. Weng HC, Chen HC, Chen HJ, Lu K, Hung SY. Doctors’ emotional intelligence and
the patient-doctor relationship. 2008. Medical Education.42:703-711
53. Wilson SC, Carryer J. Emotional competence and nursing education:a New Zealand
study. Nursing Praxis in New Zealand. 2008. 24(1):36-47
54. Yu J . & Kirk M. (2009) Evaluation of empathy measurement tools in
nursing:systematic review. Journal of Advanced Nursing 65(9), 1790–1806.
http://www3.interscience.wiley.com/cgi-bin/fulltext/122540967/PDFSTART
LAMPIRAN 1
Chek List Ketrampilan Komunikasi Berdasarkan Empati
(Kwong TY, Kwong Q, O’Brien A, Haswell J, Hill A. 2009)

No Aspek Ya (1) Tidak (0)


Bahasa Tubuh (Gesture)
1 Menjaga Kontak Mata Selama Interview
2 Ekspresi Wajah Berminat dan Wajar
3 Menjaga Jarak yang nyaman
4 Sikap Tubuh (Lean forward)
5 Sopan Santun

Komunikasi Verbal
6 Salam
7 Perkenalan Diri
8 Menanyakan Identitas Client
9 Menanyakan Masalah dengan Pertanyaan Terbuka
10 Mendorong Client untuk Menceritakan masalahnya
11 Berespon yang tepat dan empatik terhadap keluhan
12 Menggunakan bahasa yang tepat dan mudah
dimengerti
13 Tidak Menghakimi
14 Ucapan Terimakasih Mengakhiri Wawancara
15 Salam dan Berjabat Tangan
TOTAL

Score : Jumlah yang Dilakukan X 100


15

LAMPIRAN 2
PENILAIAN PASIEN/KLIEN TERHADAP INTERVIEWER (MAHASISWA)

Kami ingin meminta Anda untuk mengisi kuesioner ini untuk tujuan mempelajari hubungan
pasien-dokter. Silakan menilai dokter Anda. Dokter Anda tidak akan melihat jawaban pribadi
Anda. Terima kasih atas kerja sama Anda.
Petunjuk :
Saudara tidak perlu menulis nama Saudara. Bacalah pernyataan di bawah ini, lalu beri tanda
silang (X) pada salah satu nomor yang berarti :
1 = sangat tidak setuju 2 = tidak setuju 3 = setuju 4 = sangat setuju
Kolom komentar disediakan untuk diisi, jika terdapat hal yang hendak anda elaborasi lebih
lanjut, misalnya berupa alasan ketidaksetujuan
Tanggal :
Jenis kelamin : L/P
Usia : ........tahun
Nama Dokter : ............................

N Pernyataan 1 2 3 4 Komentar
o
1. Menjelaskan segala sesuatu tentang apa yang
Anda ingin dan perlu tahu tentang kesehatan
Anda
2. Terlihat senang melihat Anda, ramah dan
menyambut Anda
3. Memperlakukan Anda dengan hormat dan tidak
meremehkan
4. Terlihat tertarik pada masalah Anda, tidak
mengganggu saat Anda berbicara, dan
mengajukan pertanyaan untuk memahami Anda
5. Terlihat tidak bosan atau tidak mengabaikan
apa yang Anda katakan
6. Membantu Anda memutuskan apa yang harus
dilakukan
7. Memberi Anda waktu untuk mengajukan
pertanyaan
8. Bertanya tentang apa yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari saya
9. Memahami emosi, perasaan dan kekhawatiran
saya
10. Menunjukkan kepedulian terhadap perasaan
dan kebutuhan saya, bukan hanya keadaan fisik
saya
11. Tidak terburu-buru
12. Bertanya bagaimana perasaan saya tentang
masalah saya
13. Terlihat memperhatikan saya dan keluarga saya
14. Dapat memahami sesuatu hal dari perspektif
saya
15. Memastikan pembicaraan dilakukan secara
pribadi
16. Mempertimbangkan keinginan saya ketika
membuat keputusan/melakukan sesuatu
17. Merupakan dokter yang pengertian/tidak
menghakimi
LAMPIRAN 3

LEMBARAN PENILAIAN DIRI (SELF ASSESSMENT)

KEMAMPUAN MENDENGAR AKTIF

Untuk setiap pertanyaan di bawah ini, berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling
dapat menggambarkan kebiasaan Saudara dalam mendengarkan secara aktif

No Item Selalu Kadang- Jarang


kadang
1. Saya mempertahankan kontak mata dengan
teman bicara
2. Saya menilai ide/isi pembicaraan teman bicara
semata-mata hanya berdasarkan penampilan
dan cara penyampaiannya
3. Saya mencoba menyamakan pikiran dan
perasaan saya dengan pikiran dan perasaan
teman bicara
4. Pada waktu mendengarkan teman bicara, saya
lebih memperhatikan fakta/detil yang spesifik
daripada pembicaraan secara keseluruhan
5. Saya mendengarkan isi faktual maupun
emosional di balik kata-kata yang diucapkan
teman bicara
6. Saya bertanya untuk mendapat penjelasan dan
pengertian
7. Saya baru memberi penilaian setelah teman
bicara selesai menyampaikan pikirannya
8. Saya berusaha secara sadar untuk
mengevaluasi logika dan konsistensi apa yang
disampaikan teman bicara
9. Sambil mendengar, saya memikirkan apa yang
akan saya katakan segera setelah ada
kesempatan
10. Saya berusaha agar pendapat saya menjadi
kesimpulan (kata akhir)
Petunjuk :

Kunci penilaian ini diberikan setelah mahasiswa selesai mengisi lembar penilaiannya

Cara penilaian :

Untuk pertanyaan nomor 2,4,9 dan 10 masing-masing diberi nilai ;

3 untuk jarang

2 untuk kadang-kadang

1 untuk selalu

Untuk pertanyaan nomor 1,3,5,6,7 dan 8 masing-masing diberi nilai :

3 untuk selalu

2 untuk kadang-kadang

1 untuk jarang

Jumlahkan seluruh nilai pernyataan 1 s/d 10

Bila nilai total :

≥ 27 Saudara pendengar yang baik

22-26 Saudara pendengar yang kurang baik

≤ 22 Saudara pendengar yang tidak baik

(Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003)


LAMPIRAN 4
PENILAIAN TERHADAP DOSEN DAN RESPONS MAHASISWA

Nama tutor : ..........


Petunjuk :
Saudara tidak perlu menulis nama Saudara. Bacalah pernyataan di bawah ini, lalu beri tanda
silang (X) pada salah satu nomor yang berarti :
1 = sangat tidak setuju 2 = tidak setuju 3 = setuju 4 = sangat setuju
Kolom komentar disediakan untuk diisi, jika terdapat hal yang hendak anda elaborasi lebih lanjut,
misalnya berupa alasan ketidaksetujuan

No Pernyataan 1 2 3 4 Komentar
BUKU PANDUAN MAHASISWA

1. Tujuan pembelajaran kegiatan dapat anda pahami


dengan jelas
2. Buku panduan dapat anda pahami dengan jelas

3. Referensi kegiatan tersedia cukup lengkap

4. Tugas baca/tulis yang diberikan membantu anda


memahami materi modul
5. Instruksi/panduan pembuatan tugas disampaikan
dengan jelas (jika ada)
EVALUASI PERAN DOSEN DALAM KULIAH
PENGANTAR
6. Dosen pakar memberikan materinya dengan jelas

7. Dosen pakar memberikan materi sesuai dengan materi

8. Dosen pakar modul memberikan daftar referensi yang


disarankan
9. Menjelaskan mengenai sasaran pembelajaran yang
diharapkan
10. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk bertanya

11. Menjawab pertanyaan dari mahasiswa jika ada

12. Dosen memberikan contoh kasus atau analogi untuk


materi yang sulit
EVALUASI PERAN DOSEN DALAM DISKUSI
KELOMPOK
13. Mendorong untuk memahami mekanisme/teori yang
mendasari suatu masalah
14. Mendorong untuk mencari informasi dari berbagai
sumber
15. Tutor memberikan umpan balik terhadap kelompok
diskusi dan individu
16. Memperlancar diskusi kelompok
17. Mencetuskan pertanyaan/isu yang bersifat terbuka dan
menimbulkan keingintahuan terhadap substansi ilmu
yang terkait

18. Mampu menghidupkan suasana diskusi sehingga


setiap anggota mau berpartisipasi

19. Mendorong diskusi relevan dengan masalah

20. Memiliki suara yang jelas, bahasa baik dan mudah


dimengerti

EVALUASI PERAN DOSEN DALAM ROLE


PLAY
21.
Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas
22.
Menjelaskan EMPATI dengan lengkap dan jelas
23.
Mencontohkan EMPATI sesuai dengan buku panduan
24. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
bertanya
25.
Memperhatikan saat mahasiswa berlatih
26.
Memberikan umpan balik kepada mahasiswa

RESPON MAHASISWA
27. Saya lebih menghayati materi empati yang didapatkan
dari diskusi kelompok
28. Saya merasakan manfaat berpartisipasi dalam
diskusi/role play/praktek lapangan
29. Saya mendapatkan wawasan yang luas dari
kuliah/diskusi/role play/praktek lapangan
30. Saya ingin mengetahui lebih banyak mengenai topik
yang dipelajari (empati, komunikasi dll)
Sangat baik Baik Buruk Komen
tar

31. Berikan opini anda secara global terhadap program


pembelajaran di dalam modul ............. ini :
ya, ya, tidak Komentar
banyak tidak berta
bertambah banya mbah
k
berta
mbah
32. Setelah mengikuti kegiatan praktikum ini, apakah
anda merasa ilmu dan ketrampilan dalam bidang ilmu
ini bertambah?
LAMPIRAN 5

Penilaian diri (SELF ASSESSMENT) Empati


Modifikasi dari Jefferson Scale of Physician Empathy (HP-Version R)

Petunjuk :
Bacalah pernyataan di bawah ini, lalu beri tanda silang (X) pada salah satu nomor yang
berarti :
STS = sangat tidak setuju TS = tidak setuju S = setuju SS = sangat setuju
Kolom komentar disediakan untuk diisi, jika terdapat hal yang hendak anda elaborasi lebih
lanjut, misalnya berupa alasan ketidaksetujuan
Tanggal :
Jenis kelamin :
Usia :
Nama Mahasiswa : ............................
NIM :

N Pernyataan STS TS S SS Komentar


o
1. Pemahaman saya tentang pasien dan keluarga
mereka, tidak mempengaruhi keputusan klinis
yang saya ambil
2. Pasien merasa lebih baik ketika saya memahami
perasaan mereka
3. Sulit bagi saya untuk melihat sesuatu dari
perspektif pasien saya
4. Saya menganggap memahami bahasa tubuh
pasien saya adalah sama pentingnya dengan
komunikasi verbal dalam hubungan dokter-pasien
5. Saya memiliki rasa humor yang baik dan saya
pikir hal itu dapat memberi kontribusi untuk hasil
klinis yang lebih baik
6. Sulit bagi saya untuk menerima bahwa setiap
orang adalah berbeda sehingga saya kesulitan
memahami perbedaan perspektif pasien
7. Saya mencoba untuk tidak memperhatikan emosi
pasien saya ketika bertanya tentang kesehatan
fisik mereka .
8. Perhatian terhadap pengalaman pribadi pasien
saya, tidak mempengaruhi hasil pengobatan
9. Saya mencoba membayangkan diri saya seperti
berada dalam posisi pasien saya saat melayani
mereka
10. Pasien saya menghargai pemahaman saya tentang
perasaan mereka
11. Penyakit Pasien hanya dapat disembuhkan
dengan pengobatan medis atau bedah, sehingga
ikatan emosional terhadap pasien saya tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil
medis atau bedah.
12. Menanyakan pasien tentang apa yang terjadi
dalam kehidupan pribadi mereka tidak membantu
dalam memahami keluhan fisik mereka
13. Saya mencoba untuk memahami apa yang terjadi
di dalam pikiran pasien saya dengan
memperhatikan isyarat non-verbal dan bahasa
tubuh
14. Saya percaya bahwa emosi tidak mempengaruhi
hasil pengobatan penyakit medis
15. Empati merupakan keterampilan terapi yang tidak
mempengaruhi keberhasilan pengobatan
16. Salah satu komponen penting dalam hubungan
dengan pasien saya adalah pemahaman saya
tentang status emosional mereka, serta keluarga
mereka
17. Saya mencoba untuk berpikir seperti pasien saya
untuk menghasilkan pelayanan yang lebih baik
18. Saya tidak membiarkan diri saya dipengaruhi oleh
ikatan pribadi yang kuat antara pasien dan
anggota keluarga mereka
19. Saya tidak menikmati membaca literatur non-
medis atau seni .
20. Saya percaya bahwa empati merupakan faktor
penting dalam terapi medis atau operasi

(Hojat M, Gonnella JS, Nasca TJ, Mangione S, Vergare M, Magee M. 2002)


LAMPIRAN 6

REFLEKSI MAHASISWA

Catatlah refleksi diri anda tentang kemajuan dan perkembangan belajar anda dalam
pembelajaran empati ini.

1. Kesulitan/kekurangan/hambatan apa saja yang Anda alami ketika belajar materi


empati dalam komunikasi ini?

2. Menurut pendapat Anda, mengapa hal tersebut dapat terjadi?

3. Bagaimana perasaan Anda ketika mengalami kesulitan/kekurangan/hambatan


tersebut?

4. Apa yang telah Anda ketahui tentang kelebihan dan kekurangan diri Anda?

5. Proses apa yang AKAN dan SUDAH dijalani untuk mengatasi kesulitan/
kekurangan/hambatan di atas?

6. Manfaat apa yang Anda peroleh dari pengalaman kesulitan/ kekurangan/hambatan


tersebut?

7. Apa dampak dari pengalaman kesulitan/ kekurangan/hambatan tersebut?

8. Bagaimana perasaan Anda sekarang terhadap pengalaman tersebut?

9. Apa yang telah anda pahami sejauh ini tentang menjadi seorang dokter?
Lampiran 7

Check list komunikasi dokter-pasien I : The Calgary-Cambridge Guide – Interview Pasien

The Calgary-Cambridge Guide – Interview Pasien

Nama Dokter : ................................................................... Penilai: ........................................................

Petunjuk: Berikan tanda √ pada setiap tahapan konsultasi yang anda saksikan sesuai dengan kriteria berikut:

0: tidak dilakukan 1: dilakukan dengan kurang sempurna 2: dilakukan dengan sempurna

Tahapan Konsultasi 0 1 2 Komentar

Memulai Sesi Konsultasi

MEMBANGUN RAPPORT AWAL

1. Menyapa pasien dan menanyakan nama pasien


2. Memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan sesi, meminta persetujuan pasien bila
diperlukan
3. Menunjukkan rasa hormat dan minat, membuat pasien merasa nyaman
MENGIDENTIFIKASI ALASAN BERKONSULTASI

4. Mengidentifikasi masalah pasien atau hal yang ingin dibicarakan pasien menggunakan
pertanyaan pembuka yang sesuai (misal: ”sakit apa?” atau ”ada masalah apa?” atau
”apa yang bisa saya bantu?”
5. Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan pasien tanpa memotong
atau mengarahkan jawaban pasien.
6. Mengkonfirmasi masalah yang ada dan menanyakan adakah masalah lainnya (mis:
”jadi ada sakit kepala dan capek-capek, ada lagi yang lain?”
7. Menyusun prioritas dalam konsultasi dengan memperhatikan sudut pandang pasien
dan dokter.

Mengumpulkan Informasi

MENGGALI MASALAH PASIEN

8. Mendorong pasien menceritakan perjalanan penyakitnya mulai awal sampai saat ini
menggunakan kata-katanya sendiri (gali apa yang menyebabkan kedatangannya hari ini)
9. Menggunakan pertanyaan terbuka dan tertutup dengan tepat, dimulai dengan
pertanyaan terbuka dilanjutkan dengan pertanyaan tertutup
10. Mendengarkan pasien dengan penuh perhatian, membiarkan pasien menyelesaikan
perkataannya tanpa diinterupsi, memberikan waktu bagi pasien untuk berpikir sebelum
menjawab, atau meneruskan pembicaraan setelah jeda sejenak
11. Mengamati respon pasien secara verbal maupun non-verbal (mis: mendorong pasien
berbicara, memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengatur apa yang akan
diutarakan, melakukan refleksi isi, membuat interpretasi)
12. Mengamati komunikasi verbal dan non-verbal pasien (mis: bahasa tubuh, ucapan,
ekspresi wajah), menanyakan kembali dan menanggapi secara tepat
13. Mengklarifikasi pernyataan pasien bila kurang jelas atau meminta penjelasan lebih
lanjut (mis: ”bisa jelaskan apa yang dimaksud dengan kepala terasa melayang?”)
14. Beberapa kali merangkum untuk memastikan bahwa pengertian dokter sama dengan
pasien; meminta pasien mengoreksi bila ada interpretasi yang kurang tepat atau meminta
pasien memberikan penjelasan lebih lanjut
15. Menggunakan pertanyaan dan kalimat yang mudah dimengerti dan ringkas;
menghindari istilah medis, atau menjelaskan istilah medis tersebut dengan baik bila
menggunakannya.
16. Menuliskan tanggal dan urutan kejadian sampai saat pasien datang saat ini

KETERAMPILAN TAMBAHAN UNTUK MENINGKATKAN PENGERTIAN


TERHADAP PERSPEKTIF PASIEN

17. Menentukan dengan aktif dan menggali secara tepat:


 Pendapat pasien (mis. pendapat tentang penyebab penyakit)
 Apa yang dipikirkan pasien (mis. kekhawatiran) terhadap setiap masalah
 Harapan pasien (target, bantuan apa diharapkan pasien untuk setiap masalahnya)
 Dampak terhadap pasien: bagaimana setiap masalah mempengaruhi kehidupan
pasien
18. Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya.

Membangun Struktur Konsultasi

MEMBUAT STRUKTUR KONSULTASI MENJADI TERBUKA

19. Merangkum pada akhir satu bagian konsultasi untuk memastikan bahwa pengertian
dokter dan pasien sama sebelum pindah ke bagian berikutnya.
20. Berpindah dari satu bagian ke bagian lain menggunakan ’signposting’, kalimat
transisional, mencakup rasional untuk bagian selanjutnya.

MEMPERHATIKAN ALIR PEMBICARAAN

21. Mengatur pembicaraan dalam urutan yang logis


22. Memperhatikan waktu untuk setiap bagian konsultasi dan fokus terhadap tujuan
konsultasi

Membangun Hubungan – memfasilitasi keterlibatan pasien

MENGGUNAKAN KOMUNIKASI NON-VERBAL YANG SESUAI

23. Memperlihatkan komunikasi non-verbal yang sesuai.


 Kontak mata, ekspresi wajah
 Sikap tubuh, posisi tubuh, gestures dan gerakan lainnya
 Vokal (mis: kecepatan, volume, intonasi)
24. Jika membaca, menulis catatan atau menggunakan komputer, tidak mengganggu
jalannya sesi.
25. Memperlihatkan rasa percaya diri yang sesuai.

MEMBINA RAPPORT

26. Menerima pendapat dan perasaan pasien; tidak menghakimi.


27. Menggunakan empati untuk menyampaikan pengertian dan menghargai perasaan atau
situasi yang dihadapi pasien; secara terbuka menghormati pendapat dan perasaan
pasien
28. Menyampaikan dukungan, memperlihatkan perhatian, pengertian, dan keinginan
membantu, menawarkan kemitraan
29. Memberikan perhatian khusus terhadap hal-hal sensitif yang dapat membuat pasien
merasa malu atau menyakitkan pasien, termasuk pemeriksaan fisik.

MELIBATKAN PASIEN

30. Berbagi pemikiran dengan pasien untuk mendorong pasien berpartisipasi (mis: ”Yang
terpikir oleh saya adalah.....”)
31. Menjelaskan alasan pertanyaan atau pemeriksaan fisik yang mungkin dirasa tidak
masuk akal.
32. Saat melakukan pemeriksaan fisik menjelaskan prosesnya dan meminta izin

Penjelasan & Perencanaan

MEMBERIKAN INFORMASI YANG CUKUP DAN BENAR

Tujuan:

 memberikan informasi yang tepat dan komprehensif


 menilai kebutuhan informasi setiap individu pasien
 agar tidak kurang atau berlebihan dalam memberikan informasi
33. Jumlah tepat dan cek: berikan informasi dalam potongan-potongan yang dapat
dimengerti; cek pengertian pasien; gunakan respon pasien sebagai panduan untuk
memberikan informasi selanjutnya.
34. Nilai pengetahuan awal pasien: tanyakan apa yang sudah diketahui pasien sebelumnya
pada awal pemberian informasi, tentukan sampai seberapa jauh pasien menginginkan
informasi.
35. Tanyakan pasien informasi lain apa yang mungkin berguna (mis: etiologi,
prognosis).
36. Berikan penjelasan pada waktu yang tepat: hindari memberikan saran, informasi, dan
harapan yang terlalu dini.

MEMBANTU MEMAHAMI DAN MENGINGAT INFORMASI SECARA AKURAT

Tujuan: membuat informasi lebih mudah diingat dan dipahami pasien

37. Bagi penjelasan: bagi menjadi bagian-bagian kecil, buat urutan yang logis.
38. Gunakan kategorisasi dan signposting yang jelas (mis: ”Ada tiga hal penting yang
akan saya bicarakan. Pertama.....” ”Nah mari kita lanjut ke bagian berikutnya....”)
39. Menggunakan pengulangan dan rangkuman untuk memperkuat informasi.
40. Menggunakan pertanyaan dan kalimat yang mudah dimengerti dan ringkas;
menghindari penggunaan istilan medis atau menjelaskan istilah tersebut.
41. Menggunakan metode visual untuk menyampaikan informasi: diagram, model,
informasi dan petunjuk tertulis.
42. Cek pemahaman pasien terhadap informasi (atau perencanaan) yang diberikan:
misalnya dengan meminta pasien mengulangi dengan kata-katanya sendiri, melakukan
klarifikasi bila perlu.

MENCAPAI PEMAHAMAN BERSAMA: MEMASUKKAN PERSPEKTIF PASIEN

Tujuan:
 menghasilkan penjelasan dan perencanaan yang berhubungan dengan perspektif
pasien
 mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan pasien tentang informasi yang
diberikan
 mendorong terciptanya interaksi dan bukan komunikasi satu arah.
43. Menghubungkan penjelasan dengan pandangan pasien: terhadap pemikiran, harapan
serta kekhawatiran yang sudah disampaikan pasien.
44. Memberikan kesempatan dan mendorong pasien untuk berpartisipasi: meminta
pasien untuk mengajukan pertanyaan, meminta klarifikasi serta menyatakan
keraguannya, merespon dengan tepat.
45. Mengamati komunikasi verbal dan non-verbal pasien, mis: pasien perlu
menyampaikan informasi atau mengajukan pertanyaan, pasien terlalu banyak menerima
informasi, pasien stres.
46. Gali nilai, pendapat, reaksi dan perasaan pasien tentang informasi yang diberikan dan
istilah yang digunakan. Berikan respon bila diperlukan.

PERENCANAAN: KEPUTUSAN BERSAMA

Tujuan:

 mengajak pasien memahami proses pengambilan keputusan


 melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan sampai tingkat yang diinginkan
pasien
 meningkatkan komitmen pasien terhadap rencana
47. Berbagi apa yang ada di benak kita: ide, pemikiran, dilema.
48. Libatkan pasien
o berikan saran dan bukan instruksi.
o Dorong pasien agar menyumbangkan ide dan saran mereka.
49. Jelaskan secara detil pilihan penatalaksanaan.
50. Tentukan tingkat partisipasi yang diinginkan pasien dalam membuat keputusan.
51. Negosiasikan rencana yang dapat disepakati kedua belah pihak:
o Informasikan apa yang menjadi preferensi kita tentang pilihan yang tersedia
o Tentukan pilihan pasien
52. Cek apakah
o Pasien dapat menerima rencana
o Kekhawatiran pasien telah teratasi.

Menutup Sesi Konsultasi

PERENCANAAN KE DEPAN

53. Mengikat ’kontrak’ dengan pasien tentang langkah selanjutnya yang akan dilakukan
baik oleh pasien maupun dokter.
54. Antisipasi: jelaskan hal-hal tak terduga yang mungkin terjadi, apa yang harus dilakukan
jika rencana tidak berjalan sebagaimana mestinya, kapan dan bagaimana mencari
bantuan.

MEMASTIKAN KATA PENUTUP YANG TEPAT

55. Merangkum sesi secara singkat dan klarifikasi rencana penatalaksanaan.


56. Cek terakhir kali apakah pasien setuju dan merasa nyaman dengan rencana yang telah
disusun, tanyakan apakah masih ada pertanyaan atau hal-hal lain yang masih perlu
didiskusikan. (Mis: ”ada pertanyaan lagi atau masih ada hal yang ingin didiskusikan?”).
Lampiran 8

Check list komunikasi dokter-pasien II : Modifikasi The Calgary-Cambridge Observation Guide – Interview Pasien

MODIFIKASI THE CALGARY-CAMBRIDGE OBSERVATION GUIDE

Nama Dokter : ................................................................... Penilai: ........................................................

Petunjuk: Berikan tanda √ pada setiap tahapan konsultasi yang anda saksikan sesuai dengan kriteria berikut:

0: tidak dilakukan 1: dilakukan dengan kurang sempurna 2: dilakukan dengan sempurna

Butir Pernyataan 0 1 2 KOMENTAR


no.

Memulai Sesi Konsultasi

1 Menyapa dan menanyakan nama pasien

2 Memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan sesi, meminta persetujuan pasien bila diperlukan
3 Mengidentifikasi masalah pasien atau hal yang ingin dibicarakan pasien menggunakan pertanyaan
pembuka yang sesuai (misal: ”sakit apa?” atau ”ada masalah apa?” atau ”apa yang bisa saya bantu?”)

4 Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan pasien tanpa memotong atau
mengarahkan jawaban pasien.

5 Mengkonfirmasi masalah yang ada dan menanyakan adakah masalah lainnya (mis: ”jadi ada sakit
kepala dan capek-capek, ada lagi yang lain?”

Mengumpulkan Informasi

6 Mendorong pasien menceritakan perjalanan penyakitnya mulai awal sampai saat ini
menggunakan kata-katanya sendiri (gali apa yang menyebabkan kedatangannya hari ini)

7 Menggunakan pertanyaan terbuka dan tertutup dengan tepat, dimulai dengan pertanyaan terbuka
dilanjutkan dengan pertanyaan tertutup.

8 Mendengarkan pasien dengan penuh perhatian, membiarkan pasien menyelesaikan perkataannya


tanpa diinterupsi, memberikan waktu bagi pasien untuk berpikir sebelum menjawab, atau meneruskan
pembicaraan setelah jeda sejenak.

9 Mengamati respon pasien secara verbal maupun non-verbal (mis: mendorong pasien berbicara,
memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengatur apa yang akan diutarakan, melakukan
refleksi isi, membuat interpretasi) dan Mengamati komunikasi verbal dan non-verbal pasien (mis:
bahasa tubuh, ucapan, ekspresi wajah), menanyakan kembali dan menanggapi secara tepat.

10 Mengklarifikasi pernyataan pasien bila kurang jelas atau meminta penjelasan lebih lanjut (mis: ”bisa
jelaskan apa yang dimaksud dengan kepala terasa melayang?”)

Membangun Struktur Konsultasi


11 Beberapa kali merangkum pada akhir satu bagian konsultasi untuk memastikan bahwa pengertian
dokter sama dengan pasien sebelum pindah ke bagian berikutnya; meminta pasien mengoreksi bila ada
interpretasi yang kurang tepat atau meminta pasien memberikan penjelasan lebih lanjut.

12 Mengatur pembicaraan dalam urutan yang logis.

13 Memperhatikan waktu untuk setiap bagian konsultasi dan fokus terhadap tujuan konsultasi.

Membangun Hubungan – memfasilitasi keterlibatan pasien

14 Memperlihatkan komunikasi non-verbal yang sesuai.

 Kontak mata, ekspresi wajah


 Sikap tubuh, posisi tubuh, gestures dan gerakan lainnya
 Vokal (mis: kecepatan, volume, intonasi)
15 Jika membaca, menulis catatan atau menggunakan komputer, tidak mengganggu jalannya sesi.

16 Menerima pendapat dan perasaan pasien; tidak menghakimi.

17 Menggunakan empati untuk menyampaikan pengertian dan menghargai perasaan atau situasi yang
dihadapi pasien; secara terbuka menghormati pendapat dan perasaan pasien.

18 Menyampaikan dukungan, memperlihatkan perhatian, pengertian, dan keinginan membantu,


menawarkan kemitraan

19 Memberikan perhatian khusus terhadap hal-hal sensitif yang dapat membuat pasien merasa malu
atau menyakitkan pasien, termasuk pemeriksaan fisik. Menjelaskan alasan pertanyaan atau
pemeriksaan fisik yang mungkin dirasa tidak masuk akal.

20 Saat melakukan pemeriksaan fisik menjelaskan prosesnya dan meminta izin.

Penjelasan & Perencanaan


21 Jumlah tepat dan cek: berikan informasi dalam potongan-potongan yang dapat dimengerti; cek
pengertian pasien; gunakan respon pasien sebagai panduan untuk memberikan informasi selanjutnya,
buat urutan yang logis.

22 Nilai pengetahuan awal pasien: tanyakan apa yang sudah diketahui pasien sebelumnya pada awal
pemberian informasi, tentukan sampai seberapa jauh pasien menginginkan informasi.

23 Berikan penjelasan pada waktu yang tepat: hindari memberikan saran, informasi, dan harapan yang
terlalu dini.

24 Menggunakan pertanyaan dan kalimat yang mudah dimengerti dan ringkas; menghindari
penggunaan istilan medis atau menjelaskan istilah tersebut.

25 Menggunakan metode visual untuk menyampaikan informasi: diagram, model, informasi dan
petunjuk tertulis.

26 Cek pemahaman pasien terhadap informasi (atau perencanaan) yang diberikan: misalnya dengan
meminta pasien mengulangi dengan kata-katanya sendiri, melakukan klarifikasi bila perlu.

27 Menghubungkan penjelasan dengan pandangan pasien: terhadap pemikiran, harapan serta


kekhawatiran yang sudah disampaikan pasien.

28 Memberikan kesempatan dan mendorong pasien untuk berpartisipasi: meminta pasien untuk
mengajukan pertanyaan, meminta klarifikasi serta menyatakan keraguannya, merespon dengan tepat.

29 Jelaskan secara detil pilihan penatalaksanaan.

30 Negosiasikan rencana yang dapat disepakati kedua belah pihak:

o Informasikan apa yang menjadi preferensi kita tentang pilihan yang tersedia
o Tentukan pilihan pasien
31 Cek apakah

o Pasien dapat menerima rencana


o Kekhawatiran pasien telah teratasi
Menutup Sesi Konsultasi

32 Mengikat ’kontrak’ dengan pasien tentang langkah selanjutnya yang akan dilakukan baik oleh
pasien maupun dokter.

33 Antisipasi: jelaskan hal-hal tak terduga yang mungkin terjadi, apa yang harus dilakukan jika rencana
tidak berjalan sebagaimana mestinya, kapan dan bagaimana mencari bantuan.

34 Merangkum sesi secara singkat dan klarifikasi rencana penatalaksanaan.

35 Cek terakhir kali apakah pasien setuju dan merasa nyaman dengan rencana yang telah disusun,
tanyakan apakah masih ada pertanyaan atau hal-hal lain yang masih perlu didiskusikan. (Mis: ”ada
pertanyaan lagi atau masih ada hal yang ingin didiskusikan?”).
Lampiran 8

Rubrik Penilaian Presentasi Lisan

Tandailah untuk setiap kriteria kolom 0, 1, 2 dan 3 yang paling sesuai dengan presentasi yang anda nilai

Kriteria 0 1 2 3
Keterampilan Nonverbal

Tidak berusaha untuk melihat Hanya memfokuskan Kadang-kadang Secara tetap memperhatikan
pada audien pada seluruh perhatian pada satu bagian memperhatikan pada pada seseorang atau
Kontak mata
catatan yang dibaca di khusus dari kelas, tanpa seseorang atau beberapa beberapa kelompok pada
keseluruhan waktu memeriksa kelompok selama presentasi. keseluruhan waktu

Kadang-kadang menampilkan
Memiliki ekspresi kaku atau Memberikan kesan yang
baik kesan kaku maupun Netral tetapi kurang
Ekspresi Muka menunjukkan antusiasme
menunjukkan kesan pertentangan selama mengekspresikan antusiasme
yang tepat.
bertentangan selama presentasi.
keseluruhan presentasi.

Keterampilan Vokal

Menunjukkan sangat tidak Menunjukkan sikap negatif Kadang-kadang menunjukkan


Antusiasme tertarik dalam topik yang terhadap topik yang perasaan yang positif Mendemonstrasikan perasaan
dipresentasikan. dipresentasikan. terhadap topik. positif yang kuat tentang topik
selama presentasi
keseluruhan.

Jeda Vokalisasi (eh, baik, uh, Tidak ada jeda vokalisasi


Tercatat 10 x atau lebih Tercatat 6-9 x Tercatat 1-5 x
hem) tercatat

Isi

Tidak ada usaha untuk Pada awal presentasi


memberikan pandangan menjelaskan dengan baik
Mencoba untuk
tentang presentasi. Audien Menyebutkan topik-topik apa saja yang tersusun dalam
menyampaikan tentang isi
tidak memiliki gambaran utama pada awal presentasi presentasi sehingga audiens
Topik yang disampaikan presentasi tetapi hal tersebut
tentang presentasi yang akan tetapi tidak melakukan cek memperoleh ide-ide yang
samar dan tidak dapat
disampaikan terhadap pemahaman bagus atas isinya.
dipahami oleh audiensT

Kriteria 0 1 2 3

Kurang, mengganggu audien Tak ada tambahan apapun Pikiran diampaikan dengan Alat bantu meningkatkan
Visual Aid ( Alat bantu visual ) presentasi, semua pikiran
dan sulit untuk membaca terhadap prersentasi jelas tetapi tidak dipahami
disampaikan dan membuat
orang tertarik.

Kerangka presentasi
Melompat dari satu topik ke Mengandung pokok bahasan Kerangka logis dalam pokok Kerangka logis diperhatikan
yang lain, membuat terpisah tetapi koheren atau bahasan dan struktur selam presentasi dan
presentasi sulit untuk kerangka keseluruhan tidak diperhatikan selama informasi yang penting
dipahami. jelas bagi audien keseluruhan presentasi diulang-ulang atau disarikan..

Menyampaikan pertanyaan Memberikan kesempatan Memberikan kesempatan


Tidak ada kesempatan dengan singkat ketika ditanya, bertanya selama dan sesudah bertanya yang luas selama
bertanya dan pertanyaan- tetapi tidak meminta audien presentasi, tetapi berlangsung dan sesudah presentasi dan
Menanggapi pertanyaan
pertanyaan tidak disampaikan untuk bertanya. Jawaban- singkat dan tidak ada diskusi. dapat memberikan jawaban
dengan tepat. jawaban sering tidak Tidak men – cek apakah yang bermakna dan dapat
memuaskan audiens puas atau tidak dipahami. Memungkinkan
dengan jawaban yang atau menekankan diskusi
diberikan antara audien dan presenterG

Tidak jelas, audien memiliki


Professionalisme dari
kesulitan dalam mendengar, Pemikiran dismapaikan Presentasi dipersiapkan
Presenter Pemikiran tidak mengalir dan
mengacaukan dengan jelas, pikiran kurang dengan baik dan tingkat
tidak menyentuh audienT
menyentuh audiens ketertarikan audien dikelola

Anda mungkin juga menyukai