Anda di halaman 1dari 41

PENGARUH PERILAKU MENYIKAT GIGI TERHADAP STATUS

KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MASYARAKAT DI DESA


ATEUK MUNJENG KOTA BANDA ACEH TAHUN 2021

Oleh :

Ria Zulfia ( PO7125218031)


Rike Asra Renggali ( PO7125218032)
Rina Ridara ( PO7125218033)
Risa Yana ( PO7125218034)
Syiva Ur Rahmah ( PO7125218035)
Umairatul Safrijah ( PO7125218036)
Verin Damuna ( PO7125218037)
Warniza Br Daeli ( PO7125218038)
Zamzami ( PO7125218039)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN ACEH
PRODI DIV KEPERAWATAN GIGI
BANDA ACEH
2021
PENGARUH PERILAKU MENYIKAT GIGI TERHADAP STATUS
KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MASYARAKAT DI DESA
ATEUK MUNJENG KOTA BANDA ACEH TAHUN 2021

ABSTRAK

Perilaku merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan


seseorang. Perilaku masyarakat dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut
indikatornya adalah menyikat gigi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
pengaruh perilaku menyikat gigi terhadap status kebersihan gigi dan mulut pada
masyarakat di Desa Ateuk Munjeng Kota Banda Aceh Tahun 2021. Penelitian ini
merupakan penelitian analitik dengan responden 82 masyarakat. Hasil penelitian
menunjukkan sebagian besar masyarakat memiliki perilaku menyikat gigi dengan
kriteria perlu bimbingan yaitu 35 masyarakat. Presentase masyarkat yang
memiliki perilaku menyikat gigi dengan kriteria cukup yaitu 38 masyarakat,
presentase siswa yang memiliki perilaku menyikat gigi dengan kriteria baik yaitu
4 masyarkat , dan presentase siswa yang memiliki perilaku menyikat gigi dengan
kriteria sangat baik yaitu 5 masyarkat. Persentase tingkat kebersihan gigi dan
mulut pada masyarakat di Desa Ateuk Munjeng Kota Banda Aceh dengan kriteria
baik yaitu 67 masyarakat (81,7%), persentase siswa yang memiliki tingkat
kebersihan gigi dan mulut dengan kriteria sedang yaitu 15 masyarakat (18,3%),
dan tidak ada masyarakat yang memiliki persentase tingkat kebersihan gigi dan
mulut dengan kriteria buruk. Simpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar
masyarakat memiliki kriteria menyikat gigi perlu bimbingan dengan kriteria
kebersihan gigi dan mulut baik.

Kata kunci : perilaku, tingkat kebersihan, gigi dan mulut.


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,karena atas rahmat


dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian yang
berjudul “Pengaruh Perilaku Menyikat Gigi Terhadap Status Kebersihan Gigi Dan
Mulut Pada Masyarakat Di Desa Ateuk Munjeng Kota Banda Aceh Tahun 2021”.
Shalawat dan salam peneliti hantarkan keharibaan junjungan alam Nabi
Besar Muhammad SAW,yang telah membawa kita dari alam kebodohan kea lam
yang berilmu pengetahuan.Proposal Penelitian ini disusun dengan tujuan untuk
memenuhi syarat sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan Jurusan
Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Aceh Program Studi Diploma IV
Keperawatan Gigi.
Penyusunan studi kasus penulis banyak menemukan hambatan dan
kesulitan tetapi berkat adanya bimbingan,pengarahan dan bantuan dari semua
pihak,Proposal Penelitian ini dapat tersusun dengan baik.Untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada bapak Herry Imran
,SKM,M.Pd , selaku pembimbing yang telah member arahan dan saran serta
bimbingan selama penyusunan Proposal Penelitian. Selain itu penulis juga turut
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak T. Iskandar Faisal, S.Kp,M.Kes selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Aceh.
2. Bapak Dr.Teuku Salfiyadi, SKM,M.Pd, selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Aceh.
3. Ibu Andriani, SKM,M.Kes, selaku Ketua Prodi D-IV Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Aceh.
4. Teman-teman serta semua pihak yang telah membantu sehingga karya tulis
ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Mengingat Proposal Penelitian ini jauh dari sempurna karena keterbatasan


kemampuan dan pengetahuan penulis oleh karena itu kritik dan saran sangat
diharapkan demi Proposal Penelitian ini.
Aceh Besar, 28 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

ABSTRAK.......................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR TABEL...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Penelitian..................................................................................
D. Manfaat Penelitian................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................
A. Perilaku ................................................................................................
B. Menyikat Gigi.......................................................................................
C. Kebersihan Gigi dan Mulut..................................................................
D. Kerangka Teoritis.................................................................................
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN.........................................
A. Kerangka Konsep..................................................................................
B. Variabel Penelitian................................................................................
C. Definifi Operasional.............................................................................
D. Hipotesis Penelitian..............................................................................
BAB IV METODE PENELITIAN................................................................
A. Jenis dan Rancangan Penelitian............................................................
B. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................
C. Populasi dan Sampel ............................................................................
D. Instrument Penelitian............................................................................
E. Cara Pengumpulan Data.......................................................................
F. Cara Pengolahan Data...........................................................................
G. Analisis Data.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1........................................................................................................... 18
Tabel 2.2........................................................................................................... 26
Tabel 2.3........................................................................................................... 27
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Penelitian


Lampiran 2 Kartu Status Pasien (KSP) OHI-S
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO kesehatan adalah keadaan fisik,mental dan sosial
kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan.
Kesehatan adalah konsep positif yang menekankan pada sumber daya
pribadi,sosial dan kemampuan fisik.
Kesehatan gigi dan mulut adalah bagian kesehatan integral dari
kesehatan fisik yang tidak boleh diabaikan (Depkes RI, 2000). Gigi
merupakan salah satu bagian tubuh yang mempunyai peranan penting
sehingga kesehatan gigi harus dijaga sedini mungkin agar dapat bertahan
lama dalam rongga mulut. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita
masyarakat indonesia adalah penyakit periodontal dan karies gigi (Anitasari,
2005).
Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2014,
pemeliharaan kebersihan gigi adalah salah satu upaya meningkatkan
kesehatan karena dapat mencegah terjadinya penyakit-penyakit rongga mulut.
Kesehatan gigi merupakan bagian integral dari kesehatan manusia seutuhnya,
dengan demikian upaya-upaya dalam bidang kesehatan gigi pada akhirnya
akan turut berperan dalam peningkatan kualitas dan produktivitas sumberdaya
manusia.
Faktor yang berpengaruh besar terhadap kejadian penyakit rongga
mulut adalah kebersihan gigi dan mulut atau oral hygiene. Keadaan rongga
mulut tanpa akumulasi debris, plak, materia alba, dan stain gigi merupakan
kebersihan gigi dan mulut yang baik.status kebersihan gigi dan mulut dapat di
nilai dengan pemeriksaan indeks oral hygiene index-simplifyed( OHIS).
(Newman GM, Takei HH,Klokkevold RP 2006)
Kondisi kesehatan gigi dan mulut sangat berhubungan dengan
perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut. Hal ini sesuai dengan pernyat aan
Notoatmodjo (2008) bahwa salah satu hal yang dapat memengaruhi derajat
kesehatan seseorang termasuk kesehatan gigi dan mulut ialah perilaku.
Perilaku seseorang mulai dibentuk dengan adanya pengetahuan yang diikuti
dengan sikapnya terhadap pengetahuan serta diharapkan diikuti dengan
tindakan (Notoatmodjo, 2008).
Indeks kebersihan mulut ohis merupakan salah satu penilaian
kebersihan mulut yang terukur menurut greene dan vermillion. Terdapat 6
gigi yang di gunakan untuk mengukur ohis, yaitu molar pertama kanan, dan
kiri bawah, insisisvus kanan atas dan insisivus kiri bawah serta molar pertama
kanan dan kiri atas. Pengukuran ohis di lakukan dengan menjumlahkan skor
DI CI yang di peroleh dengan pengukuran debris dan kalkulus yang
menempel pada permukaan gigi (Suproyo H 2009).
Kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut.Keadaan kebersihan gigi dan mulut
responden dinilai dari adanya sisa makanan dan kalkulus pada permukaan
gigi dengan menggunakan Oral Hygiene Index Simplified yang merupakan
jumlah Debris Indeks (DI) dan Kalkulus Indeks (CI). Debris adalah material
lunak yang terdapat di permukaan gigi sedangkan kalkulus adalah plak yang
terkalsifikasi (Fedi,PFet al 2005).
Cara menjaga kesehatan gigi dan mulut adalah dengan menghilangkan
plak secara teratur untuk mencegah agar tidak ada plak tertimbun dan lama
kelamaan menyebabkan kerusakan pada jaringan gigi dan periodontal.Plak
tidak dapat dihilangkan dengan hanya berkumur-kumur dengan air, untuk
menghilangkan plak perlu dilakukan tindakan menyikat gigi (Hamsar,2005).
Di Indonesia, laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
Depkes RI menyatakan, diantara penyakit yang dikeluhkan dan tidak
dikeluhkan, prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah tertinggi meliputi 60%
penduduk. Gigi dan mulut merupakan investasi bagi kesehatan seumur hidup.
Peranannya cukup besar dalam mempersiapkan zat makanan sebelum absorbs
nutrisi pada saluran pencernaan, disamping fungsi psikis dan sosial. Penyakit
gigi yang banyak diderita masyarakat adalah karies dan penyakit periodontal.
Di Indonesia terjadi peningkatan prevalensi terjadinya karies gigi pada
penduduk Indonesia dibandingkan tahun 2007 lalu, yaitu dari 43,4 % (2007)
menjadi 53,2 % (2013) yaitu kurang lebih di Indonesia terdapat 93.998.727
jiwa yang menderita karies gigi.
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 dan laporan yang
diperoleh dari dokter gigi yang disampaikan Ketua Pengurus Besar Persatuan
Dokter Gigi Indonesia (PDGI) drg Zaura Anggraini dalam kompresi pers,
tercatat 67 persen dari total 4,9 juta penduduk Aceh terkena karies aktif atau
penyakit infeksi yang merusak struktur gigi serta menderita penyakit gigi
berlobang dan masalah gusi. Meski kesadaran masyarakat di Aceh tentang
pentingnya menyikat gigi telah mencapai 87 persen tetapi baru 4,9 persen
yang mengerti cara menyikat gigi dengan benar yaitu setelah sarapan pagi dan
malam sebelum tidur. (Suara Pembaruan, 2011).
Secara umum penduduk yang bermasalah dengan gigi dan mulut di
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebesar 30,5% dan yang menerima
perawatan dari tenaga medis gigi sebesar 44,5%. Kabupaten Aceh Besar
memiliki rata-rata yang bermasalah dengan gigi dan mulut yaitu sebesar 36,1
sedangkan daerah kota Banda Aceh memiliki rata-rata yang bermasalah
dengan gigi dan mulut yang lebih rendah yaitu sebesar 29,6.
Berdasarkan wawancara awal yang di lakukan dari 10 orang
masyarakat Ateuk Munjeng kota Banda Aceh, 6 orang diantaranya masih
kurang mengetahui perilaku tentang kebersihan gigi dan mulut sehingga
penulis tertarik melakukan penelitian dan mengangkat masalah tersebut
dalam karya tulis ilmiah dengan judul “Pengaruh Perilaku Menyikat Gigi
Terhadap Status Kebersihan Gigi Dan Mulut Pada Masyarakat Di Desa
Ateuk Munjeng Kota Banda Aceh Tahun 2021”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
masalah dalam penelitian ini yaitu “Pengaruh Perilaku Menyikat Gigi
Terhadap Status Kebersihan Gigi Dan Mulut Pada Masyarakat di Desa Ateuk
Munjeng Kota Banda Aceh Tahun 2021?.”
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Perilaku Menyikat Gigi Terhadap
Status Kebersihan Gigi Dan Mulut Pada Masyarakat di Desa Ateuk
Munjeng Kota Banda Aceh Tahun 2021.

b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui distribusi frekuensi perilaku menyikat gigi Pada
Masyarakat di desa Ateuk Munjeng Kota Banda Aceh
2. Mengetahui distribusi presentase tingkat kebersihan gigi dan mulut
Pada Masyarakat di Desa Ateuk Munjeng Kota Banda Aceh.
3. Mengetahui rata-rata OHI-S bedasarkan perilaku menyikat gigi
Pada Masyarakat Di Desa Ateuk Munjeng Kota Banda Aceh.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi Peneliti
a. Membantu peneliti untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di
bidang Kedoktersan Gigi serta mendapatkan informasi baru mengenai
perilaku menyikat gigi terhadap status kebersihan gigi dan mulut
masyarakat.
b. Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman pada peneliti
dalam melakukan penelitian

2. Manfaat bagi Institusi


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi ilmiah bagi
peneliti lain yang memiliki tema penelitian yang sama sehingga
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Kedokteran
Gigi.

3. Manfaat bagi Tenaga Medis


Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi inovasi baru dalam
melakukan edukasi kesehatan, khususnya kesehatan gigi dan mulut.

4. Manfaat bagi Masyarakat


Hasil penelitian ini diharapkan bisa membantu masyarakat dalam
perubahan perilaku menyikat gigi dalam menjaga kesehatan gigi dan
mulut menjadi lebih baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Perilaku manusia (human behavior) merupakan sesuatu yang penting
dan perlu dipahami secara baik, hal ini disebabkan perilaku manusia terdapat
dalam setiap aspek kehidupan manusia yang tidak berdiri sendiri. Perilaku
manusia mencangkup dua komponen, yaitu sikap atau mental dan tingkah
laku (attitude). Sikap atau mental merupakan sesuatu keadaan atau peristiwa,
sedangkan tingkah laku merupakan perbuatan tertentu dari manusia sebagai
reaksi terhadap keadaan atau situasi yang dihadapi (Herijulianti, Indriani, dan
Artini, 2001).
Segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
(mahluk hidup) yang bersangkutan, oleh sebab itu dari sudut pandang
biologis semua mahluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai
dengan manusia itu berperilaku, karena mempunyai aktivitas masing-masing.
Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia
itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan
sebagainya. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia
baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar (Notoatmodjo, 2007).
Skinner dalam Notoatmodjo (2007), seorang ahli psikologi,
merumuskan bahwa perilaku merupakan repon atau reaksi seseorang terhadap
stimulasi (rangsangan dari luar). Perilaku manusia terjadi melalui proses
stimulus-organisme-respons. Teori Skinner ini menjelaskan adanya dua jenis
respons, yakni:
a. Respondent response atau reflesive yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan stimulus tertentu yang disebabkan eliciting
stimulus karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. Misalnya:
makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang
menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent response ini
juga mencangkup perilaku emosional, misalnya mendengar berita
musibah menjadi sedih atau menangis, mendengar berita gembira, akan
menimbulkan bahagia atau senang.
b. Operant response atau instrument response yakni respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
Perangsang ini disebut reinforcing stimulator atau reinforce, karena
berfungsi memperkuat respon. Misalnya seorang petugas kesehatan
melakukan tugasnya dengan baik kemudian memperoleh
penghargaan/gaji, maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi
dalam melaksanakan tugasnya.
Menurut Notoatmodjo (2007), Dilihat dari bentuk respon terhadap
stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua:
1. Perilaku tertutup (corvert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap
yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum
dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam
bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat
diamati atau dilihat oleh orang lain.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku


Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003), perilaku dipengaruhi oleh
tiga faktor utama yakni:
a. Faktor pemudah (predisposing factor)
Faktor ini memberikan cara berfikir rasional atau motivasi untuk
berperilaku, yang termasuk dalam faktor ini adalah pendidikan,
pengetahun, sikap, kepercayaan, persepsi, dan nilai juga termasuk dalam
faktor predisposisi adalah faktor demografi seperti status ekonomi, jenis
kelamin, dan jumlah keluarga.
1. Pendidikan
Pendidikan lebih dikenal dalam pendidikan formal yang diberikan
pendidikan kepada peserta didik dan biasanya dilakukan disuatu
lembaga atau institusi seperti sekolah, tempat bimbingan belajar atau
lainnya.
2. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap satu obyek. Penginderaan terjadi
melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih lama dari
perilaku yang tidak didasari oleh pengtahuan.
3. Sikap (attitude)
Menurut Newcomb (dalam Notoatmodjo) (2003), bahwa sikap itu
juga merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku.

b. Faktor pendukung (enabling factors)


Faktor pemungkin yang termasuk dalam hal ini adalah ketersediaan
sarana atau fasilitas kesehatan gigi bagi masyarakat fasilitas dan sarana
pelayanan kesehatan yang dimaksud seperti puskesmas, rumah sakit,
poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek
swasta.

c. Faktor penguat (reinforcing factors)


Faktor penguat ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas
kesehatan, undang- undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun
pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.

3. Proses perubahan perilaku


Menurut Hosland (dalam Notoatmodjo) (2007), mengatakan bahwa
perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar.
Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada
individu yang terdiri dari:
a. Stimulus (rangsangan) yang diberikan kepada organisme dapat diterima
atau ditolak. Apabila yang tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu
tidak efektif dalam mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti
disini. Stimulus yang sudah diterima oleh organisme berarti ada perhatian
dari individu dan stimulus tersebut efektif.
b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme maka ia
mengerti stimulus ini ada dilanjutkan kepada proses selanjutnya.
c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi
kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterima.
d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan
maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut.

4. Perilaku menyikat gigi


Menurut Sihite (2011), perilaku menyikat gigi di pengaruhi oleh :
a. Cara menyikat gigi
b. Frekuensi menyikat gigi
c. Waktu menyikat gigi
d. Alat dan bahan menyikat gigi
Notoatmodjo dalam Shite (2011), menjelaskan bahwa penyebab
timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya
adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kesehatan gigi dan mulut. Hal
tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan
gigi dan mulut. Anak- anak masih sangat tergantung pada orang dewasa
dalam hal menjaga kebersihan gigi karena kurangnya pengetahuan anak
mengenai kesehatan gigi dibandingkan orang dewasa. Perilaku kesehatan gigi
positif misalnya, kebiasaan menyikat gigi
secara teratur sebaliknya perilaku kesehatan gigi negatif misalnya,
tidak menyikat gigi secara teratur sehingga kondisi kesehatan gigi dan mulut
akan menurun dengan dampak antara lain gigi mudah berlubang.
Penilaian keterampilan atau praktek melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menurut sasaran mendemontrasikan suatu kompetensi tertentu.
Nilai keterampilan dikualifikasikan menjadi predikat/kriteria sebagai berikut.
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013)

Tabel 2.1
Kualifikasi Penilaian Keterampilan

Nilai Kriteria
80 – 100 Sangat baik
70 – 79 Baik
60 – 69 Cukup
< 60 Perlu bmbingan
Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013).

B. Menyikat Gigi
1. Pengertian Menyikat Gigi
Menyikat gigi adalah rutinitas yang penting dalam menjaga dan
memelihara kesehatan gigi dari bakteri dan sisa makanan yang melekat
dengan menggunakan sikat gigi. Menyikat gigi merupakan suatu upaya yang
dilakukan untuk menjaga agar gigi tetap dalam keadaan yang bersih dan sehat
(Ramadhan, 2012)
2. Frekuensi dan Waktu Menyikat Gigi
a. Frekuensi menyikat gigi
Menurut Manson (dalam Putri, Herujulianti, dan Nurjannah)
(2010), menyikat gigi sebaiknya dua kali sehari yaitu setiap kali setelah
makan dan sebelum tidur. Loe (dalam Putri, Herijulianti, dan Nurjannah
(2010), melalui suatu percobaan menunjukkan bahwa dengan frekuensi
penyikatan gigi satu kali sehari pun, asalkan teliti sehingga semua plaque
hilang, gusi dapat dipertahankan tetap sehat.
b. Waktu menyikat gigi
Waktu menyikat gigi yang benar minimal dua kali sehari yakni
setelah sarapan pagi dan malam sebelum tidur. Waktu tidur produksi air
liur berkurang sehingga menimbulkan suasana asam dimulut. Sisa-sisa
makanan pada gigi jika tidak segera dibersihkan, maka mulut semakin
asam dan kuman akan tumbuh subur sehingga dapat membuat gigi
berlubang (Budiman, 2009).

3. Cara Menyikat Gigi


Menurut Sariningsih (2012), gerakan menggosok gigi yang baik dan
benar sebagai berikut :
a. Menyikat gigi bagian depan rahang atas dan rahang bawah dengan
gerakan naik turun (ke atas dan ke bawah) minimal delapan kali gerakan.
b. Menyikat gigi pada bagian pengunyahan gigi atas dan bawah dengan
gerakan maju mundur. Menyikat gigi minimal delapan kali gerakan
untuk setiap permukaan gigi.
c. Menyikat gigi pada permukaan gigi depan rahang bawah yang
menghadap kelidah dengan gerakan dari arah gusi kearah tumbuhnya
gigi.
d. Menyikat gigi pada permukaan gigi belakang rahang bawah yang
menghadap ke lidah dengan gerakan dari arah gusi kearah tumbuhnya
gigi.
e. Menyikat gigi permukaan depan rahang atas mengadap ke langit-langit
dengan gerakan dari gusi kearah tumbuhnya gigi.
f. Menyikat gigi permukaan gigi belakang rahang atas yang menghadap ke
langit-langit dengan arah dari gusi ke arah tumbuhnya gigi.
g. Menyikat gigi pada permukaan gigi yang menghadap ke pipi dengan
gerakan naik turun sedikit memutar.

4. Peralatan dan Bahan Menyikat Gigi


a. Sikat gigi
Sikat gigi merupakan salah satu alat oral fisiotherapi yang
digunakan secara luas untuk membersihkan gigi dan mulut. Macam sikat
gigi ada yang manual maupun elektrik, dengan berbagai ukuran dan
bentuk. Banyak jenis sikat gigi di pasaran, harus diperhatikan keefektifan
sikat untuk membersihkan gigi dan mulut (Putri, Herijulianti, dan
Nurjanah, 2010). Sikat gigi yang digunakan harus memenuhi syarat
kesehatan yaitu:
(1) Kepala sikat yang kecil
Ukuran kepala sikat gigi yang kecil tujuannya agar dapat
membersihkan permukaan gigi yang paling belakang serta dapat
digerakkan dengan mudah pada sudut permukaan gigi yang berbeda.
(2) Tangkainya lurus
Tangkai sikat gigi yang dipergunakan tangkainya lurus dengan tujuan
agar mudah dipegang.
(3) Bulu sikat yang halus
Bulu sikat gigi yang dipergunakan harus halus supaya tidak merusak
gigi dan jangan terlalu keras karena tidak dapat membersihkan sisa
makanan yang menempel pada permukaan gigi.

b. Pasta gigi
Pasta gigi biasanya digunakan bersama-sama dengan sikat gigi untuk
membersihkan dan menghaluskan permukaan gigi geligi, serta memberikan
rasa nyaman dalam rongga mulut, karena aroma yang terkandung didalam
pasta tersebut nyaman dan menyegarkan. Pasta gigi yang sebaiknya
digunakan adalah pasta gigi yang mengandung fluor, karena fluor dapat
mencegah kerukan gigi yang lebih lanjut (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah,
2010).

c. Gelas kumur
Gelas kumur digunakan untuk kumur-kumur pada saat membersihkan
setelah menggunakan sikat gigi. Dianjurkan air yang digunakan adalah air
matang, tapi paling tidak air yang digunakan adalah air yang bersih dan jernih
(Putri, Herijulianti, dan Nurjannah, 2010).

d. Cermin
Cermin digunakan untuk melihat permukaan gigi yang tertutup plak
pada saat menggosok gigi, selain itu juga bias digunakan untuk melihat
bagian gigi yang belum disikat (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah, 2010)

5. Akibat tidak menyikat gigi


Akibat dari tidak menyikat gigi ada berbagai macam yaitu :
a. Bau mulut
Bau mulut merupakan suatu keadaan yang tidak mengenakkan, apabila
pada saat berbicara dengan orang lain mengeluarkan bau tidak sedap
yang disebabkan oleh sisa-sisa makanan yang membusuk di dalam mulut
(Tarigan, 2013).
b. Karang gigi
Karang gigi merupakan jaringan keras yang melekat erat pada gigi yang
terdiri dari bahan-bahan mineral. Karang gigi merupakan suatu faktor
iritasi terhadap gusi sehingga dapat menyebabkan peradangan pada gusi
(Tarigan, 2013).
c. Gusi berdarah
Penyebab dari gusi berdarah karena kebersihan gigi yang kurang baik,
sehingga terbentuk plak pada permukaan gigi dan gusi. Bakteri-bakteri
pada plak menghasilkan racun yang merangsang gusi sehingga
mengakibatkan radang gusi dan gusi mudah berdarah (Tarigan, 2013).
d. Gigi berlubang
Gigi berlubang atau karies gigi adalah hasil interaksi dari bakteri di
permukaan gigi, plak dan diet (khususnya komponen karbohidrat yang
dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam
laktat dan asetat) sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi dan
memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya (Putri, Herjulianti,
Nurjannah, 2010).

C. Kebersihan Gigi dan Mulut


1. Pengertian Kebersihan Gigi dan Mulut
Menurut Putri, Herijulianti, dan Nurjanah (2010), kebersihan gigi
dan mulut adalah suatu keadaan yang menunjukkan bahwa di dalam mulut
seseorang bebas dari kotoran seperti debris, plak dan kalkulus. Kebersihan
gigi dan mulut apabila terabaikan akan terbentuk plak pada gigi geligi dan
meluas ke seluruh permukaan gigi. Kondisi mulut yang basah, gelap dan
lembab sangat mendukung pertumbuhan dan perkembang biakan baktreri
yang membentuk plak.
Mengukur kebersihan gigi dan mulut merupakan upaya untuk
menentukan keadaan kebersihan gigi dan mulut seseorang. Mengukur
kebersihan gigi dan mulut umumnya menggunakan suatu index. Index
adalah suatu angka yang menunjukkan keadaan klinis yang didapat pada
waktu dilakukan pemeriksaan dengan cara mengukur luas dari permukaan
gigi yang ditutupi plak maupun calculus, dengan demikian angka yang
diperoleh berdasarkan penilaian objektif (Putri,Herijulianti, dan Nurjanah,
2010).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebersihan Gigi dan Mulut


a. Menyikat gigi
Menyikat gigi adalah tindakan untuk membersihkan gigi dan mulut
dari sisa makanan dan debris yang bertujuan mencegah terjadinya
penyakit pada jaringan keras maupun jaringan lunak dimulut (Putri,
Herjulianti, dan Nurjannah, 2010).
Menyikat gigi adalah rutinitas yang penting dalam menjaga dan
memelihara kesehatan gigi dari bakteri dan sisa makanan yang melekat
dengan mengunakan sikat gigi. Menyikat gigi merupakan suatu upaya
yang dilakukan untuk menjaga agar gigi agar tetap dalam keadaan yang
bersih dan sehat (Ramadhan 2012).

b. Jenis Makanan
Menurut Tarigan (2013), fungsi mekanis dari makanan yang
dikonsumsi berpengaruh dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut,
diantaranya :
1) Makanan yang bersifat membersihkan gigi, yaitu makanan yang
berserat dan berair seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
2) Sebaliknya makanan yang dapat merusak gigi yaitu makanan yang
manis dan mudah melekat pada gigi seperti : coklat, permen, biscuit
dan lain-lain.

3. Cara Memelihara Kebersihan Gigi dan Mulut


a. Kontrol Plak
Kontrol plak dengan menyikat gigi sangatlah penting. Menjaga
kebersihan rongga mulut harus dimulai pada pagi hari setelah sarapan dan
dilanjutkan dengan menjaga kebersihan rongga mulut yang akan dilakukan
pada malam hari sebelum tidur (Tarigan, 2013)
Menurut Srigupta (2004), cara mengontrol plak ada dua yaitu:
1) Cara mekanis
Cara mengontrol plak secara mekanis meliputi menyikat gigi dan
membersihkan gigi bagian dalam dengan menggunakan bantuan dental
floss, tusuk gigi, dan mencuci mulut.
2) Cara kimiawi
Mengontrol plak secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan
bermacam-macam bahan kimia, alat-alat generasi pertama adalah
antibiotic, antiseptic, seperti fenil dan alat-alat generasi kedua yang
biasanya digunakan adalah klorheksidin atau aleksidin.

b. Scaling
Menurut Putri, Herijulianti, dan Nurjannah (2010), scaling adalah suatu
proses membuang plak dan calculus dari permukaan gigi, baik supra gingival
maupun sub gingival. Tujuan dari scaling adalah untuk mengembalikan
kesehatan gusi dengan cara membuang semua elemen yang menyebabkan
radang gusi dari permukaan gigi.

4. Mengukur kebersihan gigi dan mulut


Mengukur kebersihan gigi dan mulut merupakan upaya untuk
menentukan keadaan kebersihan keadaan kebersihan gigi dan mulut
seseorang. Umumnya untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut digunakan
suatu index. Index adalah suatu angka yang menunjukkan keadaan klinis yang
didapat pada waktu dilakukan pemeriksaan, dengan cara pengukur luas dari
permukaan gigi yang ditutupi oleh plak maupun kalkulus, dengan demikian
angka yang diperoleh berdasarkan penilaian yang obyektif. Ketika sudah
mengetahui nilai atau angka kebersihan gigi dan mulut dari pasien, dapat
memberikan pendidikan dan penyuluhan, motivasi dan evaluasi, yaitu dengan
melihat kemajuan, kemunduran, dan perbedaan kebersihan gigi dan mulut
siswa ataupun sekelompok siswa (Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, 2010)
Pengukuran kebersihan gigi dan mulut menurut Green dan Vermillion
dapat digunakan index yang dikenal dengan OHI dan OHI-S. Hal yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan index adalah penilaian yang digunakan
harus mempunyai cara atau metode yang seragam, sehingga ukuran yang
didapat juga seragam. Angka yang diperoleh dengan menggunakan index
adalah berdasarkan penilaian yang objektif, bukan subjektif. Tingkat
kebersihan gigi dan mulut itu sendiri, dipengaruhi oleh Debris Index (DI) dan
Calculus Index (CI) seseorang. Setelah dilakukan pemeriksaan baik nilai
debris dan nilai calculus, maka tingkat kebersihan rongga mulut dapat
diketahui dengan cara menjumlahkan nilai Debris Index (DI) dan nilai
Calculus Index (CI) (OHI-S = DI + CI ) (Herijulianti, Indriani, dan Artini,
2001).
Debris Index (DI) adalah score (nilai) dari endapan lunak yang terjadi
karena adanya sisa makanan yang melekat pada gigi penentu. Calculus Index
(CI) adalah score (nilai) dari endapan keras (karang gigi), terjadi karena
debris mengalami pengapuran yang melekat pada gigi penentu (Depkes RI.,
1995).
a. Gigi Index OHI-S
Menurut Green dan Vermillion dalam Putri, Herijulianti, dan
Nurjannah, (2010) untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut seseorang
ada enam permukaan gigi index tertentu yang cukup dapat mewakili
segmen depan maupun belakang dari seluruh pemeriksaan gigi yang ada
dalam rongga mulut. Gigi-gigi yang dipilih sebagai gigi index beserta
permukaan yang dianggap mewakili tiap segmen adalah:
a. Gigi 16 pada permukaan bukal
b. Gigi 11 pada permukaan labial
c. Gigi 26 pada permukaan bukal
d. Gigi 36 pada permukaan lingual
e. Gigi 31 pada permukaan labial
f. Gigi 46 pada permukaan lingual
Permukaaan yang diperiksa adalah permukaan gigi yang jelas
terlihat dalam mulut, yaitu permukaan klinis bukan permukaan anatomis.
Gigi index yang tidak ada pada suatu segmen harus diganti dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Jika gigi molar pertama tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi
molar kedua, jika gigi molar pertama dan kedua tidak ada penilaian
dilakukan pada molar ketiga akan tetapi jika molar pertama, kedua
dan ketiga tidak ada maka tidak ada penilaian untuk segmen tersebut.
2. Jika gigi insisif pertama kanan atas tidak ada, dapat diganti oleh gigi
insisif kiri dan jika gigi insisif kiri bawah tidak ada, dapat digantikan
dengan gigi insisif pertama kanan bawah, akan tetapi jika gigi insisif
pertama kiri atau kanan tidak ada, maka tidak ada penilaian untuk
segmen tersebut.
3. Gigi index dianggap tidak ada pada keadaan-keadaan seperti: gigi
hilang karena dicabut, gigi yang merupakan sisa akar, gigi yang
merupakan mahkota jaket, baik yang terbuat dari akrilik maupun
logam, mahkota gigi sudah hilang atau rusak lebih dari seperdua
bagiannya pada permukaan index akibat karies maupun fraktur, gigi
yang erupsinya belum mencapai seperdua tinggi mahkota.
4. Penilaian dapat dilakukan jika ada dua gigi index yang dapat
diperiksa (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah, 2010)

b. Kriteria Debris Index


Tabel 2.2
Kriteria Debris Index (DI)

No Kriteria Nilai
1. Tidak ada debris atau stain 0
2. Plak menutup tidak lebih dari1/3 servikal atau 1
terdapat stain ektrinsik di permukaan yang di
periksa
3. Plak menutup lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 2
permukaan yang di periksa
4. Plak menutup lebih dari 2/3 permukaan yang di 3
periksa
Sumber : Putri, Herijulianti, dan Nurjanah (2010)
Debris index = jumlah nilai 𝑑𝑒𝑏𝑟i𝑠
jumlah gigi yang diperiksa

c. Kriteria Kalkulus Index


Tabel 2.3
Kriteria kalkulus index (CI)
No Kriteria Nilai
1. Tidak ada kalkulu 0
Supra gingival menutup lebih dari 1/3 permukaan
2. Servikal yang di periksa supra gingival lebih dari 1
1/3 tapi kurang dari 2/3 permukaan yang diperiksa
atau ada bercak-bercak subgingiva
3. Kalkulus disekeliling supra gingival menutup 2
lebih dari 2/3 permukaan
4. Subgingiva kalkulus sekeliling servikal gigi 3
Sumber : Putri, Herijulianti, dan Nurjannah (2010)

Kalkulus index = jumlah nilai 𝑐𝑎𝑙𝑐𝑢𝑙𝑢𝑠


jumlah gigi yang diperiksa

d. Cara melakukan penilaian debris dan calculus


Melakukan penilaian debris dan calculus, dengan membagi
permukaan gigi permukaan gigi yang akan dinilai dengan garis khayal
menjadi 3 bagian sama besar/luasnya secara horizontal.
1. Pemeriksaan terhadap debris.
Pertama-tama pemeriksaan dilakukan pada sepertiga permukaan gigi
bagian insisal. Pemeriksaan dilanjutkan pada sepertiga permukaan gigi
bagian tengah. Jika sepertiga bagian insisal, maka pemeriksaan
terakhir dilakukan pada sepertiga permukaan bagian servical jika
permukaan bagian tengah bersih.
2. Pemeriksaan terhadap calculus.
Menurut Green dan Vermillion dalam Putri, Herijulianti, dan
Nurjannah (2010), kriteria penilaian debris dan calculus sama, yaitu
mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. Baik : jika nilai antara 0 – 0.6
b. Sedang: jika nilainya antara 0,7 – 1,8
c. Buruk : jika nilainya antara 1,9 – 3,0
OHI-S mempunyai kriteria tersendiri, yaitu mengikuti
ketentuan sebagai berikut :
a. Baik : jika nilai antara 0,0 – 1,2
b. Sedang: jika nilainya antara 1,3 – 3,0
c. Buruk : jika nilainya antara 3,1 – 6,0

D. Kerangka Teoritis

Domain Perilaku

Pengetahuan Sikap Keterampilan

Faktor Faktor Proses perubahan


yang mempengaruhi yang mempengaruhi keterampilan :
pengetahuan : sikap :
1. Tingkat pendidikan 1. Pengalaman pribadi 1. Pendidikan
2. Pekerjaan 2. Orang lain informal
3. Umur 3. Pengaruh 2. Pendidikan non
4. Minat kebudayaan formal
5. Pengalaman 4. Media masa 3. Pendidikan
6. Kebudayaan 5. Lembaga pendidikan formal
lingkungan sekitar dan agama
7. informasi 6. Faktor emosi

Status kebersihan gigi dan


BABmulut
III
Skema 2.1 kerangka teori
Sumber : L.Green dalam Notoadmojo (2003)
Mubarok (2011), Wawan & Dewi (2011)
BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka konsep

Perilaku menyikat gigi


Status kebersihan gigi dan
mulut

Kerangka konsep pengaruh perilaku menyikat gigi terhadap status kebersihan


gigi dan mulut

B. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah karakter, atribut atau segala sesuatu yang
terbentuk, atau yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian sehingga
mempunyai variasi antara satu objek yang satu dengan objek yang lain dalam
satu kelompok tertentu kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel merupakan
sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian, sering juga disebut
sebagai faktor yang berperan dalam penelitian atau gejala yang akan diteliti.
Variabel penelitian adalah sesuatu yang menjadi fokus perhatian yang
memberikan pengaruh dan mempunyai nilai (value). Variabel merupakan
suatu besaran yang dapat diubah atau berubah sehingga dapat mempengaruhi
peristiwa atau hasil penelitian. Dengan penggunaan variabel, kita dapat
dengan mudah memperoleh dan memahami permasalahan.
Kemudian dalam penelitian ini menggunakan dua variable yaitu
variable bebas (independen variable) dan variable terikat (dependen variable).
1. Variabel bebas (indepemden) : Perilaku menyikat gigi
2. Variabel terikat (dependen) : Status kebersihan gigi dan mulut
C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah dimensi penelitian yang menyediakan data
bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana metode dalam mengukur atau
menilai variabel. DO atau definisi operasional merupakan panduan yang
benar dalam menakar sebuah variabel, yang mana akan menolong peneliti
dalam mempertimbangkan variabel yang setara.
Definisi operasional adalah suatu definisi yang berdasarkan pada suatu
karakteristik yang dapat diamati atau dapat dilakukan observasi dari apa yang
sedang didefinisikan ataupun juga dapat mengubah konsep-konsep.
Adapun definisi operasional dari penelitian ini antara lain ;
1. Pengertian Perilaku Perilaku manusia (human behavior) merupakan
sesuatu yang penting dan perlu dipahami secara baik, hal ini disebabkan
perilaku manusia terdapat dalam setiap aspek kehidupan manusia yang
tidak berdiri sendiri. Perilaku manusia mencangkup dua komponen, yaitu
sikap atau mental dan tingkah laku (attitude). Sikap atau mental
merupakan sesuatu keadaan atau peristiwa, sedangkan tingkah laku
merupakan perbuatan tertentu dari manusia sebagai reaksi terhadap
keadaan atau situasi yang dihadapi (Herijulianti, Indriani, dan Artini,
2001).
2. Pengertian kebersihan gigi dan mulut Menurut Putri, Herijulianti, dan
Nurjanah (2010), kebersihan gigi dan mulut adalah suatu keadaan yang
menunjukkan bahwa di dalam mulut seseorang bebas dari kotoran seperti
debris, plak dan kalkulus. Kebersihan gigi dan mulut apabila terabaikan
akan terbentuk plak pada gigi geligi dan meluas ke seluruh permukaan
gigi. Kondisi mulut yang basah, gelap dan lembab sangat mendukung
pertumbuhan dan perkembang biakan baktreri yang membentuk plak.

Tabel 3.1

Definisi Operasional

No Variable Definisi Cara Skala


operasional pengukuran Ukur
1 2 3 4 5
1. Variable Kemampuan Wawancara Ordinal
independen; responden atau
Perilaku menyikat observasi
menyikat giginya
gigi dengan alat,
bahan, waktu,
frekuensi dan
cara yang
benar.
Penilaian
perilaku
menyikat gigi
diukur dengan
penjumlahan
nilai benar

2. Variable Tingkat Pemeriksaan Ordinal


denpenden; kebersihan langsung
Kebersihan gigi dan
gigi dan mulut pada
mulut masyarakaat
ateuk
munjeng
Tingkat
kebersihan
gigi dan
mulut
dihitung
dengan index
OHI-S, yaitu
penjumlahan
dari DI + CI.
OHI-S dibagi
menjadi 3
kriteria yaitu :
1. Baik bila
berada antara:
0,1-1,2
2. Sedang bila
berada antara:
1,3-3,0
3. Buruk bila
berada antara:
3,1-6,0

D. Hipotesis penelitian
Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara yang mungkin benar
dan mungkin juga salah (Machfoedz,2007) , hipotesis adalah keterangan
sementara dari hubungan fenomena yang kompleks, oleh karena itu hipotesis
menjadi sangat penting dalam sebuah penelitian (Nasir,2011), ditinjau dari
operasi rumusnya ada dua jenis hipotesis yaitu;
1. Hipotesis H1, hipotesis ini ditulis dengan “H1” . Hipotesis ini digunakan
untuk menolak atau menerima hipotesis nihil (nol) “ . Hipotesis ini
menyatakan adanya
2. Hipotesis nol atau hipotesis nihil,hipotesis ini dituliskan dengan “Ho”
adalah hipotesis yang menandakan perbedaan antar kelompok atau
meniadakan perubahan sebab akibat antar variable.

Dari penjelasannya diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis


penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: ada pengaruh perilaku menyikat gigi

H2: ada status kebersihan gigi dan mulut pada masyarakat


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan metode pendekatan
eksperimen,yaitu mengetahui pengaruh perilaku menyikat gigi terhadap status
kebersihan gigi dan mulut pada masyarakat Atuek Munjeng Kota Banda Aceh
Tahun 2021.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


a. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ateuk Munjeng Kota Banda Aceh
Tahun 2021
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 – 25 Juni 2021.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Ateuk
Munjeng Kota Banda Aceh yang berjumlah 455 warga.
b. Sampel
Jumlah responden penelitian yang di ambil dengan menggunakan rumus
dari Ridwan dan Akdon (2009) yaitu :
N
n=
N . d 2 +1
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = tingkat kepercayaan dan ketetapan yang diinginkan (d=0,1)

N 455 455
n= 2 = 2 = = 81,98
N . d +1 455.(0,1) + 1 5,55
Bedasarkan perhitungan di atas,maka besar sampel sebanyak 82
responden.
D. Instrumen Penelitian
Instrument yang di gunakan dalam penelitian pada masyarakat Desa
Ateuk Munjeng Kota Banda Aceh Tahun 2021 adalah :
a. Kuisoner
b. KSP pemeriksaan OHI-S
c. Oral diagnostic ( kaca mulut,sonde,excavator,pinset)
d. Disclosing agent
e. Gelas kumur
f. Sikat gigi
g. Pasta gigi

E. Cara Pengumpulan Data


a. Data Primer
3. Setelah mendapat izin penelitian dari ketua Prodi D IV Keperawatan
Gigi Banda Aceh selanjutnya peneliti mengambil surat izin penelitian
di kantor Keuchik Desa Ateuk Munjeng Kota Banda aceh
4. Peneliti menjumpai Keuchik untuk Desa Ateuk Munjeng Kota Banda
Aceh untuk meminta izin penelitian dan menjelaskan tujuan penelitian
dan bagaimana pemiliha responden yang akan menjadi sampel dalam
penelitian ini.
5. Menemui responden dan memberikan surat persetujuan menjadi
responden.Bila responden bersedia peneliti akan melakukan kontrak
waktu untuk pengumpulan data.
6. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan.
7. Wawancara di lakukan pada responden selama 5 hari ,wawancara
yang dilakukan pada responden yaitu selama 20 menit terhadap satu
responden dimulai dari tanggal 20 juni s/d 25 juni 2021.
8. Setelah data terkumpul peneliti mengecek pada saat bersamaan
dengan wawancarapada waktu yang sama
9. Kemudian peneliti melaporkan kepada keuchik Desa Ateuk Munjeng
Kota Banda Aceh,untuk mendapat surat keterangan selesai penelitian.

b. Data Sekunder
Peneliti mengambil data sekunder tentang kesehatan gigi dan mulut
masyarakat Desa Ateuk Munjeng Kota Banda Aceh pada di puskesmas
terdekat,bides dan kader Desa Ateuk Munjeng Kota Banda Aceh.

F. Cara Pengolahan Data


Setelah data berhasil dikumpulkan langkah selanjutnya yang akan
dilakukan adalah mengolah data sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh
data tersebut. Proses pengolahan data dilakukan menggunakan beberapa tahap
sebagai berikut :
1. Editing
Pada tahap ini dikumpulkan dan diperiksa kembali apakah telah lengkap
jawabannya atau tidak, memeriksa nama dan identitas responden, data
yang diberikan berkesinambungan atau tidak dalam arti tidak ditemukan
data yang bertentangan satu dengan yang lain.
2. Coding
Yaitu dengan melakukan pengkodean data dengan angka atau kode
tertentu sehingga lebih mudah dan sederhana.
3. Tabulating
Pada tahap ini data dikelompokkan kedalam tabel tertentu menurut sifat
yang dimiliki sesuai tujuan penelitian.
4. Cleaning Data Entry
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalah program
computer guna menghindari terjadinya kesalahan pada pemasukan data.

G. Analisi Data
Penelitian ini bersifat analitik, dengan perhitungan persentasi dari setiap
variabel pengolahan data bertujuan untuk hubungan setiap variabel.
a. Univariat, yaitu mendeskripsi tiap-tiap variabel dalam bentuk distribusi
frekuensi dan persentase.
b. Bivariat, yaitu analisis ini dilakukan untuk menguji hubungan antara
variabel indenpenden yaitu pengetahuan orang tua terhadap variabel
denpenden yaitu kebersihan gigi dan mulut dengan melakukan uji
statistik chi-square (α≤=0,05)
Lampiran 1

KUISIONER

PENGARUH PERILAKU MENYIKAT GIGI TERHADAP STATUS


KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MASYARAKAT
DI DESA ATEUK MUNJENG KOTA BANDA ACEH TAHUN 2021

I. Identitas Pasien

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Alamat :

II. Pertanyaan

a. Pengetahuan
Berilah tanda ( √ ) pada kolom Benar atau Salah pada tabel di bawah ini

No. Pernyataan Benar Salah


1. Menggosok gigi tidak perlu menggunakan sikat
gigi dan  pasta gigi
2. Buah dan sayur adalah makanan yang baik untuk
kesehatan gigi
3. Periksa gigi ke puskesmas atau dokter gigi minimal
setiap 6  bulan sekali
4. Jika sakit gigi tidak perlu diperiksakan ke
puskesmas atau
5. Di dalam gigi berlubang terdapat ulat
6. Membersihkan gigi bisa hanya dengan berkumur -
kumur
b. Sikap
Berilah tanda ( √ ) pada kolom Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju
atau sangat Tidak Setuju pada tabel di bawah ini.

No Sanga Setuju Kuran Tidak


. Pernyataan t (3) g Setuju
Setuju Setuju (1)
(4) (2)
1. Jika saya sakit gigi saya tidak akan
pergi ke dokter gigi dan dibiarkan
saja
2. Jika gigi saya berlubang, saya pergi
ke Puskesmas atau dokter gigi
3. Saya takut disuntik, sehingga saya
malas ke dokter gigi
4. saya takut dengan alat-alat
kedokteran gigi
5. Saya rajin menggosok gigi agar
bersih
6. jarak puskesmas yang jauh dari
rumah membuat saya malas  berobat
di puskesmas
7. Jika sakit gigi saya selalu minum obat
yang beli di warung
8. Saya lebih memilih mengkikir gigi
saya agar terlihat rapi
9. saya malas ke dokter gigi karena
biayanya mahal

C. Tindakan
Berilah tanda ( √ ) pada kolom Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju
atau sangat Tidak Setuju pada tabel di bawah ini

No pernyataan Ya(1) Tidak(0)


.
1. Saya menggosok gigi setiap hari
2. Saya menggosok gigi lebih dari 2 kali dalam
sehari
3. Setiap 6 bulan sekali saya rutin memeriksakan
gigi ke dokter gigi
4. Saya tidak pernah pergi ke puskesmas atau
dokter gigi jika sakit gigi
5. Saya tidak pernah merokok 
6. Saya menggunakan sikat gigi bergantian dengan
keluarga saya
7. Saya mencabut gigi saya sendiri apabila goyang
8. Saya selalu menyikat gigi dengan tekanan yang
keras
9. saya memeriksakan gigi ke puskesmas lumbir
10. saya selalu menyikat lidah
11. saya menggosok gigi sebelum tidur
12 saya suka menggunakan tusuk gigi setelah
makan
13. saya selalu mengambil sisa makanan dengan
menggunakan kuku saya
14. saya melakukan semua anjuran dokter gigi
15. saya lebih senang berobat gigi ke mantri
dibandingkan dengan dokter gigi
Lampiran 2

KARTU STATUS PASIEN

(OHI-S)

I. Identitas Pasien

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Alamat :

II. Pemeriksaan OHI-S

DI =

CI =

OHI-S = DI + CI

Kriteria =

Anda mungkin juga menyukai