Anda di halaman 1dari 154

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN

dan
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT

REVIEW DESAIN KEBUN RAYA TAHAP II

TAHUN ANGGARAN 2020


BAB 1

ADMINISTRASI DAN UMUM

1.1 PENDAHULUAN

Spesifikasi Teknis ini merupakan ketentuan yang harus dibaca bersama dengan gambar-
gambar dan Daftar Kuantitas dan Harga yang keduanya bersama-sama menguraikan
pekerjaan yang harus dilaksanakan. Istilah pekerjaan mencakup suplai dan instalasi seluruh
peralatan dan material yang harus dipadukan dalam konstruksi-konstruksi, yang
diperlukan menurut dokumen-dokumen kontrak, serta semua tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk memasang dan menjalankan peralatan dan material tersebut.
Spesifikasi untuk pekerjaan yang harus dilaksanakan dan material yang harus dipakai,
harus diterapkan baik pada bagian dimana spesifikasi tersebut ditemukan maupun bagian-
bagian lain dari pekerjaan dimana pekerjaan atau material tersebut dijumpai.

1.2 LOKASI PEKERJAAN

Lokasi pekerjaan terletak di KAWASAN Kampus ITERA

atau akan ditunjukan oleh Direksi Pekerjaan

1.3 RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah sesuai dengan yang dinyatakan dalam
gambar Rencana, Uraian Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis, Daftar Kuantitas dan
penjelasan- penjelasan tambahan lainnya yang diberikan.

Lingkup pekerjaan ini terdiri dari :

1. PEMBANGUNAN RUMAH KACA

2. PEMBANGUNAN PARANET

3. PEMBANGUNAN DRAINASE DI KAWASAN KEBUN RAYA

4. PEMBANGUNAN PAGAR KELILING

5. PEMBANGUNAN JALAN RIGID

1.4 PERIJINAN

Setelah Penyedia Jasa ditunjuk, bila pekerjaan ini memerlukan ijin dari instansi
lain yang berwenang, maka Penyedia Jasa yang bersangkutan harus menyelesaikan
perijinan tersebut. Direksi, dalam batas-batas kewenangannya, akan membantu
untuk menyiapkan surat-surat resminya, tetapi segala biaya yang diperlukan untuk
perijinan tersebut merupakan tanggung jawab Penyedia Jasa.
Pekerjaan di lapangan tidak diperkenankan dimulai apabila perijinan yang
diperlukan belum diperoleh.

Apabila pada saat melaksanakan pekerjaan terdapat suatu bangunan atau


material yang menghalangi pekerjaan, jika harus membongkar bangunan/material
tersebut akan memerlukan perijinan dan biaya tambahan, maka hal tersebut terlebih
dahulu harus didiskusikan dengan direksi untuk mencari jalan keluarnya.

1.5 PEKERJAAN-PEKERJAAN SEMENTARA

Jalan masuk ke lokasi, termasuk pada sarana pelengkap lain seperti Baja darurat
dan sebagainya, yang bersifat sementara harus disiapkan oleh Penyedia Jasa. Jika
diperlukan Baja-Baja darurat maka Penyedia Jasa harus merencanakannya dengan lebar
minimal

3,50 meter dari kayu yang cukup kuat untuk menahan muatan gandar 5 ton, atau
dengan perencanaan yang disetujui oleh pihak direksi. Penyedia Jasa wajib memelihara
sarana tersebut dan semua biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan tersebut menjadi
tanggungan Penyedia Jasa. Pada akhir pekerjaan, atas perintah direksi, segala sarana
tersebut kalau tidak dipergunakan lagi harus dibongkar, dirapihkan kembali seperti
keadaan semula atau seperti yang disyaratkan oleh direksi.

Penyedia Jasa harus membuat saluran-saluran untuk pembuangan semua air bekas
dan sisa buangan dari pekerjaan-pekerjaan, termasuk pekerjaan sementara, yang
ditimbulkan dimana saja. Cara pembuangan harus tidak merusak lingkungan setempat
dan tidak mengganggu pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap tanah atau
saluran / anak sungai dimana air bekas dan sisa buangan akan dibuang.

1.6 PENYEDIAAN AIR, TENAGA LISTRIK DAN LAMPU PENERANGAN

Alat yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan harus disediakan oleh Penyedia Jasa,
termasuk penyediaan peralatan dan perpipaan sementara untuk mengangkut air
ke lokasi pekerjaan, sehingga tidak mempengaruhi lancarnya pekerjaan. Biaya
untuk keperluan tersebut menjadi tanggungan Penyedia Jasa. Kualitas air yang
disyaratkan ditentukan pada bagian lain dari spesifikasi teknis ini. Tenaga listrik yang
diperlukan bagi pelaksanaan pekerjaan harus disediakan sendiri oleh Penyedia Jasa
dengan jenis dan kapasitas yang sesuai dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan
dan harus ada persetujuan dari direksi. Penyediaan tenaga listrik tersebut termasuk
pula kabel-kabel, alat-alat pengukur serta fasilitas pengaman yang diperlukan dan
lampu-lampu penerangan untuk menjamin lancarnya pelaksanaan pekerjaan.
1.7 UKURAN-UKURAN

Pada dasarnya semua ukuran yang berlaku adalah seperti yang tertera pada gambar
rencana. Ukuran-ukuran dalam gambar rencana pada dasarnya adalah ukuran jadi, seperti
keadaan selesai. Penyedia Jasa tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran-ukuran
yang tercantum didalam gambar rencana dan pelaksanaan/ dokumen kontrak tanpa
sepengetahuan Direksi Pekerjaan.

1.8 PERALATAN

Semua peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini harus disediakan oleh
Penyedia Jasa. Sebelum suatu tahapan pekerjaan dimulai, Penyedia Jasa harus
mempersiapkan seluruh peralatan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tahap pekerjaan
tersebut. Penyediaan peralatan ditempat pekerjaan, dan persiapan peralatan pekerjaan
harus terlebih dahulu mendapat penelitian dan persetujuan dari direksi. Tanpa persetujuan
direksi, Penyedia Jasa tidak diperbolehkan untuk memindahkan peralatan yang diperlukan
dari lokasi pekerjaan.Kerusakan yang timbul pada sebagian atau keseluruhan peralatan
yang akan mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan harus segera diperbaiki
atau diganti hingga direksi menganggap pekerjaan dapat dimulai

1.9 PENYEDIAAN MATERIAL

Penyedia Jasa harus menyediakan sendiri semua material seperti yang disebutkan
dalam daftar kuantitas (daftar rencana anggaran biaya) kecuali ditentukan lain didalam
dokumen kontrak.Untuk material-material yang disediakan oleh direksi, Penyedia
Jasa harus mengusahakan transportasi dari gudang yang ditentukan ke lokasi
pekerjaan. Penyedia Jasa harus memeriksa dahulu material-material tersebut dan
harus bertanggung jawab atas pengangkutan sampai di lokasi pekerjaan. Penyedia
Jasa harus mengganti material yang rusak atau kurang akibat oleh cara pengangkutan yang
salah atau hilang akibat kelalaian Penyedia Jasa.

Semua peralatan dan material yang disediakan dan pekerjaan yang dilaksanakan
harus sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen kontrak. Nama
produsen material dan peralatan yang digunakan, termasuk cara kerja, kemampuan,
laporan pengujian dan informasi penting lainnya mengenai hal ini harus disediakan bila
diminta untuk dipertimbangkan oleh direksi. Bila menurut pendapat direksi hal-hal
tersebut tidak memuaskan atau tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan
dalam dokumen kontrak, maka harus diganti oleh Penyedia Jasa tanpa biaya tambahan.
Semua peralatan dan material harus disuplai dengan urutan dan waktu sedemikian rupa
sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan dengan memperhitungkan
jadwal waktu untuk pekerjaan lainnya.

1.10 SYARAT BAHAN/ MATERIAL

Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dalam keadaan baik tidak cacat
sesuai dengan spesifikasi yang diminta dan bebas dari noda lainnya yang dapat
mengganggu kualitas maupun penampilan.Contoh-contoh material harus segera
ditentukan dan diambil dengan cara pengambilan contoh menurut standar yang
disetujui direksi. Contoh-contoh tersebut harus menggambarkan secara nyata kualitas
material yang akan dipakai pada pelaksanaan pekerjaan.

Contoh-contoh yang telah disetujui direksi harus disimpan terpisah dan tidak
tercampur atau terkotori yang dapat mengurangi kualitas material tersebut. Penawaran
Penyedia Jasa harus sudah termasuk biaya yang diperlukan untuk pengujian material. Jika
dalam spesifikasi teknis ini tidak disebutkan harus menggunakan material-material dari
jenis atau merk tertentu, maka Penyedia Jasa harus meminta petunjuk direksi untuk
menentukan jenis atau merk material yang baik dan diperbolehkan untuk digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini. Penyedia Jasa dapat mengganti dengan produk atau merk
lain yang sekurang-kurangnya mempunyai kualitas yang sama dengan kualitas yang
ditentukan oleh direksi. Bahan/material dan komponen jadi keluaran pabrik, dalam
pelaksanaannya harus dibawah pengawasan/supervisi Tenaga Akhli yang ditunjuk. Semua
bahan sebelum dipasang harus disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan. Contoh
bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan.Bila dianggap
perlu, Direksi Pekerjaan berhak memerintahkan kepada Penyedia Jasa untuk
membuat komponen jadi (mock up) pada detail-detail hubungan tertentu yang harus
diperlihatkan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuan. Semua bahan untuk
pekerjaan ini harus ditinjau dan di uji sesuai dengan standard yang berlaku baik pada
pembuatan, maupun pada pelaksanaan dilapangan oleh Penyedia Jasa.

1.11 PERLINDUNGAN TERHADAP CUACA

Penyedia Jasa, atas tanggungan sendiri dan dengan persetujuan direksi terlebih
dahulu, harus mengusahakan langkah-langkah dan peralatan yang diperlukan untuk
melindungi pekerjaan dan bahan-bahan serta peralatan yang digunakan agar tidak
rusak atau berkurang mutunya karena pengaruh cuaca.

1.12 MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

Yang dimaksud dengan pekerjaan ini adalah berupa penyedian/pemasukan semua


peralatan, tenaga dan perlengkapan proyek yang akan diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan di proyek. Setelah pekerjaan selesai, Penyedia Jasa harus mengeluarkan
kembali semua peralatan dan perlengkapan tersebut dari lokasi pekerjaan kecuali papan
nama proyek.
1.13 PERLINDUNGAN TERHADAP KONSTRUKSI EKSISTING

Penyedia Jasa harus mengamankan, melindungi dan menjaga semua konstruksi


eksisting yang ada disekitar tapak pekerjaan.Dalam hal dimana ditemukan persoalan
dengan jariangan utilitas eksisting, Penyedia Jasa diwajibkan memberitahukan kepada
Pengawas dan atas sepengetahuan Pengawas, Penyedia Jasa menghubungi Instansi
yang terkait (pemilik jaringan utilitas tersebut) untuk mencari solusi penanganannya.

1.14 PENYIAPAN JALAN MASUK

Jika diperlukan pembuatan jalan masuk sementara ke lokasi proyek selama


pekerjaan berlangsung, maka hal ini harus dibicarakan sebelumnya oleh Penyedia Jasa
kepada Direksi Pekerjaan.

1.15 TANDA-TANDA/ RAMBU DAN PAPAN NAMA PROYEK

Ditempat-tempat yang dipandang perlu, Penyedia Jasa harus menyediakan tanda-


tanda untuk keperluan kelancaran lalu lintas. Tanda-tanda tersebut harus cukup jelas
untuk menjamin keselamatan lalu lintas. Apabila pekerjaan harus
memotong/menyeberangi jalan dengan lalu lintas padat, Penyedia Jasa harus
melaksanakan pekerjaan secara bertahap atau apabila dipandang perlu dilaksanakan
pada malam hari. Segala biaya untuk keperluan tersebut harus sudah termasuk di dalam
penawaran Penyedia Jasa.Penyedia Jasa wajib membuat papan nama proyek yang
bertuliskan/berisikan keterangan mengenai pekerjaan yang sedang dilaksanakan (pemberi
tugas, nama Penyedia Jasa, dsb) sesuai gambar rencana.

1.16 PROGRAM KERJA

Penyedia Jasa harus menyiapkan rencana kerja secara detail dan harus diserahkan kepada
direksi paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan suatu tahapan pekerjaan dimulai.

Rencana kerja tersebut harus mencakup :

a. Usulan waktu untuk pengadaan, pembuatan dan suplai berbagai bagian pekerjaan.

b. Usulan waktu untuk pengadaan dan pengangkutan bagian-bagian lain ke lapangan.

c. Usulan waktu dimulainya serta rencana selesainya setiap bagian pekerjaan


dan/atau pemasangan berbagai bagian pekerjaan termasuk pengujiannya.

d. Usulan jumlah jam kerja bagi tenaga-tenaga yang disediakan oleh Penyedia Jasa.

e. Jumlah tenaga kerja yang dipakai pada setiap tahapan pekerjaan dengan disertai latar
belakan pendidikan, pengalaman serta penugasannya.

f. Cara pelaksanaan pekerjaan.


Program kerja tersebut antara lain dituangkan dalam bentuk Kurva-S beserta
lampiran penjelasannya.

1.17 PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN

Penyedia Jasa diharuskan untuk memberikan penjelasan tertulis selengkapnya apabila


direksi memerlukan penjelasan tentang tempat-tempat asal mula material yang
didatangkan untuk suatu tahap pekerjaan sebelum mulai pelaksanaan tahapan tersebut.
Dalam keadaan apapun, Penyedia Jasa tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan
yang sifatnya permanen tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
direksi.Pemberitahuan yang jelas dan lengkap harus terlebih dahulu disampaikan kepada
direksi sebelum memulai pekerjaan, agar direksi mempunyai waktu yang cukup
untuk mempertimbangkan persetujuannya.Pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan yang
menurut direksi penting, harus dihadiri dan diawasi langsung oleh direksi atau
wakilnya. Pemberitahuan tentang akan dilaksanakannya pekerjaan- pekerjaan tersebut
harus sudah diterima oleh direksi selambat-lambatnya 2 (dua) hari sebelum pekerjaan
dilaksanakan.

1.18 PENYELESAIAN PEKERJAAN

Pekerjaan harus mencakup seluruh elemen yang diperlukan walaupun tidak diuraikan
secara khusus dalam spesifikasi teknis dan gambar-gambar, namun tetap
diperlukan agar hasil pelaksanaan pekerjaan dapat berfungsi dengan baik secara
keseluruhan sesuai dengan kontrak.Penyedia Jasa harus menguji hasil pekerjaan setiap
tahap dan/atau secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan spesifikasi teknisnya.
Apabila dari hasil pengujian terdapat bagian pekerjaan yang tidak memenuhi syarat,
Penyedia Jasa dengan biaya sendiri harus melaksanakan perbaikan sampai dengan hasil
pengujian ulang berhasil dan dapat diterima oleh direksi.

1.19 LAPORAN-LAPORAN

1.19.1. Laporan Kemajuan Pekerjaan Bulanan

Paling lambat tanggal 10 (sepuluh) tiap bulan atau pada suatu waktu yang ditentukan
Direksi, Kontraktor harus menyerahkan 5 (lima) buah Laporan Kemajuan Bulanan yang
menggambarkan secara detail kemajuan pekerjaan selama bulan-bulan sebelumnya.Laporan ini
merupakan rekap dari Laporan Mingguan.L aporan sekurang-kurangnya harus berisi hal-hal
sebagai berikut:

1) Prosentase kemajuan pekerjaan sesuai dengan hasil Pemeriksaan bersama (opname).

2) Program Kerja dan Rencana kegiatan dalam waktu 2 (dua) bulan ke depan disertai
rencana tanggal permulaan dan penyelesaiannya.

3) Daftar personil dan jumlah tenaga kerja.

4) Daftar peralatan yang dioperasikan.


5) Volume bahan yang terpakai dan sisa bahan (stock) yang ada di lapangan.

6) Progress per item pekerjaan untuk tiap-tiap bangunan atau bagian-bagian konstruksi, antara
lain :

Volume pekerjaan pembetonan

Volume pekerjaan tanah

Daftar bangunan yang sedang dan telah selesai dikerjakan

7) Progress pembayaran dan rencana tagihan pembayaran bulan berikutnya.

8) Hasil pengujian lapangan dan laboratorium

9) Permasalahan yang dijumpai di lapangan dan Risalah rapat-rapat pelaksanaan.

1.19.2. Laporan Harian dan Mingguan

Progress pekerjaan per hari harus dilaporkan, diperiksa dan disetujui oleh Direksi. Laporan
harian mencakup progress volume tiap-tiap item pekerjaan untuk tiap-tiap bagunan
disertai catatan volume bahan yang terpakai, peralatan yang digunakan dan
jumlah tenaga kerjanya. Laporan harian dibuat dalam 3 (tiga) rangkap dan diserahkan
kepada Direksi pada hari itu juga dalam 2 (dua) rangkap. Laporan harian ini kemudian
direkap menjadi Laporan Mingguan yang diserahkan kepada Direksi pada saat Rapat
Mingguan

1.20 RAPAT-RAPAT

Rapat tetap antara Direksi, Konsultan dan Kontraktor diadakan seminggu sekali pada
waktu yang disepakati bersama. Maksud dari rapat ini membicarakan kemajuan
pekerjaan yang sedang dilakukan, pekerjaan yang diusulkan untuk minggu selanjutnya dan
membahas permasalahan yang timbul agar dapat segera diselesaikan. Setiap
bulan diadakan rapat bulanan antara Pimpro/Pimbagpro, Direksi, Konsultan dan
Kontraktor untuk mengevaluasi kemajuan pekerjaan dan membahas permasalahan yang
dihadapi dan antisipasi permasalahan di bulan berikutnya.

1.21 DOKUMENTASI

Semua kegiatan dilapangan harus didokumentasikan dengan lengkap dan dibuatkan Album
foto berikut keterangan berupa tanggal pengambilan foto, lokasi dan penjelasan foto. Untuk
setiap lokasi pekerjaan minimal dibuat 3 seri foto pada kondisi sebelum pelaksanaan (0%),
pada saat pelaksanaan (50%) dan setelah selesai dilaksanakan (100%).
Titik sudut pengambilan foto untuk tahap-tahap kegiatan diusahakan dari posisi yang sama. Oleh
karena itu, sebelum pengambilan foto perlu dibuat rencana / denah yang menunjukan lokasi,
posisi dari kamera juga arah bidikan yang kemudian diserahkan kepada Direksi untuk disetujui.

Tiap foto berukuran 3R dan diberi catatan sebagai berikut:

 Nama dan lokasi Bangunan


 Tanggal pengambilan
 Tahap pelaksanaan

Berita Acara Pembayaran dan Laporan Bulanan harus dilampiri dengan beberapa foto-
foto pelaksanaan pada periode tersebut. Pada akhir pelaksanaan Kontrak, Kontraktor
harus menyerahkan Album foto pelaksanaan pekerjaan kepada Direksi untuk tiap-tiap
bagunan atau bagian konstruksi pada kondisi awal (0 %), 50 % dan selesai 100 % dalam satu
halaman.Penyerahan dilakukan sebanyak 5 (lima) ganda bersama 1 (satu) set album negatifnya.
Tiap album disertakan negatif film yang diberi keterangan atau tanda untuk memudahkan
mengidentifikasi negatif dan cetakannya.Seluruh biaya yang diperlukan untuk pekerjaan ini harus
diperhitungkan dalam harga Kontrak.

1.22 PENGGAMBARAN

1.22.1.Gambar Kontrak

Kontraktor harus menyediakan Album gambar (Tender/Contract drawings) ukuran A3


sebanyak 6 (enam) set untuk didistribusikan sebagai berikut :

Kantor Kontraktor di Lapangan ( 2 set)

Kantor Direksi di Lapangan (2 set)

Kantor Konsultan di lapangan ( 2 set)

1.22.2.Gambar Pelaksanaan

Kontraktor harus menggunakan Gambar Kontrak/ Desain sebagai dasar untuk


mempersiapkan Gambar Pelaksanaan/Kerja. Gambar Pelaksanaan disiapkan dalam
ukuran A3 dengan memperlihatkan detail bangunan, potongan-potongan bangunan secara
lengkap, termasuk tata-letak pembesian, rencana pembengkokan, daftar pembesian,
tipe beton yang digunakan dan ukuran-ukuran bagian-bagian bangunan secara tepat.
Gambar Pelaksanaan yang telah disetujui dan disahkan oleh Direksi harus diserahkan
kepada Direksi sebanyak 2 (dua) set dan Konsultan 1 (satu) set.Pelaksanaan pekerjaan
harus sesuai dengan Gambar Pelaksanaan yang telah disetujui dan disahkan oleh
Direksi. Setiap perubahan dari Gambar Pelaksanaan terlebih dahulu harus dimintakan
persetujuan kembali kepada Direksi. Resiko yang timbul akibat pekerjaan yang
dilaksanakan tanpa persetujuan Direksi, sepenuhnya menjadi tanggung-jawab
Kontraktor.

1.22.3.Gambar Pabrikan
Gambar-gambar detail yang dikeluarkan oleh pabrik atau bengkel seperti pintu-pintu
air, diusulkan oleh Kontraktor sesuai dengan Spesifikasi, harus diperiksa terlebih dahulu
dan disetujui oleh Direksi.

1.22.4. Gambar Purnalaksana (As built drawings)

Selama pelaksanaan, Kontraktor harus menyediakan 1 (satu) set gambar yang


memperlihatkan progress pelaksanaan untuk tiap-tiap bangunan. Lembar-lembar
gambar yang telah selesai dilaksanakan dengan benar kemudian dicap
“SUDAH DILAKSANAKAN”.Gambar Purnalaksana (As Built Drawings) harus dibuat di
atas kalkir 80 gram yang berkualitas baik bila pekerjaan telah diselesaikan 100 %.Dalam
waktu 1 (satu) bulan setelah Serah Terima Pekerjaan I (PHO), Kontraktor harus sudah
menyerahkan Gambar Purnalaksana yang sudah disahkan oleh Direksi yang terdiri dari 1
(satu) set Gambar Kalkir lengkap dengan ukuran A2, beserta 1 (satu) set copy blue print
dan 3 (tiga) set copy dalam ukuran A3.

1.23 PEKERJAAN FINISHING

Pekerjaan ini berupa penimbunan kembali tanah bekas galian dan perataan kembali
seluruh tapak pekerjaan kedalam kondisi semula termasuk memperbaiki kembali
sarana yang terbongkar sementara untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan (bila ada).
Pekerjaan ini antara lain berupa :

1). Meratakan kembali permukaan tanah yang tidak beraturan bekas pelaksanaan
pekerjaan termasuk penimbunan kembali bekas galian untuk pondasi dan lain-lain.

2). Memperbaiki dan memfungsikan kembali semua utilitas existing yang terkena
bongkaran karena penggalian (bila ada).

3). Membuang tanah sisa galian yang tidak digunakan lagi keluar lokasi proyek.

4). Mengeluarkan kembali dari lokasi pekerjaan semua sisa material, peralatan dan
perlengkapan lainnya yang telah digunakan dalam pembangunan Menara Air ini.

5). Membongkar/memindahkan semua bangunan Direksi Keet, Keet Penyedia Jasa gudang
bahan dan lain-lain ketempat yang ditentukan, kecuali ditentukan lain oleh Pemberi Tugas.

6). Melakukan pembersihan lahan diseluruh tapak pekerjaan dari semua jenis
kotoran, sisa material buangan, fasilitas sementara dan lain-lain

1.24 STANDAR YANG DIGUNAKAN

Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Standar Normalisasi


Indonesia, Standar Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada hubungannya
dengan pekerjaan, antara lain :

NI-2-PBI 1971 : Peraturan Beton Indonesia ( 1971 )


SK SNI T-15-1991-03 : Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung

NI-3-1970 : Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia

PUBBI-1982 : Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia

SII : Standar Industri Indonesia

SII 0136-84 : Baja Tulangan Beton

SII 0784-83 : Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton

SNI-03-2461-2002 : Spesifikasi Agregat Ringan Untuk Beton Ringan Revisi 1991


Struktur

SNI-03-2914-1992 : Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air

SNI-03-6820-2002 : Spesifikasi Agregat Halus untuk Pekerjaan Adukan dan Plesteran


dengan

Bahan Baku Dasar Semen

SNI-03-2495-1991 : Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton

SNI-03-6862-2002 : Spesifikasi Peralatan Pemasangan Dinding Bata dan Plesteran

SNI-03 6764-2002 : Spesifikasi Baja Struktur

SNI-03-6880-2002 : Spesifikasi Beton Struktur

SNI-03-4817-1998 : Spesifikasi Beton Siap Pakai

SNI-03-6818-2002 : Spesifikasi Bahan Kering Bersifat Semen, Cepat Mengeras Dalam


Kemasan untuk Perbaikan Beton

SNI-03-6861-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bag. A (Bahan Bangunan Bukan


Logam) SNI-03-6882-2002 : Spesifikasi Mortar untuk Pekerjaan Pasangan

SNI-03-6419-2000 : Spesifikasi Pipa PVC Bertekanan Berdiameter 110-315 mm untuk


Air Bersih

SNI-06-0084-2002 : Spesifikasi Pipa PVC untuk Saluran Air Minum

SNI-06-4828-1998 : Spesifikasi Cincin Karet Sambungan Pipa Air Minum, Air Limbah
dan Air Hujan

SNI-07-6404-2000 : Spesifikasi Flens pipa Baja untuk Penyediaan Air Bersih ukuran
110-315 mm

SNI-19-6783-2002 : Spesifikasi Desinfeksi Perpipaan Air Bersih


American Society for Testing Materials (ASTM 1993)

ASTM C13-88 : Method af Making and Curing Concrete Test Specimens

ASTM C33-86 : Specification for Concrete Aggregates

ASTM C39-86 : Test Method for Compesive Strength for Cylindrical Concrete Test
Specimens ASTM C42-87 : Method of Obtaining and Testing Drilled Cores and
Sawed Beams of Concrete ASTM C143-89 : Test Method for Slump of Portland
Cement Concrete

ASTM C172-82 : Specification of Portland Cement

ASTM C260-86 : Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by the Pressure
Method

Air-Entraining Admixtures for Concrete

ASTM C330-85 : Specification for Lightweight Aggregates for Structure Concrete

1.25 LAIN-LAIN

Pekerjaan Lain-lain adalah semua kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor
meskipun tidak tercantum di dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Biaya yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan ini harus dimasukkan ke dalam “Harga Kontrak”, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2.2. Pekerjaan lain-lain terdiri dari:

1.25.1.Fasilitas Kesehatan

Kontraktor harus menyediadan fasilitas kesehatan untuk kepentingan karyawan dan tenaga
kerja di lapangan. Kontraktor harus mengusahakan lapangan kerja dalam keadaan bersih
dan sehat.

1.25.2. Asuransi

Semua peralatan dan terutama tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan ini
agar diasuransikan.

1.25.3. Pekerjaan Sementara

Kontraktor bertanggung jawab terhadap perencanaan, spesifikasi, pelaksanaan


dan pembongkaran dari pekerjaan sementara. Pekerjaan sementara yang akan
dilaksanakan oleh Kontraktor harus diberitahukan dan disetujui oleh Direksi.
Semua biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan ini termasuk
pembebasan tanah, sewa tanah dan sebagainya adalah tanggung jawab Kontraktor dan
harus sudah diperhitungkan dalam Harga Kontrak.

Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap kerusakan tanaman atau tanah hasil
galian, baik yang menjadi milik Proyek atau masyarakat. Kontraktor harus bersedia
memberikan ganti rugi terhadap semua kehilangan dan tuntutan karena kerusakan
tersebut.

1.25.4. Kantor Kontraktor, Gudang, Bengkel, Pemondokan Buruh

Base camp dan pemondokan buruh harus dilengkapi dengan fasilitas yang penting seperti
air bersih, penerangan, saluran pembuang, jalan, gang, tempat parkir, pemagaran,
kesehatan, ruang masak, pencegahan kebakaran dan peralatan pencegahan api, dsb.

1.25.5. Keamanan

Kontraktor atas biaya sendiri harus bertanggung jawab terhadap segi keamanan
di lingkungan pekerjaan. Tidak ada pembayaran tambahan dalam hal ini, semua biaya
harus sudah diperhitungkan dalam Harga Kontrak.

1.25.6. Pencegahan Kebakaran

Kontraktor harus melakukan pencegahan terhadap terjadinya kebakaran di areal


pekerjaan dan harus menyediakan segala peralatan pencegahan kebakaran yang
cukup dan siap digunakan di seluruh lokasi pekerjaan. Kontraktor bertanggung jawab
untuk memadamkan kebakaran yang terjadi di lapangan kerja, termasuk
mengamankan peralatan dan tenaga kerja Sub-Kontraktor.

1.25.7. Hari Kerja dan Jam Kerja

Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan pada jam kerja pada hari kerja
dengan menghormati hari libur Nasional, perayaan resmi dan upacara keagamaan.
Bilamana terjadi keadaan mendesak yang mengharuskan pekerjaan berlangsung terus
selama perayaan atau hari libur tersebut maka Kontraktor harus membuat
pengaturan khusus dengan persetujuan Direksi.

1.25.8. Pekerjaan Utama/permanen tidak boleh dilaksanakan pada Malam hari, hari Minggu
atau hari Libur resmi, kecuali pekerjaan tersebut tidak dapat dihentikan tanpa resiko tertentu.

1.25.9. Resiko pekerjaan yang dilaksanakan di luar hari kerja dan jam kerja tanpa
persetujuan
Direksi sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

1.26 PEKERJAAN PERAPIHAN

Pekerjaan ini meliputi pembersihan kotoran sisa pekerjaan berikut pembuangannya,


pembersihan di sekitar lokasi pekerjaan dan membereskannya/ membuangnya sehingga
memberikan kesan indah, bersih dan rapih.

1.27 P E N U T U P

Segala sesuatu yang belum tercantum di dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini,
akan ditentukan kemudian pada Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) dan akan dimuat
dalam Berita Acara Rapat Penjelasan.

BAB 2

LAPANGAN KERJA

SEKSI 2.1

SETTING OUT

2.1.1 PENGUKURAN DAN PEMATOKAN

Seluruh pengukuran topografi harus merupakan 1 (satu) sistem koordinat yang mengikat
pada Titik koordinat awal (BM-0) yang ditetapkan oleh Direksi. Direksi akan menyerahkan
data koordinat BM tersebut kepada Kontraktor setelah terbit Surat Perintah Mulai Kerja.
Kontraktor perlu mendirikan titik-titik referensi tambahan guna memperlancar pengecekan
koordinat, BM (Benchmark) dan CP (Control point) di lokasi yang diperintahkan atau
disetujui oleh Direksi.Dalam segala hal, tiap-tiap tahapan pekerjaan harus didahului
dengan pematokan/uitzet/setting out, pengecekan koordinat (x,y,z) dan dilanjutkan
dengan pemasangan profile (bow plank). Kontraktor bertanggungjawab penuh
terhadap pelaksanaan pengukuran dalam rangka Mutual Check. Pengukuran harus
dilaksanakan di bawah pengawasan Direksi dan hasilnya harus disetujui oleh Direksi,
sebagai dasar perhitungan volume pekerjaan. Mutual check dilakukan 3 (tiga) tahapan yaitu
tahap awal sebelum pelaksanaan pekerjaan (MC-0), tahap pertengahan pada saat
progress mencapai ±50% (MC-50) dan menjelang akhir pekerjaan dimana tidak ada lagi
perubahan Volume Kontrak (MC-100). Gambar hasil pengukuran MC-0, 1 (satu) set
Rekalkir dan Buku Data Ukur harus segera diserahkan kepada Kantor Satuan Kerja.

2.1.2 PEMASANGAN BOWPLANK

Pasangan bouwplank dibuat untuk membantu menentukan as-as/sumbu-sumbu


dalam perletakan bangunan, baik mengenai kesikuannya atau ukuran-ukuran lainnya.
Semua papan bouwplank menggunakan kayu kelas II/terentang, papan-papan harus
lurus diserut rata, permukaan papan harus “WATERPASS” DENGAN PIEL LANTAI +
0,00. Setiap jarak 1,50 m; papan bouwplank diperkuat dengan patok kayu
berukuran 6/10 cm atau dolken. Pada papan bouwplank ini harus di cat sumbu-sumbu
yang diperlukan, dengan cat yang tidak luntur oleh pengaruh cuaca. Jarak papan
bouwplank minimal 2,00 m; dari garis bangunan terluar, untuk mencegah
kelongsoran terhadap galian-galian tanah pondasi. Setelah pekerjaan papan
bouwplank selesai, pemborong wajib meminta pemeriksaan dan persetujuan tertulis
dari direksi. Dalam hal ini, piel lantai (+0,00) ditentukan +0,65 m dari muka tanah yang
ada sekarang atau +2,00 dari permukaan jalan atau ditentukan lain dalam penjelasan
gambar.

SEKSI 2.2

FASILITAS SEMENTARA

2.2.1 Penyedia Jasa harus membuat/menyewa Los Kerja dan Gudang Bahan.

Los Kerja diberi pintu dan jendela dan dilengkapi dengan satu stel meja tulis dilengkapi
dengan buku tamu dan buku instruksi serta satu lemari untuk penyimpanan berkas-berkas
yang diperlukan

2.2.2 Gudang dibuat sedemikian rupa sehingga keamanan barang-barang terjamin


keamanannya.

Penyimpanan bahan Portland Cement harus sedemikian rupa agar Portland


Cement tidak mudah/lekas mengeras. Penyedia Jasa harus memelihara kebersihan
didalam bangunan- bangunan tersebut. Bila tidak dianjurkan lain oleh Direksi pada saat
selesai pekerjaan, semua bangunan-bangunan tersebut diatas harus disingkirkan dan
dibersihkan dari lokasi pekerjaan atas biaya Penyedia Jasa.

SEKSI 2.3

PEMBERSIHAN LAHAN

2.3.1 Penyedia Jasa harus melaksanakan pembersihan dan perataan dilokasi pekerjaan
disekitar area yang diperlukan. Lokasi pekerjaan harus bebas dari gangguan-gangguan
yang ada seperti pohon-pohon liar, semak/ belukar dan material lain yang mengganggu
termasuk permukaan tanah yang tidak beraturan.

2.3.2 Apabila dilokasi pekerjaan terdapat sarana utilitas seperti tiang listrik/telepon, drainase dan
lain-lain yang masih berfungsi. Penyedia Jasa diwajibkan untuk menjaga/ melindungi sarana
tersebut dari kerusakan selama pekerjaan berlangsung. Seandainya diantara utilitas
tersebut ada yang mengganggu pekerjaan sehingga diperluka pembongkaran/
pemindahan sementara, maka hal ini harus didiskusikan terlebih dahulu oleh Penyedia
Jasa kepada Direksi dan pihak instansi yang terkait, untuk mendapatkan
persetujuan. Segala biaya yang timbul untuk pelaksanaan
pembongkaran/pemindahan sarana tersebut menjadi tanggungan Penyedia Jasa. Pada
waktu pengajuan penawaran, Penyedia Jasa harus sudah memperhitungkan hal ini.
Hasil bongkaran akan dipilah-pilah oleh Direksi/ Pengawas untuk menentukan bagian
mana yang harus dipasang kembali, yang harus dipindahkan ketempat
yang telah ditentukan atau yang harus dibuang keluar lokasi proyek

SEKSI 2.4

GALIAN, TIMBUNAN DAN PEMBUANGAN

2.4.1 GALIAN TANAH

1) Umum

Galian tanah dilaksanakan pada :

a) Semua bagian dari bangunan yang masuk dalam tanah

b) Semua bagian dari tanah yang harus dibuang

c) Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan


tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang diperlukan untuk
penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini.

d) Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan selokan, untuk
formasi galian atau pondasi pipa, gorong-gorong, pembuangan atau struktur lainnya,
untuk pekerjaan stabilisasi lereng dan pembuangan bahan longsoran, untuk galian
bahan konstruksi dan pembuangan sisa bahan galian.

2) Lingkup Pekerjaan tanah ini meliputi :

a) Galian Tanah Pembentukan Badan Jalan.

b) Galian Tanah Perataan Lokasi Bangunan

c) Galian Tanah untuk Konstruksi Pondasi Seluruh Bangunan Rumah kaca

d) Galian Tanah untuk Konstruksi Pondasi Seluruh Bangunan Paranet 6 unit

e) Galian Tanah drainase

f) Galian Tanah pagar keliling

3) Klasifikasi Galian

Galian akan diklasifikasikan dalam pengukuran dan pembiayaan sebagai berikut :

a) Galian tanah biasa kedalaman sampai 1 meter

b) Galian tanah biasa kedalaman sampai 2 meter.


c) Galian tanah biasa kedalaman sampai 3 meter.

d) Galian Tanah keras

e) Galian Tanah cadas

f) Galian Tanah Lumpur

g) Galian tanah biasa menggunakan alat berat (mekanik)

4) Pelaksanaan Pekerjaan

a) Galian Tanah Biasa dan Tanah Keras

1. Galian tanah Rumah Kaca

Galian antara lain ada galian pondasi foot plat dan pondasi menerus, dan drainase keliling
bangunan

a)galian Pondasi foot plat dibuat 100 x 100 cm dengan kedalaman 150 cm

b) Untuk pondasi menerus dibuat lebar 80 panjang diseuakan gambar dan kedalaman 80 cm

c)untuk saluran drainase lebar dibuat 40 cm dengan kedalaman 40 cm

2. Galian tanah Paranet

Galian antara lain ada galian pondasi menerus, dan drainase keliling bangunan

a) Untuk pondasi menerus dibuat lebar 60 panjang diseuakan gambar dan kedalaman 60 cm

b)untuk saluran drainase lebar dibuat 40 cm dengan kedalaman 40 cm

3. Galian tanah Pagar keliling

Galian antara lain ada galian pondasi menerus, dan drainase keliling bangunan

a) Untuk pondasi menerus dibuat lebar 60 panjang diseuakan gambar dan kedalaman 60 cm

4. Galian tanah drainase lingkungan kebun raya Itera

Galian antara lain ada galian drainase lingkungan kebun raya

a) Untuk pondasi menerus dibuat lebar 600 panjang diseuakan gambar dan kedalaman 600 cm

i. Urutan penggalian harus mengikuti petunjuk Pengawas, terutama kaitannya


dengan pelaksanaan galian yang harus memperhatikan daerah sekitarnya,
khususnya jika terdapat instalasi eksisting dibawah tanah seperti instalasi listrik,
jaringan pipa PDAM/GAS dan lain-lain.
ii. Jika pada galian terdapat kotoran/sampah dan bagian tanah yang tidak padat aau lepas,
maka bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya, kemudian lubang yang terjadi harus
ditutup urugan pasir dan dipadatkan.

iii. Bila Penyedia Jasa melakukan penggalian melebihi kedalaman yang telah
ditentukan, maka Penyedia Jasa harus menutup kelebihan tersebut dengan urugan
pasir yang dipadatkan hingga mencapai ketinggian yang diinginkan.

iv. Dasar galian dikerjakan dengan teliti, datar dan harus dibersihkan dari segala
macam kotoran.

v. Pada saat pelaksanaan, penggalian tanah dilakukan dengan kemiringan lereng yang
disesuaikan dengan tanah eksisting. Hal ini dimaksudkan agar daerah galian tidak terlalu
besar. Sehingga tidak terlalu mengganggu bangunan atau fasilitas lain yang
ada disekitarnya, tetapi kondisi lereng harus tetap aman bagi para pekerja yang
berada dibawah lereng galian.

vi. Hasil galian dipindahkan dan disimpan sementara ke tempat lain yang akan
ditentukan oleh Direksi untuk selanjutnya akan diinginkan untuk pekerjaan timbunan.

vii. Kelebihan tanah hasil galian (yang tidak digunakan lagi untuk timbunan) harus
dibuang dari lokasi. Area antara papan patok ukur dengan galian harus bebas dari
timbunan tanah.

viii. Penyedia Jasa diwajibkan menjaga kesetabilan lereng galian dari bahaya
kelongsoran, yang akan membahayakan kepada para pekerja yang berada didasar galian.

ix. Disyaratkan bahwa seluruh dasar galian terutama lantai galian harus kering
untuk pekerjaan-pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk pekerjaan didasar pondasi.

x. Dalam hal pelaksanaan penggalian sudah mulai menggunakan alat berat,


maka Penyedia Jasa harus melaksanakan dengan ekstra hati-hati agar semua instalasi
yang ada dalam tanah tidak terganggu, semua kerusakan-kerusakan pada instalasi-
instalasi tersebut akibat kelalaian pelaksanaan pekerjaan, menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa untuk memperbaikinya.

7) Dasar Pembayaran

Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar menurut satuan
pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk
masing-masing Mata Pembayaran, dimana harga dan pembayaran tersebut merupakan
kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan termasuk cofferdam, penyokong, pengaku dan
pekerjaan yang berkaitan, dan biaya yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan galian.

2.4.2 TIMBUNAN TANAH

1) Umum
Urugan dilaksanakan pada :

a) Semua bekas lubang pondasi

b) Semua bagian yang harus ditinggikan, dengan jalan menimbun, urugan tanah
harus dilaksanakan menurut gambar serta peil-peil yang telah ditetapkan, juga termasuk
perataan dan penyelesaian tanah halaman disekitarnya.

2) Klasifikasi pekerjaan urugan

Pekerjaan Urugan akan diklasifikasikan dalam pengukuran dan mata pembayaran, sebagai
berikut :

a) Urugan Tanah Biasa dari Sisa Galian

b) Urugan Tanah Biasa (CBR ≥ 6%) Tanah dari Borrow Pit

c) Urugan Tanah Pilihan (CBR ≥ 10%) Tanah dari Borrow Pit d) Urugan Pilihan Berbutir (CBR ≥
10%) Tanah dari Borrow Pit

d)Urugan tanah peninggi lantai untuk rumah Kaca

e)Urugan Tanah Peninggi Lantai untuk Paranet

f)Urugan tanah disela sela pondasi untuk Pagar

g)Urugan tan untuk pot di depan Pagar

3) Lingkup pekerjaan urugan

Pekerjaan Urugan akan diklasifikasikan dalam pengukuran dan mata pembayaran, sebagai
berikut :

a) Urugan Tanah Kembali Dipadatkan

b) Urugan Tanah Peninggian Lantai Semua Bangunan

c) Urugan Tanah Pembuatan Tanggul Landfill

d) Urugan Tanah Pembuatan Badan Jalan

e) Urugan Pasir Dipadatkan untuk Semua Lantai Kerja.

4) Penggunaan Material Bekas Galian

Penyedia Jasa harus menjamin bahwa semua material bekas galian yang akan dipergunakan
kembali ditempatkan secara terpisah dan dilindungi dari segala kotoran-kotoran seperti
bahan- bahan yang dapat merusak beton, akar dari pohon, kayu dan sebagainya.
Berbagai jenis dari material sebaiknya diletakkan terpisah, misalnya material yang sifatnya
keras dipisahkan dari yang sifatnya lembek, seperti lempung dan sebagainya. Penggunaan
jenis-jenis material yang akan dipakai untuk keperluan penggunaan harus ada persetujuan
dari Direksi.

5) Pelaksanaan

Semua pekerjaan pengurugan harus dilaksanakan lapis demi lapis horizontal dan
dipadatkan. Tebal dari tiap lapis diambil 20 – 30 cm dan selama proses pemadatan, harus
dibasahi dengan air untuk mendapatkan hasil pemadatan yang maksimum.

Pemadatan harus dilakukan dengan alat pemadat mekanis (compactor) dan untuk
pekerjaan yang besar sifatnya, dapat dipakai roller dan sebagainya, dengan kapasitas yang
sesuai. Tanah harus dipisahkan terlebih dahulu dari bahan-bahan yang dapat
membahayakan, bebas dari segala bahan yang dapat membusuk, sisa bahan bangunan
dan atau mempengaruhi kepadatan urugan.

Pengurugan dilaksanakan sampai mencapai peil yang ditetapkan dan diratakan


sampai nantinya tidak akan timbul cacat-cacat seperti turunnya permukaan, bergelombang
dsb.

6) Dasar Pembayaran

Kuantitas timbunan yang diukur seperti diuraikan di atas, dalam jarak angkut berapapun
yang diperlukan, harus dibayar untuk per satuan pengukuran dari masing-masing
harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk Mata Pembayaran, dimana
harga tersebut harus sudah merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan, pemasokan,
penghamparan, pemadatan, penyelesaian akhir dan pengujian bahan, seluruh biaya lain
yang perlu atau biaya untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan ini.

BAB 3

PEKERJAAN STRUKTURAL

SEKSI 3.1

BETON

3.1.1 Uraian

1) Yang dimaksud dengan beton adalah campuran antara semen portland atau semen
hidraulik yang setara, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa
bahan tambahan membentuk massa padat.

2) Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini harus mencakup pelaksanaan seluruh
struktur beton bertulang, beton tanpa tulangan, beton prategang, beton pracetak
dan beton untuk struktur baja komposit, sesuai dengan spesifikasi dan gambar
rencana atau sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

3) Pekerjaan ini harus pula mencakup penyiapan tempat kerja untuk pengecoran
beton, pengadaan perawatan beton, lantai kerja dan pemeliharaan fondasi seperti
pemompaan atau tindakan lain untuk mempertahankan agar fondasi tetap kering.

4) Mutu beton yang digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan dalam
kontrak harus seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Mutu beton yang digunakan dalam kontrak ini
dibagi sebagai berikut:

Tabel 3.1.1 Mutu Beton dan


Penggunaan

Jenis fc’ bk’

2
Beton (MPa) (Kg/cm )
Uraian

Umumnya digunakan untuk beton bertulang seperti

pelat lantai, balok, kolom, gelagar beton bertulang,


Mutu sedang
diafragma, kereb beton pracetak, uditch beton
Umumya
bertulang, digunakan untuktanah,
struktur bawah struktur beton tanpa
perkerasan beton

Digunakan sebagai lantai kerja, penimbunan


10 ≤ x < 15 K125 ≤ x < K175

3.1.2 LINGKUP PEKERJAAN

1) Pekerjaan Beton Bertulang

a) Pondasi Telapak, Kaki Pondasi, Sloof, Kolom, Balok dan Plat Lantai Bangunan Gedung

2) Pekerjaan Beton Tidak Bertulang

a) Lantai Kerja Pondasi Pelapak

b) Lantai Kerja Lantai Dasar Beton Bertulang semua Bangunan

3.1.3 Standar Rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNI)

SNI 03-1968-1990 : Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan kasar.
SNI 03-1972-1990 : Metode pengujian slump beton.

SNI 03-1973-1990 : Metoda pengujian berat isi beton.

SNI 03-1974-1990 : Metode pengujian kuat tekan beton.

SNI 03-2460-1991 : Spesifikasi abu terbang sebagai bahan tambahan untuk campuran beton.

SNI 03-2491-1991 : Metode pengujian kuat tarik belah beton.

SNI 03-2493-1991 : Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium.

SNI 03-2495-1991 : Spesifikasi bahan tambahan untuk beton.

SNI 03-2816-1992 : Metode pengujian kotoran organik dalam pasir untuk campuran mortar dan
beton.

SNI 03-3403-1994 : Metode pengujian kuat tekan beton inti pemboran.

SNI 03-3418-1994 : Metode pengujian kandungan udara pada beton segar.

SNI 03-3976-1995 : Tata cara pengadukan dan pengecoran beton.

SNI 03-4141-1996 : Metode pengujian gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah
dalam agregat.

SNI 03-4142-1996 : Metode pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan

No.200 (0,075 mm).

SNI 03-4156-1996 : Metode pengujian bliding dari beton segar. SNI 03-4433-1997 : Spesifikasi
beton siap pakai.

SNI 03-4806-1998 : Metode pengujian kadar semen portland dalam beton segar dengan
cara titrasi volumetri

SNI 03-4807-1998 : Metode pengujian untuk menentukan suhu beton segar semen
portland.

SNI 03-4808-1998 : Metode pengujian kadar air dalam beton segar dengan cara titrasi
volumetri.

SNI 03-4810-1998 : Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di lapangan. SNI 03-
2834-2000 : Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal.

SNI 03-6429-2000 : Metode pengujian kuat tekan beton silinder dengan cetakan silinder di
dalam tempat cetakan.

SNI 03-2492-2002 : Metode pengambilan dan pengujian beton inti.

SNI 03-6817-2002 : Metode pengujian mutu air untuk digunakan dalam beton. SNI 03-6889-
2002 : Tata cara pengambilan contoh agregat.
SNI 15-2049-2004 : Semen portland.

SNI 15-7064-2004 : Semen portland komposit. SNI 15-0302-2004 : Semen portland pozzolan.

SNI 2417:2008 : Metode pengujian keausan agregat dengan mesin Los Angeles. SNI
2458:2008 : Metode pengambilan contoh untuk campuran beton segar.

SNI 3407:2008 : Metode pengujian sifat kekekalan bentuk agregat terhadap larutan
natrium sulfat dan magnesium sulfat.

Pd T–07–2005-B : Pelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan Baja.

American Society for Testing and Materials (ASTM) :

ASTM C 403-90 : Time of Setting of Concrete Mixtures by Penetration Resistance

ASTM C 33-93 : Standard Spesification for Concrete Aggregates.

ASTM C 989-95 : Spesification for Ground Granulated Blast Furnace Slag for use in

Concrete and Mortars.

American Concrete Institute (ACI) :

ACI 363R-92 : State-of-the-art on High-Strength Concrete

ACI 305R-99 : Hot Weather Concreting

3.1.4 BAHAN

1) Semen

a) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen Portland tipe I, II,
III, IV, dan V yang memenuhi SNI 15-2049-2004 tentang Semen Portland.

b) Semen tipe IA (Semen Portland tipe I dengan air-entraining agent ), IIA (Semen
Portland tipe II dengan air-entraining agent), IIIA (Semen Porgtland tipe III dengan
air-entraining agent), PPC (Portland Pozzolan Cement), dan PCC (Portland Composite
Cement) dapat digunakan apabila diizinkan oleh Direksi Pekerjaaan. Apabila hal
tersebut diizinkan, maka Penyedia Jasa harus mengajukan kembali rancangan
campuran beton sesuai dengan merek semen yang digunakan.

c) Di dalam satu proyek hanya dapat digunakan satu merek semen, kecuali jika diizinkan
oleh Direksi Pekerjaan. Apabila hal tersebut diizinkan, maka Penyedia Jasa harus
mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merek semen yang
digunakan.
2) Air

Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula
atau organik. Air harus diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan dalam SNI
03-6817-2002 tentang Metode pengujian mutu air untuk digunakan dalam beton. Apabila
timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan karena sesuatu sebab pengujian
air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan perbandingan pengujian
kuat tekan mortar semen dan pasir standar dengan memakai air yang diusulkan dan
dengan memakai air murni hasil sulingan. Air yang diusulkan dapat digunakan apabila
kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 (tujuh) hari dan 28 (dua puluh
delapan) hari mempunyai kuat tekan minimum 90% dari kuat tekan mortar dengan air
suling untuk periode umur yang sama. Air yang diketahui dapat diminum dapat
digunakan.

3) Agregat

a) Ketentuan Gradasi Agregat

i) Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalam
Tabel 3.2. tetapi atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bahan yang tidak memenuhi
ketentuan gradasi tersebut masih dapat digunakan apabila memenuhi sifat-sifat
campuran yang disyaratkan dalam Butir 3.2 dan 3.3 yang dibuktikan oleh hasil
campuran percobaan.

Tabel 3.1.2. Ketentuan Gradasi Agregat

Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran

Inci Standar Halus


maks. maks. maks. maks. maks.

ii)

Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat terbesar tidak lebih dari ¾
jarak bersih minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-
celah lainnya dimana beton harus dicor.

b) Sifat-sifat Agregat
i) Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari
pemecahan batu atau koral, atau dari penyaringan dan pencucian (jika perlu)
kerikil dan pasir sungai.

ii) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 tentang Metode pengujian kotoran organik
dalam pasir untuk campuran mortar dan beton, dan harus memenuhi sifat-sifat
lainnya yang diberikan dalam Tabel 7.1.2.(2) bila contoh-contoh diambil dan
diuji sesuai dengan prosedur yang berhubungan.

iii) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian

SNI 03-2816-1992 tentang Metode pengujian kotoran organik dalam pasir untuk
campuran.

Tabel 3.1.3. Ketentuan Mutu Agregat

Sifat-sifat Metode Pengujian Batas Maksimum yang diizinkan untuk Agregat


Halus Kasar
SNI 2417:2008 -
mesin Los Angeles
SNI 3407:2008 10% - natrium 12% - natrium

atau magnesium sulfat 15% - magnesium 18% - magnesium

partikel yang mudah 1996


pecah 5% untuk kondisi
No.200. 1996
umum, 3% untuk
kondisi permukaan

4) Bahan Tambah

yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja beton dapat berupa bahan kimia,
bahan mineral atau hasil limbah yang berupa serbuk pozzolanik sebagai bahan pengisi
pori dalam campuran beton.

a) Bahan kimia

Bahan tambahan yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran beton
dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen selama proses pengadukan atau
selama pelaksanaan pengadukan tambahan dalam pengecoran beton. Ketentuan
mengenai bahan tambahan ini harus mengacu pada SNI 03-2495-1991.Untuk tujuan
peningkatan kinerja beton segar, bahan tambahan campuran beton dapat digunakan
untuk keperluan-keperluan : meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa
menambah air; mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa
mengurangi kelecakan; mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton;
memperlambat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton; meningkatkan kinerja
kemudahan pemompaan beton; mengurangi kecepatan terjadinya kehilangan
slump (slump loss); mengurangi susut beton atau memberikan sedikit pengembangan
volume beton (ekspansi); mengurangi terjadinya bliding (bleeding); mengurangi
terjadinya segregasi.

Untuk tujuan peningkatan kinerja beton sesudah mengeras, bahan tambahan


campuran beton bisa digunakan untuk keperluan-keperluan : meningkatkan kekuatan
beton (secara tidak langsung); meningkatkan kekuatan pada beton muda;
mengurangi atau memperlambat panas hidrasi pada proses pengerasan beton,
terutama untuk beton dengan kekuatan awal yang tinggi; meningkatkan kinerja
pengecoran beton di dalam air atau di laut; meningkatkan keawetan jangka panjang
beton; meningkatkan kekedapan beton (mengurangi permeabilitas beton);
mengendalikan ekspansi beton akibat reaksi alkali agregat; meningkatkan daya lekat
antara beton baru dan beton lama; meningkatkan daya lekat antara beton dan baja
tulangan; meningkatkan ketahanan beton terhadap abrasi dan tumbukan.Apabila
menggunakan bahan tambahan yang dapat menghasilkan gelembung udara, maka
gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh lebih dari 5%. Penggunaan jenis bahan
tambahan kimia untuk maksud apapun harus berdasarkan hasil pengujian laboratorium
yang menyatakan bahwa hasilnya sesuai dengan persyaratan dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.

b) Mineral

Mineral yang berupa bahan tambahan atau bahan limbah dapat berbentuk abu
terbang (fly ash), pozzolan, mikro silica atau silica fume. Apabila digunakan bahan
tambahan berupa abu terbang, maka bahan tersebut harus sesuai dengan standar
spesifikasi yang ditentukan dalam SNI 03-2460-1991 tentang Spesifikasi abu terbang
sebagai bahan tambahan untuk campuran beton.

Penggunaan jenis bahan tambahan mineral untuk maksud apapun harus berdasarkan
hasil pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa hasilnya sesuai dengan
persyaratan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

3.1.5 PENCAMPURAN DAN PENAKARAN

1) Ketentuan Sifat-sifat Campuran

a) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kelecakan


(slump), kekuatan (strength), dan keawetan (durability) yang dibutuhkan
sebagaimana disyaratkan.

b) Bilamana pengujian beton pada umur yang lebih awal sebelum 28 hari menghasilkan
kuat beton di bawah kekuatan yang disyaratkan, maka Penyedia Jasa tidak
diperkenankan mengecor beton lebih lanjut sampai penyebab dari hasil yang
rendah tersebut dapat diketahui dengan pasti dan sampai telah diambil tindakan-
tindakan yang menjamin bahwa produksi beton memenuhi ketentuan yang
disyaratkan dalam Spesifikasi.

c) Apabila kuat tekan beton berumur 28 hari tidak memenuhi ketentuan yang
disyaratkan, maka harus diambil tindakan mengikuti ketentuan menurut Pasal
7.1.6.3).i) dan Pasal7.1.6.3).j)

d) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat


mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton.

2) Penyesuaian Campuran

a) Penyesuaian Sifat Kelecakan (Workability)

Apabila sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula dirancang
sulit diperoleh, maka Penyedia Jasa boleh melakukan perubahan rancangan agregat,
dengan syarat dalam hal apapun kadar semen yang semula dirancang tidak berubah,
juga rasio air/semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian yang
menghasilkan kuat tekan yang memenuhi tidak dinaikkan. Pengadukan kembali
beton yang telah dicampur dengan cara menambah air atau oleh cara lain tidak
diizinkan.Bahan tambahan (aditif) untuk meningkatkan sifat kelecakan hanya
diijinkan bila secara khusus telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

b) Penyesuaian Kekuatan

Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, atas persetujuan


Direksi Pekerjaan kadar semen dapat ditingkatkan asalkan tidak melebihi batas
kadar semen maksimum karena pertimbangan panas hidrasi. Cara lain
dapat juga dengan menurunkan rasio air/semen dengan pemakaian bahan
tambahan jenis plasticizer yang berfungsi untuk meningkatkan kinerja kelecakan
adukan beton tanpa menambah air atau mengurangi penggunaan air dalam
campuran beton tanpa mengurangi kelecakan adukan beton.

c) Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru

Peubahan sumber atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa


pemberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan. Bahan baru tidak boleh
digunakan sampai Direksi Pekerjaan menerima bahan tersebut secara tertulis
dan menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil pengujian campuran
percobaan baru yang dilakukan oleh Penyedia Jasa.

d) Bahan Tambahan

Bila untuk penyesuaian campuran perlu menggunakan bahan tambahan, maka


dalam pelaksanaannya harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

3) Penakaran Bahan
a) Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan semen
kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas
semen yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau kebulatan dari
jumlah zak semen. Agregat harus diukur beratnya secara terpisah. Ukuran setiap
penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat pencampur.

b) Untuk mutu beton fc’ > 20 Mpa atau K250 seluruh komponen bahan beton harus
ditakar menurut berat. Untuk mutu beton fc’ < 20 MPa atau K250 diizinkan
ditakar menurut volume sesuai SNI 03-3976-1995. Bila digunakan semen kemasan
dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang
digunakan adalah setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak
semen. Agregat harus ditimbang beratnya secara terpisah. Ukuran setiap
penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat pencampur.

c) Penakaran agregat dan air harus dilakukan dengan basis kondisi agregat jenuh
kering permukaan (JKP). Untuk mendapatkan kondisi agregat yang jenuh kering
permukaan dapat dilakukan dengan cara menyemprot tumpukan agregat yang
akan digunakan dengan air paling sedikit 12 (dua belas) jam sebelum penakaran.
Apabila agregat tidak dalam kondisi jenuh kering permukaan, maka harus
diadakan perhitungan koreksi penakaran berat air dan agregat dengan

menggunakan data resapan dan kadar air agregat lapangan. Sedangkan apabila
ditakar menurut volume, maka harus memeperhitungkan faktor
Faktor Pengembangan , %

pengembangan (bulking factor) agregat halus seperti ditunjukkan dalam

Gambar 3.1

Kasa

adar Air Permukaan (Moisture Content), % (= Kadar Air-Resapan)

Gambar 3.1.1 Faktor Pengembangan Agregat Halus

4) Pencampuran

a) Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan
ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang merata dari seluruh
bahan.

b)Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur yang
akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap
penakaran.
c)Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen yang telah
ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan

d) Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam
campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus dimasukkan sebelum
waktu pencampuran telah berlangsung seperempat bagian. Waktu pencampuran
untuk mesin berkapasitas ¾ m3 atau kurang haruslah 1,5 menit; untuk mesin yang
lebih besar waktu harus ditingkatkan 15

detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.

e) Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan


dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual, sedekat mungkin
dengan tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran beton dengan cara
manual harus dibatasi pada beton non-struktural.

3.1.6 PELAKSANAAN PENGECORAN

1) Penyiapan Tempat Kerja

a) Penyedia Jasa harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan beton yang
baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan
beton yang baru.

b) Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi
untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

c) Seluruh telapak pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga
agar senatiasa kering dan beton tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur atau
bersampah atau di dalam air. Atas persetujuan Direksi beton dapat dicor di dalam air
dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti pada dasar sumuran
atau cofferdam.

d) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang
harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah dipasang
dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.

e) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk pondasi
sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan atau pengecoran beton
dan dapat meminta Penyedia Jasa untuk melaksanakan pengujian penetrasi ke dalaman
tanah keras, pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup
tidaknya daya dukung dari tanah di bawah pondasi. Bilamana dijumpai kondisi tanah
dasar pondasi yang tidak memenuhi ketentuan, Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk
mengubah dimensi atau ke dalaman dari pondasi dan/atau menggali dan mengganti
bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau melakukan tindakan
stabilisasi lainnya sebagai-mana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

2) Acuan

a) Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus dibentuk dari galian,
dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai dimensi
yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran
beton.

b) Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari adukan yang
kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran,
pemadatan dan perawatan.

c) Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk permukaan akhir
struktur yang tidak terekspos, tetapi kayu yang diserut dengan tebal yang merata harus
digunakan untuk permukaan beton yang terekspos. Seluruh sudut-sudut tajam Acuan
harus dibulatkan.

d) Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.

3) Pengecoran

a) Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit 24
jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton
bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus
meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran
beton.Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut
dan akan memeriksa acuan, dan tulangan dan dapat mengeluarkan persetujuan tertulis
maupun tidak.untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan.
Penyedia Jasa tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis
dari Direksi Pekerjaan.

b) Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk memulai


pengecoran, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bilamana Direksi Pekerjaan atau
wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara
keseluruhan.

c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau
diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas.

d) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor sampai
posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau dalam waktu
yang lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting time) semen yang
digunakan, kecuali diberikan bahan tambahan (aditif) untuk memperlambat proses
pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi.

e) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan


konstruksi

(construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.

f) Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel kasar dan
halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang
dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran yang tidak boleh
melampaui satu meter dari tempat awal pengecoran.

g) Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang rumit
dan penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-lapisan horisontal
dengan tebal tidak melampuai 15 cm. Untuk dinding beton, tinggi pengecoran dapat 30 cm
menerus sepanjang seluruh keliling struktur.

h) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari 150
cm.

Beton tidak boleh dicor langsung dalam air.

Bilamana beton dicor di dalam air dan pemompaan tidak dapat dilakukan dalam waktu 48
jam setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan metode Tremi atau
metode drop-bottom-bucket, dimana bentuk dan jenis yang khusus digunakan untuk
tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.Tremi harus kedap air
dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga memung-kinkan pengaliran beton.
Tremi harus selalu diisi penuh selama pengecoran. Bilamana aliran beton terhambat
maka Tremi harus ditarik sedikit dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum pengecoran
dilanjutkan. Baik Tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran beton
di bawah permukaan beton yang telah dicor sebelumnya

i) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran beton
yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran beton yang baru.

j) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan dicor,
harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh
dan telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton baru ini,
bidang-bidang kontak beton lama harus disapu dengan adukan semen dengan
campuran yang sesuai dengan betonnya

k) Air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan beton dalam
waktu 24 jam setelah pengecoran.

4) Sambungan Konstruksi (Construction Joint)


a) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis struktur
yang diusulkan dan Direksi Pekerjaan harus menyetujui lokasi sambungan konstruksi pada
jadwal tersebut, atau sambungan konstruksi tersebut harus diletakkan seperti yang
ditunjukkan pada Gambar. Sambungan konstruksi tidak boleh ditempatkan pada
pertemuan elemen- elemen struktur terkecuali disyaratkan demikian.

b) Sambungan konstruksi pada tembok sayap harus dihindari. Semua sambungan


konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya harus
diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.

c) Bilamana sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus


melewati sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur tetap monolit.

d) Lidah alur harus disediakan pada sambungan konstruksi dengan ke dalaman paling
sedikit 4 cm untuk dinding, pelat dan antara telapak pondasi dan dinding. Untuk pelat yang
terletak di atas permukaan, sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian sehingga
pelat-pelat. mempunyai luas tidak melampaui 40 m2, dengan dimensi yang lebih besar
tidak melampaui

1,2 kali dimensi yang lebih kecil.

e) Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan tambahan sebagaimana


yang diperlukan untuk membuat sambungan konstruksi tambahan bilamana pekerjaan
terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan
beton atau penghentian pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan.

f) Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bahan tambahan (aditif) dapat digunakan


untuk pelekatan pada sambungan konstruksi, cara pengerjaannya harus sesuai dengan
petunjuk pabrik pembuatnya.

g) Pada air asin atau mengandung garam, sambungan konstruksi tidak diperkenankan
pada tempat-tempat 75 cm di bawah muka air terendah atau 75 cm di atas muka air
tertinggi kecuali ditentukan lain dalam Gambar.

5) Pemadatan

a) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar yang
telah disetujui. Bilamana diperlukan, dan bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat yang cocok
untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai. Penggetar tidak boleh digunakan
untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam cetakan.

b) Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan bahwa
semua sudut dan di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar diisi tanpa pemindahan
kerangka penulangan, dan setiap rongga udara dan gelembung udara terisi.

c) Penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan pema-datan


yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi pada agregat.
d) Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-kurang-nya
5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas acuan
supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.

e) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis pulsating
(berdenyut) dan harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000 putaran per
menit apabila digunakan pada beton yang mempunyai slump 2,5 cm atau kurang, dengan
radius daerah penggetaran tidak kurang dari 45 cm.

f) Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam beton basah
secara vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai ke dasar beton
yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh keda-laman pada

bagian tersebut. Alat penggetar kemudian harus ditarik pelan-pelan dan dimasukkan
kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya. Alat penggetar tidak boleh
berada pada suatu titik lebih dari 30 detik, juga tidak boleh digunakan untuk memindah
campuran beton ke lokasi lain, serta tidak boleh menyentuh tulangan beton.boleh
dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau ditempatkan secara berlebihan yang
dikhawatirkan akan merusak bentuk acuan atau pasangan-pasangan lain yang
berdekatan. Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum ditempatkan.
Volume total batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total volume pekerjaan
beton siklop.Untuk dinding-dinding penahan tanah atau pilar yang lebih tebal dari 60
cm dapat digunakan batu-batu pecah berukuran maksimum 25 cm, tiap batu harus cukup
dilindungi dengan adukan beton setebal 15 cm; batu pecah tidak boleh lebih dekat
dari 30 cm dalam jarak terhadap permukaan atau 15 cm dalam jarak terhadap
permukaan yang akan dilindungi dengan beton penutup (caping).

3.1.7 PENGERJAAN AKHIR

1) Pembongkaran Acuan

a) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis dan struktur
yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton. Cetakan yang ditopang oleh
perancah di bawah pelat, balok, gelegar, atau struktur busur, tidak boleh dibongkar
hingga pengujian menunjukkan bahwa paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan
beton telah dicapai.

b) Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk pekerjaan


ornamen, sandaran (railing), dinding pemisah (parapet), dan permukaan vertikal yang
terekspos harus dibongkar dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan
tidak lebih dari 30 jam, tergantung pada keadaan cuaca.

2) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)

a) Terkecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera


setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang telah
diguna-kan untuk memegang cetakan, dan cetakan yang melewati badan beton, harus
dibuang atau dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan beton.
Tonjolan mortar dan ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh sambungan cetakan
harus dibersihkan.

b) Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah pembong-


karan acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas kekurangsempurnaan minor
yang tidak akan mempengaruhi struktur atau fungsi lain dari pekerjaan beton.
Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan
semen.

c) Bilaman Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat keropos,


pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound), membentuk
permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus dibasahi
dengan air dan adukan semen acian (semen dan air, tanpa pasir) harus dioleskan pada
permukaan lubang. Lubang harus selanjutnya diisi dan ditumbuk dengan adukan
yang kental yang terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian pasir, yang
harus dibuat menyusut sebelumnya dengan mencampurnya kira-kira 30 menit
sebelum dipakai.

3) Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)

Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut ini, atau
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan :

a) Bagian atas pelat, kerb, permukaan trotoar, dan permukaan horisontal lainnya
sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru dengan
mistar bersudut untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera
setelah pengecoran beton dan harus diselesaikan secara manual sampai halus dan
rata dengan menggerakkan perata kayu secara memanjang dan melintang, atau
oleh cara lain yang cocok, sebelum beton mulai mengeras.

b) Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk trotoar, harus
sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara lain sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sebelum beton mulai mengeras.

c) Permukaan bukan horisontal yang nampak, yang telah ditambal atau yang masih belum
rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium), dengan
menempatkan sedikit adukan semen pada permukaannya. Adukan harus terdiri dari
semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan untuk
pengerjaan akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan sampai seluruh tanda
bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi, serta diperoleh
permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan ini harus dibiarkan
tertinggal di tempat.

4) Perawatan Dengan Pembasahan


a) Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini, tempe-
ratur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan
kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif
tetap dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana
mestinya pada semen dan pengerasan beton.

b) Beton harus dirawat, sesegera mungkin setelah beton mulai mengeras,


dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan
penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 3 hari.
Semua bahan perawat atau lembaran bahan penyerap air harus dibebani atau
diikat ke bawah untuk mencegah permukaan yang terekspos dari aliran udara.

Bilamana digunakan acuan kayu, acuan tersebut harus dipertahankan basah pada
setiap saat sampai dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan-
sambungan dan pengeringan beton. Lalu lintas tidak boleh diperkenankan melewati
permukaan beton dalam 7 hari setelah beton dicor atau setelah beton
mencapai kekuatan minimum yang disyaratkan.

c) Lantai beton sebagai lapis aus harus dirawat setelah permukaannya mulai
mengeras dengan cara ditutup oleh lapisan pasir lembab setebal 5 cm paling sedikit
selama 21 hari atau setelah beton mencapai kekuatan minimum yang disyaratkan.

d) Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang
tinggi atau beton yang dibuat dengan semen biasa yang ditambah bahan
tambahan (aditif), harus dibasahi sampai kekuatanya mencapai 70 % dari kekuatan
rancangan beton berumur 28 hari atau setelah beton mencapai kekuatan minimum
yang disyaratkan.

5) Perawatan dengan Uap

Beton dirawat dengan uap untuk maksud mendapatkan kekuatan yang


tinggi pada permulaannya. Bahan tambahan (aditif) tidak diperkenankan untuk
dipakai dalam hal ini kecuali atas persetujuan Direksi Pekerjaan.perawatan dengan
uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu dimana beton telah
mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari atau setelah beton
mencapai kekuatan minimum yang disyaratkan. Perawatan dengan uap untuk
beton harus mengikuti ketentuan di bawah ini:

a) Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi tekanan di
luar.

b) Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi 380C
selama sampai 2 jam sesudah pengecoran selesai, dan kemudian temperatur dinaikkan
berangsur-angsur sehingga mencapai 65 0C dengan kenaikan temperatur maksimum
140C / jam secara ber-sama-sama.
c) Beda temperatur yang diukur di antara dua tempat di dalam ruang uap tidak
boleh melampaui 5,5 0C.

d) Penurunan temperatur selama pendinginan tidak boleh lebih dari 110C per jam.

e) Temperatur beton pada saat dikeluarkan dari penguapan tidak boleh 110C lebih
tinggi dari temperatur udara di luar.

f) Setiap saat selama perawatan dengan uap, di dalam ruangan harus selalu jenuh
dengan uap air.

g) Semua bagian struktural yang mendapat perawatan dengan uap harus dibasahi
minimum selama 4 hari sesudah selesai perawatan uap tersebut.Penyedia Jasa harus
membuktikan bahwa peralatannya bekerja dengan baik dan temperatur di dalam
ruangan perawatan dapat diatur sesuai dengan ketentuan dan tidak tergantung dari
cuaca luar.Pipa uap harus ditempatkan sedemikian atau balok harus dilindungi
secukupnya agar beton tidak terkena langsung semburan uap, yang akan
menyebabkan perbedaan temperatur pada bagian- bagian beton.

3.1.8 PENGENDALIAN MUTU DI LAPANGAN

1) Penerimaan Bahan

Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambahan bila diperlukan) harus
diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis yang
menunjukkan bahwa bahan-bahan tersebut telah sesuai dengan ketentuan
persyaratan bahan. Apabila bahan-bahan yang dibutuhkan jumlahnya cukup banyak
dengan pengiriman yang terus menerus, maka dengan perintah Direksi Pekerjaan, untuk
agregat kasar dan agregat halus Penyedia Jasa harus melakukan pengujian bahan secara
berkala selama pelaksanaan dengan interval maksimum 1000 m3 untuk gradasi dan
maksimum 5000 m3 untuk abrasi,

sedangkan untuk bahan semen dengan interval setiap maksimum pengiriman 300 ton.
Tetapi apabila menurut Direksi Pekerjaan terdapat indikasi perubahan mutu atau sifat
bahan yang akan digunakan, maka Penyedia Jasa harus segera melakukan pengujian
bahan kembali sebelum bahan tersebut digunakan.

2) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)

Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap adukan beton yang dihasilkan dan dilakukan
sesaat sebelum pengecoran, dan pengujian harus dianggap belum dikerjakan
terkecuali disaksikan oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya. Campuran beton yang tidak
memenuhi ketentuan kelecakan seperti yang diusulkan tidak boleh digunakan pada
pekerjaan, terkecuali bila Direksi Pekerjaan dalam beberapa hal menyetujui
penggunaannya secara terbatas dan secara teknis mutu beton tetap bisa dijaga.
Kelecakan (workability) dan tekstur campuran harus sedemikian rupa sehingga beton
dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga, celah, gelembung udara atau
gelembung air, dan sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan
diperoleh permukaan yang rata, halus dan padat.

3) Pengujian Kuat Tekan

a) Penyedia Jasa harus mendapatkan sejumlah hasil pengujian kuat tekan benda uji
beton dari pekerjaan beton yang dilaksanakan. Setiap hasil adalah nilai rata-rata dari dua
nilai kuat tekan benda uji dalam satu set benda uji (1 set = 3 buah benda uji ), yang selisih
nilai antara keduanya 5% untuk satu umur, untuk setiap kuat tekan beton dan untuk
setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran.

b) Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus menyediakan
benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm atau kubus
150 x

150 x 150 mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI 03-4810-1998. Benda uji tersebut

harus dicetak bersamaan dan diambil dari beton yang akan dicorkan, dan kemudian
dirawat sesuai dengan perawatan yang dilakukan di laboratorium.

c) Untuk keperluan evaluasi mutu beton sebagai dasar pembayaran harus


menggunakan data hasil uji kuat tekan beton sesuai dengan umur yang
ditetapkan dalam Kontrak. Hasil-hasil pengujian pada umur yang selain dari yang
ditetapkan dalam Kontrak hanya boleh digunakan untuk keperluan selain dari
tujuan evaluasi mutu beton sebagai dasar pembayaran. Nilai-nilai perbandingan
kekuatan yang digunakan untuk keperluan ini harus disesuaikan dengan grafik
perkembangan kuat tekan campuran sebagai fungsi waktu.

d) Untuk pencampuran secara manual, maka pada pekerjaan beton dengan jumlah
masing- masing mutu beton 60 m3 harus diperoleh satu hasil uji untuk setiap maksimum
5 m3 beton pada interval yang kira-kira sama, dengan minimum satu hasil uji tiap hari.
Dalam segala hal jumlah hasil pengujian tidak boleh kurang dari empat hasil untuk
masing- masing umur. Apabila pekerjaan beton mencapai jumlah 60 m3, maka untuk
setiap maksimum 10 m3 beton berikutnya setelah jumlah 60 m3 tercapai harus
diperoleh satu

hasil uji.

e) Untuk pengecoran hasil produksi ready mix, maka pada pekerjaan beton dengan
jumlah masing-masing mutu 60 m3 harus diperoleh satu hasil uji untuk setiap maksimum
15 m3 beton pada interval yang kira-kira sama, dengan minimum satu hasil uji tiap hari.
Dalam segala hal jumlah hasil pengujian tidak boleh kurang dari empat. Apabila pekerjaan
beton mencapai jumlah 60 m3, maka untuk setiap maksimum 20 m3 beton berikutnya
setelah jumlah 60 m3 tercapai harus diperoleh satu hasil uji.

f) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan
yang disyaratkan dalam Tabel dibawah atau yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan
Tabel 3.1.4 Ketentuan Kuat Tekan

2
Mutu Beton Kuat Tekan Karakteristik (kg/cm )
fc’ ’bk Benda Uji Silinder Benda Uji Kubus

50 K600 500 600


45 K500 450 500
40 K450 400 450
35 K400 350 400
30 K350 300 350
25 K300 250 300
20 K250 200 250
15 K175 150 175
10 K125 100 125

3.1.9 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Cara Pengukuran

a) Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik pekerjaan beton yang digunakan dan
diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada gambar kerja atau yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Tidak ada pengurangan yang akan dilakukan untuk
volume yang ditempati oleh pipa dengan garis tengah kurang dari 200 mm atau oleh
benda lainnya yang tertanam seperti "water stop", baja tulangan, selongsong pipa
(conduit) atau lubang sulingan (weephole).

b) Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan untuk acuan,
perancah untuk balok dan lantai pemompaan, penyelesaian akhir permukaan,
penyediaan pipa sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya untuk penyelesaian pekerjaan
beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut telah dianggap termasuk dalam harga
penawaran untuk pekerjaan beton.

c) Kuantitas bahan untuk lantai kerja, bahan drainase porous, baja tulangan dan mata
pembayaran lainnya yang berhubungan dengan struktur yang telah selesai dan diterima
akan diukur untuk dibayarkan seperti disyaratkan pada Seksi lain dalam spesifikasi ini.
Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai beton struktur atau
beton tidak bertulang. Beton struktur harus beton yang disyaratkan atau disetujui oleh
Direksi Pekerjaan sebagai fc’=20 MPa atau K-250 atau lebih tinggi dan beton tak
bertulang harus beton yang disyaratkan atau disetujui untuk fc’=15 MPa atau K-175 atau
fc’=10 MPa atau K-125. Apabila beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih tinggi
diperkenankan untuk digunakan di lokasi untuk mutu (kekuatan) beton yang lebih rendah,
maka volumenya harus diukur sebagai beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih rendah.

d) Apabila pekerjaan telah diperbaiki, kuantitas yang akan diukur untuk pembayaran harus
sejumlah yang harus dibayar jika pekerjaan semula telah memenuhi ketentuan.

e) Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan kadar semen
atau setiap bahan tambahan, juga tidak untuk tiap pengujian atau pekerjaan tambahan atau
bahan pelengkap lainnya yang diperlukan untuk mencapai mutu yang disyaratkan untuk
pekerjaan beton

2) Dasar Pembayaran

Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan sebagaimana
yang disyaratkan di atas, akan dibayar pada harga kontrak untuk mata
pembayaran dan menggunakan satuan pengukuran yang ditunjukkan di bawah dan dalam
daftar kuantitas.Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam mata pembayaran lain,
termasuk "water stop", lubang sulingan, acuan, perancah untuk pencampuran,
pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan beton, dan untuk semua biaya lainnya
yang perlu dan lazim untuk penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana mestinya, yang
diuraikan dalam seksi ini.

SEKSI 3.2

BAJA TULANGAN

1) Uraian

Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan


sesuai dengan Spesifikasi dan Gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.

2) Standar Rujukan

SNI 07-6401-2000 : Spesifikasi Kawat Baja dengan Proses Canay Dingin untuk
Tulangan Beton.

SNI 03-6812-2002 : Spesifikasi Anyaman Kawat Baja Polos yang Dilas untuk Tulangan
Beton.

SNI 03-6816-2002 : Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton.

AASHTO M31M - 90 : Deformed and Plain Billet-Steel Bar for Concrete Rein-forcement.

AWS D 2.0 : Standards Specifications for Welded Highway and Railway Bridges.

3) Toleransi

a) Toleransi untuk fabrikasi harus seperti yang disyaratkan dalam SNI 03-6816-2002.

b) Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang menutup
bagian luar baja tulangan adalah sebagai berikut :
i) 3,5 cm untuk beton yang tidak terekspos langsung dengan udara atau
terhadap air tanah atau terhadap bahaya kebakaran;

ii) Seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 3.2 untuk beton yang terendam/
tertanam atau terekspos langsung dengan cuaca atau timbunan tanah
tetapi masih dapat diamati untuk pemeriksaan;

iii) 7,5 cm untuk seluruh beton yang terendam/tertanam dan tidak bisa dicapai,
atau untuk beton yang tak dapat dicapai yang bila keruntuhan akibat karat
pada baja tulangan dapat menyebabkan berkurangnya umur atau
struktur, atau untuk beton yang ditempatkan langsung di atas tanah
atau batu, atau untuk beton yang berhubungan langsung dengan kotoran
pada selokan atau cairan korosif lainnya.

Tebal Selimut Beton Minimum dari Baja Tulangan untuk Beton yang
Tidak Terekspos Tetapi Mudah Dicapai

Ukuran Batang Tulangan yang akan Tebal Selimut Beton Minimum


diselimuti
Batang 16 mm dan(mm)
lebih kecil (cm)
3,5
Batang 19 mm dan 22 mm 5,0
Batang 25 mm dan lebih besar 6,0

4) Penyimpanan dan Penanganan

a) Penyedia Jasa harus mengangkut tulangan ke tempat kerja dalam ikatan, diberi
label, dan ditandai dengan label logam yang menunjukkan ukuran batang,
panjang dan informasi lainnya sehubungan dengan tanda yang ditunjukkan
pada diagram tulangan.

b) Penyedia Jasa harus menangani serta menyimpan seluruh baja tulangan


sedemikian untuk mencegah distorsi, kontaminasi, korosi, atau kerusakan.

5) Pengajuan Kesiapan Kerja

a) Sebelum memesan bahan, seluruh daftar pesanan dan diagram


pembengkokan harus disediakan oleh Penyedia Jasa untuk mendapatkan
persetujuan dari Direksi Pekerjaan, dan tidak ada bahan yang boleh dipesan
sebelum daftar tersebut serta diagram pembengkokan disetujui.

b) Sebelum memulai pekerjaan baja tulangan, Penyedia Jasa harus


menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan daftar yang disahkan pabrik baja yang
memberikan berat satuan nominal dalam kilogram untuk setiap ukuran dan mutu
baja tulangan atau anyaman baja dilas yang akan digunakan dalam pekerjaan.
6) Mutu Pekerjaan dan Perbaikan Atas Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan

a) Persetujuan atas daftar pesanan dan diagram pembengkokan dalam segala


hal tidak membebaskan Penyedia Jasa atas tanggung jawabnya untuk
memastikan ketelitian dari daftar dan diagram tersebut. Revisi bahan yang
disediakan sesuai dengan daftar dan diagram, untuk memenuhi rancangan
dalam Gambar, harus atas biaya Penyedia Jasa.

b) Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak akan diijinkan dalam pekerjaan :

i) Panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi toleransi pembuatan yang
disyaratkan dalam SNI 03-6816-2002;

ii) Bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukkan pada Gambar atau Gambar Kerja

Akhir (Final Shop Drawing);

iii) Batang dengan penampang yang mengecil karena karat yang berlebih atau oleh sebab
lain.

c) Bilamana terjadi kesalahan dalam membengkokkan baja tulangan, batang


tulangan tidak boleh dibengkokkan kembali atau diluruskan tanpa persetujuan
Direksi Pekerjaan atau yang sedemikian sehingga akan merusak atau
melemahkan bahan. Pembengkokan kembali dari batang tulangan harus
dilakukan dalam keadaan dingin terkecuali disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan.
Dalam segala hal batang tulangan yang telah dibengkokkan kembali lebih dari
satu kali pada tempat yang sama tidak diijinkan digunakan pada Pekerjaan.
Kesalahan yang tidak dapat diperbaiki oleh pembengkokan kembali, atau
bilamana pembengkokan kembali tidak disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus
diperbaiki dengan mengganti seluruh batang tersebut dengan batang baru
yang dibengkokkan dengan benar dan sesuai dengan bentuk dan dimensi yang
disyaratkan.

d) Penyedia Jasa harus menyediakan fasilitas di tempat kerja untuk


pemotongan dan pembengkokan tulangan, baik jika melakukan pemesanan
tulangan yang telah dibengkokan maupun tidak, dan harus menyediakan
persediaan (stok) batang lurus yang cukup di tempat, untuk pembengkokan
sebagaimana yang diperlukan dalam memperbaiki kesalahan atau kelalaian.

7) Penggantian Ukuran Batang

Penggantian batang dari ukuran berbeda akan hanya diijinkan bila secara jelas
disahkan oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana baja diganti haruslah dengan luas
penampang yang sama dengan ukuran rancangan awal, atau lebih besar.

3.2.2 BAHAN

1) Baja Tulangan
a) Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang sesuai dengan
Gambar dan memenuhi Tabel dibawah ini :

Tabel 3.2.2 Tegangan Leleh Karakteristik Baja Tulangan

Mutu Sebutan Tegangan Leleh Karakteristik atau Tegangan Karakteristik yang


2
memberikan regangan tetap 0,2 (kg/cm )
U24 Baja Lunak 2.400
U39 Baja Keras 3.900

b) Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan pelat, anyaman
tulangan yang di las yang memenuhi SNI 03-6812-2002 dapat digunakan.

2) Tumpuan untuk Tulangan

Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan beton
pracetak dengan mutu fc’ 20 MPa seperti yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini,
terkecuali disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan. Kayu, bata, batu atau bahan lain tidak
boleh diijinkan sebagai tumpuan.

3) Pengikat untuk Tulangan

Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang memenuhi SNI
07-6401-2000.

3.2.3 PEMBUATAN DAN PENEMPATAN

1) Pembengkokan

a) Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja tulangan harus
dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur SNI 03-6816-2002, menggunakan
batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan, bengkokan-
bengkokan atau kerusakan. Bila pembengkokan secara panas di lapangan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan, tindakan pengamanan harus diambil untuk menjamin bahwa sifat-sifat
fisik baja tidak terlalu berubah banyak.

b) Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar harus dibengkok-kan dengan
mesin pembengkok.

2) Penempatan dan Pengikatan

a) Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan


kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan atau lapisan lain yang dapat
mengurangi atau merusak pelekatan dengan beton.
b) Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan dengan kebu-tuhan
selimut beton minimum yang disyaratkan dalam Pasal 7.3.1.(5) di atas, atau
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

c) Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga
tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat
(stirrup) terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.

d) Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang ditunjukkan
pada Gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan, terkecuali ditunjukkan pada
Gambar, tidak akan diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Setiap
penyambungan yang dapat disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan
setiap batang tidak terjadi pada penampang beton yang sama dan harus diletakkan pada
titik dengan tegangan tarik minimum.

e) Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang tumpang


tindih minimum haruslah 40 diameter batang dan batang tersebut harus diberikan
kait pada ujungnya.

f) Pengelasan pada baja tulangan tidak diperkenankan, terkecuali terinci dalam Gambar
atau secara khusus diijinkan oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis. Bilamana Direksi
Pekerjaan menyetujui pengelasan untuk sambungan, maka sambungan dalam hal
ini adalah sambungan dengan panjang penyaluran penuh yang memenuhi ketentuan dari
AWS D 2.0. Pendinginan terhadap pengelasan dengan air tidak diperkenankan.

g) Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan beton sehingga
tidak akan terekspos.

h) Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin, dengan
bagian tumpang tindih dalam sambungan paling sedikit satu kali jarak anyaman.
Anyaman harus dipotong untuk mengikuti bentuk pada kerb dan bukaan, dan harus
dihentikan pada sambungan antara pelat.Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan
terekspos untuk suatu waktu yang cukup lama, maka seluruh baja tulangan harus
dibersihkan dan diolesi dengan adukan semen acian (semen dan air saja).

i) Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan untuk memikul
perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk kegiatan bekerja atau
beban konstruksi lainnya.

3.2.4 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran untuk Pembayaran

a) Baja tulangan akan diukur dalam jumlah kilogram terpasang dan diterima oleh
Direksi Pekerjaan. Jumlah kilogram yang dipasang harus dihitung dari panjang
aktual yang dipasang, atau luas anyaman baja yang dihampar, dan satuan berat
dalam kilogram per meter panjang untuk batang atau kilogram per meter persegi luas
anyaman. Satuan berat yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan akan didasarkan atas
berat nominal yang disediakan oleh pabrik baja, atau bila Direksi Pekerjaan
memerintahkan, atas dasar pengujian penimbangan yang dilakukan Penyedia
Jasa pada contoh yang dipilih oleh Direksi Pekerjaan.

b) Penjepit, pengikat, pemisah atau bahan lain yang digunakan untuk


penempatan atau pengikatan baja tulangan pada tempatnya tidak akan
dimasukkan dalam berat untuk pembayaran.

c) Penulangan yang digunakan untuk gorong-gorong beton bertulang atau struktur


lain di mana pembayaran terpisah untuk struktur yang lengkap telah disediakan
dalam Seksi lain dari Spesifikasi ini, tidak boleh diukur untuk pembayaran menurut
Seksi ini.

2) Dasar Pembayaran

Jumlah baja tulangan yang diterima, yang ditentukan seperti yang diuraikan di atas,
harus dibayar pada Harga Penawaran Kontrak untuk Mata Pembayaran yang ditunjukkan
di bawah ini, dan terdaftar dalam Daftar Kuantitas, dimana pembayaran tersebut
merupa-kan kompensasi penuh untuk pemasokan, pembuatan dan pemasangan
bahan, termasuk semua pekerja, peralatan, perkakas, pengujian dan pekerjaan
pelengkap lain untuk menghasilkan pekerjaan yang memenuhi ketentuan.

Uraian Satuan Pengukuran

Baja Tulangan U24 Polos Kilogram

Baja Tulangan U39 Ulir Kilogram

SEKSI 3.3
BAJA STRUKTUR

3.3.1 UMUM

1) Uraian

a) Yang dimaksud dengan Baja Struktur adalah bahan struktur Baja baja seperti
Baja rangka baja, gelagar baja, gelagar baja komposit termasuk komponen gelagar
baja komposit seperti balok, pelat, baut, ring, diafragma yang digunakan sebagai
suatu komponen konstruksi Baja

b) Pekerjaan yang diatur dalam Seksi ini harus mencakup struktur baja dan bagian baja
dari struktur baja komposit, yang dilaksanakan memenuhi garis, kelandaian dan
dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar atau yang ditetapkan oleh Direksi
Pekerjaan. Pekerjaan ini terdiri atas pelaksanaan struktur baja baru, pelebaran dan
perbaikan dari struktur.

c) Pekerjaan ini juga akan mencakup penyediaan, fabrikasi, pemasangan, galvanisasi


dan pengecatan logam struktur sebagaimana yang disyaratkan dalam Spesifikasi
ini atau sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar. Logam struktur harus
meliputi baja struktur, paku keling, pengelasan, baja khusus dan campuran,
elektroda logam dan penempaan dan pengecoran baja. Pekerjaan ini harus
juga terdiri atas setiap pelaksanaan logam tambahan yang tidak disyaratkan
lain, semua sesuai dengan Spesifikasi ini dan dengan Gambar.

2) Pengendalian Mutu

a) Penerimaan Bahan

Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan


dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-
bahan yang telah diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan.

b) Mutu Bahan

Mutu bahan yang dipasok, kecakapan kerja dan hasil akhir harus dipantau
dan dikendalikan sebagaimana yang disyaratkan dalam Standar Rujukan.

3) Toleransi

a) Diameter Lubang

Lubang pada elemen utama : - 0,4 mm , + 1,2 mm

Lubang pada elemen sekunder : - 0,4 mm , + 1,8 mm

b) Alinyemen Lubang

Elemen utama, dibuat di bengkel : - 0,4 mm , + 0,4 mm


Elemen sekunder, dibuat di lapangan : - 0,6 mm , + 0,6 mm

c) Gelagar Lendutan Balik :

Penyimpangan dari lendutan balik (camber) yang disyaratkan (-0,2mm , +0,2mm) per
meter panjang balok atau (-6mm , +6mm) dipilih mana yang lebih kecil. Penyimpangan
lateral dari garis lurus di antara pusat-pusat landasan 0,1 mm per meter panjang balok
sampai suatu maksimum sebesar 3 mm.Penyimpangan lateral antara sumbu badan (web)
dan sumbu flens dalam gelagar susun : maksimum 3 mm.Kombinasi kelengkungan dan
kemiringan flens pada gelagar atau balok yang dilas akan ditentukan dengan pengukuran
penyimpangan kepala Baja flens terhadap bidang badan (web) pada pertemuan
sumbu badan (web) dengan permukaan luar dari pelat flens. Penyimpangan ini tidak
boleh melebihi 1/200 dari lebar flens total atau 3 mm, dipilih mana yang lebih besar.

Ketidakrataan dari landasan atau dudukan :

Ditempatkan pada penyuntikan (grouting) : maksimum 3,0 mm

Ditempatkan di atas baja, adukan liat : maksimum 0,25 mm.

Penyimpangan maksimum dari ketinggian yang disyaratkan untuk balok dan gelagar
yang di las, diukur pada sumbu badan (web), harus sebagaimana berikut ini :

Untuk ketinggian hingga 900 mm : - 3 mm , + 3 mm Untuk ketinggian di atas 900 mm


hingga 1,8 m : - 5 mm , + 5 mm Untuk ketinggian di atas 1,8 m : - 5 mm , + 8 mm.

d) Batang Sambungan Geser (Struts)

Penyimpangan maksimum terhadap garis lurus, termasuk dari masing-masing flens ke


segala arah : panjang / 1000 atau 3 mm, dipilih mana yang lebih besar

e) Permukaan Yang Dikerjakan Dengan Mesin

Penyimpangan permukaan bidang kontak yang dikerjakan dengan mesin tidak boleh
lebih dari 0,25 mm untuk permukaan yang dapat dipahat dalam suatu segiempat dengan
sisi 0,5 m

5) Standar Rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNI) :

SNI 07-0722-1989 : Baja Canai Panas Untuk Konstruksi Umum

SNI 07-3015-1992 : Baja Canai Panas Untuk Konstruksi Dengan Pengelasan

SNI 05-3065-1992 : Baut Kepala Segi Enam untuk Konstruksi dengan


Kekuatan Tinggi, Mempunyai Ukuran Lebar Kunci Besar dan Panjang Ulir Metrik Nominal
– Kelas C untuk Tingkat 8.8 dan 10.9

SNI 03-6764-2002 : Spesifikasi Baja Struktural.


AASHTO :

AASHTO M 164M-01 : High Strength Bolts for Structural Steel Joint

AASHTO 253M-96 : High-Strength Steel Bolt, Classes 10.9 and 10.9.3, for Structural
Steel Joints

AASHTO M 169-02 : Steel Bars, Carbon, Cold Finished, Standard Quality

AASHTO M 270M-04 : Carbon And High-strength Low-Alloy Structural Steel Shapes,


Plates, and

Bars and Quenched-and-Tempered Alloy Structural Steel Plates for Bridges

AASHTO M 111-04 : Zinc (Hot-DipGalvanized) Coatings on Iron and


Steel

Products

ASTM :

ASTM A233 : Mild Steel, Arc Welding Electrode

ASTM A307 : Mild Steel Bolts and Nuts (Grade A)

AWS D20 : Standard Specification for Welded Highway and Railway Bridges

6) Pengajuan Kesiapan Kerja

a) Penyedia Jasa harus menyerahkan laporan pengujian pabrik yang


menunjukkan kadar bahan kimia dan pengujian fisik untuk setiap mutu baja yang
digunakan dalam pekerjaan. Bilamana laporan pengujian pabrik ini tidak
tersedia maka Direksi Pekerjaan harus memerintahkan Penyedia Jasa untuk
melaksanakan pengujian yang diperlukan untuk menetapkan mutu dan sifat-
sifat lain dari baja pada suatu lembaga pengujian yang disetujui. Laporan
pengujian ini harus diserahkan dengan atau sebagai pengganti sertifikat
pabrik

b) 3 (tiga) salinan dari semua Gambar Kerja terinci yang disiapkan oleh atau
atas nama Penyedia Jasa harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan untuk
disetujui. Persetujuan ini tidak membebaskan tanggung jawab Penyedia Jasa
terhadap pekerjaan dalam Kontrak ini

c) Penyedia Jasa harus menyerahkan program dan metode pelaksanaan yang


diusulkan termasuk semua Gambar Kerja dan rancangan untuk pekerjaan
sementara yang diperlukan. Data yang diserahkan sebagaimana yang
diperlukan harus meliputi tanggal untuk kunjungan bengkel, pengiriman dan
pemasangan, usulan pembongkar struktur lama, metode pemasangan,
penunjang dan pengaku sementara untuk gelagar selama pemasangan, detail
sambungan dan penghubung, pengalihan lalu lintas pada atau di luar Baja lama
dan setiap keterangan yang berkaitan lainnya untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut

d) Penyedia Jasa harus memberitahu kepada Direksi Pekerjaan secara tertulis


sekurang- kurangnya 24 jam sebelum memulai pembongkaran struktur lama
atau pemasangan struktur baja yang baru

7) Penyimpanan Dan Perlindungan Bahan

a) Penyimpanan Bahan

Pekerjaan baja, baik fabrikasi di bengkel dan di lapangan, harus ditumpuk di atas
balok pengganjal atau landasan sedemikian rupa sehingga tidak bersentuhan
dengan tanah dan dengan suatu cara yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Bilamana pekerjaan baja ditumpuk dalam beberapa lapis, maka pengganjal untuk
semua lapis harus berada dalam satu garis

b) Perlindungan Bahan

Bahan harus dilindungi dari korosi, dan kerusakan lainnya dan harus tetap bebas
dari kotoran, minyak, gemuk, dan benda-benda asing lainnya. Perlindungan
korosi dapat dilakukan dengan galvanisasi dan atau pengecatan pada permukaannya

i) Galvanisasi

Semua komponen struktur baja termasuk komponen Gelagar Baja Komposit


termasuk balok, pelat, baut, ring, diafragma dan sejenisnya harus digalvanisasi
dengan sistem pencelupan panas sesuai dengan AASHTO M 111M-04 Zinc (Hot-
Dip Galvanized) Coatings on Iron and Steel Products

ii) Pengecatan

Permukaan yang akan dicat harus bersih dan bebas dari lemak, debu, produk
korosi, residu garam, dan sebagainya Apabila ditentukan lain maka sistem
proteksi dapat dilakukan dengan cara pengecatan dengan bahan cat yang
telah terlebih dahulu disetujui jenis dan ketebalannya oleh Direksi
Pekerjaan di lokasi pekerjaan. Pemasok harus memberikan lapisan pelindung
awal (primer coating) yang berupa cat dasar untuk menghindari terjadinya karat
sebelum pengecatan

8) Perbaikan Terhadap Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan

Komponen struktur Baja yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak dirakit dan/atau
dipasang sesuai ketentuan dari Spesifikasi ini atau dianggap tidak memenuhi ketentuan dalam
hal lainnya, harus diperbaiki sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Perbaikan dapat termasuk penggantian komponen yang rusak atau hilang dan
pemasangannya, pelurusan pelat yang bengkok, perbaikan pelapisan permukaan yang rusak
atau hal-hal lainnya yang dianggap perlu oleh Direksi Pekerjaan.Beban pekerjaan perbaikan
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sebagai akibat adanya komponen yang rusak atau
hilang karena kelalaian Penyedia Jasa menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

Pekerjaan baja yang rusak selama penyimpanan, penanganan atau pemasangan


harus diperbaiki sampai disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Setiap bahan atau sambungan
yang rusak sebelum diperbaiki harus ditolak dan segera disingkirkan dari pekerjaan.

Elemen baja dengan dimensi di luar toleransi yang disyaratkan tidak akan diterima
untuk digunakan dalam pekerjaan

9) Pemeliharaan Komponen Baja Yang Telah Diterima

Tanpa mengurangi kewajiban Penyedia Jasa untuk melaksanakan perbaikan terhadap


komponen Rangka Bajayang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana disyaratkan,
Penyedia Jasa juga harus bertanggungjawab atas pemeliharaan rutin dari semua struktur
Baja baja yang telah selesai dan diterima selama Periode Kontrak termasuk Periode
Pemeliharaan. Pekerjaan pemeliharaan rutin tersebut harus dilaksanakan sesuai
dengan Seksi 10.1 dari Spesifikasi ini dan harus dibayar terpisah menurut Pasal 10.1.6.

10) Penggantian Komponen Yang Hilang Atau Rusak Berat

Bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, komponen yang hilang atau rusak berat,
dan belum diterima dari Pengguna Jasa, maka komponen yang diperlukan tersebut
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan harus disediakan oleh Penyedia Jasa.
Dalam hal ini, Penyedia Jasa harus menjamin bahwa semua komponen baru yang
dipasok terdiri atas bahan yang setara atau lebih baik dari spesifikasi pabrik aslinya,
dan semua komponen fabrikasi dibuat, diselesaikan dan ditandai dengan teliti sesuai
dengan dimensi dan toleransi seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja dari pabrik aslinya.

Penggantian komponen harus dilaksanakan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan


diterima oleh Direksi Pekerjaan. Sebagai tambahan, Direksi Pekerjaan dapat meminta
sertifikat bahan atau bukti pendukung lainnya atas sifat-sifat bahan yang dipasok bila
dianggap perlu.

Untuk menghindarkan kerugian akibat hal-hal tersebut di atas selama masa


pengangkutan dari gudang ke lokasi pekerjaan, maka Penyedia Jasa harus
mengasuransikan bahan Rangka Baja secara all risk

11) Perbaikan Komponen Yang Agak Rusak

Bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, maka komponen dalam keadaan agak
rusak saat diterima dari Pengguna Jasa harus diperbaiki oleh Penyedia Jasa. Perbaikan
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan harus dibatasi pada pelurusan pelat-pelat yang
bengkok dan komponen minor lainnya, perbaikan retak yang bukan karena kelelahan di
bengkel dengan pengelasan dan pengembalian kondisi lapisan permukaan yang rusak.
Pekerjaan perbaikan tersebut harus dilaksanakan pada bengkel yang disetujui sesuai
dengan petunjuk dari Direksi Pekerjaan dengan ketentuan berikut ini :
a) Pelurusan Bahan Yang Bengkok

Pelurusan pelat dan komponen minor dari bentuk-bentuk lainnya harus


dilaksanakan menurut cara yang tidak akan menyebabkan keretakan atau kerusakan
lainnya. Logam tidak boleh dipanaskan kecuali kalau diijinkan oleh Direksi Pekerjaan.
Bilamana dilakukan pemanasan maka warna temperatur yang dihasilkan tidak boleh
lebih tinggi dari warna “merah cherry tua”.Bilamana pemanasan telah disetujui untuk
pelurusan komponen yang melengkung atau bengkok, logam harus didinginkan
selambat mungkin setelah pekerjaan pelurusan selesai. Setelah pendinginan
selesai permukaan logam harus diperiksa dengan teliti apakah terjadi keretakan
akibat pelurusan tersebut. Bahan yang retak tidak boleh digunakan dan seluruh
bahan harus diganti sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan

b) Perbaikan Hasil Pengelasan Yang Retak

Hasil pengelasan yang retak atau rusak pada komponen yang di las di bengkel
harus dikupas, disiapkan dan dilas ulang dengan teliti menurut standar
pengelasan yang ditentukan pabrik pembuatnya sesuai dengan mutu atau mutu-
mutu bahan yang akan dilas. Prosedur pengelasan yang akan dipakai untuk
pekerjaan perbaikan harus dirancang sedemikian hingga dapat memperkecil setiap
distorsi pada elemen komponen yang sedang diperbaiki, agar toleransi fabrikasi
yang ditentukan pabrik pembuatnya dapat dipertahankan

c) Perbaikan Lapisan Permukaan Yang Rusak

Sebagian besar komponen baja yang disediakan oleh Pengguna Jasa


mempunyai penyelesaian akhir pada permukaan dengan galvanis celup panas.
Bilamana permukaan bahan yang dipasok terdapat lapisan yang dalam keadaan
rusak, maka pengembalian kondisi pada tempat-tempat yang rusak harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan penyiapan permukaan dan pengecatan
yang diuraikan dalam Spesifikasi ini, untuk perbaikan permukaan yang digalvanisasi
dengan proses celup panas

12) Pelaksanaan Baja Struktur

Perakitan dan pemasangan struktur Rangka baja, baik dengan peluncuran maupun dengan
prosedur pelaksanaan pemasangan bertahap, harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa
dengan teliti sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh masing-masing buku petunjuk
perakitan dan pemasangan dari pabrik pembuat Baja dan ketentuan umum yang
disyaratkan di sini.

Atas permintaan Penyedia Jasa, dukungan teknis tambahan oleh personil Pengguna Jasa
yang berpengalaman, dapat dikirim ke lapangan dalam periode terbatas, untuk memberi
pengarahan kepada pelaksana dan teknik pemasangan dari Penyedia Jasa tentang prinsip-
prinsip perakitan dan pemasangan struktur Rangka Baja.
Struktur Rangka baja yang disediakan oleh Pengguna Jasa dirancang untuk dirakit dan
dipasang di lapangan hanya dengan menggunakan baut penghubung. Pengelasan di
lapangan tidak diijinkan kecuali secara jelas diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan

a) Pekerjaan Sipil

Pekerjaan sipil untuk kepala Baja dan pilar yang mungkin terbuat dari kayu,
pasangan batu atau beton sesuai dengan Gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan harus dikerjakan sesuai dengan Seksi yang berkaitan dengan Spesifikasi
ini atau spesifikasi lainnya yang diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan. Semua pekerjaan
sipil harus selesai di tempat dan diterima oleh Direksi Pekerjaan sebelum operasi
perakitan dimulai

b) Penentuan Titik Pengukuran dan Pekerjaan Sementara

Penyedia Jasa harus menyiapkan dan menentukan titik pengukuran pada salah satu oprit
Baja yang cocok untuk merakit suatu rangka jangkar untuk pengimbang dimana
pemasangan dengan cara perakitan bertahap akan dikerjakan, atau, bilamana
pemasangan dengan cara peluncuran, struktur Rangka Bajayang telah lengkap
bersama dengan struktur rangka pengimbang dan ujung peluncur.

Semua penyangga dan kumpulan balok-balok kayu sementara dan/atau fondasi beton
yang disediakan oleh Penyedia Jasa untuk pemasangan rol perakit, rol peluncuran, rol
pendaratan atau jangkar dan penyangga struktur rangka jangkar harus ditentukan
titik pengukurannya dengan akurat dan dipasang pada garis

dan elevasi yang benar sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar Pemasangan
dari pabrik pembuatnya. Perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa
seluruh rol dan penyangga sementara terpasang pada elevasi yang benar agar sesuai
dengan bidang peluncuran yang telah dihitung sebelumnya dan/atau karakteristik
lendutan untuk panjang bentang Baja yang akan dipasang

c) Perakitan Komponen Baja

Komponen baja harus dirakit dengan akurat sesuai dengan tanda yang ditunjukkan pada
Gambar Kerja pabrik pembuat Baja dan sesuai dengan prosedur urutan
pemasangan yang benar yang dirinci dalam prosedur pemasangan. Selama perakitan
bahan-bahan harus ditangani dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga tidak terdapat
bagian yang melengkung, retak atau kerusakan lainnya. Pengetokan yang dapat melukai
atau menyebabkan distorsi terhadap elemen-elemen tidak diijinkan. Sebelum perakitan
semua bidang kontak harus dibersihkan, bebas dari kotoran, minyak, kerak yang lepas,
bagian yang tajam seperti duri akibat pemotongan atau pelubangan, bintik-bintik, dan
cacat lainnya yang akan menghambat pemasangan yang rapat atas komponen-
komponen yang dirakit. Baut penghubung harus dipasang dengan panjang dan
diameter yang benar sebagaimana yang ditunjukkan dalam daftar baut dari pabrik
pembuat Baja. Ring harus ditempatkan di bawah elemen-elemen (mur atau kepala
baut) yang berputar dalam pengencangan. Bilamana permukaan luar bagian yang dibaut
mempunyai kelandaian 1 :20 terhadap bidang tegak lurus sumbu baut, maka ring serong
yang halus harus dipakai untuk mengatasi ketidaksejajarannya. Dalam segala hal,
hanya mur baut yang boleh diputar

d) Prosedur Pemasangan

Urutan pemasangan harus dilaksanakan dengan teliti sesuai dengan prosedur


pemasangan yang diberikan dalam buku petunjuk dari pabrik pembuat Baja.
Penyedia Jasa harus melaksanakan operasi pemasangan dengan memperhatikan
seluruh ketentuan keselamatan umum dan harus memastikan bahwa struktur Baja
stabil dalam setiap tahap dalam proses pemasangan.Untuk Baja yang dipasang dengan
prosedur peluncuran, Penyedia Jasa harus mengambil seluruh langkah pengamanan
yang diperlukan untuk memastikan bahwa selama seluruh tahap pemasangan struktur
Baja aman dari pergerakan bebas pada rol. Pergerakan melintasi rol selama operasi
peluncuran harus dikendalikan setiap saat. Seluruh bahan rangka pengimbang dan
perancah sementara pekerjaan baja atau kayu untuk rangka pendukung pengimbang
harus dipasok oleh Penyedia Jasa. Beban pengimbang harus diletakkan dengan berat
sedemikian rupa sehingga faktor keamanan untuk stabilitas yang benar seperti yang
diasumsikan dalam perhitungan pemasangan dari pabrik pembuat Baja dicapai pada tiap
tahap perakitan dan pemasangan. Operasi pemasangan dengan peluncuran atau
perakitan bertahap harus dilaksanakan sampai struktur Baja baja terletak di atas
lokasi landasan akhir. Penyedia Jasa kemudian harus memulai operasi pendongkrakan
dengan menggunakan peralatan dongkrak hidrolik dan kerangka dongkrak yang
disediakan oleh Pengguna Jasa. Struktur Baja harus didongkrak sampai elevasi
yang cukup untuk memungkinkan penyingkiran seluruh balok-balok kayu sementara,
rol penyangga dan penyambung antar struktur rangka (link sets) sebelum diturunkan
sampai kedudukan akhir Baja. Operasi pendongkrakan harus dilaksanakan dengan
teliti sesuai dengan prosedur pemasangan dari pabrik pembuat Baja dan Penyedia
Jasa harus mengikuti urutan dengan benar dari pemasangan dan penggabungan
komponen-komponen khusus selama operasi ini

3.3.2 BAHAN

1) Baja Struktur

Kecuali ditunjukkan lain dalam Gambar, baja karbon untuk paku keling, baut atau las harus
sesuai dengan ketentuan AASHTO M 270-04 Carbon And High-strength Low-Alloy Structural Steel
Shapes, Plates, and Bars and Quenched-and-Tempered Alloy Structural Steel Plates for Bridges.
Baja yang digunakan sebagai bagian struktur baja harus mempunyai sifat mekanis baja
struktural seperti dalam Tabel berikut ini.
Tabel 3.3.1 Sifat Mekanis Baja Struktural

Tegangan putus Tegangan leleh Peregangan

minimum, fu minimum, fy minimum


BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 360 13

Mutu baja, dan data yang


berkaitan lainnya harus ditandai dengan jelas pada unit-unit yang menunjukkan identifikasi
selama fabrikasi dan pemasangan

2) Baut, Mur dan Ring

a) Baut dan mur harus memenuhi ketentuan dari ASTM A307 Mild Steel Bolts and
Nuts (Grade A) , dan mempunyai kepala baut dan mur berbentuk segienam
(hexagonal)

b) Baut, Mur dan Ring dari Baja Geser Tegangan Tinggi

Baut, mur dan ring dari baja tegangan tinggi harus difabrikasi dari baja karbon
yang dikerjakan secara panas memenuhi ketentuan dari AASHTO M164M – 01 High
Strength Bolts for Structural Steel Joint, dengan tegangan leleh minimum
570 N/mm2 dan pemuluran (elongation) minimum 12 %.

Alat sambung mutu tinggi boleh digunakan bila memenuhi ketentuan berikut:

i) Komposisi kimiawi dan sifat mekanisnya sesuai dengan ketentuan yang


berlaku

ii) Diameter batang, luas tumpu kepala baut, dan mur atau penggantinya
harus lebih besar dari nilai nominal yang ditetapkan dalam ketentuan yang
berlaku. Ukuran lainnya boleh berbeda

iii) Cara penarikan baut dan prosedur pemeriksaan untuk alat sambung boleh
berbeda dari ketentuan yang berlaku selama persyaratan gaya tarik minimum
alat sambung pada Tabel 7.4.2.(2) terpenuhi dan prosedur penarikannya dapat
diperiksa.

Tabel 3.3.2 Gaya Tarik Baut Minimum


c) Baut dan mur harus ditandai untuk identifikasi sesuai dengan ketentuan dari
AASHTO M164M-01 High Strength Bolts for Structural Steel Joints. Ukuran
baut harus sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar

3) Paku Penghubung Geser Yang Dilas

Paku penghubung geser (shear connector studs) harus memenuhi ketentuan dari
AASHTO M169 - 02 : Steel Bars, Carbon, Cold Finished, Standard Quality. Grade 1015,
1018 atau

1020, baik baja "semi-killed" maupun "fully killed"

4) Bahan Untuk Keperluan Pengelasan

Bahan untuk keperluan pengelasan yang digunakan dalam pengelasan logam dari kelas
baja yang memenuhi ketentuan dari SNI 03-6764-2002 harus memenuhi ketentuan
dari ASTM A233 Mild Steel, Arc Welding Electrode

6) Sertifikat

Semua bahan baku atau cetakan yang dipasok untuk pekerjaan, bilamana diminta oleh
Direksi Pekerjaan, harus disertai sertifikat dari pabrik pembuatnya yang menyatakan
bahwa bahan tersebut telah di produksi sesuai dengan formula standar dan memenuhi
semua ketentuan dalam pengendalian mutu dari pabrik pembuatannya. Sertifikat harus
menunjukkan semua hasil pengujian sifat-sifat fisik bahan baku, dan diserahkan kepada
Direksi Pekerjaan tanpa biaya tambahan.Ketentuan ini harus digunakan, tetapi tidak terbatas
pada produk-produk atau bagian-bagian yang di rol, baut, bahan dan pembuatan landasan
Baja dan galvanisas.

.3.3 KECAKAPAN KERJA

1) Umum

Semua elemen yang dirakit harus cocok dan tepat dalam toleransi yang disyaratkan dalam

Pasal 7.4.1.4).

Sambungan dengan baut harus dilengkapi dengan pelat paking, jika diperlukan, untuk
menjamin agar celah yang mungkin timbul antar permukaan bidang yang berdampingan tidak
melampaui 1 mm untuk baut geser tegangan tinggi dan 2 mm untuk jenis sambungan
lainnya.Untuk sambungan las, maka setiap penyimpangan yang tidak dikehendaki akibat
kesalahan penjajaran bagian-bagian yang akan disambung tidak melampaui 0,15 kali
ketebalan pada bagian yang lebih tipis atau 3 mm. Akan tetapi, baik perbedaan ketebalan
yang timbul dari toleransi akibat proses rolling maupun kombinasi toleransi akibat
proses rolling dan kesalahan penjajaran yang diijinkan di atas, maka penyimpangan
yang melampaui 3 mm harus diperhalus dengan suatu kelandaian 1: 4

2) Pemotongan

Pemotongan harus dilaksanakan secara akurat, hati-hati dan rapi. Setiap deformasi
yang terjadi akibat pemotongan harus diluruskan kembali. Sudut tepi-tepi potongan pada
elemen utama yang merupakan tepi bebas setelah selesai dikerjakan, harus dibulatkan
dengan suatu radius kira-kira 0,5 mm atau ditumpulkan. Pengisi, pelat penyambung, batang
pengikat dan pengaku lateral dapat dibentuk dengan pemotongan cara geser (shearing),
tetapi setiap bagian yang tajam seperti duri akibat pemotongan harus dibuang. Setiap
kerusakan yang terjadi akibat pemotongan harus diperbaiki. Sudut-sudut ini umumnya
dibulatkan dengan suatu radius 1,0 mm

3) Lubang Untuk Baut

a) Lubang untuk Baut Tidak Terbenam (counter-sunk) dan Baut Hitam (tidak
termasuk toleransi rapat, Baut Silinder (turned barrel bolt) dan Baut Geser Tegangan
Tinggi) :

Diameter lubang tidak boleh lebih besar 2 mm dari diameter nominal paku keling atau
baut. Semua lubang harus dibor atau dibor kecil dahulu kemudian diperbesar atau
dilubangi kecil dengan alat pons kemudian diperbesar.

Bilamana beberapa pelat atau komponen membentuk suatu elemen majemuk, pelat-
pelat tersebut harus digabung menjadi satu dengan menggunakan klem atau baut
penyetel dan lubang harus dibor sampai seluruh ketebalan dalam satu kali operasi, atau
sebagai alternatif, pada pekerjaan yang sama dan dikerjakan berulang-ulang, pelat atau
komponen dapat dilubangi secara terpisah dengan menggunakan jig atau mal. Semua
bagian tepi lubang yang tajam seperti duri akibat pelubangan harus dibuang

b) Lubang Untuk Baut Pas dan Baut Silinder.

Diameter lubang harus sama dengan diameter nominal Baut Batang (shank) atau

Silinder (barrel), memenuhi toleransi – 0,0 mm , dan + 0,15 mm.

Bagian-bagian yang akan dihubungkan dengan baut toleransi rapat atau silinder harus
digabung menjadi satu dengan baut penyetel atau klem dan lubang harus dibor sampai
seluruh ketebalan dalam satu kali operasi dan selanjutnya diperbesar setelah perakitan.
Bilamana cara ini tidak dapat dilakukan maka bagian-bagian yang terpisah harus dibor
melalui jig baja dan diperbesar jika diperlukan. Semua bagian tepi lubang yang tajam
seperti duri akibat pelubangan harus dibuang

c) Lubang Untuk Baut Geser Tegangan Tinggi

Lubang harus silindris dan tegak lurus pada permukaan pelat kecuali disyaratkan lain. Pada
umumnya diameter lubang 1 mm lebih besar dari diamater nominal untuk baut
sampai diameter 16 mm dan 1,5 mm lebih besar dari diameter nominal untuk baut yang
lebih besar. jarak dari pusat lubang ke tepi pelat tergantung pada ketebalan pelat. Jarak
dari pusat lubang sampai tepi pelat hasil pemotongan cara geser harus minimum 1,7 kali
diameter nominal baut, sedangkan untuk tepi pelat yang di rol atau dipotong dengan
las, harus minimum 1,5 kali diameter nominal baut. Lubang persiapan harus di bor
terlebih dahulu, kemudian bagian-bagian baja dirakit dan lubang diperbesar sampai
diameter yang ditentukan. Bagian tepi lubang yang tajam seperti duri akibat
pelubangan harus dibuang dengan alat pengupas (scraper). Tepi lubang harus
ditumpulkan sampai 0,5 mm. Setiap bekas tanda pada tepi permukaan bidang kontak
dari ring, baut dan mur harus dihilangkan. Pasak pengungkit (drift) dapat dimasukkan ke
dalam lubang untuk memudahkan pengaturan posisi dari elemen-elemen baja, tetapi
tenaga yang berlebihan tidak boleh digunakan selama operasi tersebut dan perhatian
khusus harus diberikan agar lubang-lubang tersebut tidak rusak

4) Pengaku

Pengaku ujung pada gelagar dan pengaku yang dimaksudkan sebagai penunjang beban
terpusat harus mempunyai bidang kontak sepenuhnya (baik yang dirakit di pabrik,
di lapangan atau baja yang dapat dilas dan terletak di daerah tekan dari flens,
dilas sebagaimana yang ditunjukkan dalam rancangan atau disyaratkan) pada flens dimana
beban tersebut diteruskan atau dari mana diterimanya beban. Pengaku yang tidak
dimaksudkan untuk menunjang beban terpusat, kecuali ditunjukkan atau disyaratkan lain,
dipasang dengan cukup rapat untuk menahan air setelah digalvanisasi

3.3.4 PELAKSANAAN

1) Perakitan di Bengkel

Bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan maka unit-unit harus dirakit di bengkel
sebelum dikirim ke lapangan.

2) Sambungan Dengan Baut Standar (selain Baut Geser Tegangan Tinggi)

Baut yang tidak dikencangkan terhadap beban percobaan (proof load) harus
mempunyai mur tunggal yang dapat mengunci sendiri. Ring serong harus digunakan
dimana bidang kontak mempunyai sudut lebih dari 1 : 20 dengan salah satu bidang
yang tegak lurus sumbu baut. Baut harus mempunyai panjang sedemikian hingga
seluruh mur dapat dimasukkan ke dalam baut tetapi panjang baut tidak boleh melebihi 6
mm di luar mur. Baut harus dimasukkan ke dalam lubang tanpa adanya kerusakan pada
uliran. Suatu "snap" harus digunakan untuk mencegah kerusakan kepala baut.

3) Kepala baut dan mur harus dikencangkan sampai rapat pada pekerjaan dengan
tenaga manusia yang menggunakan sebuah kunci yang cocok dengan panjang tidak
kurang dari 380 mm untuk diameter nominal baut 19 mm atau lebih. Kepala baut harus
diketuk dengan palu pada saat mur sedang dikencangkan.
4) Seluruh uliran baut harus berada di luar lubang. Ring harus digunakan kecuali ditentukan
lain

5) Baut Geser Tegangan Tinggi

a) Umum

Kelandaian permukaan bidang kontak dengan kepala baut dan mur tidak boleh melebihi

1 : 20 terhadap suatu bidang yang tegak lurus sumbu baut. Bagian-bagian yang
akan dibaut harus dijadikan satu bilamana dirakit dan tidak boleh diberi gasket
(lem paking mesin) atau setiap bahan yang dapat didesak lainnya.Bilamana dirakit,
maka semua permukaan yang akan disambung, termasuk yang berdekatan
dengan kepala baut, mur, atau ring harus bebas kerak kecuali kerak pabrik yang keras
dan juga harus bebas dari bagian yang tajam seperti duri akibat pemotongan atau
pelubangan dan benda-benda asing lainnya, yang menghambat elemen-elemen
tersebut untuk dapat duduk sebagaimana mestinya

b) Penyelesaian Permukaan Bidang Kontak

Permukaan bidang kontak dan tempat-tempat yang berdekatan dengan


sekeliling elemen-elemen baja harus dibersihkan dari semua karat, kerak pabrik, cat,
gemuk, cat dasar, dempul atau benda-benda asing lainnya. Setiap bagian yang tajam
seperti duri akibat pemotongan atau pelubangan, atau kerusakan lain yang akan
menghambat elemen-elemen tersebut untuk duduk sebagaimana mestinya atau akan
mempengaruhi gaya geser di antara elemen-elemen tersebut harus dihilangkan.

Permukaan bidang kontak harus dikerjakan sampai mencapai suatu kekasaran yang
cocok. Tidak ada sambungan yang akan dibuat sampai permukaan yang akan
dihubungkan telah diperiksa dan diterima oleh Direksi Pekerjaan

c) Baut Tarik

Perhatian khusus harus diberikan bilamana terdapat perbedaan ketebalan pelat


pada elemen-elemen yang akan dipasang untuk menjamin bahwa tidak terjadi
pembengkokan dan bahwa elemen dasar dan pelat penyambung mempunyai bidang
kontak yang rapat.

Setiap peralatan yang digunakan untuk pengencangan baut harus dikalibrasi secara
teratur dan dibuktikan dengan sertifikat kalibrasi sebelum pekerjaan pengencangan baut
dilaksanakan. Nilai torsi yang diberikan pemasok harus disesuaikan sebelum setiap
diameter dan mutu baut digunakan dalam pekerjaan.

Pengencangan dapat dilaksanakan baik dengan cara putar separuh maupun cara
pengendalian dengan torsi sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan atau
sesuai dengan manual pengencangan baut yang diterbitkan oleh pemasok bahan struktur
baja yang akan dipasang, baik jenis struktur gelagar baja, gelagar baja komposit atau
rangka baja
4) Kekencangan Baut

Persyaratan kekencangan baut mengacu pada Seksi 7.4.2.2) dari spesifikasi ini

5) Pengelasan

Prosedur pengelasan baik di bengkel maupun di lapangan, termasuk keterangan


tentang persiapan pemukaan-permukaan yang akan disambung harus diserahkan
secara tertulis, untuk persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum memulai fabrikasi.
Tidak ada prosedur pengelasan yang disetujui atau detail yang ditunjukkan dalam
Gambar yang harus dibuat tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan.Cara menandai
setiap pelengkap sementara harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.
Setiap goresan pada pelengkap sementara harus diperbaiki sampai diterima oleh Direksi
Pekerjaan. Bilamana perbaikan dengan pengelasan diperlukan, maka perbaikan ini
harus dilaksanakan atas persetujuan Direksi Pekerjaan.Permukaan las yang tampak
harus dibersihkan dari residu kerak. Semua percikan pengelasan yang mengenai
permukaan harus dibersihkan.Agar dapat memperoleh ketebalan elemen baja yang
penuh pada sambungan dengan pengelasan maka harus digunakan pelat
penyambung “run-on” dan “run-off” pada bagian ujung elemen

6) Pengecatan dan Galvanisasi

Pelaksanaan pengecatan sesuai dengan Pedoman Teknik No. 028/T/BM/1999


(Pedoman Penanggulangan Korosi Komponen Rangka Baja dengan Cara Pengecatan)

Semua permukaan baja lainnya harus dicat atau digalvanis sesuai dengan desain
ketebalan cat atau galvanis yang telah ditentukan sesuai lokasi dimana struktur
baja tersebut akan dipasang dan/atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Untuk
semua komponen struktur baja termasuk komponen Gelagar Baja Komposit
termasuk balok, pelat, baut, ring, diafragma dan sejenisnya harus digalvanisasi
dengan sistem pencelupan panas sesuai dengan AASHTO M 111M-04 Zinc (Hot-
DipGalvanized) Coatings on Iron and Steel Products , atau ASTM A123M–02

7) Pengangkutan

Setiap elemen harus dicat atau ditandai dengan suatu tanda pemasangan untuk
identifikasi dan pemasok bahan struktur baja harus memberikan suatu diagram
pemasangan atau manual pemasangan dengan tanda-tanda pemasangan yang
ditunjukkan di dalamnya. Elemen struktur harus diangkat dengan cara sedemikian rupa
sehingga elemen struktur pada waktu diangkut dan dibongkar di tempat tujuannya tidak
mengalami tegangan, deformasi yang berlebihan, atau kerusakan lainnya.Baut dengan
panjang dan diamater yang sama, serta mur yang terlepas dari baut atau ring harus
dikemas terpisah. Pen (pin), bagian-bagian yang kecil, dan paket baut, ring dan mur
harus dikirim dalam kotak, krat atau tong, dan berat kotor dari setiap kemasan
tidak boleh melebihi 150 kg. Daftar dan uraian dari bahan-bahan yang terdapat
didalam setiap kemasan harus tertulis dan disebutkan pada bagian luar kemasan dan
diusahakan tidak mudah hilang atau tersobek pada waktu pengiriman
8) Peralatan dan Perancah

Penyedia Jasa harus menyediakan setiap peralatan dan perancah yang diperlukan
untuk pemasangan struktur baja. Perlengkapan pemasangan ini termasuk pengaku
sementara, semua perkakas, mesin, dan peralatan termasuk pasak pengungkit (drift) dan
baut penyetel. Perancah dan pengaku sementara harus dirancang, dibuat dan
dipelihara sebagaimana mestinya agar dalam tahap pemasangan semua perancah
dan pengaku-pengaku berfungsi dan dapat menahan semua gaya dan beban struktur
baja selama pemasangan

9) Pemasangan Rangka Baja

a) Umum

Yang dimaksud dengan pemasangan Baja baja adalah pekerjaan pemasangan


struktur Baja baja seperti Baja rangka baja, gelagar baja komposit, Baja rangka
baja semi permanen atau darurat yang disediakan oleh Pengguna Jasa atau yang
berada di bawah kontrak pekerjaan ini.Pekerjaan pemasangan ini akan mencakup
sebagaimana yang diperlukan, penanganan, landasan, identifikasi dan
penyimpanan semua bahan komponen baja, pemasangan landasan, perakitan,
dan penempatan posisi akhir struktur Rangka Baja, pencocokan komponen dan
sistem lainnya yang diperlukan untuk pemasangan struktur Rangka Baja sesuai
dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini

b) Tahap Pekerjaan

Setelah penerbitan detail pelaksanaan (shop drawing) untuk tiap Rangka Baja yang
termasuk dalam cakupan Kontrak, Penyedia Jasa harus menjadualkan program
pekerjaannya sedini mungkin dalam Periode Pelaksanaan. Urutan dan waktu yang
sangat terinci dari operasi pemasangan untuk setiap Baja harus digabungkan dalam
jadwal pelaksanaan Penyedia Jasa, revisi harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan
untuk mendapat persetujuan resmi sesuai dengan ketentuan Seksi 1.2.1 dari
Spesifikasi ini

c) Pengaturan Lalu Lintas

Pengaturan lalu lintas harus sesuai dengan ketentuan pada Seksi 1.8, dengan
ketentuan tambahan berikut ini :

Bilamana pemasangan struktur Baja baja memerlukan pembongkaran atau


penutupan seluruh Baja lama, maka program penutupan harus dikoordinasikan
dengan Direksi Pekerjaan agar pengalihan lalu lintas (detour) atau
perlengkapan alternatif lainnya dapat disediakan untuk memperkecil gangguan
terhadap lalu lintas

d) Perakitan Pekerjaan Baja

i) Komponen Yang Difabrikasi Oleh Penyedia Jasa


Setiap bagian harus dirakit dengan akurat sebagaimana yang ditunjukkan
dalam Gambar atau manual pemasangan yang disediakan oleh Penyedia
Jasa serta mengikuti semua tanda yang telah diberikan. Bahan struktur baja
harus dikerjakan dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
kerusakan seperti terdapat bagian-bagian yang bengkok, patah, atau kerusakan
lainnya. Tidak boleh digunakan palu yang dapat melukai atau mengubah posisi
elemen-elemen. Permukaan bidang kontak dan permukaan yang akan
berada dalam kontak permanen harus dibersihkan sebelum bagian-bagian
tersebut dirakit.

Pada komponen struktur baja yang akan dipasang dengan cara kantilever,
harus dipastikan bahwa semua komponen struktur baja sudah tersedia dan
dipasang dengan seksama sehingga akan didapat lendutan balik (camber) yang
sebagaimana mestinya sesuai dengan desain atau yang tertulis dalam manual
pemasangan. Perlu diperhatikan bahwa pada cara pemasangan dengan cara
kantilever ini, apabila telah selesai penyambungan atau perakitan pada titik
buhul, maka baut pada bagian titik buhul tersebut harus dikencangkan dengan
kekencangan 100% sesuai dengan kekencangan baut yang disyaratkan.Setiap
pengencangan baut sementara harus dibiarkan sampai sambungan tarik telah
dibaut dan semua lubang pada titik buhul telah dijepit dan dibaut. Baut
permanen untuk sambungan elemen-elemen tekan tidak boleh dimasukkan
atau dikencangkan sampai seluruh bentangan berayun. Sambungan (splices)
dan penyambungan di lapangan (field connections) harus mempunyai setengah
jumlah lubang yang diisi dengan baut dan pen (pin) silindris untuk pemasangan
(setengah baut dan setengah pin) sebelum dibaut dengan baut tegangan tinggi.
Sambungan dan penyambung yang akan dilewati lalu-lintas selama pemasangan
, lubang baut harus telah terisi sebanyak 3/nya

ii) Komponen Yang Disediakan Pengguna Jasa

Komponen yang disediakan oleh Pengguna Jasa harus dipasang dengan


seksama dan sesuai dengan buku petunjuk dan Gambar yang disediakan pabrik
pembuatnya.

e) Komponen Struktur Baja

Semua bahan atau komponen baja untuk pemasangan struktur Rangka Baja yang
telah dibeli sebelumnya oleh Pengguna Jasa dan disimpan dalam satu depo
penyimpanan berbagai peralatan Pengguna Jasa atau lebih. Bahan untuk
setiap struktur Baja yang diberikan dapat baru atau pernah dipasang sebelumnya
pada lokasi lain.Ketentuan bahan dan prosedur pemasangan untuk setiap
struktur Baja yang diberikan dapat berbeda-beda menurut sumber sistem
patent bahan yang telah dibeli sebelumnya oleh Pengguna Jasa. Sistem
tersebut dapat termasuk atau tidak termasuk komponen lantai Baja dan dapat
dipasang dengan salah satu cara pelaksanaan kantilever berikut ini :
i) Perakitan awal seluruh komponen utama struktur Baja termasuk
beban pengimbang (kentledge) yang cocok, pada penyangga sementara
yang telah disiapkan, dengan demikian struktur yang terpasang dapat
secara bertahap diluncurkan dari satu ujung Baja ke ujung Baja lainnya

ii) Perakitan bertahap komponen utama struktur Baja dimulai dari struktur
rangka jangkar yang telah dipersiapkan sebelumnya pada satu ujung Baja

f) Komponen Struktur Baja Yang Disediakan oleh Pengguna Jasa

Komponen struktur baja yang disediakan oleh Pengguna Jasa akan mencakup
seluruh elemen, landasan, perkakas dan peralatan yang memungkinkan
Penyedia Jasa untuk merakit dan memasang struktur Rangka Baja menurut
prosedur yang disarankan oleh pabrik pembuatnya.Bahan-bahan yang
disediakan untuk Baja akan dipasang dengan dua prosedur pokok pemasangan
Baja, tapi tidak boleh dibatasi, seperti berikut ini :

i) Pemasangan Dengan Cara Peluncuran

Seluruh panel rangka utama termasuk batang-batang penulangan jika


diperlukan, semua gelagar melintang, ikatan angin, pengaku vertikal, alat
penggaru, patok dan landasan sendi bersama dengan semua
perlengkapan pengaku, pengangkat, penyambung, perangkat penyambung
antar struktur rangka (linking steel), perkakas kecil untuk merakit dan
komponen peluncuran tambahan seperti rol perakitan, rol peluncur, rol
pendaratan, peralatan dongkrak hidrolik dan bahan untuk perakitan
kerangka pengimbang dan ujung peluncuran (launching nose)

ii) Pemasangan Dengan Perakitan Bertahap

Seluruh komponen Baja rangka baja utama termasuk bagian elemen-


elemen batang, diagonal, gelagar melintang, ikatan angin, patok, gelagar

memanjang, pelat buhul, pelat sambungan, sandaran, landasan jenis karet,


bersama dengan seluruh penyambung yang diperlukan, perangkat
penyambung antar struktur rangka, dongkrak hidrolik, perkakas kecil untuk
merakit dan bahan untuk perakitan struktur rangka jangkar.Tergantung pada
rancangan paten dari struktur Baja baja yang akan dipasang, Pengguna Jasa
juga dapat menyediakan bahan untuk pemasangan seluruh lantai Baja,
termasuk semua unit lantai pra-fabrikasi, kerb, klem, baut dan
perlengkapan lainnya, atau dapat menyediakan semua gelagar memanjang
baja yang diperlukan, landasan dan perlengkapan untuk pelaksanaan acuan
lantai untuk penempatan lantai kayu yang akan dilintasi kendaraan. Bilamana
suatu lantai kayu untuk lintasan kendaraan disediakan, maka papan dan kerb
dari kayu akan dipasok oleh Penyedia Jasa

g) Pemeriksaan, Pengumpulan, Pengangkutan dan Pengiriman Bahan Baja


Apabila seluruh bahan yang disediakan oleh Pengguna Jasa akan diperoleh
Penyedia Jasa pada satu depot penyimpanan peralatan atau lebih yang telah
ditentukan dan disebutkan dalam dokumen lelang.Penyedia Jasa harus membuat
seluruh pengaturan yang diperlukan untuk serah terima yang tepat pada
waktunya, pengangkutan dan pengiriman yang aman ke lokasi pekerjaan atas
seluruh bahan yang disediakan oleh Pengguna Jasa. Penyedia Jasa harus
memeriksa dan mengawasi kuantitas dan kondisi seluruh bahan yang akan
disediakan oleh Pengguna Jasa terhadap daftar pengapalan dari pabrik
pembuatnya sebelum menerima bahan tersebut dan harus melaporkan dan
mendapatkan kepastian dari wakil Pengguna Jasa di depot penyimpanan bahan
atas setiap kerusakan atau kehilangan setiap bahan yang ditemukan. Penyedia
Jasa harus menandatangani surat pengiriman begitu selesai pemeriksaan dan
pencatatan, dan selanjutnya harus bertanggung jawab atas kehilangan setiap
bahan dalam penanganannya.Bahan yang disediakan oleh Pengguna Jasa yang
hanya digunakan untuk sementara selama operasi pemasangan, seperti bahan
untuk struktur rangka pemberat (anchor truss), struktur rangka pengimbang
(counter-balance frame), perancah ujung peluncuran (launching nose framework),
rol perakitan, rol peluncuran, rol pendaratan, peralatan dongkrak hidrolik dan
perkakas perakitan lainnya, harus diinventarisasikan secara terpisah pada saat
diserahterimakan kepada Penyedia Jasa. Penyedia Jasa harus mengembalikan
semua bahan tersebut pada Pengguna Jasa dalam keadaan baik setelah operasi
pemasangan selesai dan dibuat Berita Acara serah terima.

3.3.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran untuk Pembayaran

a) Cara Pengukuran

i) Kuantitas baja struktur yang akan diukur untuk pembayaran sebagai jumlah
dalam kilogram pekerjaan yang telah selesai di tempat dan diterima. Untuk
menghitung berat nominal dari baja rol atau besi tuang, maka bahan-bahan
tersebut dianggap mempunyai berat volume 7.850 kilogram per meter kubik.
Berat logam lainnya harus sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar atau
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

ii) Berat bahan yang dihitung harus merupakan berat nominal dari pekerjaan baja
yang telah selesai dikerjakan, terdiri atas pelat, bagian-bagian yang dirol,
sambungan geser (shear connector), pengaku, penjepit, paking, pelat
sambungan dan semua perlengkapan, tanpa adanya penyimpangan yang
diijinkan atas berat standar atau dimensi nominal dan termasuk berat las, fillet,
baut, mur, ring, kepala paku keliling dan lapisan pelindung. Tidak ada
pengurangan yang dibuat untuk penakikan, lubang baut dan lubang paku keling.
iii) Pengecatan atau lapisan pelindung lainnya tidak akan dibayar, biaya pekerjaan
ini dianggap telah termasuk dalam harga penawaran untuk pekerjaan baja struktur

b) Pengukuran untuk Material Yang Disediakan Oleh Pengguna Jasa

i) Pemasangan Struktur Rangka Baja

Pemasangan struktur Baja baja harus diukur untuk pembayaran dalam jumlah
total kilogram struktur baja yang selesai dikerjakan di tempat dan diterima
oleh Direksi Pekerjaan. Berat masing-masing komponen harus diambil dari
Gambar Kerja dan daftar komponen dari pabrik pembuat Baja. Berat total struktur
yang diukur untuk pembayaran harus dihitung sebagai berat semua komponen
masing-masing baja yang digunakan dalam pemasangan struktur akhir, termasuk
bagian-bagian baja fabrikasi, pelat, landasan Baja semi permanen, baut, mur,
ring dan pengencang lainnya, dan lantai pra-fabrikasi lainnya, bilamana lantai ini
termasuk dalam rancangan. Berat komponen baja yang digunakan selama
operasi pemasangan yang bukan berasal dari bagian struktur akhir, termasuk
komponen dan perlengkapan untuk struktur rangka pengimbang, rangka
pemberat, ujung peluncur, rol perakit dan sejenisnya tidak boleh dimasukkan dalam
berat yang diukur untuk pembayaran.

Bilamana lantai kayu disebutkan dalam Gambar Pelaksanaan atau oleh Direksi
Pekerjaan, berat perlengkapan perangkat keras untuk lantai kayu tidak
boleh dimasukkan dalam pengukuran untuk pemasangan

ii) Pengangkutan dan Pengiriman Bahan

Pengangkutan dan pengiriman dari semua bahan yang disediakan oleh Pengguna
Jasa harus diukur dan dibayar dalam jumlah total kilogram. Pengukuran dan
pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh kepada Penyedia Jasa
untuk pemeriksaan dan pencatatan seluruh bahan Baja pada satu depot
penyimpanan yang disebutkan dalam dokumen lelang atau lebih,
untuk pengangkutan dan pengiriman bahan ke lokasi pekerjaan, termasuk semua
operasi pemuatan dan penanganan selama pengangkutan, dan untuk
pengembalian komponen yang hanya digunakan untuk sementara dalam kondisi
yang baik ke depot penyimpanan yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan
setelah pemasangan struktur Rangka Baja selesai

iii) Pemasokan Komponen Pengganti

Penggantian komponen yang hilang atau yang sangat rusak berat, jika
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan tidak boleh diukur untuk pembayaran
menurut Seksi ini. Kompensasi untuk pemasokan setiap komponen
pengganti harus dibuat berdasarkan Baja Struktur sesuai dari Spesifikasi ini

iv) Perbaikan Komponen Yang Rusak


Perbaikan komponen yang rusak, bilamana ditentukan oleh Direksi Pekerjaan
tidak boleh diukur untuk pembayaran menurut Seksi ini. Penyedia Jasa akan
menerima kompensasi untuk setiap pekerjaan perbaikan komponen yang rusak
sesuai dengan ketentuan pengukuran dan pembayaran untuk pengembalian kondisi
komponen baja sebagaimana yang diuraikan dalam Spesifikasi ini

2) Dasar Pembayaran

a) Struktur Baja Yang Tidak Disediakan Oleh Pengguna Jasa

Kuantitas pekerjaan baja struktur akan ditentukan sebagaimana disyaratkan di atas,


akan dibayar pada Harga Penawaran per satuan pengukuran untuk Mata
Pembayaran yang terdaftar di bawah dan ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas
dan Harga. Harga dan pembayaran ini harus dianggap sebagai kompensasi penuh
untuk pemasokan, fabrikasi dan pemasangan bahan, termasuk semua tenaga kerja,
peralatan, perkakas, pengujian dan biaya tambahan lainnya yang diperlukan atau
biasa untuk penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana mestinya dalam Seksi ini

Uraian Satuan Pengukuran

Baja Struktur BJ 34 (Titik Leleh 210 MPa) Kilogram

Baja Struktur BJ 37 (Titik Leleh 240 MPa) Kilogram

Baja Struktur BJ 41 (Titik Leleh 250 MPa) Kilogram

Baja Struktur BJ 50 (Titik Leleh 290 MPa) Kilogram

Baja Struktur BJ 55 (Titik Leleh 360 MPa) Kilogram

SEKSI 3.4

PASANGAN BATU

3.7.1 UMUM

1) Uraian

a) Pekerjaan ini harus mencakup pembuatan struktur yang ditunjukkan dalam


Gambar atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, yang dibuat dari Pasangan
Batu. Pekerjaan harus meliputi pemasokan semua bahan, galian, penyiapan pondasi
dan seluruh pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan struktur sesuai dengan
Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian, potongan dan dimensi seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan secara tertulis
oleh Direksi Pekerjaan.
b) Umumnya, pasangan batu harus digunakan hanya untuk struktur seperti dinding
penahan, gorong-gorong pelat, dan tembok kepala gorong-gorong besar dari
pasangan batu yang digunakan untuk menahan beban luar yang cukup besar.
Bilamana fungsi utama suatu pekerjaan sebagai penahan gerusan, bukan sebagai
penahan beban, seperti lapisan selokan, lubang penangkap, lantai gorong-gorong
(spillway apron) atau pekerjaan pelindung lainnya pada lereng atau di sekitar ujung
gorong-gorong, maka kelas pekerjaan di bawah Pasangan Batu (Stone Masonry)
dapat digunakan seperti Pasangan Batu dengan Mortar (Mortared Stonework) atau
pasangan batu kosong yang diisi (grouted rip rap) seperti yang disyaratkan.

2) Penerbitan Detil Pelaksanaan

Detil pelaksanaan untuk pasangan batu yang tidak disertakan dalam Dokumen
Kontrak pada saat pelelangan akan diterbitkankan oleh Direksi Pekerjaan setelah
peninjauan kembali rancangan awal atau revisi desain telah selesai dikerjakan.

3) Toleransi Dimensi, Pengajuan Kesiapan Kerja, Persetujuan, Jadwal Kerja, Kondisi Tempat
Kerja, Perbaikan Atas Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan atau Rusak

3.7.2 BAHAN

1) Batu

a) Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari
jenis yang diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan
bagian yang tipis atau lemah.

b) Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling
mengunci bila dipasang bersama-sama.

c) Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, batu harus memiliki


ketebalan yang tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari satu setengah kali
tebalnya dan panjang yang tidak kurang dari satu setengah kali lebarnya.

2) Adukan

Adukan haruslah adukan semen yang memenuhi kebutuhan dari Spesi-fikasi ini.

3) Drainase Porous

Bahan untuk membentuk landasan, lubang sulingan atau kantung penyaring untuk
pekerjaan pasangan batu harus memenuhi kebutuhan dari Spesifikasi ini.

3.7.3 PELAKSANAAN PASANGAN BATU

1) Persiapan Pondasi
a) Pondasi untuk struktur pasangan batu harus disiapkan sesuai dengan syarat
untuk Seksi 3.1, Galian.

b) Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukkan pada Gambar, dasar pondasi untuk
struktur dinding penahan harus tegak lurus, atau bertangga yang juga tegak lurus
terhadap muka dari dinding. Untuk struktur lain, dasar pondasi harus mendatar
atau bertangga yang juga horisontal.

c) Lapis landasan yang rembes air (permeable) dan kantung penyaring harus
disediakan bilamana disyaratkan sesuai dengan ketentuan Drainase Porous.

d) Bilamana ditunjukkan dalam Gambar, atau yang diminta lain oleh Direksi
Pekerjaan, suatu pondasi beton mungkin diperlukan. Beton yang digunakan harus
memenuhi ketentuan dari Seksi 3.1 dari Spesifikasi ini.

2) Pemasangan Batu

a) Landasan dari adukan baru paling sedikit 3 cm tebalnya harus dipasang pada
pondasi yang disiapkan sesaat sebelum penempatan masing-masing batu pada
lapisan pertama. Batu besar pilihan harus digunakan untuk lapis dasar dan
pada sudut-sudut. Perhatian harus diberikan untuk menghindarkan
pengelompokkan batu yang berukuran sama.

b) Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang
tampak harus dipasang sejajar dengan muka dinding dari batu yang terpasang.

c) Batu harus ditangani sedemikian hingga tidak menggeser atau memindahkan


batu yang telah terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk mema-
sang batu yang lebih besar dari ukuran yang dapat ditangani oleh dua
orang. Menggelindingkan atau menggulingkan batu pada pekejaan yang baru
dipasang tidak diperkenankan.

3) Penempatan Adukan

a) Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata dan
dalam waktu yang cukup untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenuh.
Landasan yang akan menerima setiap batu juga harus dibasahi dan selanjutnya
landasan dari adukan harus disebar pada sisi batu yang bersebelahan dengan batu yang
akan dipasang.

b) Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm sampai 5 cm dan
merupakan kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh rongga antara
batu yang dipasang terisi penuh.

c) Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu haruslah
dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan baru yang belum mengeras.
Bilamana batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan awal,
maka batu tersebut harus dibongkar, dan adukannya dibersihkan dan batu tersebut
dipasang lagi dengan adukan yang baru.

4) Ketentuan Lubang Sulingan dan Delatasi

a) Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan. Kecuali
ditunjukkan lain pada Gambar atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan,
lubang sulingan harus ditempatkan dengan jarak antara tidak lebih dari 2 m dari
sumbu satu ke sumbu lainnya dan harus berdiameter 50 mm.

b) Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding penahan tanah, maka
delatasi harus dibentuk untuk panjang struktur tidak lebih dari 20 m. Delatasi harus
30 mm lebarnya dan harus diteruskan sampai seluruh tinggi dinding. Batu yang
digunakan untuk pembentukan sambungan harus dipilih sedemikian rupa sehingga
membentuk sambungan tegak yang bersih dengan dimensi yang disyaratkan di
atas.

c) Timbunan di belakang delatasi haruslah dari bahan Drainase Porous berbutir kasar
dengan gradasi menerus yang dipilih sedemikian hingga tanah yang ditahan tidak
dapat hanyut jika melewatinya, juga bahan Drainase Porous tidak hanyut melewati
sambungan.

5) Pekerjaan Akhir Pasangan Batu

a) Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan hampir rata dengan
permukaan pekerjaan, tetapi tidak sampai menutup batu, sebagaimana pekerjaan
dilaksanakan.

b) Terkecuali disyaratkan lain, permukaan horisontal dari seluruh pasangan


batu harus dikerjakan dengan tambahan adukan tahan cuaca setebal 2 cm,
dan dikerjakan sampai permukaan tersebut rata, mempunyai lereng melintang yang
dapat menjamin pengaliran air hujan, dan sudut yang dibulatkan. Lapisan tahan
cuaca tersebut harus dimasukkan ke dalam dimensi struktur yang disyaratkan.

c) Segera setelah batu ditempatkan, dan sewaktu adukan masih baru, seluruh
permukaan batu harus dibersihkan dari bekas adukan.

d) Permukaan yang telah selesai harus dirawat seperti yang disyaratkan untuk
Pekerjaan Beton dalam Spesifikasi ini.

e) Bilamana pekerjaan pasangan batu yang dihasilkan cukup kuat, dan dalam waktu
yang tidak lebih dini dari 14 hari setelah pekerjaan pasangan selesai dikerjakan,
penimbunan kembali harus dilaksanakan seperti disyaratkan, atau seperti
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

f) Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan untuk
memperoleh bidang antar muka rapat dan halus dengan pasangan batu
sehingga akan memberikan drainase yang lancar dan mencegah gerusan pada tepi
pekerjaan pasangan batu.

3.7.4 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran untuk Pembayaran

a) Pasangan batu harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik


sebagai volume pekerjaan yang diselesaikan dan diterima, dihitung sebagai
volume teoritis yang ditentukan oleh garis dan penampang yang disyaratkan dan
disetujui.

b) Setiap bahan yang dipasang sampai melebihi volume teoritis yang disetujui
harus tidak diukur atau dibayar.

c) Landasan rembes air (permeable bedding), penimbunan kembali dengan bahan


porous atau kantung penyaring harus diukur dan dibayar sebagai Drainase
Porous, seperti yang disebutkan dalam Spesifikasi ini. Tidak ada pengukuran
atau pembayaran terpisah yang harus dilakukan untuk penyediaan atau
pemasangan lubang sulingan atau pipa, juga tidak untuk acuan lainnya atau
untuk galian dan penimbunan kembali yang diperlukan.

2) Dasar Pembayaran

Kuantitas, ditentukan sebagaimana diuraikan di atas, harus dibayar dengan Harga


Kontrak per satuan dari pengukuran untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah dan
ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran
tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan pemasangan
semua bahan, untuk galian yang diperlukan dan penyiapan seluruh formasi atau pondasi,
untuk pembuatan lubang sulingan dan sambungan konstruksi, untuk pemompaan air,
untuk penimbunan kembali sampai elevasi tanah asli dan pekerjaan akhir dan untuk semua
pekerjaan lainnya atau biaya lain yang diperlukan atau lazim untuk penyelesaian yang
sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam Pasal ini.Uraian Satuan
PengukuranPasangan Batu Meter Kubik

BAB 4

PEKERJAAN ARSITEKTUR

SEKSI 4.1

PEKERJAAN BETON

4.1.1 Lingkup Pekerjaan

Seluruh pekerjaan beton non structural baik dengan tulangan maupun tanpa tulangan
4.1.2 Standard an Rujukan

Pekejaan Beton harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam Seksi 3.1 dalan
spesifikasi ini.

4.1.3 Jenis Pekerjaan Beton

a) Beton Bertulang Non Struktural. b) Beton Tidak Bertulang .

4.1.4 Persyaratan Bahan

1) Semen.

Sesuai dengan Pasal 3.1.4 .

2) Agregat.

Sesuai dengan Pasal 3.1.4.

3) Air

Sesuai dengan Pasal 3.1.4. ,4.1.5 Persyaratan Pelaksanaan

1) Penyiapan Tempat Kerja

a) Penyedia Jasa harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan beton
yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan
pekerjaan beton yang baru.

b) Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi
untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

c) Seluruh telapak pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus
dijaga agar senatiasa kering dan beton tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur
atau bersampah atau di dalam air. Atas persetujuan Direksi beton dapat dicor di
dalam air dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti pada
dasar sumuran atau cofferdam.

d) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain
yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah
dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.

e) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk pondasi
sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan atau pengecoran
beton dan dapat meminta Penyedia Jasa untuk melaksanakan pengujian penetrasi ke
dalaman tanah keras, pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk
memastikan cukup tidaknya daya dukung dari tanah di bawah pondasi. Bilamana
dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi ketentuan, Penyedia Jasa
dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau ke dalaman dari pondasi
dan/atau menggali dan mengganti bahan di tempat yang lunak, memadatkan
tanah pondasi atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya sebagai-mana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

2) Acuan

a) Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus dibentuk dari
galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai
dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum
pengecoran beton.

b) Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari adukan yang
kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran,
pemadatan dan perawatan.

c) Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk permukaan


akhir struktur yang tidak terekspos, tetapi kayu yang diserut dengan tebal yang
merata harus digunakan untuk permukaan beton yang terekspos. Seluruh sudut-sudut
tajam Acuan harus dibulatkan.

d) Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.

3) Pengecoran

a) Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling


sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan
pengecoran beton bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24
jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan
tanggal serta waktu pencampuran beton. Direksi Pekerjaan akan memberi tanda
terima atas pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa acuan, dan tulangan
dan dapat mengeluarkan persetujuan tertulis maupun tidak untuk memulai
pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa tidak boleh
melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.

b) Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk memulai


pengecoran, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bilamana Direksi
Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan
pengecoran secara keseluruhan.

c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air
atau diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas.

d) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor
sampai posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau
dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan
(setting time) semen yang digunakan, kecuali diberikan bahan tambahan (aditif)
untuk memperlambat proses pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi.

e) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan


konstruksi

(construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.

f) Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel kasar
dan halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin
dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran
yang tidak boleh melampaui satu meter dari tempat awal pengecoran.

g) Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang
rumit dan penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-lapisan
horisontal dengan tebal tidak melampuai 15 cm. Untuk dinding beton, tinggi
pengecoran dapat 30 cm menerus sepanjang seluruh keliling struktur.

h) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih
dari 150 cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air.

i) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran


beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran
beton yang baru.

j) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan
dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas
dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran
beton baru ini, bidang-bidang kontak beton lama harus disapu dengan adukan
semen dengan campuran yang sesuai dengan betonnya

SEKSI 4.4

PEKERJAAN PASANGAN

4.4.1 PASANGAN BATA MERAH

1) Lingkup Pekerjaan

a) Pasangan Bata Merah Dinding Seluruh Bangunan Rumah kaca

b) Pasangan Bata Merah Dinding Saluran Keliling Bangunan

c) Pasangan Bata Merah Dinding Pagar keliling

d) Pasangan Bata Merah Dinding Bangunan Paranet

2) Standard an Rujukan
Semua pekerjaan pasangan batu harus memenuhi standard yang tercantum dalam Bagian

Spesifikasi Umum.

3) Persyaratan Bahan

a) Bata Merah

Semua Bata Merah ukuran 5x11x22 cm untuk pekerjaan pasangan pada dinding, harus sesuai
dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan standar yang dalam keadaan utuh.

b) Semen, Pasir dan Air

i. Semua semen adukan untuk pekerjaan, harus sesuai dengan syarat-syarat dan
ketentuan yang dinyatakan untuk semen portland.

ii. Pasir untuk spesi/ adukan yang dipakai untuk seluruh kontruksi pekerjaan, yang
diperlukan menurut spesifikasi ini harus disediakan oleh Penyedia Jasa menurut
ketentuan dan sesuai syarat-syarat dan ketentuan dari spesifikasi bahan/ material
untuk pasir.

iii. Air yang dipergunakan untuk adukan bebas dari bahan-bahan lumpur, bahan-bahan
organik, alkali, garam dan kotoran-kotoran lain dan harus dites dan disetujui oleh
Direksi.

4) Persyaratan Pelaksanaan

Semua pasangan dinding bangunan menggunakan Bata Merah dipasang menurut


spesifikasi ini dan seluruh maksud yang bertalian yang mungkin ditentukan oleh Direksi,
harus terdiri dari bahan-bahan yang diperincikan disini.Syarat-syarat dan ketentuan yang
dinyatakan di sini akan berlaku untuk semua pekerjaan pemasangan batu, kecuali kalau
syarat-syarat dan ketentuan seperti diubah oleh Direksi untuk suatu pekerjaan tertentu.

5) Adukan dan Pemasangan a) Adukan

i. Mencampur

Adukan dicampur di tempat tertentu yang bersih dari kotoran, mempunyai alas yang
rata dan keras, tidak menyerap air yang sebelumnya harus ada persetujuan dari Direksi.
Kalau tidak ditentukan lain, mencampur dan mengaduk boleh dilakukan dengan
tangan (dengan memakai cangkul dan sebagainya) sampai diperlihatkan warna
adukan yang merata.

ii. Komposisi

Jenis adukan berikut harus dipakai dengan yang disebutkan dalam gambar atau dalam
uraian dan syarat-syarat ini. Jenis Spesi M3 1 Pc : 4 Psr
Campuran yang digunakan sesuai dengan yang tercantum dalam gambar atau

dapat dipakai campuran yang terdapat dalam tabel diatas.. b) Pemasangan

i. Cara dan perlengkapan untuk pengangkutan dan adukan akan sedemikian rupa
sehingga tidak akan menunda pemakaian adukan.

ii. Bata tidak boleh dipasang pada waktu hujan yang cukup deras atau cukup lama untuk
menghanyutkan adukan. Adukan yang telah dihampar yang luluh oleh hujan harus
disingkirkan dahulu dan diganti sebelum mengeras sepenuhnya.

c) Penyelesaian dan Penyempurnaan

Suatu batako harus dipasang dengan baik dan bagian mukanya rata, tumpukan batako
yang diisi adukan harus saling mengisi kekosongan dan saling mengikat, garis-garis
vertikal lurus dan permukaan yang baik, kecuali bila ditunjukan lain dari gambar atau
atas petunjuk Direksi.

4.4.2 PEKERJAAN PLESTERAN

1) Lingkup Pekerjaan

 Plesteran seluruh dinding bangunan rumah kaca pasangan bata merah


 Plesteran seluruh dinding bangunan rumah Paranet pasangan bata merah
 Plesteran seluruh dinding Pagar pasangan bata merah

2) Standard an Rujukan

Pekerjaan Plesteran harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam spesifikasi umum.

3) Jenis Plesteran

a) Plesteran biasa adalah campuran ≥ 1 PC : 4 PS.

Adukan plesteran ini untuk pasangan batu bata dan batu tempel serta untuk menutup
semua permukaan dinding pasangan bagian dalam bangunan, yang dinyatakan tidak
kedap air seperti tercantum didalam Gambar kerja.

b) Plesteran kedap air adalah campuran ≤1 PC : 3 PS.

Aduk plesteran ini untuk :

i. menutup semua adukan dinding pasangan pada bagian luar dan tepi luar
bangunan.
ii. Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang
disyaratkan harus kedap air seperti tercantum didalam Gambar kerja.
iii. Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian
yang disyaratkan harus kedap air seperti tercantum didalam Gambar kerja.

c) Plesteran halus/aci adalah campuran Portland Cement dengan air yaang


dibuat sedemikian rupa sehingga mendapatkan campuran yang homogen. Adukan
plesteran ini untuk semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding
pasangan yang disyaratkan harus kedap air seperti tercantum didalam Gambar kerja
Plesteran halus ini merupakan pekerjaan penyelesaian akhir dari dinding
pasangan. Pekerjaan plesteran halus ini dilaksanakan sesudah aduk plesteran
sebagai lapisan dasar berumur 8 (delapan) hari atau kering.

4) Persyaratan Bahan a) Semen.

Sesuai dengan Pasal 3.1.4. b) Pasir.

Sesuai dengan Pasal 3.1.4. c) Air

Sesuai dengan Pasal 3.1.4.

5) Persyaratan Pelaksanaan

Pekerjaan harus meliputi pemasokan semua bahan, dan seluruh pekerjaan yang
diperlukan untuk menyelesaikan finishing pekerjaan pasangan sesuai dengan
Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian, potongan dan dimensi seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan secara tertulis oleh
Direksi Pekerjaan.Semua jenis plesteran tersebut diatas harus disiapkan sedemikian
rupa sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada waktu
pelaksanaan pemasangan. Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu
antara waktu pencampuran aduk plesteran dengan pemasangan tidak melebihi 30
menit, terutama untuk plesteran kedap air. Kontraktor harus menyediakan
pekerja/tukang yang ahli untuk pelaksanaan plesteran ini, khususnya untuk
plesteran aci halus. Terkecuali plesteran kasar, permukaan semua aduk plesteran
harus diratakan. Permukaan plesteran tersebut khususnya plesteran halus/aci
halus : harus rata, tidak bergelombang, penuh dan padat, tidak berongga dan
berlubang, tidak mengandung kerikil ataupun benda-benda lain yang membuat
cacat.Untuk permukaan dinding pasangan sebelum diplester harus dibasahi terlebih
dahulu dan siar-siarnya dikerok sedalam 1 cm .Sedang untuk permukaan beton yang
akan diplester, permukaannya harus dibersihkan dari sisa-sisa bekisting, kemudian
dikasarkan (“scratched”). Semua lubang-lubang bekas pengikat bekisting atau
formtie harus tertutup aduk plesteran. Untuk semua bidang dinding yang akan dilapis
dengan cat dipakai plesteran aci halus diatas permukaan plesterannya.Untuk setiap
pertemuan bahan/material yang berbeda jenisnya pada satu bidang datar , harus
diberi naat /celah dengan ukuran lebar 0.7 cM dalam 0.5 cM.Untuk permukaan yang
datar, batas toleransi pelengkungan atau pecembungan bidanga tidak boleh
melebihi 5 mm, untuk setiap jarak 2 M. Ketebalan plesteran harus mencapai
ketebalan permukaan dinding /kolom seperti yang dinyatakan dan dicantumkan
dalam Gambar kerja. Tebal plesteran adalah minimal 2,0 cM.. jika ketebalan
melebihi 2,5 cM, maka diharuskan mengunakan kawat yang diikatkan/ dipaku
kepermukaan dinding pasangan yang bersangkutan, untuk memperkuat daya lekat
plesteran.Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai
pemasangan instalasi pipa listrik, pipa plumbing untuk seluruh bangunan

a) Adukan

Adukan dicampur di tempat tertentu yang bersih dari kotoran, mempunyai alas
yang rata dan keras, tidak menyerap air yang sebelumnya harus ada persetujuan
dari Direksi.Kalau tidak ditentukan lain, mencampur dan mengaduk boleh dilakukan
dengan tangan (dengan memakai cangkul dan sebagainya) sampai diperlihatkan
warna adukan yang merata.

b) Komposisi

Apabila ditentukan lain dalam gambar, maka jenis adukan pada tabel berikut
harus dipakai dengan yang disebutkan dalam gambar.

SEKSI 4.5

PEKERJAAN KUSEN

4.5.1 LINGKUP PEKERJAAN

a) Kusen (Pintu) seluruh Bagunan Rumah kaca atau sesuai gambar rencana allumunium

b) Kusen (Pintu) seluruh Bagunan RumahParanet atau sesuai gambar rencana allumunium

4.5.2 PERSYARATAN BAHAN

1) Ukuran Alumunium yang digunakan adalah 4 inc yang merupakan ukuran jadi

2) Pada setiap kaki kusen pintu dibuat neut-neut beton tumbuk yang dilengkapi
dengan hook besi dia. 10 mm yang dipasang tertanam. Ukuran serta Type Kusen yang
harus dibuat, dapat dilihat pada gambar kerja.

4.5.3 PERSYARATAN PELAKSANAAN

1) Sebelum pelaksanaan Alumunium disimpan dan dikumpulkan pada tempat yang


tertutup dari cahaya langsung/ hujan dan mempunyai nsirkulasi udara yang baik
dengan alas yang cukup tinggi/ tidak bersentuhan langsung dengan tanah.

2) Pelaksana harus mempelajari setiap ukuran, bentuk, pola penempatan, cara


pemasangan dan detail yng sesuai dengan gambar rencana dan ketepatan pada saat
pemasangan. Seluruh sambungan kayu pada kusen harus menyudut, rapih dan
halus, serta sesuai dengan gambar rencana
3) Pelaksanaan sambungan seperti klos, baut plat penggantung, amkur, dynabolt,
sekrup, paku dan lem perekat harus rapi dan sempurna. Diusahakan agar permukaan
yang tampak harus bersih/ tidak kotor

4) Penyilent dan perapihan permukaan Alumunium harus rata, 5) Seluruh kayu


yang digunakan harus lurus dan tanpa cacat/ mata kayu/ retakan.

SEKSI 4.6

PEKERJAAN L DAUN PINTU

4.6.1 LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi :

Pekerjaan panel daun pintu lengkap dengan kunci dan penggantung seluruh bangunan
rumah kaca dan bangunan Paranet atau seperti tercantum dalam Gambar rencana.

4.6.2 PERSYARATAN BAHAN.

1) Rangka Daun Pintu.

Penggunaan bahan rangka alumunium 4 inc. Referensi bahan sesuai dengan yang diuraikan diatas.

2) Panel Daun Pintu.

a) Pintu Panel mauk ruang tanam paranet dan rumah kaca dengan ketebelan 4 cm pintu alumunium
dengan ketemal 0,1 cm dan di kombinasi dengan kaca bening ketebalan 5 mm

3) Bahan dan Alat bantu.

Bahan perekat adalah lem putih untuk kayu, produk HENKEL atau yang setaraf.

Semua pengikat berupa paku, sekrup, baut, dynabolt, kawat, dan lain-lain harus digalvanisasi.

4.6.3 PERSYARATAN PELAKSANAAN.

1) Pada dasarnya semua pelaksanaan pekerjaan harus memenuhi persyaratan


pelaksanaan pekerjaan Alumunium halus seperti yang telah diuraikan.

2) Semua pembuatan daun pintu harus dilaksanakan secara pabrikasi .

3) Semua sambungan siku/sudut untuk rangka Alumunium dan penguat lain yang
diperlukan hingga terjamin kekuatannya harus memperhatikan /menjaga kesikuannya
dan kerapihan terutama untuk bidang-bidang tampak tidak boleh ada lubang-lubang
atau cacat bekas penyetelan.
4) Semua Alumunium tampak harus halus, rata, lurus dan siku-siku satu sama lain sisi-
sisinya, dan dilapangan sudah dalam keadaan siap untuk penyetelan /pemasangan.
Pembuatan dan pemotongan profil Alumunium dilakukan dengan mesin di luar
tempat pekerjaan/pemasangan. Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan
ukuran jadi.

SEKSI 4.7

PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU

4.7.1 LINGKUP PEKERJAAN.

1) Pekerjaan Kunci untuk pintu rumah kaca dan gedung paranet

Seluruh kunci pintu menggunakan kunci tanam dengan system penguncian ganda
(double slaag) setarap merek “Royal” produksi dalam negeri SII.

2) Pekerjaan Alat-alat Penggantung

Penggantung Daun Pintu menggunakan Engsel Cabut sekualitas ‘Unilon” ukuran 10


cm sebanyak 3 (tiga) buah untuk setiap daun pintu produksi Dalam Negeri dengan kualitas
baik.

4.7.2 PERSYARATAN BAHAN.

Semua alat penggantung dan pengunci (“hardware”) yang digunakan harus sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam buku spesifikasi ini. Apabila terjadi perubahan
atau penggantian, harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu secara tertulis dari
Pemberi Tugas.

Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan dari


Direksi. Dalam pengajuan tersebut harus dengan komponen yang lengkap (anak kunci).
Pemilihan “hardware” pintu dan jendela disesuaikan dengan jenis bahan pintu.

1) Perlengkapan Pintu Ayun. a) Engsel (“Hinge”)

Mekanisme : Ayun satu arah (“single swing”).

Spesifikasi : Tipe kupu-kupu dengan ring nylon

Memenuhi standard SII –0407-80. Pemakaian : Pintu Alumunium.

Ukuran : Standard produk ( 45 x 75 mM ). Jumlah : 4 (tiga) set per


daupintu. Produk : KEND atau setaraf.

Warna : Ditentukan kemudian. b) Kotak Kunci (“Lockcase”).


Mekanisme : Ayun satu arah (“single swing”). Pemakaian : Pintu Alumunium.

Spesifikasi : Lockcase yang mempunyai lidah siang (“latch bolt”)

dan mempunyai lidah malam (“rolling dead bolt”) Produk : KEND, CISA atau
setaraf.

Warna : Ditentukan kemudian. c) Silinder (“Cylinder”).

Spesifikasi : Sistem anak kunci dua arah. Pemakaian : Pintu pada setiap
bangunan. Produk : KEND, CISA atau setaraf.

2. Spesifikasi : Pegangan dalam/luar yang dapat diputar dengan tombol penekan


pada pegangan dalam)

a) Pegangan Pintu (“Handle”).

Spesifikasi : Pegangan dalam yang dapat diputar dengan tombol penekan pada
pegangan dalam, indikator “ isi / kosong ” pada sisi luar

Pemakaian : Semua pintu Alluminium. Produk : KEND atau setaraf.

b) Grendel Tanam Putar.

Pemakaian : Pintu dengan dua daun / pintu ganda sesuai dengan Gambar kerja. Produk
: KEND atau setaraf.

4.7.3 PERSYARATAN PELAKSANAAN.

1) Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan


gambar dokumen kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan dilapangan.Di dalam
shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan termasuk
keterangan produk, cara pemasangan atau detail-detail khusus yang belum tercakup
secara lengkap didalam gambar dokumen kontrak sesuai dengan standardisasi
fabrikasi, dan pemasangannya untuk setiap pintu dan jendela. Shop drawing harus
disetujui dahulu oleh Owner/ Konsultan Pengawas sebelum dilaksanakan.
Pemasangan semua perangkat perlengkapan pintu, jendela dan bovenlicht harus
rapi dan sesuai dengan letak posisi yang telah ditentukan dalam Gambar kerja dan atau
petunjuk Owner/ Konsultan Pengawas. Apabila hal tersebut tidak tercapai, maka
Kontraktor wajib memperbaiki tanpa tambahan biaya.

2) Engsel.

Pemasangan : Engsel atas , + 28 cm (as) dari permukaan atas pintu. Engsel bawah , + 28 cm
(as) dari permukaan bawah pintu. Khusus pintu toilet adalah dari permukaan bawah pintu.

SEKSI 4.8
PEKERJAAN KACA

4.8.1 LINGKUP PEKERJAAN.

a) Pekerjaan kaca pintu,

b) Pekerjaan kaca Atap pada rumah kaca lainnya seperti tercantum dalam Gambar kerja.

4.8.2 PERSYARATAN BAHAN.

Bahan kaca Pintu diharapkan memakai kaca baru yang ada, untuk kekurangannya
memakai kaca baru dengan jenis / type yang sama dengan kaca sesuai dengan standard
produk dengan SII 0819/78,

Semua cermin harus sesuai dengan NI-3. Produk ASAHI GLASS atau setaraf.

1) Tipe Bahan.

a) Kaca :

Kaca lembaran jernih bening dengan spesifikasi:

Tebal 5 mm : semua jendela, lubang cahaya (bovenlicht) dan atau


sesuai gambar kerja.

Tebal 8 mm : Kaca temprate untu atap Rumah Kaca

Produk : ASAHI GLASS atau setaraf. b) Kaca Cermin :

Kaca lembaran jernih ( “Clear Glass Float Type” ), Tebal 5 mm dengan salah
satu permukaan dilapis perak ( “Chemical Deposit Silver” ) pada bagian tepi bawah.

Ukuran : Lihat Gambar kerja. Produk : Lokal.

Finishing : Bagian tepi di bevel lebar 3 cm.

b) Semua kaca dan cermin harus bebas dari noda dan cacat, bebas sulfida maupun
bercak- bercak lain.

c) Semua bahan kaca dan cermin yang dipakai harus mendapat persetujuan
tertulis dari

Direksi.

2) Toleransi Tebal

Ketebalan kaca dan cermin lembaran tidak boleh melebihi toleransi tebal sebagai berikut

JENIS TEBAL TOLERANSI


( mM ) ( mM ) ( mM )

8 8 +/- 0.3

3) Kesikuan.

Kaca dan cermin lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut siku serta
tepi potongan yang rata dan lurus.

Toleransi kesikuan maksimum yang diperkenankan adalah 1,5 mM per Meter.

4) Cacat-cacat.

Kaca dan cermin lembaran yang dipakai harus bebas dari cacat dan noda
apapun. Lapisan perak (Chemical Deposit Silver) pada kaca cermin yang dipakai harus
terlihat merata.

Apabila terjadi bercak-bercak hitam, maka kaca cermin harus diganti atas biaya
Kontraktor dan tidak dapat diajukan sebagai pekerjaan tambah.

4.8.3 PERSYARATAN PELAKSANAAN.

1) Pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan keahlian dan ketelitian.

Ukuran, tebal, warna dan jenis bahan yang dipasang harus sesuai dengan Gambar
kerja, buku spesifikasi ini dan atau sesuai dengan petunjuk Qwner/Konsultan
Pengawas. Pemotongan harus rapi dan lurus dengan mengunakan pemotong kaca
dan cermin yang khusus Sisi-sisi kaca dan cermin yang tampak maupun tidak
tampak akibat pemotongan harus digurinda dan dihaluskan sampai berbentuk
tembereng. Kaca yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan benturan
dan diberi tanda agar mudah diketahui.

2) Pekerjaan Pemasangan Kaca Pintu danDan Atap rumah Kaca.

Sebelum pemasangan kaca, kusen telah terpasang dan telah selesai sesuai dengan
Gambar kerja dan memenuhi persyaratan pekerjaan kusen alluminium yang
diuraikan pada bab lain dalam buku ini. Selanjutnya adalah pemasangan rubber
gasket/rubber seal/sealant, sesuai dengan Gambar kerja. Ukuran kaca dan
pemasangan rubber gasket/rubber seal/sealant harus sedemikian rupa, agar kaca
tidak pecah pada waktu terjadi pengembangan dan penyusutan.

3) Kualitas Pekerjaan.

Tidak boleh terjadi retak tepi pada semua kaca dan cermin akibat pemasangan
rubber gasket/rubber seal/sealant. Semua kaca dan cermin pada saat
terpasang tidak boleh bergelombang. Apabila masih terlihat adanya gelombang
maka kaca dan cermin tersebut harus dibongkar daan diperbaiki atau diganti. Biaya
untuk hal ini adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diklim
sebagai pekerjaan tambah.
4) Pemeliharaan.

Semua kaca dan cermin yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan
benturan, serta harus diberi tanda agar mudah diketahui. Apabila terjadi kaca atau
cermin yang retak, pecah ataupun cacat lainnya akibat keteledoran Kontraktor,
Kontraktor harus mengganti dengan yang baru sesuai dengan persyaratan. Biaya untuk
hal ini adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diklaim sebagai
pekerjaan tambah.

SEKSI 4.10

PEKERJAAN PENUTUP ATAP

4.10.1 LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan pemasangan penutup Rumah Kaca

.Pekerjaan pemasangan penutup RumahParanet

4.10.2 PERSYARATAN BAHAN ATAP

1) Spesifikasi bahan.

Jenis : Kaca Temprate T 8 mm

Warna : Ditentukan kemudian. Produk :

2) Spesifikasi bahan.

Jenis : Paranet sheding net monofilement 70 %

Warna : Hitam

Produk : agropro

3) Kontraktor wajib memberikan contoh bahan untuk disetujui dengan disertai keterangan
tertulis mengenai spesifikasi bahan , detail bentuk, ukuran serta petunjuk cara pemasangan.

4) Untuk Penuntup rumah kaca yang disyaratkan adalah kaca temprate, ukuran yang
digunakan sesuai dengan yaang ada pada gambar kerja

SEKSI 4.12

PEKERJAAN PENGECATAN

4.12.1 LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi :


1) Pekerjaan pengecatan permukaan dinding pasangan batu bata, beton yang
ditampakkan

Semua permukaan dinding pasangan batu dan permukaan beton yang


tampak /exposed seperti yang tercantum dalam Gambar kerja.

2) Pekerjaan pengecatan kayu.

3) Pekerjaan Pengecatan Logam.

Semua pekerjaan logam yang terpasang seperti yang tercantum dalam Gambar kerja
dengan ketentuan sebagai berikut :

Semua bagian / permukaan yang tampak / exposed dicat sampai dengan cat finish.

Semua bagian / permukaan yang tidak ditampakkan / un-exposed dicat hanya sampai
dengan cat dasar.

4.12.2 PERSYARATAN BAHAN.

1) Cat Tembok.

Eksterior : ICI Dulux Weather Shield atau setaraf. Interior : CATYLAC Emulsion
atau setaraf. Warna : ditentukan kemudian.

2) Cat Logam dan Kayu.

Bahan dari jenis synthetic enamel super gloss kualitas utama. Produk CATYLAC atau
yang setaraf.Warna ditentukan kemudian

3) Cat Politur.

Memakai melamik bahan dari produk IMPRA, ULTRAN atau yang setaraf.

4) Plamur.

Bahan dari kualitas utama, produk ex lokal mutu terbaik.

5) Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dari produk Tersebut diatas mengenai
kemurnian cat yang akan dipergunakan.

Pembuktian berupa :

a) segel kaleng.

b) test BD.

c) test laboratorium.

d) hasil akhir pengecatan.


Biaya untuk pembuktian ini dibebankan kepada Kontraktor. Hasil tes kemurnian
ini harus mendapatkan rekomendasi tertulis dari produsen dan diserahkan ke
Owner/Konsultan Pengawas.

6) Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat pada
bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cM2.

Pada bidang-bidang tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna, formula


cat, jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar sampai dengan lapisan terakhir).

7) Semua bidang contoh tersebut harus disampaikan kepada Owner/Konsultan


Pengawas danPerencana.Jika contoh-contoh tersebut telah disetujui secara
tertulis oleh Perencana dan Owner / Konsultan Pengawas, barulah Kontraktor
melanjutkan dengan pembuatan “mock up”.

8) Kontraktor harus menyerahkan kepada Owner / Konsultan Pengawas, minimal 5


Galon tiap warna dan jenis cat yang dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus
tertutup rapat dan mencantumkan dengan identitas cat yang ada di dalamnya.Cat ini
akan dipakai sebagai cadangan oleh Owner untuk perawatan.

4.12.3 PERSYARATAN PELAKSANAAN.

Lakukan dengan cara terbaik yang umum dilakukan kecuali apabila dispesifikasikan lain. Tebal
minimum dari tiap lapisan jadi (“finish") minimum sama dengan syarat yang dispesifikasikan
pabrik.

1) Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran , atau ada bekas
yang menunjukkan tanda-tanda sapuan, roller maupun semprotan.

2) Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun
atau membahayakan keselamatan manusia, maka Kontraktor harus menyediakan
peralatan pelindung, misalnya : masker, sarung tangan dan sebagainnya, yang harus
dipakai waktu pelaksanaan pekerjaan.

3) Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini dalam keadaan cuaca yang lembab
atau hujan atau dalam keadaan angin berdebu bertiup.

Terutama untuk pelaksanaan di dalam ruangan bagi cat dengan bahan dasar beracun atau
membahayakan manusia, maka dalam ruangan tersebut harus mempunyai ventilasi
yang cukup atau pergantian udaranya lancar.Di dalam keadaan tertentu, misalnya untuk
ruangan tertutup, Kontraktor harus memakai Kipas angin/Fan untuk memperlancar
pergantian /aliran udara.

4) Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, kape, pompa udara tekan/vacuum
cleaner, semprotan dan sebagainya harus tersedia dari mutu/kualitas terbaik dan
jumlahnya cukup untuk pekerjaan ini. Khusus untuk semua cat dasar harus disapukan
dengan kuas penyemprotan hanya boleh dilakukan bila disetujui Owner/ Konsultan
Pengawas.

Pemakaian ampelas, pencucian dengan air maupun pembersihan dengan kain


kering terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Owner/ Konsultan
Pengawas terkecuali disyaratkan lain dalam spesifikasi ini.

5) Pelaksanaan pekerjaan ini khususnya pengecatan cat dasar untuk


komponen bahan/material logam, harus dilakukan sebelum komponen tersebut terpasang.

6) Standard Pengerjaan ( “ Mock-Up “ )

Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada satu bidang
untuk setiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-bidang tersebut akan
dijadikan contoh pilihan warna, tekstur, material dan cara pengerjaan. Bidang-bidang yang
akan dipakai sebagai “mock-up” ini ditentukan oleh Owner/Konsultan Pengawas. Jika
masing-masing bidang tersebut telah ditentukan oleh Owner/Konsultan Pengawas dan
Perencana, maka bidang-bidang ini akan dipakai sebagai standard minimal keseluruhan
Pekerjaan Pengecatan.

Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Owner/ Konsultan Pengawas harus diulang dan
diganti. Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada cat dasar atau cat
finish yang kurang menutupi atau lepas sebagaimana ditunjukkan oleh Owner /
Konsultan Pengawas. Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor dan tidak dapat di-
klaim sebagai pekerjaan tambah.

7) Selama pelaksanaan, Kontraktor harus diawasi oleh tenaga ahli/supervisi dari


pabrik pembuat. Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor, tidak dapat di-klaim sebagai
pekerjaan tambah.

8) Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan Bata, Beton, Langit-langit:

a) Sebelum pelaksanaan:

Seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu , lemak, kotoran atau noda lain, bekas-
bekas cat yang terkelupas bagi permukaan yang pernah dicat dan dalam kondisi kering.

b) Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.

Pemakaian kuas hanya untuk permukaan dimana tidak mungkin menggunakan roller. c)
Permukaan Interior.

Lapisan pertama :

Cat jenis Acrylic Wall Filler. Pelaksanaan pekerjaan dengan kape.

Ketebalan lapisan adalah 25 – 150 micron atau daya sebar per liter 10 M2.

Tunggu selama miminum 12 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya. Lapisan kedua :
Cat dasar jenis Alkali Resisting Primer. Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.

Ketebalan lapisan adalah 25 – 40 micron atau daya sebar per liter 13 - 15M2.

Tunggu selama miminum 24 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya. Lapisan ketiga
dan keempat :

Cat jenis Vynil Acrylic Emulsion. Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.

Ketebalan lapisan adalah 25 - 40 micron atau daya sebar per liter 11 -17 M2 perlapis.

Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam. d) Permukaan Exterior.

Lapisan pertama :

Cat jenis Acrylic Wall Filler. Pelaksanaan pekerjaan dengan kape.

Ketebalan lapisan adalah 25 – 150 micron atau daya sebar per liter 10 M2.

Tunggu selama miminum 12 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya. Lapisan kedua :

Cat dasar jenis Alkali Resisting Primer. Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.

Ketebalan lapisan adalah 25 – 40 micron atau daya sebar per liter 13 - 15M2.

Tunggu selama miminum 24 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya. Lapisan ketiga
dan keempat :

Cat jenis Weathershield ( Tahan cuaca ) Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.

Ketebalan lapisan adalah 25 - 40 micron atau daya sebar per liter 11 -17 M2 perlapis.

Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam. Warna ditentukan kemudian.

9) Pekerjaan Pengecatan Logam yang Tidak ditampakan.

Semua pengecatan permukaan logam yang tidak ditampakkan hanya cat dasar jenis Quick

Dying Primer Red Lead sebanyak 1 lapis. Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.

SEKSI 4.13

PEKERJAAN SANITER

4.13.1 LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi pengadaan dan pemasangan :

1) Pekerjaan kran.

4.13.2 PERSYARATAN BAHAN.

Jenis, ukuran, warna sesuai dengan petunjuk Gambar serta buku RKS ini dan telah disetujui
oleh Direksi. Segala contoh yang telah disetujui oleh Direksi harus diserahkan kepada
Direksi. Semua bahan yang terpasang sesuai dengan contoh yang telah disetujui.
Pemasangan semua unit saniter harus lengkap dengan ‘fixtures’ (kran, pipa
drain, dan sebagainya)

2) KRAN

Produk : setara KITZ Tipe : -

3) FLOOR DRAIN

Produk : setara KITZ. Tipe : -

4.13.3 PERSYARATAN PELAKSANAAN.

1) Pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti Gambar, Uraian dan Persyaratan


Pekerjaan, Spesifikasi serta petunjuk Owner/Konsultan Pengawas. Diperlukan
koordinasi kerja dengan disiplin lain terutama yang bersangkutan dengan
pekerjaan pemasangan, baik jadwal pekerjaan maupun posisi meletakkan
peralatan ditempat.

2) Semua peralatan sebelum dan sesudah dipasang harus disetujui


Owner/Konsultan Pengawas dan dijaga dari kerusakan atau hilang sebelum masa
penyerahan tiba. Pada saat pemasangan peralatan, perhatikan semua ukuran, peil,
pola dan syarat lain untuk pemasangan di lantai maupun di dinding /meja beton.

Peralatan harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak ada sumbatan-


sumbatan. Pemasangan unit saniter dan “accesoriesnya” harus dilakukan dengan hati-
hati dan cermat agar tidak terdapat bekas cacat atau noda. Semua peralatan yang
sudah tertanam dalam beton harus bersih dari kotoran dan tidak cacat.

3) Sambungan pipa dengan “accessories” unit saniter pada umumnya


menggunakan sambungan ulir. Penyambungan dengan ulir ini terlebih dahulu dilapisi
dengan “Red Lead Cement” dan memakai pintalan serat halus.Pada tempat-
tempat khusus digunakan sambungan “flanged”.

4) Pada penyambungan dengan ”flanged” perlu dilengkapi dengan “ring type gasket”
untuk lebih menjamin kekuatan sambungan.
5) Dilarang menutup dengan plesteran sebelum diadakan pemeriksaan/pengujian oleh
Owner/ Konsultan Pengawas. Semua “fixtures” yang terpasang di dinding harus
diusahakan tepat ditengah

BAB 5

PEKERJAAN ME

SEKSI 5.1

PEKERJAAN PLUMBING

5.3.1 PENJELASAN UMUM

Beberapa pertimbangan yang dilakukan dalam kaitannya dengan perencanaan sistem plambing di
sini adalah :

1) Penggunaan cuci tangan dapur, cuci mobil dan penyiraman tanaman.

5.3.2 LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan sistem Plumbing adalah :

1) Sistem Penyediaan Air Bersih

2) Sistem Pembuangan Air Hujan

5.3.3 KRITERIA PERANCANGAN

Perancangan dari sistem plumbing dan penyediaan air bersih untuk bangunan ini di dasarkan atas
kriteria-kriteria sebagai berikut:

1) Pedoman Plumbing Indonesia

2) Jumlah keseluruhan unit beban Plumbing (Fixtures Unit)

3) Asumsi beban puncak adalah satu jam

4) Tekanan sisa pada outlet tertinggi pada jaringan pipa distribusi kira-kira 8 psi

5) Kecepatan air dalam pipa maksimal 6 ft/detik

6) Peraturan menteri kesehatan RI No.173/Menkes/Per/VIII/77

7) Distribusi air bersih pada umumnya dilakukan secara gravitasi, melalui pipa
tertutup dan di catu dari tangki atas

8) Pengoperasian peralatan Plumbing diasumsikan selama 12 jam

9) Kapasitas tangki atas 1,5 x Volume air yang diperlukan pada saat terjadi beban puncak
10) Penyediaan air untuk penanggulangan kebakaran selama 0,5 jam pengoperasian
pompa utama

5.3.4 SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH

Sumber utama penyediaan air bersih diperoleh dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) atau
sumur dalam (Deep Well), yang ditampung dalam tangki air bawah tanah berkapasitas 100
m3 yang dilengkapi dengan meter air Gate Valve dan katup apung dengan bantuan pompa
Domestik.Pemindahan air dari tangki bawah tanah ke dalam tangki atas melalui pipa tertutup.

Kapasitas tangki atas 2 x 3 m3 (persediaan 30 menit pada kebutuhan puncak).

Tangki atas dilengkapi control muka air (Level Control) yang dipasang di tangki bawah tanah untuk
mematikan unit pompa agar tidak dapat bekerja bila muka air sudah mencapai batas ketinggian
minimum tertentu.

Tangki atas dilengkapi control muka air (batas atas dan batas bawah) sehingga pompa domestik
dapat mengisi tangki secara otomatis.Pendistribusian ke semua outlet dilakukan secara
gravitasi.Rangkaian sistem Plumbing dipasang katup kendali di setiap cabang utama (setiap
lantai) untuk memberi kemungkinan adanya pemeliharaan dan atau perbaikan pipa beserta
kelengkapannya tanpa mengganggu sistem utama penyediaan air bersih dan cabangnya pada
lantai-lantai yang lain.

Standar kualitas air minum harus memenuhi standar WHO

5.3.4 SPRINKLER SYSTEM

Batas daerah proteksi untuk 1 (satu) Splinkler riser

Light hazard : 520.00 ft2 (4.831 m2)

Ordinary hazard : 520.00 ft2 (4.831 m2)

Luas maksimal daerah layanan untuk 1 (satu) Kepala Sprinkler (Sprinkler Head) Light hazard
: 225 ft2 (20.9 m2)

Ordinary hazard : 130 ft2 (12.1 m2) Jarak maksimal antara Kepala Sprinkler Light hazard
: 15 ft2 (4.6 m2) Ordinary hazard : 15 ft2 (4.6 m2)

Jarak dari Sprinkler terhadap dinding tidak lebih dari angka-angka diatas

Tekanan sisa minimal pada Kepala Sprinkler 15 psi

Sprinkler yang terpasang dalam bangunan beroperasi secara Full Outomatic mengikuti
standar dan kode yang dipakai dalam spesifikasi ini.
Setiap daerah dibagi dalam zoning dan dapat diawasi dan dimonitor dengan Flow Switch. Pada
lokasi tertentu harus disediakan fasilitas pengujian aliran pada sistem perpipahannya.

BAB 6

SEKSI 6.1

PEKERJAAN SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK

6.2.1 LINGKUP PEKERJAAN

Item-item pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1) Panel-Panel Daya Tegangan Rendah.

Pekerjaan ini meliputi Low Voltage Main Distribution Panel (LV-MDP), Sub
Distribution Panel (SDP), panel-panel daya (PP), dan panel-panel penerangan
(LP), termasuk seluruh peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan sistem.

2) Kabel-kabel Daya Tegangan Rendah.

Pekerjaan ini meliputi kabel dari genset ke panel kontrol genset, kabel-kabel yang
digunakan untuk menghubungkan panel satu dengan panel lainnya serta harus
termasuk seluruh peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan
sistem instalasi listrik.

3) Instalasi Daya dan Instalasi Penerangan.

Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi listrik yang digunakan untuk


menghubungkan panel- panel (PP dan LP) dengan outlet-outlet daya, fixture
penerangan, dan peralatan-peralatan listrik lainnya seperti AC, Exhaust Fan,
motor-motor listrik pada peralatan sistem mekanikal serta peralatan-peralatan lain
sesuai dengan gambar perencanaan dan buku persyaratan teknis.

4) Sistem Pengebumian Pengaman.

Yang termasuk di dalam pekerjaan sistem pengebumian meliputi batang


elektroda pengebumian, kabel atau bar copper conductor, termasuk seluruh
peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem.

5) Peralatan Penunjang Instalasi.

Pekerjaan ini meliputi conduit, sparing, doos outlet daya, doos saklar, doos
penyambung, doos pencabangan, elbow, flexible conduit, klem dan
peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem distribusi
listrik meskipun peralatan-peralatan ini tidak disebutkan dan digambarkan dengan
jelas di dalam gambar perencanaan.

6) Panel-panel Kontrol.

Yang termasuk di dalam pekerjaan ini meliputi panel kontrol start-stop dan
monitor untuk peralatan AC, Pompa bahan bakar, Submersible Pump dan lain-lain
seperti yang tercantum di dalam gambar perencanaan atau buku spesifikasi teknis.
Tergantung pada pembagian lingkup pekerjaan kontrak, item pekerjaan ini dapat
dimasukan dalam pekerjaan elektrikal atau mekanikal.

7) Penyambungan sumber catu daya listrik PLN sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

6.2.2 KEMAMPUAN OPERASI SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK.

1) Pada keadaan normal.

Seluruh beban dilayani oleh sumber catu daya listrik utama yang berasal dari
jaringan

Tegangan Menengah PLN (20 kV, 3 fasa, 50 Hertz).

2) Pada keadaan darurat.

Pada saat sumber catu daya utama dari PLN mengalami gangguan, secara otomatis
sebagian kebutuhan daya di layani oleh sumber catu daya cadangan yang
berasal dari Diesel Generating Set.

Genset dioperasikan secara manual, sedangkan perpindahan beban dan


pemutusan ACB Coupling dilakukan secara otomatis dengan ATS.

6.2.3 PERSYARATAN PEKERJAAN PANEL TEGANGAN RENDAH

1) Konstruksi Box Panel.

Panel harus terbuat dari plat baja, dengan rangka yang terbuat dari besi siku atau besi
plat yang dibentuk dan diberi cat dasar dengan meni tahan karat serta difinish dengan
cat bakar warna abu-abu.

Ketebalan plat baja :

Panel Dinding Pintu

1. LVMDP,

2. SDP dan PP, LP 2,0 mm 1,6 mm 3,0 mm 2,0 mm


Dalam box panel harus disediakan sarana pendukung kabel yang diketanahkan
(grounding)

dan bus bar pentanahan, yang berfungsi untuk dudukan ujung kabel pentanahan.

Untuk pemasangan kabel incoming dan outgoing harus disediakan terminal penyambung
yang disusun rapi dan ditempatkan pada lokasi yang tempat dalam arti kata pada
bagian panek dimana kabel incoming itu masuk dan kabel outgoing itu keluar dari panel.
Pada circuit breaker, sepatu kabel, kabel incoming dan outgoing serta terminal
penyambung kabel harus diberi indikadi/label/sign plates mengenai nama beban atau
kelompok beban yang dicatu daya listriknya. Label itu harus terbuat dari plastik atau
plat aluminium, kabel harus terpasang jelas dan tidak mudah lepas. Panel mempunyai
tutup bagian dalam dan pintu luar. Pintu bagian dalam dipasang dengan
menggunakan skrup. Pada pintu luar dipasang handle pintu dan kunci. Pada bagian atas
panel (dari abang atas sampai dengan 12 cm di bawah abang atas panel atau
disesuaikan dengan kebutuhan) harus disediakan tempat untuk pemasangan lampu
indikator, fuse dan alat-alat ukur. Bagian tersebut merupakan bagian terpisah dari pintu
panel dan diskrup ke pintu panel. Ukuran panel di dalam gambar perencanaan tidak
mengikat, dapat disesuaikan dengan ukuran komponen dan peralatan penunjang yang
dipilih serta standard pabrik pembuat. Pada pintu luar panel bagian dalam harus
digambarkan diagram sistem intalasi panel tersebut secara lengkap dan baik serta harus
dilaminasi.

2) Busbar dan Terminal Penyambungan.

Panel harus sesuai untuk sistem 3 phasa, 4 kawat dan mempunyai 5 busbar dimana
busbar pentanahan terpisah. Busbar dari bahan tembaga yang digalvanisasi dengan bahan
perak. galvanisasi ini, termasuk pula bagian-bagian yang menempel pada busbar, seperti
sepatu kabel dan lain-lain. Pemasangan kabel (untuk semua ukuran luas
penampang kabel) pada busbar harus menggunakan sepatu kabel. Pemasangan pada
MCB, MCCB, dan terminal untuk kabel dengan ukuran lebih besar dari 10 mm2 harus
menggunakan sepatu kabel. Busbar dan terminal penyambungan harus disusun dan
dipegang oleh isalator dengan baik, sehingga mampu menahan electro mechanical force
akibat arus hubung singkat terbesar yang mungkin terjadi.

3) Circuit Breaker :

Circuit Breaker yang digunakan dari jenis MCB dan MCCB. Beberapa MCCB (sesuai
gambar) dilengkapi dengan thermal overcurrent release dan elektromagnetic overcurrent
release yang rating amperetrip-nya dapat diatur (adjustable) . Outgoing circuit breaker
dari Low Voltage Main Distribution Panel (LV-MDP) harus dilengkapi dengan proteksi
kehilangan arus satu phasa. Circuit Breaker untuk proteksi motor-motor listrik harus
menggunakan Circuit Breaker yang rancang khusus untuk pengaman motor (Circuit
Breaker tipe M ). Breaking capacity dan rating CB yang digunakan harus sebesar yang
tercantum dalam gambar perencanaan. Semua Circuit Breaker harus dapat
diindentifikasi dengan jelas. Indentifikasi ini meliputi Breaking Capacity, rating
ampere serta Ampere Trip dari Circuit Breaker tersebut. Pemasangan MCB harus
menggunakan Omega Rail sedangkan pemasangan MCCB dan komponen-komponen
lain, seperti magnetic contactor, time switch dan lain-lain harus mengunakan
dudukan plat yang cukup kuat. Pemasangan komponen-komponen tersebut harus rapi
dan kokoh sehingga tidak akan lepas oleh gangguan mekanis. Jika di dalam gambar
perencanaan dinyatakan ada spare, maka spare tersebut harus terpasang secara
lengkap. Semua Circuit Breaker harus diberi label/signplate yang terbuat dari
Alumunium mengenai nama beban atau kelompok beban yang dicatu daya listriknya.
Label itu harus terbuat dari Alumunium, label harus jelas dan tidak mudah lepas.

4) Alat Ukur / indikator.

a) Panel LV-MDP dilengkapi dengan alat-alat ukur, seperti :

i) Ampere meter ii) Cosphi meter

iii) Frequensi meter iv) Trafo arus

v) kWh meter

vi) Indicator lamp & mini fuse

Panel-panel lain dilengkapi dengan indikator lamp.

b) Volt meter dilengkapi dengan selector switch yang mempunyai mode 7 (tujuh) posisi :

i) 3 kali phasa terhadap netral

ii) 3 kali phasa terhadap phasa iii) 1 posisi OFF

c) Ampere meter yang digunakan mempunyai range pengukuran sesuai dengan


rating incoming Circuit Breaker.

d) Pengukuran arus yang besar menggunakan trafo arus yang dirancang khusus
untuk pengukuran. Rating trafo arus harus sesuai dengan rating Ampere meter yang
digunakan dan tahan menerima impact short circuit terbesar yang mungkin terjadi.

e) Lampu indikator yang digunakan adalah :

i) Warna hijau untuk phasa R

ii) Warna kuning untuk phasa S

iii) Warna merah untuk phasa T

iv) Lampu-lampu indikator harus diproteksi dengan menggunakan mini fuse.

f) Lampu indikator yang digunakan adalah :Amperemeter dan Voltmeter harus


menggunakan tipe Moving iron rectangular dengan kelas alat 2,0 dan mempunyai dimensi
minimal 72 mm x72 mm.
5) Pemasangan Panel.

Panel jenis Free Standing dipasang pada lantai kerja dengan lokasi seperti pada
gambar perencanaan. Pemasangan panel harus menggunakan dudukan konstruksi
baja dan harus diperkuat dengan mur baut atau dynabolt sehingga tidak akan berubah
posisi oleh gangguan mekanis. Panel jenis wall mounting dipasang flush mounting pada
dinding tembok dengan lokasi sesuai gambar perencanaan. Pemasangan panel pada
dinding harus diperkuat dengan penahan dari besi siku dan baut tanam (anchor bolt)
sehingga tidak akan rusak oleh gangguan mekanis. Box panel dan semua material yang
bersipat konduktif yang berada disekitar panel listrik harus dihubungkan ke sistem
pembumian pengaman.

6) Gambar Skema Rangkaian Listrik.

Panel harus dilengkapi dengan gambar skema rangkaian listrik, lengkap dengan
keterangan mengenai bagian instalasi yang diatur oleh panel tersebut.Gambar skema
rangkaian listrik dibuat dengan baik, dilaminasi plastik dan ditempelkan pada pintu luar
panel bagian dalam.

6.2.4 PERSYARATAN PEKERJAAN KABEL TEGANGAN RENDAH

1) Ketentuan Umum.

Ukuran luas penampang kabel untuk jaringan instalasi listrik tegangan rendah yang digunakan
minimal harus sesuai dengan gambar perencanaan. Kabel listrik yang digunakan harus mempunyai
rated voltage sebesar 600 Volt / 1000 Volt. Tahanan isolasi kabel yang digunakan harus sedemikian
rupa sehingga arus bocor yang terjadi tidak melebihi 1 mA untuk setiap 100 M panjang kabel.
Kabel-kabel yang digunakan adalah kabel PVC dengan jenis kabel yang sesuai dengan fungsi dan
lokasi pemasangannya seperti tabel dibawah ini :

No. Pemakaian Jenis Kabel

1. Instalasi penerangan dan daya dalam bangunan NYM

2. Instalasi penerangan diluar bangunan NYY

3. Kabel daya utama di dalam bangunan NYY

Pada kabel instalasi harus dapat dibaca mengenai merk, jenis, ukuran luas penampang, rating
tegangan kerja dan standard yang digunakan.

Pada ujung kabel-kabel daya utama harus diberi label/ sign-plate yang terbuat dari aluminium
atau plastik mengenai nama beban yang dicatu daya listriknya atau nama sumber yang
mencatu daya kabel/ beban tersebut.

2) Persyaratan Pemasangan.

Pemasangan kabel instalasi tegangan rendah harus memenuhi peraturan PLN dan PUIL atau
peraturan-peraturan lain yang diakui di negara Republik Indonesia. Kabel harus diatur dengan
rapi dan terpasang dengan kokoh sehingga tidak akan lepas atau rusak oleh gangguan mekanis.
Pembelokan kabel harus diatur sedemikian rupa sehingga jari-jari pembelokan tidak boleh
kurang dari 15 kali diameter luar kabel tersebut atau harus sesuai dengan rekomendasi dari
pabrik pembuat kabel. Setiap ujung kabel-kabel daya utama harus dilengkapi dengan sepatu kabel
tipe press, ukuran sesuai dengan ukuran luas penampang kabel serta dililit dengan excelcior
tape dan difinish dengan bahan isolasi ciut panas yang sesuai.

Tidak diperbolehkan melakukan penyambungan kabel kecuali untuk pencabangan pada kabel
instalasi daya dan instalasi penerangan atau jika panjang kabel yang diperlukan melebihi

panjang standart gulungan dari pabrik. Penyambungan kabel untuk pencabangan harus
dilakukan didalam junction box atau metal doos sesuai dengan persyaratan.

Penarikan kabel harus menggunakan peralatan-peralatan bantu yang sesuai dan tidak boleh
melebihi strength dan stress maximum yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat kabel.

Sebelum dilakukan pemasangan / penyambungan, bagian ujung awal dan ujung akhir dari
kabel daya harus dilindungi dengan 'sealing end cable', sehingga bagian konduktor maupun bagian
isolasi kabel tidak rusak.

3) Pemasangan kabel di dalam bangunan.

1) Pemasangan pada rak kabel. i) Kabel harus diatur rapi

ii) Kabel daya utama harus diperkuat dengan klem kabel atau tali kabel ke rak kabel pada
setiap jarak minimal 40 cm.

iii) Untuk kabel instalasi daya dan penerangan harus dilindungi dengan conduit yang
dikuatkan dengan tali kabel ke rak kabel tiap jarak minimal 40 cm.

iv) Tidak diperkenankan adanya sambungan kabel di dalam conduit kecuali di dalam kotak
sambung atau kotak cabang.

v) Kabel dari conduit ke fixture penerangan harus dilindungi dengan flexible conduit.

2) Pemasangan kabel dalam dinding.

i) Kabel harus dilindungi dengan sparing.

ii) Sparing (pipa pelindung kabel yang ditanam ) sebelum ditutup tembok harus disusun rapi dan
di klem pada setiap jarak 60 cm.

iii) Jika sparing tersebut berjumlah cukup banyak, maka perkuatan tersebut harus
dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara klem dan kawat ayam sehingga tersusun rapi
dan kokoh.

iv) Kabel instalasi yang datang dari conduit menuju sparing harus dilindungi dengan flexible
conduit serta pertemuan antara conduit / sparing dengan flexible conduit harus dilakukan dengan
klem.
v) Jika pada panel listrik terdapat MCB spare maka jumlah conduit harus ditambah
minimal sebanyak jumlah MCB spare.

vi) Kabel instalasi yang datang dari conduit menuju sparing harus dilindungi dengan flexible
conduit serta pertemuan antara conduit / sparing dengan flexible conduit harus dilakukan dengan
klem.

6.2.5 PERSYARATAN TEKNIS PERALATAN INSTALASI

1) Outlet Daya.

Outlet Daya dan plug yang digunakan harus memenuhi standard SII dan SPLN atau
standard- standard lain yang outlet daya dan plug harus mempunyai spesifikasi sebagai
berikut :

Rating tegangan : 500 Volt

Rating arus : minimal 10 A, kecuali di ruang kontrol 16 A. Tipe


pemasangan : recessed

Outlet daya dan plug harus mempunyai label yang menunjukkan merk pabrik
pembuat, standard produk, tipe dan rating arus serta tegangannya.

Outlet daya dipasang pada dinding atau partisi harus menggunakan metal doos
dengan ketinggian pemasangan 30 cm dari permukaan lantai kecuali ditentukan oleh
Perencana Interior.

Tata letak outlet daya sesuai dengan Gambar Perencanaan dan harus dikoordinasikan
dengan tata letak furnitures atau dikoordinasikan dengan Konsultan Pengawas.

2) Rigid Conduit.

Rigid Conduit yang dipasang secara exposed dan conduit-conduit yang ditanam di
dalam tembok atau beton (sparing-sparing) harus terbuat dari pipa PVC type high impact.

Conduit dan sparing harus mempunyai ukuran diameter dalam sebesar 1,5 cm kali dari
total diameter luar kabel yang dilindunginya dengan ukuran minimum sebesar 3/4".

Conduit untuk keperluan instalasi listrik (penerangan dan daya) menggunakan warna
hitam, sedangkan conduit instalasi arus lemah (fire alarm, tata suara, dll) menggunakan
warna putih. Conduit untuk masing-masing instalasi arus lemah dibedakan dengan
memberi tanda dengan cat pada tiap jarak 1 meter.

Pemakaian conduit di sini dimaksudkan untuk finishing seluruh instalasi daya,


instalasi penerangan dan instalasi lainnya. Oleh karena itu pemasangannya harus
dilakukan serapi mungkin dan dikoordinasikan dengan pekerjaan Finishing Arsitektur.

Pemasangan pipa conduit di atas plafond harus dikoordinasikan dengan penggunaan


jalur untuk utilitas lain seperti instalasi telepon, fier alarm, sound system, maupun
peralatan mekanikal seperti duct dan pipa. Pemasangan harus rapi, kokoh dan
tidak saling mempengaruhi.

Pemasangan pipa conduit atau sparing tidak boleh merusak atau mengganggu instalasi
utilitas lainnya.

Dalam hal jalur pipa conduit pada gambar di perkirakan tidak mungkin lagi untuk di
laksanakan, maka kontraktor wajib mencari jalur lain sehingga pelaksanaan mudah dan
tidak mengganggu utilitas lain, tetapi tetap harus sesuai dengan persyaratan.

Pertemuan antara pipa sparing yang muncul dari dalam dinding dengan pipa conduit
di atas plafond harus menggunakan metal doos dan diantara metal doos tersebut
dipasang flexible conduit. Pemasangan flexible conduit tersebut harus dilakukan dengan
cara klem.

Setiap sparing maupun conduit maximum hanya dapat diisi dengan 1 (satu) kabel
berinti banyak atau satu pasang kabel untuk phasa, netral dan grounding, baik untuk
kabel daya maupun untuk kabel lain.

Pada keadaan tertentu konsultan pengawas dapat meminta penambahan jumlah sparing
untuk conduit yang ditanam di dalam beton. Secara umum Penyedia Jasa harus
menambahkan minimal satu pipa sparing untuk sekelompok pipa sparing.

3) Flexible Conduit.

Flexible conduit digunakan untuk melindungi kabel instalasi penerangan dan daya :

a) Yang ke luar dari conduit dan masuk ke dalam sparing. b) Yang ke luar dari conduit ke
titik-titik lampu

c) Yang ke luar dari conduit ke mesin-mesin atau beban-beban yang lainnya. d)


Pembelokan instalasi.

Ukuran conduit harus mempunyai diameter dalam minimum 1,5 kali total diameter
luar kabel yang di lindunginya.

Flexible conduit yang di gunakan harus tahan karat dan cukup kuat untuk menahan
gangguan- gangguan mekanis yang mungkin terjadi.

4) Rak Kabel.

Rak kabel di gunakan untuk menyangga kabel-kabel daya, kabel-kabel instalasi daya
dan kabel-kabel instalasi penerangan.

Rak kabel tersebut terbuat dari besi siku dan besi plat dengan ukuran dan konstruksi
seperti tercantum di dalam Gambar Perencanaan.

Rak kabel harus mempunyai penggantung yang dapat diatur (adjustable) yang
terbuat dari batang besi diameter minimal 10 mm yang ujungnya diulir. Semua
bagian rak kabel dan penggantungnya harus dicat meni tahan karat dan dicat finish.
Penggantung rak kabel di pasang pada plat beton dengan anchor bolt dan harus kuat
untuk menyangga rak kabel dan isinya serta harus tahan pula untuk menahan gangguan-
gangguan mekanis lainnya

SEKSI 6.3

SISTEM PENCAHAYAAN

6.3.1 LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini mencakup pengadaan bahan dan peralatan, pemasangan, pengujian-pengujian, dan
perbaikan-perbaikan selama masa pemeliharaan, meliputi :

1) Lampu dan armaturenya

2) Saklar

3) Kabel instalasi

4) Peralatan penunjang instalasi dan alat bantu

6.3.2 LAMPU DAN ARMATUR PENERANGAN DALAM

Lampu dan armaturnya harus sesuai dengan yang dimaksudkan pada gambar rencana, dan
memenuhi persaratan sbb :

1) Armatur lampu harus terbuat dari metal dan harus mempunyai terminal pentanahan.

2) Semua lampu fluorecent dan lampu discharge lainnya harus dilengkapi dengan Power
Factor orrection Capasitor yang cukup untuk mencapai power factor minimal 85 %.

3) Diffuser / reflektor lampu harus terbuat dari gelas, metal atau acrylic yang cukup kuat
terhadap kenaikan temperature dan beban mekanis dari diffuser itu sendiri.

4) Reflector harus mempunyai lapisan pemantul cahaya dengan derajat pemantulan


yang tinggi.

5) Box tempat ballast, kapasitor, dudukan stater dan terminal block harus cukup
besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang ditimbulkan tidak mengganggu
kelangsungan kerja dan umur teknis komponen lampu itu sendiri. Box harus
mempunyai lobang ventilasi yang cukup.

6) Kabel-kabel dalam box harus diberi saluran atau klem tersendiri sehingga tidak
menempel pada ballast atau kapasitor.

7) Box terbuat dari pelat baja, tebal minimal 0,7 mm dicat dasar anti karat dan dicat
akhir dalam oven dengan warna putih.
8) Ballast yang digunakan harus dari jenis single lamp ballast (satu ballast untuk
satu tabung lampu fluorescent) dan harus dari satu merk.

9) Instalasi semua lampu (termasuk lampu pijar) harus dilengkapi juga dengan
pemasangan kabel pentanahan.

6.3.3 SAKLAR

Saklar yang digunakan harus sesuai dengan standard PLN atau SII atau standard- standard lain
yang berlaku dan diakui di Indonesia.

Saklar harus mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

Rating tegangan : 500 Volt

Rating arus : 10 A

Tipe : recessed, single gang atau double gang.

Saklar lampu harus mempunyai label yang menunjukkan merk pabrik pembuat, standard
produk, tipe dan rating arus serta tegangannya.

Saklar harus dipasang pada dinding atau partisi dengan ketinggian 140 cm dari permukaan lantai.
Pemasangan saklar harus menggunakan metal doos.

Tata letak saklar harus sesuai dengan Gambar Perencanaan dan di koordinasikan dengan

Perencana Interior atau Konsultan Pengawas.

6.3.4 KABEL INSTALASI PENERANGAN

Persyaratan kabel instalasi penerangan mengikuti persyaratan yang disebutkan pada Sub Bab
Kabel Tegangan Rendah.

6.3.5 PERALATAN PENUNJANG INSTALASI PENERANGAN

1) Kotak / Doos Inbow Untuk Saklar.

Kotak dari bahan baja dengan kedalaman minimal 35 mm. Kotak harus mempunyai
terminal pentanahan. Saklar terpasang pada kotak (box) dengan menggunakan
baut. Pemasangan dengan cakar yang mengembang tidak diperbolehkan.sambungan
kabel harus dibuat dengan baik menggunakan konus penyambungan (las
dop)plastik atau konektor lain yang disetujui konsultan pengawas. Sambungan kabel
hanya boleh dilakukan dalam kotak penyambungan (junction box). Didalam pipa
conduit tidak boleh terdapat sambungan kabel.

2) Rigid Conduit, Flexible Conduit, dan Rak Kabel.


Ketentuan pada Sub Bab ini sama dengan ketentuan yang relevan pada Sub Bab
Peralatan Penunjang Instalasi Daya. Conduit pelindung kabel adalah pipa PVC khusus
untuk instalasi listrik. Conduit, Elbow, Socket, Juction box, dan accsessories lainnya
harus sesuai satu dengan lainnya serta dari merk yang sama. Diameter minimal pipa
adalah 3/4".Kabel antara box junction atau conduit dan armatur harus dilindungi dengan
flexible conduit

BAB 7

FASILITAS EKSTERIOR BANGUNAN

7.1.1 Blok Beton (Paving Block)

Blok beton (paving block) pracetak untuk trotoar dan median harus setebal 60 mm dengan
derajat mutu perkerasan yang saling mengunci (interlocking) sebagaimana ditunjukkan dalam
Gambar dan harus merupakan mutu terbaik yang dapat diperoleh secara lokal dan menurut
suatu pola yang dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. Blok beton tersebut minimum harus
dibuat dari beton K200

7.1.2 Landasan Pasir

Pasir yang digunakan untuk meratakan elevasi permukaan yang akan dipasang blok beton dan
Uditch pracetak dan untuk membentuk landasan harus memenuhi ketentuan yang disyaratkan
dalam Spesifikasi ini.

a) Perkerasan Blok Beton (paving Block)

Perkerasan blok beton harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya.
Pada umumnya blok beton harus dipasang di atas landasan pasir dengan tebal gembur
sekitar 60 – 70 mm dan dipadatkan dengan menggunakan sebuah mesin penggetar
(berbentuk) pelat yang menyebabkan pasir dapat memasuki celah-celah di antara blok
beton sehingga membantu proses saling mengunci (interlocking) dan pemadatan.
Percobaan pemadatan harus dilakukan dengan berbagai ketebalan gembur pasir,
sebelum pekerjaan pemadatan ini dimulai, untuk menentukan ketebalan gembur yang
diperlukan dalam mencapai ketebalan padat 50 mm. Perkerasan blok beton tidak boleh
diisi dengan adukan semen.

b) Penyelesaian Akhir

Permukaan blok beton yang selesai dikerjakan harus menampilkan permukaan yang rata
tanpa adanya blok beton yang menonjol atau terbenam dari elevasi permukaan rata-rata
lebih dari 6 mm, yang diukur dengan mistar lurus 3 m pada setiap titik di atas permukaan
blok beton tersebut. Semua sambungan harus rapi dan rapat, tanpa adanya adukan atau
bahan lainnya yang menodai atau mencoreng permukaan yang telah selesai dikerjakan.
Perkerasan blok beton harus mempunyai lereng melintang minimum 4%.
c) Pemotongan Blok Beton

Blok beton harus dipotong dengan mesin potong (cutter machine) untuk menye-suaikan
penghalang berbentuk bulat seperti tiang atau pohon, antara kerb dan tepi blok beton, dan
sebagainya.

3) Pemasangan Udich, Uditch yang digunakan 60 x 60 cm dan 100 x 100 cm

a) Persiapan Landasan Udich

Lokasi yang diperlukan untuk pekerjaan ini harus dibersihkan dan digali sampai bentuk
dan kedalaman yang diperlukan, dan landasan Uditch ini harus dipadatkan sampai
suatu permukaan yang rata. Semua bahan yang lunak dan tidak sesuai harus
dibuang dan diganti dengan bahan yang memenuhi serta harus dipadatkan sampai
merata. Semua pekerjaan ini harus sesuai dengan semua ketentuan yang disyaratkan
dalam Seksi 3.1 dan 3.2 dari Spesifikasi ini.

b) Pemasangan

Uditch harus dipasang dengan teliti sesuai dengan detil, garis dan elevasi yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Setiap Uditch yang akan dipasang pada suatu

c) Sambungan

Unit-unit Udich dan jenis-jenis pracetak lainnya harus dipasang dengan sam-bungan yang
serapat mungkin.

d) Penimbunan Kembali

Setelah suatu pekerjaan beton yang dicor di tempat mengeras dan unit-unit
Uditch telah dipasang sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan,
maka setiap lubang galian yang tersisa harus ditimbun kembali dengan bahan yang
disetujui sesuai Gambar Rencana atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. Bahan ini
harus diisi dan dipadatkan sampai merata dalam lapisan-lapisan yang tidak melebihi
ketebalan 5 cm. Semua celah di antara Uditch baru dan tepi perkerasan yang ada harus
diisi kembali dengan jenis campuran beton yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
kecuali dalam Gambar telah ditunjukkan dengan jelas bahwa pengisian kembali ini
tidak diperlukan.

7.1.3 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran untuk Pembayaran

a) Kuantitas yang diukur haruslah jumlah aktual yang disediakan dan dipasang sesuai
dengan Gambar dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.

b) udich Beton Pracetak ini dibuat dengan mutu beton K-350


i) Kuantitas yang diukur untuk udich haruslah jumlah aktual udich yang dipasang sesuai
dengan Gambar dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.

ii) Jumlah yang diukur untuk dibayar adalah jumlah meter panjang komponen
Uditch pracetak per jenis yang terpasang di tempat yang telah diselesaikan dan
disetujui. Unit-unit tertentu yang memakai ukuran non standar akan diukur menurut
jumlahnya.

iii) uditch pracetak baik yang baru dipasang maupun yang disusun kembali, akan diukur
sesuai masing-masing yang diukur dalam meter panjang sepanjang bagian muka dari
puncak uditch kecuali uditch jenis bukaan (dengan lubang – lubang drainase) dan
uditch jenis pelandaian, pengukuran dilakukan dalam satuan buah yang telah
terpasang dalam pembuatan Uditch.

iv) Blok transisi, lean concrete dan beton pengisi antara kerb pemisah jalan (concrete
barrier) dan kerb tidak akan diukur untuk dibayar, melainkan merupakan kewajiban
Penyedia Jasa berdasarkan pasal ini.

d) Kuantitas yang diukur untuk perkerasan blok beton haruslah luas perkerasan blok
beton baru dalam meter persegi, lengkap terpasang di tempat dan diterima, dan
kuantitas landasan pasir aktual digunakan dihitung dengan menggunakan cara yang
disyaratkan dalam Spesifikasi ini. Tidak ada pengukuran terpisah yang dilakukan untuk
pembongkaran ubin lama atau blok beton lama yang rusak atau untuk melaksanakan
penggetaran pada pemasangan blok beton.

2) Dasar Pembayaran

Kuantitas yang diukur seperti tersebut di atas, harus dibayar dengan harga satuan Kontrak
per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah dan
diberikan dalam Daftar Kuantitas, dimana harga dan pembayaran tersebut sudah
merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan semua bahan, pekerja, peralatan,
perkakas dan keperluan biaya lainnya yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan
yang mememenuhi ketentuan sesuai dengan Seksi dari Spesifikasi ini.

Uraian Satuan Pembayaran

udich Pracetak

buah dan Meter Persegi

7.3.2 BAHAN

1) Bahan Pipa Carbon Steel

a) Lingkup Pekerjaan

(i) Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu yang diperlukan, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan
sempurna.
(ii) Meliputi pekerjaan railing carbon steel yang dilakukan untuk seluruh detail railing
sesuai dengan yang disebutkan dalam detail Gambar dan mendapat persetujuan Direksi
Pekerjaan.

b) Mutu Bahan

(i) Railing : Bahan pipa carbon steel, dengan ketebalan minimal 3 mm untuk ukuran
diameter 3” dan tebal minimum 2 mm untuk ukuran 1½” lengkap dengan rosette serta
sesuai Gambar.

(ii) Digunakan bahan pipa carbon steel dengan mutu ST.37.

(iii) Pengelasan sambungan pipa carbon steel dan atau galvanis harus baik dan rata serta
memenuhi persyaratan ASTM A53 type E atau Type S.

(iv) Bahan yang digunakan, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan
contoh-contoh untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

(v) Penyedia Jasa harus menyerahkan 2 copy ketentuan dan persyaratan teknis- operatif
sebagai informasi bagi Direksi Pekerjaan.

(vi) Finishing : cat dengan spray, warna akan ditentukan kemudian.

(vii) Material lain yang tidak terdapat pada daftar di atas tetapi dibutuhkan untuk
penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus baru, kualitas terbaik dari
jenisnya dan harus disetujui Direksi Pekerjaan.

(viii) Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus disesuaikan dengan peraturan-peraturan


tersebut diatas.

(ix) Seluruh peraturan yang diperlukan harus disediakan Penyedia Jasa di lapangan. c)
Syarat-syarat Pelaksanaan

(i) Bila dianggap perlu, Penyedia Jasa wajib mengadakan pengujian terhadap bahan- bahan
tersebut pada laboratorium yang ditunjuk Direksi Pekerjaan, baik mengenai komposisi,
konsentrasi dan aspek-aspek lain yang ditimbulkannya. Untuk ini Penyedia
Jasa/Supplier harus menunjukkan surat rekomendasi dari lembaga resmi yang ditunjuk
tersebut sebelum memulai pekerjaan.

(ii) Semua bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan diuji, baik pada saat
pembuatan, pengerjaan maupun pelaksanaan di lapangan oleh Direksi Pekerjaan atas
tanggungan Penyedia Jasa tanpa biaya tambahan.

(iii) Bila Direksi Pekerjaan memandang perlu pengujian dengan penyinaran gelombang tinggi
maka segala biaya dan fasilitas yang dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan
tersebut adalah menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

2) Bahan Pipa Galvanised a) Lingkup Pekerjaan


(i) Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat- alat
bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, hingga dapat tercapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.

(ii) Meliputi pekerjaan railing galvanized yang dilakukan untuk seluruh detail railing
sesuai dengan yang disebutkan dalam detail Gambar dan mendapat persetujuan Direksi
Pekerjaan.

b) Persyaratan Bahan

(i) Railing : Bahan pipa galvanised, handle ukuran diameter 3” dan 1 ½” lengkap
dengan rosette serta sesuai Gambar.

(ii) Digunakan bahan pipa galvanisasi produk A1-pole.

(iii) Pengelasan sambungan pipa galvanisasi harus baik dan rata serta memenuhi
persyaratan ASTM A53 type E type S.

(iv) Pada area sambungan pipa galvanized steel dengan beton dipasang sealant ex

Dow Corning jenis 790 atau setara.

(v) Bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh-
contoHuntuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

(vi) Penyedia Jasa harus menyerahkan 2 copy ketentuan dan persyaratan teknis-
operatif sebagai informasi bagi Direksi Pekerjaan.

(vii) Material lain yang tidak terdapat pada daftar di atas tetapi dibutuhkan untuk
penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus baru, kualitas terbaik dari
jenisnya dan harus disetujui Direksi Pekerjaan.

(viii) Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus disesuaikan dengan peraturan-peraturan


tersebut diatas.

(ix) Seluruh peraturan yang diperlukan supaya disediakan Penyedia Jasa di lapangan. (c)
Syarat-syarat Pelaksanaan

(i) Bila dianggap perlu, Penyedia Jasa wajib mengadakan pengujian terhadap bahan- bahan
tersebut pada laboratorium yang ditunjuk Direksi Pekerjaan, baik mengenai komposisi,
konsentrasi dan aspek-aspek lain yang ditimbulkannya. Untuk ini Penyedia
Jasa/Supplier harus menunjukkan surat rekomendasi, dari lembaga resmi yang
ditunjuk tersebut sebelum memulai pekerjaan.

(ii) Semua bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan diuji, baik pada pembuatan, pengejaan
maupun pelaksanaan di lapangan oleh Direksi Pekerjaan atas tanggungan Penyedia
Jasa tanpa biaya tambahan.
(ii) Bila Direksi Pekerjaan memandang perlu pengujian dengan penyinaran gelombang tinggi
maka segala biaya dan fasilitas yang dibutuhkan untuk terlaksananya pekerjaan tersebut
adalah menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

7.3.3 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran untuk Pembayaran

Jumlah yang diukur untuk dibayar adalah jumlah meter panjang komponen pagar pemisah
pedestrian/railing logam yang terpasang di tempat yang telah diselesaikan dan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Unit-unit tertentu yang memakai ukuran non-standar
akan diukur menurut panjangnya.

2) Dasar Pembayaran

kerjaan yang diukur secara tersebut di atas akan dibayar menurut Harga Satuan Kontrak
untuk Mata Pembayaran di bawah ini. Harga dan pembayaran ini merupakan kompensasi
penuh untuk penyediaan bahan, pengukuran, pemotongan, perakitan, pengelasan
dan pemasangan pagar pada tempat dan posisi sesuai dengan Gambar, pemakaian
serta penempatan semua material, termasuk peralatan dan kebutuhan insidental yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan sebagaimana dijelaskan dalam Pasal ini.

BAB 8

PEMASANGAN PARANET DENGAN SHADING NET

1 Umum
a.berdasarkan jenis bahan konstruksi, yaitu:
1)Paranet dengan bahan konstruksi logam
2)Paranet dengan bahan konstruksi non-logam (kayu atau bambu)

b.berdasarkan bentuk atap, yaitu:


1)Paranet dengan bentuk atap segitiga (gable)
2)Paranet dengan bentuk atap datar (flat)
3)Paranet dengan bentuk atap setengah lingkaran (quonset)
4)Paranetdengan bentuk atap busur (arch)
5)Paranet dengan bentuk atap busur tidak rata (uneven arch)
6)Paranet dengan bentuk atap segitiga (gable) berkanopi.

c.berdasarkan ukuran luas bangunan, yaitu:


1) Paranetkecil, apabila luas bangunan kurang dari 60 m²)Paranetsedang, apabila luas
bangunan antara 60 m² – 200 m²Paranetbesar, apabila luas bangunan lebih dari 200 m²
BAHAN

Type Monofilamen

Warna transparan pada net ini mempunyai spesifikasi seperti:

Intesitas Cahaya Masuk     : 70%.

Intesitas UV                            : 66%.

Intesitas Angin                      : 24%.

Mesh/Kepadatan                  : 66/127 lubang/cm

Bahan Prime Grade Polyethylene dengan Anti-UV

TEKNIS PENGERJAAN

Benang AgroPro terbuat dari Prime Grade Polyethylene (PE) yaitu Polyethylene yang baru dan
belum didaur ulang, sehingga memiliki tensile strength dan ketahanan yang tinggi. Bahan dasar PE
dicampur dengan bahan anti UV pada saat proses pembuatan benang, yang dicampur dengan anti
oksidan. Dengan demikian, AgroPro mengandung materi pelindung yang tidak akan luntur meski
terkena sinar matahari yang terik dan curah hujan yang tinggi. Selain melindungi tanaman, bahan
Anti UV dan Anti Oksidan juga memperpanjang umur pakai dan daya tahan AgroPro. Bahan dasar
benang AgroPro di campur dengan bahan anti UV pada saat proses pembuatan benang, yang
dipadukan dengan anti oksidan. Dengan demikian, AgroPro mengandung materi pelindung yang
tidak akan luntur meski terkena sinar matahari yang terik dan curah hujan yang tinggi. Bukan
hanya melindungi tanaman, anti UV dan anti oksidan juga memperpanjang umur daya tahan lama
AgroPro. Net AgroPro dirajut dengan mesin berteknologi Jerman. Benang net dan monofilament
saling terikat satu dengan lainnya dengan kuat sehingga ukuran mesh tidak akan berubah
sekalipun net mengalami gesekan. Dengan demikian, net AgroPro senantiasa anti hama dan
serangga, dan lebih tahan lama dibandingkan net merk lain yang dibuat dengan sistem tenun,
AgroPro terbuat dari benang monofilamen dan benang pipih (flat). Dengan serat tunggal, AgroPro
lebih kuat, tahan lama, dan tidak mudah putus. Bahan berserat tunggal juga tidak menyerap air
sehingga tidak menjadi berat saat terkena hujan. AgroPro di desain supaya mudah dijahit ke
berbagai macam ukuran dan bentuk seperti yang anda ingginkan (custom). Dan untuk
kenyamanan, pinggiran khusus dapat ditambahkan sesuai permintaan untuk memudahkan
pemakaian di Lapangan. Disediakan benang jahit dengan anti UV untuk membantu pemasangan

8.3.1 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran untuk Pembayaran

Jumlah yang diukur untuk dibayar adalah jumlah meter persegi


2) Dasar Pembayaran

kerjaan yang diukur secara tersebut di atas akan dibayar menurut Harga Satuan Kontrak untuk
Mata Pembayaran di bawah ini. Harga dan pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk
penyediaan bahan, pengukuran, pemotongan, perakitan, pemasangan Penutup Paranet pada
tempat dan posisi sesuai dengan Gambar, pemakaian serta penempatan semua material,
termasuk peralatan dan kebutuhan insidental yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
sebagaimana dijelaskan dalam Pasal ini.

BAB 9

PEKERJAAN JALAN

1.1. Lingkup Pekerjaan

1.1.1. Pekerjaan Jalan.

Pekerjaan ini meliputi pekerjaan peningkatan jalan dengan menggunakan cor beton.
Beton yang disyaratkan disini adalah beton K-250 (f’c 22 MPa) sesuai dengan
rencana teknis.

1.2. Waktu penyelesaian dan denda atas keterlambatan kerja

Waktu penyelesaian proyek 160 hari Kalender. Dan denda atas keterlambatan pekerja
seperti ditunjukkan dalan pasal Syarat-syarat Umum Kontrak.

1.3. Laporan

1.3.1. Laporan Perkembangan Bulanan

Pihak Kontraktor harus mempersiapkan dan memberikan kepada Direksi, tanpa


biaya tambahan, dalam jarak waktu dan dalam bentuk yang ditetapkan oleh Direksi,
lima (5) salinan laporan bulanan yang berisi berikut :

a. Perkembangan fisik dari pekerjaan hingga bulan yang mendahului dan perkiraan
perkembangan untuk bulan ini.

b. Tingkat perkembangan berdasarkan pada jadwal pekerjaan pembangunan.

c. Perkiraan jumlah pembayaran dari pemberi pekerjaan kepada kontraktor untuk


bulan ini.
d. Kuantitas mengenai barang pokok dari bahan-bahan dan alat yang disuplai dan
dipergunakan dalam bulan sebelumnya dengan inventarisasi bahan-bahan
demikian itu.

e. Bahan-bahan lainnya yang mungkin diperlukam berdasarkan kontrak atau secara


spesifik oleh Direksi.

1.3.2. Laporan Harian

Kontraktor harus mempersiapkan laporan harian atau berkala dari masing-masing


seksi pekerjaan seperti yang diminta oleh Direksi dan dalam bentuk yang disetujui
oleh Direksi. Laporan tersebut akan berisi namun tidak terbatas pada, pekerjaan
yang dipekerjakan di pekerjaan, bahan-bahan di lokasi pekerjaan, bahan-bahan yang
sedang dalam pesanan, kecelakaan dan informasi lainnya yang relevan denga
perkembangan pekerjaan.

1.3.3. Buku Tamu

Pihak kontraktor harus menyediakan satu buku tamu di direksi keet ( kantor di
lokasi proyek ). Tamu adalah orang-orang yang bukan karyawan kontraktor.

1.3.4. Pelaksanaan Audit oleh proyek

Selain tersebut diatas, pemilik proyek berhak melaksanakan audit bila perlu
sehubungan dengan :

a. Adanya biaya yang timbul pada saat berakhirnya kontrak seperti dalam Syarat-
syarat Umum Kontrak, dan

b. Biaya-biaya lain yang mungkin diminta oleh Kontraktor yang tidak terdapat dalam
kontrak.

Pihak kontraktor wajib membuat pembukuan yang tepat mengenai hal-hal diatas.

1.4. Gambar-gambar Untuk Keperluan Kontrak

Tabel yang disajikan Daftar Perencanaan menunjukkan gambar-gambar yang


diisyaratkan yang merupakan bagian dari Dokumen Kontrak. Gambar-gambar tersebut
memperlihatkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan.
1.5. Gambar-gambar yang Terinci

Gambar-gambar kerja yang terinci termasuk rencana kerja, jenis/bentuk tulangan


dan jumlahnya, pencetakan beton, , papan nama proyek, rambu-rambu lalu lintas,
rambu- rambu batas kerja di proyek, harus disediakan oleh kontraktor demi untuk
memenuhi pelaksanaan program tepat pada waktunya, sesuai dengan persyaratan
kontrak.

Kontraktor harus mengecek semua gambar-gambar dari Direksi dengan cermat dan
memberitahu Direksi tentang suatu kesalahan atau kekurangan yang ditemui.
Kontraktor tidak berhak untuk menuntut sesuatu pembayaran tambahan berkenan
dengan kekurangan-kekurangan yang ada pada gambar-gambar terinci tersebut,
kecuali jika Direksi telah memberikan perintah perubahan.

1.6. Gambar-gambar Yang Harus Diperhatikan Oleh Kontraktor.

Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi, untuk disetujui gambar-gambar dari


pekerjaan-pekerjaan sementara/penunjang, termasuk pekerjaan untuk perlindungan,
pekerjaan cetakan beton, daftar penekukan besi beton, tata cara waktu kerja,
gambar rincian dan gambar-gambar pekerjaan yang diberikan oleh Direksi.

Direksi berhak mengubah gambar-gambar tersebut dan kontraktor harus


melaksanakan pekerjaan-pekerjaan tersebut, begitu pula dengan semua perubahan-
perubahan tersebut tanpa tambahan pembayaran apapun.

Jika kontraktor memperkirakan bahwa perubahan-perubahan tersebut akan


berpengaruh terhadap keselamatan dari pekerjaan atau menambah tanggung
jawab kontraktor, maka menurut Perjanjian Kontraktor harus menyampaikan
pernyataan tertulis kepada Direksi dalam waktu 7 hari setelah menerima perubahan-
perubahan tersebut dan harus merincikan hal-hal khusus yang dirasa keberatan.
Direksi akan mempertimbangkan lagi masalah dari pihak Direksi.

Gambar-gambar tersebut harus dipajang pada papan gambar dibedeng kerja dan
kantor lapangan untuk memudahkan pengecekan dari Pihak Direksi.

1.7. Persetujuan Atas Gambar

Pemeriksaan atau pertimbangan oleh Direksi tentang usulan-usulan, gambar-


gambar atau dokumen yang diserahkan oleh Kontraktor untuk memperoleh
persetujuan Direksi, baik dengan atau tanpa perubahan-perubahan, tidak boleh
membebaskan kontraktor dari suatu tanggung jawab atau kerugian yang dibebankan
kepadanya oleh suatu ketentuan perjanjian.

Sekiranya terdapat gambar-gambar yang tidak sesuai dengan persyaratan-


persyaratan perjanjian setelah persetujuan diberikan oleh Direksi terhadap gambar-
gambar tersebut yang telah diserahkan oleh Kontraktor atau rincian gambar-gambar
tidak sesuai dengan gambar-gambar yang diserahkan terdahulu, maka berbagai
perubahan dan tambahan yang dianggap perlu oleh Direksi harus dilakukan oleh
Kontraktor dan pekerjaan tersebut harus dilaksanakan Kontraktor tanpa
memerlukan tambahan pembayaran.

1.8. Kantor dan Fasillitas Pemberi Proyek/Direksi

Kontaktor harus menyediakan dan merawat secara khusus untuk digunakan


pemberi proyek/Direksi dan stafnya, kantor sementara di lokasi.

Lokasi dari kantor lapangan harus berada di sekitar proyek yang disetujui Direksi.
Pada bagian tertentu kantor tersebut bisa difungsikan sebagai gudang bahan seperti
semen dan peralatan kerja, asalkan memenuhi persyaratan sebagai gudang semen
dan tidak mengganggu kantor kerja lapangan. Bangunan, perabot dan peralatan
harus disediakan dalam 45 dari hari saat menerima Surat Persetujuan. Kontraktor
harus memiliki semua biaya seperti sewa yang ditimbulkan oleh Direksi karena
kegagalan Kontraktor menyediakan kantor lapangan beserta perlengkapannya.

Perabot dan peralatan harus disediakan dalam keadaan memadai dan disetujui oleh
Direksi sebelum dipasang. Standar dari perabot dan peralatan harus dari yang
berkualitas baikyang tersedia di Indonesia.

Kontraktor harus bertanggungjawab sendiri untuk penyediaan air minum serta listrik
untuk penerangan dan tenaga listrik selama 24 jam per hari untuk bangunan
tersebut. Kontraktor harus membayar semua biaya dan ongkos-ongkos lain yang
berkaitan dengan hal tersebut.

1.9. Fasilitas Kontraktor

Kontraktor harus mengurus sendiri urusan penyewaan sebagai tempat sementara


untuk bedeng, Kantor, tempat tinggal, tempat kerja dan lain-lain.
Untuk tempat tinggal, kantor dan gudang. Kontraktor harus menggunakan bangunan
- bangunan yang keadaannya bersih dan teratur. Gudang harus dapat menyediakan
tempat penyimpanan dan perlindungan terhadap persediaan serta bahan-bahan,
bahan bakar dan lain – lain yang memadai dalam jumlah yang dapat menjamin
kemajuan pekerjaan secara tidak terputus-putus (tersendat-sendat).

Semua biaya untuk fasilitas-fasilitas tersebut dijelaskan dalam sub artikel ini harus
ditanggung joleh kontraktor dan harus dianggap termasuk dalam butir Lump Sum
dalam daftar Pengajuan Biaya.

Diakhir periode pemeliharaan atau pada waktu yang lebih dini sebagaimana dapat
diatur oleh Direksi, semua bangunan, gudang, pagar, bahan-bahan sisa tanah galian
dan apa-apa yang dibangun atau ditempatkan oleh Kontraktor dan tidak
merupakan bagian dari pekerjaan permanen harus dipindahkan oleh Kontraktor bila
tidak diperlukan lagi sebelum pengeluaran Sertifikat Pemeliharaan. Areal yang
bersangkutan harus dibersihkan dan diratakan karena diperlukan dalam rangka
memperoleh persetujuan Pemberi Proyek.

1.10. Angkutan Untuk Pemberi Proyek/Direksi

Angkutan lapangan untuk digunakan oleh Direksi, Kontraktor harus meyediakan


secara khusus alat-alat angkutan, sebagai yang ditentukan dalam Rapat Pemberian
Penjelasan Pekerjaan dan dituangkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.

1.11. Pekerjaan-pekerjaan Penunjang

Kontaktor harus melaksanakan dan membangun pekerjaan-pekerjaan penunjang


seperti pembuatan jalan masuk (kalau diperlukan), rambu-rambu lalu lintas, rambu
batas kerja, pemompaan, lampu tanda lalu lintas, lampu tanda bahaya dan lain
-lain yang mungkin diperlukan untuk Pelaksanaan Pekerjaan secara baik. Biaya untuk
melakukan pekerjaan- pekerjaan harus ditanggung oleh Kontraktor.

1.12. Upaya Keselamatan Kerja

Kontraktor harus menyediakan dan merawat lampu – lampu peringatan yang


memadai, sinyal tanda bahaya, perlengkapan keamanan kerjaa, isyarat dan penjaga
dan harus keselamatan umum. Saluran, gorong – gorong, jembatan dan lain –lain
yang dekat lalu lintas harus dilindungin secara efektif.

Kontraktor harus sepanjang waktu melaksanakan pekerjaannya dan mempekerjakan


karyawannya dengan cara – cara yang aman dan harus menyediakan serta
menggunakan alat – alat keselamatan yang pantas dan memadai karena dikendaki
atau diharuskan oleh peraturan pemerintah yang meliputi keselamatan pekerja.

Seandainya Direksi memperhatikan bahwa metode keselamatan yang digunakan atau


diusulkan oleh kontraktor tidak memadai, maka kontraktor dengan segera mengubah
metode – metode keselamatan tersebut.

1.13. Keamanan

Kontraktor harus bertanggung jawab sendiri atas penjagaan wilayah kerjanya,


kemah dan tempat pemondokan maupun keamanan staf pemberi Proyak / Direksi
dan harus menyadiakan penjagaan siang dan malam untuk kantor pihak pemberi
Proyek / Direksi dengan biaya sendiri. Semua langkah pengamanan harus dilakukan
dengan kerjasama yang erat dengan masyarakat setempat atau yang berwajib.
Gangguan pekerjaan terhadap lalu lintas jalan raya harus diatasi dan bekerja sama
dengan pejabat lalu lintas setempat.

1.14. Bahan – bahan, Kualitas Hasil Kerja dan Pemeriksaan

Kecuali tidak dirincikan, semua material dan hasil kerja akan disesuaikan dengan
ketentuan / persyaratan Standar Indonesia yang relevan dan yang mulai berlaku 30
hari sebelum tanggal pertama yang ditetapkan untuk penyerahan penawaran. Standar
Indonesia bisa diganti dengan spesifikasi Standar Internasional lainnya yang sama,
asalkan medapatkan persetujuan dari Direksi yang bersangkutan.

Kontraktor harus memperoleh dan menyimpan ditempat, sedikitnya satu saluran


dari masing – masing pedoman Standar Nasional yang ditunjukan dalam spesifikasi.
Direksi harus diberi kesempatan untuk menguji semua contoh dari seluruh bahan –
bahan tetap sebelum pesanan dilaksanakan. Pemeriksaan dan persetujuan
tidakboleh membebaskan kontraktor dari kewajiban yang dibebankan kepadanya
dalam kontrak ini.
1.15. Ukuran dan Kuantitas Standar

Semua ukuran pada gambar dan kuantitas dalam volume pekerjaan dan jadwal
pekerjaan harus dalam Sistem Nasional kecuali ditentukan lain.

1.16. Foto foto Pekerjaan

Foto – foto yang melihatkan kemajuan pekerjaan, ciri – ciri tertentu dari pekerjaan,
peralatan atau hal – hal yang menarik perhatian sehubungan dengan pekerjaan atau
lingkungannya harus dibuat sedikitnya tiga kali, yakni :

1. Sebelum memulai Pelaksanaan Pekerjaan.

2. Selama berlangsungnya Pekerjaan.

3. Setelah selesai Pekerjaan atau setelah selesai periode Pemeliharaan.

Foto – foto ini harus dilakukan sedikitnya dari tiga pengulangan serta pada posisi
yang sama untuk masing – masing kejadian.

Ukuran dari foto – foto tersebut tidak boleh kurang dari 140 X 90 mm dan enam
lembar hasil cetakan foto ( dialbumkan ), dengan membubuhkan nomor seri, tanggal
pengambilan dan keterangan ringkasnya harus disampaikan kepada direksi.

Semua klise / negatif filmnya harus dinomori, ditempatkan dalam arsip dan
disimpan di lokasi dan menjadi pemberi proyek. Biaya foto – foto tersebut seperti
ditentukan harus ditanggung oleh kontraktor dan harus dianggap termasuk dalam
butir Lump Sum yang disajikan dalam Daftar Pengajuan Biaya.

1.17. Pemberitahuan Pelaksanaan Pekerjaan

Tidak ada pekerjaan penting yang boleh dilaksanakan tanpa adanya persetujuan
dari Direksi atau tanpa pemberitahuan selengkapnya secara tertulis yang
disampaikan kepada Direksi dan memberikan cukup waktu sebelum pekerjaan dimulai
untuk memungkinkan Direksi mempersiapkan pengaturan yang perlu untuk
melakukan pemeriksaan.
1.18. Perlindungan Pekerjaan Dari Cuaca

Kontraktor dengan biaya sendiri harus dengan cermat melindungi semua pekerjaan
dan bahan-bahan yang dapat rusak atau terpengaruh oleh cuaca. Seandainya suatu
pekerjaan menjadi rusak atau terpengaruh oleh kondisi cuaca, pekerjaan harus
diperbaiki atau diganti dan penggantian pekerjaan tersebut atas biaya Kontraktor,
sampai pekerjaan tersebut memenuhi syarat.

1.19. Bahan-bahan Yang Harus Disediakan

Kontaktor harus memperoleh dan menyediakan semua bahan yang diperlukan


untuk pembangunan dan penyelesaian pekerjaan serta pemeliharaan pekerjaan dan
harus mengatur sendiri untuk perolehan bahan-bahan tersebut termasuk untuk
pengangkutannya. Pemakaian bahan-bahan bekas dari bangunan yang dibongkar
dalam pekerjaan-pekerjaan yang bersangkutan termasuk bahan-bahan yang telah
dipakai di tempat lain tidak akan diperbolehkan kecuali kalau diijinkan oleh Direksi.

1.20. Pekerjaan Yang Dilakukan Oleh Pihak Lain

Kontraktor dalam kegiatan pekerjaannya harus mempertimbangkan bahwa selama


pelaksanaan pekerjaan oleh pihak lain dapat dipekerjakan oleh pemberi pekerjaan
untuk melaksanakan pembersihan, pekerjaan tanah dan lain-lain di dalam dan di
sekitar areal proyek tersebut.

Kontraktor harus sepenuhnya mengenal kegiatan dari pihak lain tersebut sampai ke
suatu tingkat yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaannya sendiri. Dapat
dimengerti bahwa pihak pemberi pekerjaan tidak harus menerima atau meberi
penggantian atas suatu tuntutan atau permintaan dari Kontraktor untuk
pembayaran tambahan atau keterlambatan pekerjaan yang dilakukan oleh pihak lain.

1.21. Pertemuan di Lokasi Proyek

Kontraktor harus menghadiri pertemuan rutin dimana semua masalah yang


berkaitan dengan kemajuan pekerjaan akan dinilai. Kontraktor harus menyampaikan
setiap bulan laporan kemajuan pekerjaan berikut formulir yang disetujui Direksi yang
menyajikan kemajuann pekerjaan yang sebenarnya.
1.22. Alternatif Usulan Kontraktor

Setiap alternatif yang mungkin telah diusulkan Kontraktor dalam berkas dokumen
perjanjian, atau setelah itu selama berrlangsungnya kontrak dan yang telah disetujui
oleh pihak pemberi pekerjaan atau Direksi, tetap menjadi tanggung jawab
Kontraktor baik mengenai rencana atau metode yang memuaskan maupun
mengenai Pembangunan serta lamanya.

Jika menurut pendapat Direksi suatu alternatif yang disetujui tidak memuaskan
dalam suatu hal, Direksi berhak menarik persetujuan dan Kontraktor setelah itu
harus melaksanakan pekerjaan-pekerjaan tersebut sebagaimana ditentukan semula.

1.23. Pelaksanaan Pekerjaan

Kontraktor harus mengambil langkah-langkah tindakan yang diperlukan untuk


mencapai kemajuan pekerjaan sesuai dengan jadwal pekerjaan.

Kontraktor bertanggung jawab mengenai pengadaan bahan dan peralatan setiap


saat untuk menjaga agar pelaksanaan pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan
jadwal

1.24. Peralatan Survey

Kontraktor harus membuat daftar peralatan yang akan digunakan dalam survey dan
peralatan harus terlebih dahulu disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan
survey dilaksanakan. Peralatan ukur mekanis yang akan digunakan harus dalam
kondisi dan kinerja yang baik dan telah dikalibrasi oleh pihak yang berkompeten.
Sertifikat kalibrasi alat harus disertakan dalam daftar peralatan untuk mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan. Kontraktor harus menyediakan peralatan survey
topografis (theodolite), alat pengukur panjang dan lain-lain yang diperlukan.

1.25. Laboratorium Pengujian Bahan

Fasilitas pengujian semua material dapat disewa oleh Kontraktor dari instansi lain
sesuai dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.

Pengujian dilakukan oleh :

1. Laboratorium milik, sewaktu-waktu untuk digunakan selama pelaksanaan pekerjaan


sebagai Counter Check. Biaya pengujian ditanggung oleh Pihak Kontraktor.
2. Pihak Kontraktor, dengan tanggungan biaya Kontraktor.

1.26. Listrik dan Air Kerja

Untuk keperluan pekerjaan kontraktor harus menyediakan sendiri listrik untuk bekerja
maupun penerangan. Kebutuhan air kerja yang memenuhi syarat PBI juga harus
dipenuhi oleh kontraktor.
10.1.1 PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN BAHAN

1.2 Standar Spesifikasi

Perkerasan jalan beton semen atau perkerasan kaku, terdiri dari plat beton
semen, dengan atau tanpa lapisan pondasi bawah, di atas tanah dasar. Dalam
konstruksi perkerasan kaku, plat beton semen sering juga dianggap sebagai lapis
pondasi, kalau di atasnya masih ada lapisan aspal.

Lapis pondasi bawah, jika digunakan di bawah plat beton, dimaksudkan untuk
sebagai lantai kerja, dan untuk drainase dalam menghindari terjadinya "pumping".

Pumping adalah peristiwa keluarnya air disertai butiran-butiran tanah dasar


melalui sambungan dan retakan atau pada bagian pinggir perkerasan, akibat
gerakan lendutan atau gerakan vertikal plat beton karena beban lalu lintas,
setelah adanya air bebas yang terakumulasi di bawah plat beton. Pumping dapat
mengakibatkan terjadinya rongga di bawah plat beton sehingga menyebabkan
rusak/retaknya plat beton.

Standar Rujukan :
2.2 Semen

a. Semen harus merupakan semen portland jenis I, II atau III sesuai dengan

AASHTO M 85.

b. Kecuali diperkenankan lain, maka hanya produk dari satu pabrik atau satu jenis
merk semen portland tertentu yang harus digunakan di proyek.

1.3 Air

Air yang digunakan dalam pencampuran, perawatan atau penggunaan-penggunaan


tertentu lainnya harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang merugikan
seperti minyak, garam, asam, alkali, gula atau bahan-bahan organik. Air harus diuji
sesuai dengan dan harus memenuhi persyaratan AASHTO T 26.

Air yang diketahui dapat diminum dapat dipakai dengan tanpa pengujian.

1.4 Persyaratan Gradasi Agregat

a. Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi persyaratan yang diberikan
dalam Tabel 2.1. Bahan-bahan yang tidak memenuhi persyaratan gradasi ini dapat
tidak ditolak asalkan Kontraktor dapat menunjukkan bahwa persyaratan yang dirinci,

dapat dipenuhi jika menggunakan bahan-bahan tersebut. Tabel

2.1.: Persyaratan Gradasi Agregat

Ukuran Ayakan Persentase Berat Yang Lolos


Inch

Standar (mm) Agregat Halus Pilihan Agregat Kasar


50 2 - 100 - - -
37 1,5 - 95-100 100 - -
25 1 - - 95-100 100 -
19 ¾ - 35-70 - 90-100 100
13 ½ - - 25-60 - 90-100
10 3/8 100 10-30 - 20-55 40-70
4,75 #4 95-100 0-5 0-10 0-10 0-15
2,36 #8 - - 0-5 0-5 0-5
1,18 #16 45-80 - - - -
0,30 #50 10-30 - - - -
0,15 #100 2-10 - - - -

b. Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran partikel


terbesar tidak lebih besar dari pada 3/4 jarak bersih minimum antara
batang tulangan atau antara batang tersebut dengan acuan atau antara
batasan-batasan ruang lainnya dimana pekerjaan beton harus
ditempatkan.

1.5 Sifat Agregat

a. Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih dan
keras yang diperoleh dari pemecahan batu, atau dengan menyaring dan
mencuci (bila perlu) kerikil dan pasir sungai.

b. Agregat harus bebas dari bahan-bahan organik seperti yang dirinci


dalam AASHTO T21 dan seperti diberikan dalam Tabel 4.4. bila diambil
contoh dan diuji sesuai dengan ketentuan BS CP 114 dan prosedur
AASHTO yang relevan.

c. Agregat yang berupa bahan-bahan yang berukuran sama yang berasal


dari berbagai sumber harus ditimbun dalam timbunan terpisah dan
hanya boleh digunakan dalam struktur yang terpisah.

Tabel 2.2.: Sifat Agregat Bet on.

maksimum yang diijinkan

Pengujian gregat halus gregat kasar


Sifat
Kehilangan akibat abrasi pada 500 putaran
dengan mesin Los Angeles. T 96 - 40 %
Kehilangan akibat penentuan kualitas dengan
T 104 10% 12 %
Persentase gumpalan tanah liat dan pertikel yang
dapat pecah dalam agregat. T 112 0,50 % 0,25 %
Bahan-bahan yang lolos ayakan #200. T 11 3% 1%

1.6 Bahan Tambah (Additive)

Penggunaan plastisator, bahan-bahan tambah untuk mengurangi air atau bahan


tambah lainnya, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu. Jika digunakan,
bahan yang bersangkutan harus memenuhi AASHTO M 154 atau M 194.

Bahan tambahan yang bersifat mempercepat dan yang mengandung Calcium

Chlorida tidak boleh digunakan.

1.7 Membran Kedap Air

Lapisan bawah yang kedap air harus terdiri dari lembaran plastik yang kedap setebal

125 mikron. Air tidak boleh tergenang di atas membran, dan membran harus kedap air
sepenuhnya waktu beton dicor.

Lapisan bawah yang kedap air tidak boleh digunakan di bawah perkerasan jalan
beton bertulang yang menerus.

Bahan-bahan untuk Sambungan

a. Bahan-bahan pengisi siar muai harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan


AASHTO M 153 atau M 213. Bahan-bahan tersebut harus dilubangi untuk dilalui
dowel-dowel sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar Rencana. Bahan pengisi
untuk setiap sambungan harus disediakan dalam bentuk satu kesatuan utuh untuk
tebal dan lebar penuh yang diperlukan untuk sambungan yang bersangkutan kecuali
jika diijinkan lain. Di mana ujung-ujung yang berbatasan diperkenankan, maka ujung-
ujung tersebut harus diikat satu sama lainnya dan dipertahankan dengan kokoh
dan tepat ditempatnya dengan jepitan kawat (stapling) atau penyambung / pengikat
yang baik lainnya.

b. Bahan penutup sambungan (joint sealant) harus berupa Expandite Plastic,


senyawa gabungan bitumen karet Grade 99 yang dituangkan dalam keadaan panas,
atau bahan serupa yang disetujui. Bahan sambungan harus sebagaimana dianjurkan
oleh pabrik pembuat bahan yang bersangkutan.
10.1.2 METODE PELAKSANAAN

PENYIAPAN TANAH DASAR DAN LAPIS PONDASI BAWAH

2.1 Pembentukan Permukaan

Persyaratan tanah dasar untuk perkerasan kaku sama dengan persyaratan tanah
dasar untuk perkerasan lentur, baik mengenai daya dukung, kepadatan maupun
kerataannya.Lapis pondasi bawah untuk perkerasan kaku dapat berupa lean
concrete (beton kurus), atau bahan berbutir yang bisa berupa agregat atau lapisan
pasir (sand bedding)

Persiapan penting yang harus dilakukan sebelum penghamparan plat beton meliputi
berbagai hal seperti membentuk, membuat penyesuaian-penyesuaian seperlunya
pada permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah, dan bila perlu,
menambahkan air dan memadatkan kembali permukaan disesuaikan dengan
alinyemen dan potongan melintang seperti ditunjukkan dalam Gambar Rencana.
Pembentukan permukaan secara teliti sangat penting bagi pelaksanaan ditinjau dari
segi jumlah beton yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.

Bila digunakan metode dengan acuan tetap (fixed form) dianjurkan agar lapis
pondasi bawah dibuat paling sedikit 30 cm lebih lebar dari pada lebar plat beton
yang akan dicor, pada masing-masing sisi memanjang hamparan, yang akan
berguna sebagai landasan acuan tetap. Bila digunakan metode dengan acuan
gelincir (slip form) hal tersebut tidak diperlukan, karena biasanya alat penghampar
sudah dilengkapi peralatan otomatis untuk mengatur ketinggian penghamparan
sesuai dengan yang direncanakan (string control).

Bagian-bagian permukaan yang menonjol harus dikupas pada Segmen 1 dan Segmen 4
sesuai gambar rencana.. Bagian-bagian, yang rendah harus diisi dan dipadatkan sesuai
dengan persyaratan kepadatan. Bila alat pengupas dilengkapi dengan sistem
pengatur ketinggian otomatis, maka alat tersebut dapat langsung dioperasikan di
atas permukaan yang akan dibentuk.

2.2 Persyaratan dan Pemeriksaan Bentuk Akhir


Sebelum dilakukan penghamparan beton, tanah dasar atau lapisan pondasi bawah
diperiksa kepadatan dan bentuk penampang melintangnya.

Permukaan lapisan yang akan dicor beton harus senantiasa bebas dari benda-
benda asing, sisa-sisa beton, dan kotoran-kotoran lainnya.

2.3 Pemasangan Membran Kedap Air

Membran kedap air harus terdiri dari lembaran plastik yang kedap air setebal

125 micron yang berguna agar air semen dari plat beton yang dicor tidak meresap
ke dalam lapisan di bawahnya, dan juga untuk mencegah adanya ikatan antara plat
beton dengan lapis pondasi bawah yang akan mengakibatkan terjadinya retak- retak
pada plat beton setelah terjadinya penyusutan pada waktu pengerasan beton.

Membran kedap air tersebut dipasang di atas permukaan lapis pondasi bawah yang
telah siap. Lembar-lembar yang berdampingan dipasang overlap, dengan lebar
tumpang-tindih tidak kurang dari 10 cm pada arah lebar dan

30 cm pada arah memanjang. Pemasangan lembar kedap air harus dilakukan secara
hati-hati untuk mencegah sobeknya lembar-lembar tersebut, dan harus dipaku ke
permukaan lapis pondasi bawah agar tidak mudah tergulung akibat tiupan angin.

2.4 ACUAN Persyaratan

Acuan (bekisting / form) yang digunakan harus cukup kuat untuk menahan beban-
beban selama pelaksanaan. Kekuatan acuan yang terbuat dari baja lurus, harus
diuji, dan harus memenuhi persyaratan bahwa acuan harus tidak melendut lebih
besar dari 6,4 mm (1/4 inch) bila diuji sebagai balok biasa dengan bentang 3 m
(10 ft) dan beban yang sama dengan berat mesin penghampar atau peralatan
pelaksanaan lainnya yang mungkin akan bergerak di atasnya.

Tebal baja yang biasanya digunakan adalah 6,4 mm (1/4 inch) dan 8 mm (5/16 inch).
Bila acuan harus mendukung alat penghampar beton yang berat, ketebalannya
tidak boleh kurang dari 8 mm (5/16 inch). Dianjurkan agar acuan mempunyai tinggi
yang sama dengan tebal rencana pelat beton dan lebar dasar acuan sama dengan

0,75 kali tebal pelat beton tapi kurang dari 200 mm (8 inch).
Acuan harus dipasang sedemikian rupa sehingga cukup kokoh, tidak melentur atau
turun akibat tumbukan dan getaran alat penghampar dan alat pemadat. Lebar flens
penguat yang dipasang pada dasar acuan harus menonjol keluar dari acuan tidak
kurang dari 2/3 tinggi acuan.

Dalam pemeriksaan kelurusan dan kerataan acuan variasi kerataan bidang atas acuan
tidak boleh lebih dari 0,32 cm (1/8 inch) untuk setiap 3 m (10 ft) panjang dan
kerataan bidang dalam acuan tidak boleh lebih dari 0,64 cm (1/4 inch) untuk setiap

3 m (10 ft) panjang.

Ujung-ujung acuan yang berdampingan harus mempunyai sistem penguncian untuk


menyambung dan mengikat erat acuan-acuan tersebut. Pada lengkungan dengan
jari- jari kecil dianjurkan untuk menggunakan acuan yang dapat dibengkokkan
(flexible form) atau acuan melengkung.

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang relatif kecil, yang bersifat padat karya, maka acuan
dari kayu dapat digunakan, untuk alat perata dapat menggunakan vibrator perata
biasa (besi profil yang dilengkapi mesin penggetar dan ditarik tenaga manusia).
Kayu untuk keperluan ini dibuat dari kayu yang cukup kuat dengan baja siku dipasang
di atasnya, dengan angkur pemegang setiap 0,5 meter.

2.5 Pemasangan Acuan

Pemasangan acuan baja maupun kayu pada prinsipnya harus mengikuti ketentuan-
ketentuan di bawah ini.

Pondasi acuan harus dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan alinyemen dan
ketinggian jalan yang bersangkutan sehingga acuan yang dipasang dapat disangga
secara seragam pada seluruh panjangnya dan terletak pada elevasi yang benar.

Pembuatan galian untuk meletakkan acuan pada ketinggian yang tepat, sebaiknva
dilakukan, dengan cara mengupas / mengeruk. Bekas galian di kiri dan kanan
pondasi acuan, harus diisi dan dipadatkan kembali. Alinyemen acuan baru harus
diperiksa dan bila perlu diperbaiki memanjang penghamparan beton.

Bila terdapat acuan yang rusak atau sesudah perbaikan pondasi yang tidak stabil,
acuan harus disetel kembali. Acuan harus dipasang cukup jauh di depan tempat
penghamparan beton sehingga memungkinkan pemeriksaan dan perbaikan acuan
tanpa mengganggu kelancaran penghamparan beton.

Acuan dipasang pada posisi yang benar, dan tanah dasar atau lapis pondasi bawah
pada kedua sisi luar dan dalam harus dipadatkan dengan baik menggunakan alat
pemadat mesin atau manual. Acuan harus disangga pada tempatnya, paling sedikit
setiap 3 m (10 ft).

2.6 Pembongkaran Acuan

Acuan harus tetap dipasang selama paling sedikit 8 jam setelah penghamparan
beton. Setelah acuan dibongkar, permukaan beton yang terbuka harus segera
dirawat.

PEMBUATAN BETON

2.7 Pencampuran dan Penakaran Beton

Perbandingan bahan dan berat penakaran harus menggunakan cara yang


ditetapkan dalam BS CP 114. Proporsi bahan dan berat penakaran harus sesuai
dengan batas-batas yang diberikan DMF (Design Mix Formula). Total volume
pekerjaan beton f’c 22 MPa adalah 2.448,6 m 3 sebagai badan jalan utama dan beton LC
sejumlah 455 m3.

2.8 Campuran Percobaan

Kontraktor harus memastikan perbandingan campuran dan bahan-bahan yang


diusulkan dengan membuat dan menguji campuran-campuran percobaan dengan
menggunakan instalasi dan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan nanti.
Campuran percobaan dapat dianggap dapat diterima asal memenuhi semua
persyaratan sifat campuran yang ditetapkandalamButir 4.3.di bawah ini.

2.9 Persyaratan Sifat Campuran

a. Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan dan
"slump" yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Tabel 5.3, bila pengambilan
contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-19 90 (AASHTO T22),
Pd M-16-1996-03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-1991 (AASHTO T126), SNI 03-2458-
1991 (AASHTO T141).

b. Kuat tekan karateristik beton harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan

Tabel 5.3. Dengan menggunakan cara pengujian "the third point" kuat
lentur

c. Beton tersebut harus merupakan jenis yang memiliki sifat kemudahan


pengerjaan yang sesuai untuk mencapai pemadatan penuh dengan instalasi
yang digunakan dengan tanpa pengaliran yang tak semestinya. Slump
optimum sebagaimana diukur dengan cara pengujian AASHTO T 199 harus tidak
kurang dari 20 mm dan tidak lebih besar dan 60 mm. Slump tersebut harus
dipertahankan dalam batas toleransi ± 20 mm dari slump optimum yang
disetujui. Beton yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan slump tersebut
tidak boleh digunakan untuk plat beton perkerasan.

e. Bilamana pengujian beton berumur 7 hari menghasilkan kuat beton di


bawah kekuatan yang disyaratkan dalam Tabel 5.3., maka Kontraktor tidak
diperkenankan mengecor beton lebih lanjut sampai penyebab dari hasil yang
tidak memenuhi persyaratan tersebut dapat diketahui dengan pasti dan sampai
telah diambil tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton
memenuhi ketentuan yang disyaratkan. Kuat tekan beton berumur 28 hari yang
tidak memenuhi ketentuan harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan. Kekuatan
beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan bilamana hasil pengujian
serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan lebih kecil dari kuat tekan
karakteristik yang diperoleh dari rumus.yang diuraikan dalam Butir 7.6.2.c.

Tabel 3.1.: Batasan proporsi takaran campuran

Ukuran Agregat Maksimum Rasio Air / Semen Kadar Semen Minimum

K500 - 0,375 450


37 0,45 356

25 0,45 370
K400
37 0,45 315

25 0,45 335
K350
37 0,45 300

25 0,45 320
K300
37 0,50 290

25 0,50 310
K250
K175 - 0,57 300
K125 - 0,60 250
Tabel 3.2.: Ketentuan sifat campuran

Kuat Tekan Karakteristik min. (kg/cm2) Slump (cm)


Benda Uji Kubus Benda Uji Silinder

Mutu Beton 7 hari 28 hari 7 hari 28 hari Digetarkan Tidak Digetarkan


K600 390 600 325 500 20 – 50 -
K500 325 500 260 400 20 – 50 -
K400 285 400 240 330 20 – 50 -
K350 250 350 210 290 20 – 50 50 – 100
K300 215 300 180 250 20 – 50 50 – 100
K250 180 250 150 210 20 – 50 50 – 100
K225 150 225 125 190 20 – 50 50 – 100
K175 115 175 95 145 30 – 60 50 – 100
K125 80 125 70 105 20 – 50 50 – 100

Catatan : bila menggunakan concrete pump, slump bisa berkisar antara 75 ± 25m
f. Pekerjaan dapat pula dihentikan dan atau memerintahkan Kontraktor mengambil
tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian
kuat tekan beton berumur 3 hari. Dalam keadaan demikian, Kontraktor harus segera
menghentikan pengecoran beton yang dipertanyakan tetapi dapat memilih
menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton berumur 7 hari diperoleh,
sebelum menerapkan tindakan perbaikan.

g. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat mencakup
pembongkaran dan penggantian seluruh beton tidak boleh berdasarkan pada hasil
pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari saja, perlu analisis teknis.

2.10 Kekuatan beton

Bila pengujian dilakukan pada silinder 15x30 cm, kekuatan tekan karakteristik harus
sebesar 22 MPa kg/cm2 pada umur 28 hari. Sedangkan untuk Lean Concrete
sebagai lapis pondasi harus memiliki kekuatan tekan karakteristik 5,5 MPa.

Kekuatan beton 7 hari harus sebesar 0,7 x kekuatan lentur karakteristik.

2.11 Penyesuaian campuran

a. Penyesuaian sifat kelecakan (workability)

Bilamana sulit memperoleh sifat kelecakan beton dengan proporsi yang semula
dirancang, maka Kontraktor akan melakukan perubahan pada berat agregat
sebagaimana diperlukan, asalkan dalam hal apa pun kadar semen yang semula
dirancang tidak berubah, juga rasio air / semen yang telah ditentukan berdasarkan
pengujian kuat tekan yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi, tidak dinaikkan.

Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air atau
cara lain tidak diperkenankan. Bahan tambah (aditiv) untuk meningkatkan sifat
kelecakan hanya diijinkan bila secara khusus telah disetujui.

b. Penyesuaian kekuatan
Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau disetujui, kadar
semen harus ditingkatkan.

c. Penyesuaian untuk bahan-bahan baru

Perubahan sumber bahan atau karakteristik bahan tidak boleh diiakukan tanpa
mendapat persetujuan terlebih dahulu.
2.12 Penakaran agregat

a. Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan semen
kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen
yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau pembulatan dari jumlah zak
semen. Agregat harus diukur beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak
boleh melebihi kapasitas alat pencampur.

b. Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan dipertahankan dalam
kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan jenuh-kering permukaan,
dengan menyemprot tumpukan agregat dengan air secara berkala. Pada saat
penakaran, agregat harus telah dibasahi paling sedikit 12 jam sebelumnya untuk
menjamin pengaliran yang memadai dari tumpukan agregat.

2.13 Pencampuran

a. Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan
ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin campuran yang merata dari seluruh
bahan.

b. Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur yang
akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap
penakaran.

c. Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen yang telah
ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan.

d. Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam
campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus dimasukkan sebelum
waktu pencampuran berlangsung seperempat bagian. Waktu pencampuran untuk
mesin berkapasitas 3/4m3 atau kurang haruslah 1,5 menit; untuk mesin yang lebih
besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.

PENGECORAN DAN PENYELESAIAN AKHIR BETON


2.14 Pengecoran

1. Peralatan Pengecoran

Peralatan pengecoran harus mampu mengalirkan adukan beton dari mesin pengaduk
atau alat pengangkut campuran beton dan menuangkannya ke setiap tempat tanpa
terjadi pemisahan butir (segregasi) dan tanpa merusak permukaan yang dihampar.
Pada pekerjaan besar, pengecoran seringkali menuntut penggunaan ulir (screw), ban
berjalan (belt), atau wadah (hopper) sebagai alat penghampar adukan.

Peralatan ini biasanya beroperasi dari bahu jalan atau dari jalur sebelahnya dari jalur
yang sedang dikerjakan, dan menuangkan campuran beton ke seluruh lebar
permukaan yang telah dibentuk. Apabila pengecoran dilakukan dengan mesin pengaduk
berjalan (truck mixer), dan untuk menuangkan adukan hanya tersedia talang (chute),
maka disarankan dilakukan penghamparan jalur sesaat (lane at a time). Beton tanpa
tulangan bisa juga dilaksanakan dengan menuangkan campuran beton di atas
permukaan di depan mesin penghampar dengan mengggunakan dump truck.

2. Keadaan Khusus

Apabila lebar penghamparan tidak sama (misal pada jalan masuk / ramp,
persimpangan), maka metoda pengecoran yang biasa tidak selalu dapat diterapkan.
Untuk keadaan demikian, perlu diperhatikan agar untuk mencapai kedudukan akhir,
campuran beton jangan dituang secara sembarangan dengan didorong atau
digetarkan. Pengecoran secara manual mungkin perlu dilakukan, untuk menghindarkan
pemisahan butir.

2.15 Penghamparan

P e r a l a ta n

Pada pekerjan besar, biasanya harus disediakan baik penghampar jenis dayung
(paddle) atau ulir (auger), atau ban berjalan, maupun jenis wadah (hopper) dan ulir
(auger), kecuali apabila digunakan penghampar acuan gelincir. Pada mesin
penghampar acuan gelincir, peralatan penghampar (spreader) merupakan bagian yang
sudah melekat (built- in). Untuk mengurangi pemisahan butir, semua peralatan harus
dioperasikan secara seksama.
Pada pekerjaan yang lebih kecil, penghamparan dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain dengan peralatan manual.

Dalam hal apa pun, beton harus dihampar dengan ketebalan yang cukup untuk
pemadatan dan penyelesaian akhir.

Penghamparan Dua Lapis

Apabila tulangan terdiri dari anyaman dan harus diletakkan secara manual, maka
beton di bawah anyaman harus dihampar terlebih dahulu tersendiri (struck-off),
kemudian anyaman diletakkan dan selanjutnya lapisan berikutnya dihampar.

Pada pekerjaan besar, kadang-kadang digunakan dua buah mesin penghampar. Apabila

tulangan yang berbentuk anyaman akan dimasukkan pada kedudukan

yang dikehendaki dengan cara menggetarkan atau menekannya dengan mesin

maka beton dapat dihampar langsung untuk seluruh tebal.

Percobaan Penghamparan

Kontraktor harus menyediakan peralatan dan menunjukkan metode pelaksanaan


pekerjaan dengan cara menghamparkan lapisan percobaan sepanjang tidak kurang dari
30 m di lokasi yang disediakan oleh Kontraktor di luar daerah kerja permanen.
Percobaan tambahan mungkin diperlukan, bila percobaan pertama dinilai tidak
memuaskan.

Setelah percobaan pertama disetujui, maka percobaan sepanjang minimum 150 m tapi
tidak lebih dari 300 m harus dilakukan di daerah kerja permanen. Percobaan ini
harus menunjukkan seluruh aspek pekerjaan dan harus mencakup setiap tipe
sambungan yang digunakan dalam pekerjaan.

Penghamparan perkerasan beton tidak boleh dilanjutkan sebagai pekerjaan permanen


sebelum ada persetujuan terhadap hasil percobaan.
3.16 Pemadatan

Pemadatan pada sambungan dan tepi-tepi, penekanan, pemadatan secara tumbuk, dan
pemadatan secara getar, sampai tingkat tertentu cukup efektif, tapi tidak secara
otomatis menjamin kepadatan beton. Mesin getar (vibrator), baik jenis internal
maupun jenis permukaan dapat memberikan hasil yang baik.

Seluruh perkerasan harus dipadatkan seefektif mungkin. Perhatian khusus harus


diberikan terhadap tepi-tepi sepanjang sumbu, dan pada sambungan-sambungan.

Sekitar ruji dan kedudukan, pada tepi-tepi dan sudut-sudut atau sekitar pembuangan
air (drains), dan pada pelat-pelat tidak beraturan pada jalan masuk / ramps dan
persimpangan, diperlukan ketelitian khusus untuk menjamin kepadatan yang baik.

Penggetar internal dioperasikan di dalam beton untuk mengeluarkan udara sewaktu


mesin penghampar bergerak. Mesin penggetar yang dioperasikan secara manual tidak
boleh berada di satu titik yang digetarkan lebih dari 5 detik, dengan jarak titik satu
dengan titik lainnya antara 25 – 30 cm.

3.17 Penyelesaian Akhir

1. Mesin Penghampar Acuan Gelincir (Slip Form)

Mesin penghampar acuan gelincir dirancang untuk sekali lintasan dapat


menghampar, memadatkan, membentuk permukaan dan meratakan beton yang masih
plastis, sehingga dapat memberikan beton yang padat, seragam; dan untuk
mendapatkan permukaan yang disyaratkan hanya memerlukan penyelesaian akhir
(dengan tangan) yang minimal. Mesin penghampar harus menggetarkan beton pada
seluruh lebar dan ketebalan. Penggetaran biasanya dilakukan dengan jenis penggetar
internal yang sudah ada pada mesin tersebut (built-in).

Mesin penghampar acuan gelincir sedapat mungkin harus dioperasikan dengan


gerakan yang menerus, dan seluruh operasi pengadukan, pengangkutan dan
penghamparan harus terkoordinasi agar supaya dapat dicapai kecepatan yang
seragam dan penghentian mesin penghampar yang minimum. Apabila mesin
penghampar perlu dihentikan, maka alat penggetarnya harus dihentikan.
Mesin penghampar acuan gelincir mampu mengatasi kesalahan bentuk permukaan
lapis pondasi bawah atau dasar secara teliti, dengan menggunakan peralatan
otomatis.

2.Mesin Penghampar Acuan Tetap (Fixed Form)

Mesin pencetak perkerasan jalan beton dengan sebilah pisau perata, kayuh berputar
atau perlengkapan berputar, harus mencetak beton yang bersangkutan sehingga
memiliki elevasi, dimensi, kerataan dan kehalusan yang disyaratkan; dan kemudian
harus memadatkan beton tersebut dengan vibrasi atau dengan suatu kombinasi vibrasi
dan penumbukan mekanis.

Peralatan tersebut kemudian harus menyelesaikan permukaan beton tersebut dengan


menggunakan suatu batang perata yang bergoyang (oscilated) melintang atau miring.
Suatu batang perata lain untuk pekerjaan penyelesaian yang bergoyang secara
melintang atau miring harus disediakan setelah setiap mesin pembentuk sambungan
melintang dalam keadaan basah.

Batang perata bergoyang tersebut harus berpenampang melintang persegi dan harus
membentangi seluruh lebar pelat yang bersangkutan dan berbobot tidak kurang dari

170 kg/m. Batang ini harus ditunjang pada suatu kereta, yang ketinggiannya harus
dikontrol berdasarkan tinggi rata-rata dari sekurang-kurangnya 4 titik yang
ditempatkan secara merata dengan jarak antara sekurang-kurangnya 3,5 meter dari
rel penunjang, balok, atau pelat, pada setiap sisi dari pelat beton yang sedang
diperkeras.

Bilamana perkerasan jalan beton dibangun dengan lebih dari satu lintasan
menggunakan mesin dengan roda-roda ber-flens, maka pelat-pelat yang berdampingan
berikutnya harus dibangun dengan menyangga mesin tersebut pada rel-rel yang
beralas rata yang berbobot tidak kurang dari 15 kg/m, diletakkan di atas beton yang
telah diselesaikan untuk menunjang roda-roda ber-flens, atau menggantikan roda-roda
ber-flens tersebut pada satu sisi mesin dengan roda-roda tanpa flens bertapal karet.
Rel (track) bertapal karet, yang dapat berjalan di atas permukaan beton yang telah
diselesaikan juga dapat diterima. Bilamana digunakan roda-roda tanpa flens atau rel
bertapal karet, maka permukaan pelat beton yang dilewati harus segera dibersihkan
dan disikat secara seksama di depan mesin untuk membersihkan semua lumpur dan
serpihan pasir / kerikil. Roda-roda tanpa flens harus berjalan cukup jauh dari tepi
pelat untuk menghindari kerusakan pada pinggiran pelat yang bersangkutan.
3.Pemadatan dan Penyelesaian dengan Balok Vibrasi Terkendali

Bilamana pelat-pelat berukuran kecil atau tidak beraturan, atau bila tempat kerja yang
bersangkutan sedemikian terbatas sehingga menyebabkan penggunaan cara- cara yang
diuraikan di atas menjadi tidak praktis, maka beton dapat dicor dan diratakan secara
manual tanpa pra-pemadatan atau segregasi; dan dipadatkan dengan cara berikut ini.

Beton yang akan dipadatkan dengan balok vibrasi harus dicetak sedemikian sehingga
permukaan setelah semua udara yang terkandung dikeluarkan dengan penggetaran
berada sama dengan permukaan acuan-acuan sisi. Beton tersebut harus dipadatkan
dengan menggunakan sebuah balok penggetar / pemadat dari kayu bertapal baja
berukuran tidak kurang dari lebar 75 mm dan tebal 225 mm, dengan suatu masukan
energi tidak kurang dari pada 250 watt per meter lebar pelat. Balok penggetar
tersebut diangkat dan digerakkan maju ke muka dengan sedikit demi sedikit, tidak
melebihi ukuran lebar balok tersebut.

Sebagai alternatif, suatu alat pemadat yang terdiri dari balok kembar bervibrasi
dengan kekuatan tenaga yang setara. ekivalen dapat digunakan.

Bila tebal lapisan beton yang dipadatkan melebihi 200 mm, maka diperlukan
tambahan vibrasi dengan menggunakan vibrator jenis tabung celup (immersed tube)
secukupnya yang diberikan meliputi seluruh lebar pelat, untuk menghasilkan
pemadatan sepenuhnya. Setelah setiap 1,5 m panjang pelat selesai dipadatkan,
kegiatan di atas harus diulang dengan menarik kembali balok vibrasi 1,5 m, kemudian
perlahan -lahan didorong maju sambil melakukan penggetaran di atas permukaan yang
telah dipadatkan untuk memberikan suatu permukaan akhir yang halus.

Kemudian permukaan tersebut harus diratakan menggunakan sebuah penggaruk rata


(straight-edge) dengan panjang tidak kurang dari 1,8 m sekurang-kurangnya 2 lintasan.
Jika permukaan tergaruk secara meluas oleh alat straight-edge tersebut, yang berarti
menunjukkan ketidakrataan permukaan, maka suatu lintasan balok bervibrasi harus
dilakukan kembali yang diikuti dengan lintasan lanjutan menggunakan alat penggaruk
rata.

4.Pembentukan Tekstur Permukaan


Permukaan perkerasan harus mencakup tektur dan harus kasar. Tekstur harus
diperoleh dari pasir dalam mortar semen. Tekstur kasar dibentuk dengan cara
sebagaimana yang diuraikan di bawah ini.

Berbagai jenis pola tekstur kasar dapat diterapkan pada permukaan beton. Pada
suatu pekerjaan, mungkin diperlukan tekstur yang berbeda.

Metode pembentukan tekstur harus dipertimbangkan terhadap lingkungan, kecepatan


dan kepadatan lalu-lintas, topografi serta geometrik perkerasan.

Tekstur yang kasar dapat diciptakan pada perkerasan beton dengan menerapkan
satu atau lebih metode sebagai berikut: menarik lembar goni atau kain burlap (micro
texturing), menyikat permukaan, menggores dengan sisir kawat (macro texturing),
atau metode lainnya.

Kekesatan yang sangat tinggi mungkin diperlukan untuk mendapatkan keamanan


tambahan pada daerah-daerah kritis, misal sekitar gerbang tol, persimpangan padat,
atau lokasi lain dimana frekuensi pengereman, percepatan, atau pembelokan sering
terjadi. Hal ini dapat diatasi dengan pembentukan tekstur yang lebih dalam dari pada
yang biasanya, pembuatan alur (grooving), atau jika diperlukan dengan memberikan
alumunium oxida, silicon carbide, atau partikel- partikel lain yang tahan aus ke
permukaan beton. Pembuatan alur harus dilakukan 1 - 3 jam sesudah pengecoran.

2.18 PELEPAAN (Floating)

Setelah ditempa dan dikonsolidasikan, beton harus diperhalus lagi dengan bantuan
alat- alat lepa, dengan salah satu metoda berikut:

Metode manual

Untuk ini dapat digunakan pelepa longitudinal dengan panjang tidak kurang dari

350 mm dan lebar tidak kurang dari 150 mm, dilengkapi dengan pengaku agar tidak
melentur atau melengkung. Pelepa longitudinal dioperasikan dari atas jembatan yang
dipasang merentangi kedua sisi acuan tanpa menyentuh beton, digerakkan seperti
gerakan mengergaji, sementara pelepa selalu sejajar dengan garis sumbu jalan
(centre line), dan bergerak berangsur-angsur dari satu sisi perkerasan ke sisi lain.
Gerakan maju sepanjang garis sumbu jalan harus berangsur-angsur dengan
pergeseran tidak lebih dari setengah panjang pelepa. Kelebihan air atau cairan harus
dibuang.

Metode Mekanis

Pelepa mekanis harus jenis yang disetujui dan dalam keadaan dapat dioperasikan
dengan baik. Pelepa harus disesuaikan dengan bentuk permukaan jalan yang
dikehendaki dan dengan mesin finishing melintang (transverse finishing machine).

Juga dapat digunakan mesin yang mempunyai pelepa pemotong dan pelepa
penghalus yang dipasang dan dikendalikan melalui rangka yang kaku. Rangka ini
dijalankan dengan alat beroda 4 atau lebih, yang bertumpu pada acuan samping.

Bila perlu setelah pelepaan dengan salah satu metode di atas, untuk menutup dan
menghaluskan lubang-lubang pada permukaan beton dapat digunakan pelepa dengan
batang pegangan yang panjang (bertangkai), dengan papan panjang tidak kurang dari

1,50 m dan lebar 150 mm. Pelepa ini tidak boleh digunakan pada seluruh

permukaan beton sebagai pengganti atau pelengkap salah satu metode pelepaan di
atas. Bila penempaan dan pemadatan dikerjakan tangan dan bentuk permukaan jalan
tidak memungkinkan digunakannya pelepa longitudinal, pelepaan permukaan dilakukan
secara melintang dengan pelepa bertangkai.

Setelah pelepaan air dan sisa beton yang ada dipermukaan harus dibuang dari
permukaan jalan dengan mal datar sepanjang 3 m atau lebih. Setiap geseran harus
dilintasi lagi dengan ukuran setengah panjang mal datar.

2.19 MEMPERBAIKI PERMUKAAN

Setelah pelepaan selesai dan kelebihan air dibuang, sementara beton masih lembek,
bagian-bagian yang melesak harus segera diisi dengan beton baru, ditempa,
dikonsolidasi dan di finishing lagi. Daerah yang menonjol / berlebih harus dipotong dan
di-finishing

lagi. Sambungan harus diperiksa kerataannya. Permukaan harus terus diperiksa

dan
dibetuikan sampai tak ada lagi perbedaan tinggi pada permukaan dan perkerasan
beton sesuai dengan kelandaian dan tampang melintang yang ditentukan.

Perbedaan tinggi permukaan menurut pengujian mal datar (straight edge) tidak boleh
melebihi toleransi yang ditentukan.

2.20 PENYELESAIAN PERMUKAAN (Finishing)

Setelah sambungan dan tepian selesai, dan sebelum bahan perawatan (curing)
dilakukan, permukaan beton harus dikasarkan dengan disikat melintang garis sumbu
(centre line) jalan, atau dengan cara pembuatan alur (grooving) pada arah melintang
atau memanjang jalan. Pengkasaran yang dilakukan dengan menggunakan sikat kawat
selebar tidak kurang dari 45 cm, dan panjang kawat sikat dalam keadaan baru
adalah 10 cm dengan masing - masing untaian terdiri dari 32 kawat. Sikat hams terdiri
dari 2 baris untaian kawat, yang diatur berselang- seling sehingga jarak masing-masing
pusat untaian maksimum 1 cm. Sikat harus diganti bila bulu terpendek panjangnya
sampai 9 cm. Kedalaman tekstur rata- rata tidak boleh kurang dari 0,75 mm.

2.21 PENGUJlAN KERATAAN PERMUKAAN

Begitu beton mengeras, permukaan jalan harus diuji memakai mal datar (straight
edge)

3 m. Daerah yang menunjukkan ketinggian lebih dari 3 mm tapi tidak lebih dari 12,5
mm sepanjang 3 m itu harus ditandai dan segera diturunkan dengan alat gerinda
yang telah disetujui sampai bila diuji lagi, ketidakrataannya tidak lebih dari 3 mm. Bila
penyimpangan dari penampang melintang yang sebenarnya lebih dari 12,5 mm, lapisan
jalan harus dibongkar dan diganti.

Bagian yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3 m ataupun kurang dari lebar lajur
yang kena bongkaran. Bagian yang tersisa dari pembongkaran pada perkerasan beton
dekat sambungan yang panjangnya kurang dari 3 m, harus ikut dibongkar dan diganti.

2.22 PEMBUKAAN DAN PEMBATASAN LALU-LINTAS


Perkerasan yang sudah jadi harus dilindungi terhadap kerusakan akibat operasi dan lalu-
lintas pelaksanaan sampai saat penyerahan hasil pekerjaan.

Dalam hal apa pun, peralatan pengangkut adukan atau mesin pengaduk di lapangan,
truk pengangkut adukan hanya diijinkan lewat di atas jalur yang baru selesai, setelah
perkerasan dirawat paling sedikit 14 hari dan beton telah mencapai kekuatan (flexural
strength) 70 % dari yang diisyaratkan. Sambungan melintang dan memanjang harus
ditutup atau dilindungi dengan cara lain sebelum lalu-lintas pelaksanaan diijinkan lewat.
Semua tepi pelat harus dilindungi dari kerusakan.

Perkerasan yang dilewati peralatan pelaksanaan harus tetap bersih, dan ceceran
beton atau bahan lainnya harus segera disingkirkan. Lalu-lintas umum harus
dicegah masuk dengan memasang rintangan dan rambu-rambu sampai beton
berumur paling sedikit 14 hari atau lebih lama bila diperlukan untuk memperoleh
kekuatan cukup. Lalu-lintas tidak diijinkan masuk selama sambungan belum ditutup.
Setiap perkerasan yang rusak akibat lalu-lintas / peralatan pelaksanaan atau kareha hal
lainnya sebelum penerimaan hasil pekerjaan, harus diperbaiki atau diganti dengan
metoda yang telah teruji.

10.1.3 PENGENDALIAN MUTU

3.1 Pengujian untuk kelecakan (workability)

Satu atau lebih pengujian "slump", harus dilaksanakan pada setiap takaran beton
yang dihasilkan.

3.2 Pengujian kuat tekan

Kontraktor harus melaksanakan tidak kurang dari 1 pengujian kuat tekan untuk setiap
60 m3 beton yang dicor. Setiap pengujian harus termasuk 3 contoh yang

identik untuk diuji pada umur 3, 7 dan 28 hari. Tetapi bila jumlah beton yang dicor
dalam satu hari memberikan kurang dari 5 contoh untuk diuji, maka contoh- contoh
harus diambil dari 5 takaran yang dipilih secara acak. Contoh pertama dari contoh-
contoh ini harus diuji pada umur 3 hari disusul dua oleh pengujian lebih lanjut pada
umur 7 dan 28 hari.
3.3 Pengujian tambahan

Kontraktor harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk


menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir, pengujian
tambahan tersebut meliputi :

• Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton.

• Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan secara khusus.

SAMBUNGAN

3.4 Sambungan Memanjang dan Melintang

Sambungan (joint) dipasang pada perkerasan beton semen untuk mengendalikan


penyebaran retakan akibat susut serta untuk menampung lenting pelat beton akibat
perubahan suhu siang dan malam hari dan kelembaban.

Sambungan melintang dapat berupa sambungan susut, sambungan muai dan juga
sambungan pelaksanaan.

Sambungan melintang dipasang tegak lurus sumbu jalan.

a. Semua sambungan memanjang dan melintang harus dibuat sesuai dengan detail
dan letak pada Gambar Rencana.

b. Semua sambungan melintang harus dibuat segaris untuk seluruh lebar perkerasan.
Bidang-bidang permukaan sambungan harus diusahakan tegak lurus terhadap bidang
permukaan perkerasan.

c. Dalam pembuatan sambungan, perhatian khusus perlu diberikan, guna menghindari


ketidakrataan permukaan pada sambungan tersebut. Apabila pada sambungan
diperlukan, maka harus digunakan mistar 3 m (10 ft) untuk menjamin kerataan pada
sambungan tersebut. Pembentukan sambungan yang ditempatkan di depan perata
(screed) dapat dibuat tenggelam (tip), sedangkan apabila ditempatkan di belakang
perata dapat dipasang menonjol pada permukaan.

d. Sambungan dengan lidah-alur, harus dicetak secara teliti dengan bahan cetakan yang
cukup kuat agar didapat bentuk lidah-alur yang sempurna. Sambungan lidah- alur,
dapat juga dibentuk secara sempurna dengan menggunakan mesin penghampar
acuan gelincir.

e. Apabila sambungan melintang dilakukan dengan cara menggergaji, maka


penggergajian sambungan melintang harus diusahakan sebelum retak awal terjadi.
1.Sambungan Memanjang (Longitudinal Joints)

Batang baja ulir (deformed bar), sebagai batang pengikat (tie bars), dengan panjang,
ukuran, dan jarak seperti yang ditentukan harus diletakkan tegak lurus sambungan
memanjang memakai alat mekanik atau dipasang dengan besi dudukan (chair), untuk
mencegah perubahan tempat.

Batang pengikat tersebut tidak boleh di cat atau dilapisi aspal atau material lain atau
dimasukkan tabung, kecuali untuk keperluan pelebaran nantinya.

Bila tertera dalam Gambar Rencana dan bila lajur perkerasan yang berdekatan
dilaksanakan terpisah, acuan baja harus digunakan untuk membentuk keyway
(takikan) sepanjang sambungan memanjang.

Tie bar dapat dibengkokkan dengan sudut tegak lurus acuan dari lajur yang
dilaksanakan dan diluruskan kembali sampai posisi tertentu sebelum beton lajur yang
berdekatan dihamparkan atau sebagai pengganti tie bar yang dibengkokkan dapat
digunakan 2 batang tie bar yang disambung (two-piece connectors).

Sambungan memanjang acuan (longitudinal form joint) terdiri dari takikan / alur ke
bawah memanjang pada permukaan jalan. Sambungan tersebut harus dibentuk
dengan alat mekanis atau dibuat secara manual dengan ukuran dan garis sesuai
Gambar Rencana sewaktu beton masih mudah dibentuk. Alur ini harus diisi dengan
kepingan (filler) material yang telah tercetak sebelumnya (premolded) atau dicor
(poured) dengan material penutup sesuai yang disyaratkan.

Sambungan memanjang tengah (longitudinal centre joint) harus dibuat sedemikian


rupa sehingga ujungnya berhubungan dengan sambungan melintang (transverse joint),
bila ada.

Sambungan memanjang gergajian (longitudinal sawn joint) harus dibuat dengan


pemotong beton dengan gergaji beton yang disetujui sampai kedalaman, lebar dan
garis sesuai Gambar Rencana. Untuk menjamin pemotongan sesuai dengan garis pada
Gambar Rencana, harus digunakan alat bantu atau garis bantu yang memadai.
Sambungan memanjang ini harus digergaji sebelum berakhimya masa perawatan
beton, atau segera sesudahnya sebelum peralatan atau kendaraan diperbolehkan
memasuki perkerasan beton baru tersebut. Daerah yang akan digergaji harus
dibersihkan dan sambungan harus segera diisi dengan material penutup (sealer) sesuai
dengan yang disyaratkan.
Sambungan memanjangtipe sisip permanen (longitudinal permanent insert type joints)
harus dibentuk dengan menempatkan lembaran plastik yang tidak akan bereaksi secara
kimiawi dengan bahan beton. Lebar lembaran ini harus cukup untuk membentuk bidang
yang diperlemah dengan kedalaman sesuai Gambar Rencana. Sambungan dengan
bentuk bidang lemah (weaken plane type joint) tidak perlu dipotong (digergaji).
Ketebalan kepingan tidak boleh kurang dari 0,5 mm dan harus disisipkan memakai alat
mekanis sehingga dijamin tetap berada pada posisi yang tepat. Ujung atas lembaran
ini harus berada di bawah permukaan akhir (finished surface) perkerasan sesuai yang
tertera pada Gambar Rencana.

Kepingan sisipan ini tidak boleh rusak selama pemasangan atau karena pekerjaan
finishing pada beton. Garis sambungan harus sejajar dengan garis sumbu (centre
line) jalan dan jangan terlalu besar perbedaan kerataannya. Alat pemasangan mekanis
harus menggetarkan beton selama kepingan itu disisipkan sedemikian rupa agar
beton yang terganggu kembali rata sepanjang pinggiran kepingan tanpa menimbulkan
segregasi.

2.Sambungan Ekspansi Melintang (Transverse Expansion Joints)

Filler (bahan pengisi) untuk sambungan ekspansi (expansion joint filler) harus menerus
dari acuan ke acuan, dibentuk sesuai dengan tanah dasar, dan takikan sepanjang
acuan. Filler sambungan pracetak (preform joint filler) harus disediakan dengan
panjang yang sama dengan lebar jalan atau sama dengan lebar satu lajur. Filler yang
rusak atau yang sudah diperbaiki tidak boleh digunakan, kecuali bila disetujui.

Filler sambungan ini harus ditempatkan pada posisi vertikal. Alat bantu atau pemegang
yang disetujui harus digunakan untuk menjaga agar filler tetap pada garis dan
alinyemen yang semestinya selama penghamparan dan finishing beton. Perubahan
posisi akhir sambungan tidak boleh lebih dari 5 mm pada alinyemen horisontalnya
menurut garis lurus. Bila filler dipasang berupa bagian-bagian, maka di antara unit-unit
yang berdekatan tidak boleh ada celah.

Pada sambungan ekspansi itu tidak boleh ada sumbatan atau gumpalan beton.

3. Sambungan Kontraksi Melintang (Transverse Contraction Joints)

Sambungan ini terdiri dari bidang-bidang yang diperlemah dengan membuat takikan /
alur dengan penggergajian permukaan perkerasan, disamping itu bila tertera pada
Gambar Rencana juga harus mencakup pasangan alat transfer beban (load transfer
assembly).
a. Sambungan Kontraksi Kepingan Melintang (Transverse Strip Contraction Joints)

Sambungan ini harus dibentuk dengan memasang kepingan sebagaimana tertera


pada Gambar Rencana.

b. Takikan / Alur (Formed Grooves)

Takikan ini harus dibuat dengan menekankan alat ke dalam beton yang masih plastis.
Alat tersebut harus tetap di tempat sekurang-kurangnya sampai beton mencapai
pengerasan awal, dan kemudian harus dilepas tanpa merusak beton di dekatnya,
kecuali bila alat itu memang didesain untuk tetap terpasang pada sambungan.

c. Sambungan Gergajian (Sawn Contraction Joints)

Sambungan ini harus dibuat dengan membuat alur dengan gergaji pada permukaan
perkerasan dengan lebar, kedalaman, jarak dan garis sesuai yang tercantum pada
Gambar Rencana, dengan gergaji beton yang disetujui. Setelah sambungan digergaji,
bekas gergajian dan permukaan beton yang berdekatan harus dibersihkan.

Penggergajian harus dilakukan secepatnya setelah beton cukup keras agar


penggergajian tidak menimbulkan keretakan, dan jangan lebih dari 18 jam setelah
pemadatan akhir beton. Sambungan harus dibuat / dipotong sebelum terjadi retakan
karena susut. Bila perlu, penggergajian dapat dilakukan pada waktu siang atau malam
hari dalam cuaca apa pun. Penggergajian harus ditangguhkan bila di dekat tempat
sambungan ada retakan. Penggergajian harus dihentikan bila retakan terjadi di depan
gergajian. Bila retakan sulit dicegah ketika dimulai penggergajian, maka pembuatan
sambungan kontraksi harus dibuat dengan takikan / alur sebelum beton mencapai
pengeringan tahap awal sebagaimana dijelaskan di atas. Secara umum, penggergajian
harus dilakukan berurutan.

d. Sambungan Kontraksi Acuan Melintang (Tranverse Formed Contraction Joints)

Sambungan ini harus sesuai dengan ketentuan untuk sambungan acuan longitudinal

(longitudinal formed joints).

e. Sambungan Konstruksi Melintang (Transverse Construction Joints)


Sambungan ini harus dibuat bila pengecoran beton berhenti lebih dari 30 menit.
Sambungan konstruksi melintang tidak boleh dibuat pada jarak kurang dari 3 m dari
sambungan ekspansi, sambungan kontraksi, atau bidang yang diperlemah lainnya.

Bila dalam waktu penghentian itu campuran beton tidak cukup untuk membuat
perkerasan sepanjang minimum 3 m, maka kelebihan beton pada sambungan
sebelumnya harus dipotong dan dibuang sesuai instruksi.

4.Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)

Sambungan pelaksanaan dengan lidah-alur biasanya digunakan pada sambungan arah


memanjang (di antara jalur-jalur penghamparan yang terpisah) dapat dibentuk
dengan cara acuan gelincir atau dengan baja cetakan standar.

Apabila digunakan lapis pondasi bawah dengan stabilisasi, maka sambungan lidah alur
dapat ditiadakan.

Pada sambungan pelaksanaan dengan lidah-alur perlu disediakan tempat untuk


pemasang batang pengikat. Apabila diperlukan atau diijinkan maka batang pengikat
dapat menggunakan batang berulir atau batang pengikat jadi. Apabila digunakan
batang pengikat yang dapat dibengkokkan dan diluruskan kembali, maka batang
tersebut harus mengikuti persyaratan ASTM untuk menjamin bahwa tulangan dapat
dibengkokkan d an diluruskan kembali tanpa mengalami kerusakan / pecah.

Sambungan pelaksanaan melintang harus dibuat pada akhir pelaksanaan tiap hari
atau pada tempat akhir pekerjaan yang disebabkan oleh adanya gangguan
pelaksanaan. Letak sambungan pelaksanaan melintang harus diusahakan sama dengan
letak sambungan susut.

Keadaan cuaca akan mempengaruhi lamanya batas keterlambatan yang diijinkan


dalam penghentian hamparan. Keterlambatan selama 30 menit dipandang sebagai
batas yang bisa diterima untuk cuaca panas, kering dan berangin, sedangkan
keterlambatan sampai

1 jam masih bisa diterima pada cuaca yang tidak membahayakan.

Sambungan pelaksanaan melintang harus dibentuk dengan cara menempatkan sekat


yang mempunyai bentuk dan ukuran yang tepat dan mempunyai lubang untuk
menempatkan jeruji. Arah sambungan pelaksanaan melintang kurang dari 3 m (10 ft)
harus dihindarkan.

Jika adukan beton tidak mencukupi untuk membuat pelat dengan panjang paling
sedikit

3 m (10 ft), maka sambungan pelaksanaan harus dibuat pada tempat sambungan
sebelumnya. Jarak sambungan melintang yang berikutnya harus diukur dari sambungan
susut melintang yang terakhir.

5. Sambungan Muai (Expansion Joint)

Sambungan muai harus ditempatkan di antara pertemuan bangunan (misalnya lubang


got / manhole, bak penampung) dengan plat perkerasan beton. Kecuali apabila tidak
disebut lain dalam Gambar Rencana, maka sambungan harus terbuat dari jenis
sambungan jadi dengan ketebalan tidak kurang dari 0,6 cm. Jika tidak ditentukan lain,
maka untuk sambungan muai melintang harus dibuat tegak lurus sumbu perkerasan
dan harus dibuat selebar perkerasan.

6. Sambungan Susut (Contraction Joint)

Sambungan susut dengan takikan palsu atau penampang diperlemah, harus dibuat
secara hati-hati untuk menjamin agar dalamnya celah sambungan cukup untuk
mencegah terjadinya retak yang tidak terkendali. Disarankan dalamnya celah pemisah
minimum adalah sebesar ¼ tebal pelat. Dalam segala hal penutupan celah harus
diselesaikan sebelum lalu-lintas diijinkan lewat, termasuk lalu-lintas selama pelaksanaan.

Apabila diperlukan penyalur beban untuk melayani lalu-lintas dengan volume yang
tinggi dan beban yang berat, harus digunakan ruji (dowel).

Bila pada perkerasan untuk lalu-lintas dapat digunakan lapis pondasi mutu tinggi,
misalnya campuran semen atau aspal, maka sambungan tanpa ruji pun bisa
melayani lalu-lintas secara memuaskan. Namun demikian secara umum, sambungan
jenis ini, tetap dianjurkan menggunakan penyalur beban.

Penempatan ruji secara tepat harus dijamin, agar ruji dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Sistem pemberian tanda secara tepat dapat diterapkan untuk menjamin
agar penggergajian atau pembuatan takikan tepat berada di tengah ruji. Takikan tidak
boleh kurang dari ¼ tebal plat.
3.5 Sistem Penyalur Beban

1. Ruji (Dowel)

Batang ruji harus ditempatkan di tengah tebal pelat. Posisi ruji pada arah horizontal
dan vertikal harus dijamin sejajar sumbu jalan dengan menggunakan perlengkapan
atau dengan cara penempatan dengan mesin yang telah teruji. Kepadatan beton
yang baik di sekeliling ruji sangat dituntut agar supaya ruji bisa berfungsi secara
sempurna.

2.Pelapis Ruji

Bagian batang ruji yang bisa bergerak bebas, harus dilapisi dengan bahan pencegah
karat (korosi).

Sesudah bahan pencegah korosi kering, maka bagian ini harus dilapisi dengan lapisan
tipis pelumas (dengan cara penyapuan) segera sebelum ruji dipasang. Ujung batang ruji
yang dapat bergerak bebas harus dilengkapi dengan topi / penutup ruji (pada
expansion joint).

Pelapis ruji dari jenis plastik yang telah teruji atau pralon yang tertutup dapat
digunakan sebagai pengganti pelumas, atau penggunaan jenis pelapis lainnya yang
dimaksudkan untuk mencegah lekatan dengan beton dan atau karat, dapat juga
digunakan.

Ujung ruji(dowel) harus dipotong rata. Ukuran bagian dowel yang harus dilapisi aspal
atau pelumas lain harus sesuai yang tertera pada Gambar Rencana, agar bagian
tersebut tidak ada lekatan dengan beton, diberi penutup (selubung) ruji dari logam
yang disetujui, harus dipasang pada setiap batang ruji pada sambungan ekspansi.
Penutup itu harus berukuran pas dengan batang ruji, dan bagian ujung yang tertutup
harus tahan air.

3.6 Pemasangan Perlengkapan Ruji


Perlengkapan pemasangan ruji (berupa rangkaian dudukan/chair) harus ditempatkan
pada lapis pondasi bawah atau tanah dasar yang sudah disiapkan.

Perlengkapan pemasangan ruji arah melintang harus ditempatkan tegak lurus sumbu
jalan, kecuali ditentukan lain pada Gambar Rencana. Sambungan dengan ruji yang
diperlukan atau diijinkan untuk dipasang tegak lurus sumbu jalan, memerlukan
pendetailan dan pemasangan yang sangat teliti guna menjamin pergerakan bebas.
Ruji dipegang kuat pada posisi yang ditetapkan.

Pada tikungan yang diperlebar, sambungan memanjang pada sumbu jalan harus
sedemikian rupa sehingga penempatan sedapat mungkin mempunyai jarak yang sama
dari tepi-tepi pelat.

Sambungan harus dipasang pada garis dan elevasi yang diperlukan dan harus
dipegang kuat pada posisinya dengan menggunakan patok-patok dengan peralatan atau
dengan metode lainnya. Ruji harus dipasang sedemikian rupa sehingga berat beton
selama pengecoran tidak akan mengganggu kedudukannya. Apabila sambungan dibuat
secara bagian demi bagian maka sambungan tersebut harus merupakan kesatuan.

Batang ruji harus diperiksa posisinya, segera setelah perlengkapan pemasangan


sambungan dipasang pada tanah dasar atau lapis pondasi bawah dan sistem
sambungan harus diperiksa untuk mengetahui apakah sudah terpegang kuat dan
tidak ada perubahan posisi.

Setiap sistem sambungan yang tidak terpegang kuat, harus diperbaiki. Kawat atau
batang baja yang digunakan untuk mengikat perlengkapan pada waktu pengangkutan
dan diperkirakan dapat menghambat penyusutan awal beton, harus disingkirkan
sebelum beton dihampar.

3.7 Penutup Sambungan (Joint Sealing)

Celah sambungan harus ditutup dengan bahan penutup yang disyaratkan, segera
setelah perawatan selesai sebelum lalu-lintas diijinkan melewati perkerasan termasuk
kendaraan Kontraktor.

Bahan penutup harus dipasang dalam celah sambungan sesuai detail yang
ditunjukkan pada Gambar Rencana. Pemasangan harus dilakukan sedemikian
sehingga bahan penutup tidak melimpah atau mencuat diatas permukaan pelat.
Setiap kelebihan bahan penutup pada permukaan plat harus segera disingkirkan dari
permukaan pelat dan dibersihkan.

Celah sambungan harus dibersihkan dari bahan-bahan asing sebelum bahan penutup
dipasang. Semua bidang dalam celah sambungan harus bersih dari bahan- bahan lepas
dan bila digunakan bahan penutup yang dituang panas, permukaan harus kering.

Bahan penutup sambungan yang dibuang tidak boleh dituangkan pada suhu yang
dapat menimbulkan ketidaksempurnaan pemasangan. Petunjuk dari pabrik pembuat
bahan penutup harus diperhatikan.

Jika digunakan penutup sambungan siap pakai, seperti neoprene (penutup jadi yang
ditekan), maka bahan penutup harus dapat menyesuaikan lebarnya dengan lebar
celah sambungan yang diperkirakan akan terjadi. Peralatan pemasangan harus
menjamin bahwa bahan penutup tidak akan mulur lebih dari 5 % karena pemuluran
yang lebih besar akan memperpendek umur bahan tersebut.

3.8 Tulangan

Apabila pada perkerasan bersambungan digunakan tulangan, maka tulangan tersebut


harus terdiri dari anyaman kawat dilas (welded wire fabric) atau anyaman batang baja
(bar mats).

Lebar dan panjang anyaman baja harus sedemikian rupa, sehingga pada waktu
anyaman tersebut dipasang. kawat / baja yang paling pinggir terletak tidak kurang dari
5 cm (2 inch) atau tidak lebih dari 10 cm (4 inch) dari tepi / sambungan pelat.

3.9 Penggergajian (Saw Cutting)

Penggergajian harus dilakukan sedemikian sehingga tidak terjadi penggumpalan pada


beton muda dan harus dilakukan pada saat belum terjadinya retak-retak susut,
waktu penggergajian terbaik yaitu antara 4 - 20 jam setelah pengecoran.

Cara penggergajian dengan menggunakan mata gergaji intan (diamond blades., Bila
pengikis basah (wet abrasive blades) maupun bila pengikis kering (dry abrasive
blades), harus dilakukan secara perlahan-lahan untuk mencegah terjadinya sambungan
yang kasar.

Kecenderungan retak susut akibat keterlambatan penggergajian pada sambungan


memanjang lebih kecil dibanding pada sambungan melintang.

Sekat Pemisah Tipis

Sekat pemisah dari polyethylene atau bahan lainnya yang mempunyai tebal tidak
kurang dari 0,33 mm, dapat disisipkan ke dalam beton plastis dengan mesin. Sekat
pemisah harus terpasang secara vertikal.

Persiapan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengakibatkan


seluruh sekat terbenam di bawah permukaan pelat atau jangan sampai menimbulkan
pelepasan butir (ravelling). Sambungan ini jangan ditutup (sealed).

Sekat pemisah polyethylene tidak dapat mengendalikan terjadinya retak memanjang.

3.10 Sekat Pemisah Lainnya

Sekat pemisah lainnya yang secara keseluruhan atau sebagian bisa dicabut sebelum
sambungan ditutup dapat digunakan.

10.1.4 PENGUKURAN HASIL PEKERJAAN

4.1 Perawatan

Setelah penyelesaian akhir selesai dan lapisan air menguap dari permukaan atau segera
setelah pelekatan dengan beton tidak terjadi maka seluruh permukaan beton harus
segera ditutup dan dirawat sesuai dengan metode yang disetujui.

Dalam semua hal, dimana perawatan memerlukan penggunaan air, maka operasi
perawatan harus dititikberatkan pada penyediaan air. Biasanya masa perawatan
dilakukan selama 7 hari, tetapi waktu tersebut dapat diperpendek bila 70 % kekuatan
tekan atau lentur beton dapat dicapai lebih awal.

1.Perawatan dengan Cairan Bahan Kimia (Curing Compound)

Setelah lapis air menguap dari permukaan perkerasan, maka permukaan beton harus
segera dilapisi secara merata dengan bahan perawat berupa cairan bahan kimia
dengan menggunakan alat penyemprot yang sudah teruji dengan jumlah yang tidak
kurang dari

0,27 liter/m2. Untuk menjamin kekentalan dan penyebaran pigmen yang merata

dalam

bahan perawatan, maka bahan perawat dalam tangki penampung harus diaduk
menjelang dipindahkan ke dalam alat penyemprot. Bila dilakukan secara manual,
sebaiknya menggunakan alat penyemprot manual yang teruji.

2.Perawatan dengan Lembar Goni atau Terpal

Permukaan dan bidang tegak beton harus seluruhnya ditutup dengan lembar goni /

terpal. Sebelum ditutup, lembar penutup harus dibuat jenuh air.

Lembar penutup harus diletakkan sedemikian rupa sehingga menempel dengan


permukaan beton, tetapi tidak boleh diletakkan sebelum beton cukup mengeras
guna mencegah pelekatan.

Selama masa perawatan, lembar penutup harus tetap dalam keadaan basah dan
tetap pada tempatnya.

3.Perawatan Dengan Kertas Kedap Air

Setelah beton cukup mengeras, (untuk mencegah pelekatan), maka seluruh


permukaan beton harus segera ditutup dengan kertas kedap air. Tepi-tepi lembar
kertas yang satu harus menumpang 30 cm dengan tepi-tepi lembar lainnya yang
berdampingan. Kertas kedap air harus cukup lebar untuk menutup seluruh lebar
perkerasan termasuk bidang- bidang tegak setelah acuan dibongkar. Kertas
perawatan harus ditempatkan dan dijaga dalam keadaan menempel pada permukaan
dan bidang-bidang tegak selama masa perawatan.
Apabila permukaan beton tampak kering maka permukaan tersebut harus dibasahi
dengan cara menyemprot secara halus untuk mencegah kerusakan pada beton muda.

4.Perawatan dengan Lembar Polyethylene Putih / Burlap

Permukaan dan bidang-bidang tegak perkerasan harus seluruhnya ditutup dengan


lembar polythylene putih / burlap yang harus diletakkan ketika permukaan beton
masih lembab.

Jika permukaan tampak kering, maka permukaan harus dibasahi dengan penyemprotan
air secara halus sebelum lembar dipasang.

Lembar-lembar yang berdampingan harus mempunyai lebar tumpangan 30 cm dan


harus ditindih sedemikian rupa agar tetap menempel pada permukaan.

Lembar penutup harus mempunyai lebar yang cukup untuk dapat menutup
permukaan dan bidang-bidang tegak setelah acuan dibongkar.

Lembar polyethylene harus tetap ditempatkan selama masa perawatan. Untuk


memudahkan penanganan, tebal minimum lembar polyethylene sebaiknya 0,1 mm.

5.Perawatan Celah Gergajian

Selama perawatan celah gergajian perkerasan harus dilindungi dari pengering an yang
cepat. Hal ini seringkali dilakukan dengan kertas pilihan atau bahan lainnya yang
sesuai.

4.2 Perlindungan Perkerasan Yang Sudah Selesai

Perkerasan yang sudah selesai dan perlengkapannya harus dilindungi dari lalu - lintas
umum dan lalu-lintas pelaksanaan. Perlindungan ini termasuk penyediaan petugas
untuk mengatur lalu-lintas, memasang dan memelihara rambu peringatan, lampu-
lampu, rintangan, dan jembatan penyeberangan.
Setiap kerusakan yang terjadi pada perkerasan sebelum dibuka untuk lalu-lintas umum
harus diperbaiki atau diganti.

4.3 Perlindungan terhadap hujan

Untuk melindungi beton yang belum cukup keras terhadap pengaruh hujan, maka
setiap saat harus tersedia bahan untuk melindungi beton tersebut, seperti lembar
goni, terpal, kertas perawat atau lembar plastik.

Disamping itu apabila digunakan metoda acuan gelincir maka harus direncanakan
penanggulangan darurat untuk melindungi permukaan dan tepi. Apabila diperkirakan
akan segera turun hujan maka semua petugas harus mengambil tindakan yang perlu
guna memberikan perlindungan menyeluruh kepada beton yang belum keras.

4.4 Toleransi Tebal

Semua lapisan permukaan dan lapis pondasi harus dibuat dengan tebal sesuai
dengan Gambar Rencana. Pemeriksaan yang teliti terhadap elevasi acuan dan
pengukuran ketebalan terhadap permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah
dengan menggunakan benang dipandang cukup memadai. Apabila dipandang perlu
memeriksa tebal perkerasan setelah penghamparan, maka tebal perkerasan dapat
ditentukan dengan cara pemboran (core drill). Pemboran harus dilakukan pada
interval yang disyaratkan. Pengukuran untuk tiap contoh harus dilakukan sesuai
dengan cara ASTM 174. Penerimaan hasil pekerjaan, antara lain harus didasarkan
pada hasil pengujian contoh (core) yang diambil dari pekerjaan yang sudah jadi.
Ketebalan perkerasan ditentukan dengan metoda "average caliper measurement of
cores", diuji menurut AASHTO T148. Untuk menentukan pengukuran, bagian perkerasan
yang dianggap sebagai satu kesatuan yang terpisah adalah perkerasan sepanjang 300
m pada setiap lajur lalu-lintas diukur dari ujung perkerasan dimulai dari station kecil
(sesuai stationing jalannya). Bagian yang terakhir dalam setiap lajur adalah sepanjang
300 m ditambah sisanya yang kurang dari 300 m. Dari setiap bagian ini, akan diambil
contoh berupa core drill secara random. Bila pengukuran core dari suatu bagian
ternyata kekurangan ketebalannya tidak lebih dari 5 mm dari ketebalan yang ditentukan,
maka ketebalan dapat diterima secara penuh. Jika kekurangan- ketebalannya lebih
dari 5 mm tapi tidak lebih dari 25 mm dari ketebalan yang ditentukan, maka akan
diambil dua core lagi pada interval tidak kurang dari 90 m, dan dipakai untuk
menentukan tebal rata-rata bagian tersebut.

Dalam menghitung ketebalan rata-rata perkerasan, tebal perkerasan yang melebihi


ketebalan yang disyaratkan lebih dari 5 mm digolongkan sebagai ketebalan yang
ditentukan plus 5 mm, sedangkan yang kurang dari ketebalan yang ditentukan lebih dari

25 mm tidak akan dipakai dalam menentukan tebal rata-rata.


Bila kekurangan-ketebalan core lebih dari 25 mm dari ketebalan yang ditentukan,
ketebalan sesungguhnya pada daerah ini akan ditentukan dengan mengambil lagi
beberapa core dengan interval tidak kurang dari 3 m sejajar dengan garis sumbu jalan
pada setiap arah, sampai ditemukan core yang penyimpangannya tidak lebih dari 25
mm. Daerah yang kekurangan ketebalannya lebih dari 25 mm akan dievaluasi secara
teknis, dan bila menurut hasil evaluasi perlu dibongkar, daerah tersebut harus
dibongkar dan diganti dengan beton dengan tebal seperti yang tertera dalam Gambar
Rencana.

10.1.5 SATUAN PEMBAYARAN

5.1 Pekerjaan Drainse

Pekerjaan drainase terdiri dari saluran drainase dengan u-ditch 100 x 100 cm
sepanjang badan jalan dan gorong-gorong dengan ukuran 100 x 100 cm sepanjang
30 m. Pekerjaan U-ditch dan gorong-gorong Box Culvert dibayar dengan satuan per
meter panjang.

5.2 Pekerjaan Tanah

Pekerjaan tanah terdiri dari pekerjaan galian biasa, timbunan pilihan untuk median
dan bahu jalan, serta pembersihan dan pengupasan lahan untuk jalan Segmen 4
(sesuai gambar kerja).

Pekerjaan galian biasa dan timbunan pilihan dibayar dengan satuan per meter
kubik, sedangkan pekerjaan pembersihan dan pengupasan lahan dibayar dengan
satuan per meter persegi luasa pekerjaan.

5.3 Pekerjaan Perkerasan Rigid

Pekerjaan perkerasan jalan terdiri dari pekerjaan beton LC dan pekerjaan beton f’c
22 MPa (K-250). Pekerjaan beton masing-masing dibayar dengan satuan per meter
kubik volume pekerjaan.

5.4 Pekerjaan Utilitas

Pekerjaan utilitas mencakup pemasangan kerb (kanstin) untuk median jalan dan
pengaplikasian marka jalan sepanjang jalan.

Anda mungkin juga menyukai