Anda di halaman 1dari 7

RANGKUMAN

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENGATASI KRISIS MORAL DI SEKOLAH

Disusun oleh
Nama: Mega Kartika
Nim: 151662007
Dosen: Dr.Aniesa Puspa Arum,M. Pd
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan karakter dapat dikatakan sebagai usaha manusia yang sadar dan
terencana, yang tidak hanya dapat mendidik peserta didik, tetapi juga meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk membentuk kepribadian peserta didik. Tentunya hal ini
untuk menjadikan calon mahasiswa menjadi individu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri
dan banyak orang lainnya. Menurut John W. Santlock (John W. sangat erat kaitannya
dengan psikologi pribadi. Melalui pendidikan karakter, dimungkinkan untuk memberikan
pandangan tentang nilai-nilai kehidupan, seperti kejujuran, kepedulian, tanggung jawab dan
keyakinan.

Pendidikan adalah berbagai upaya untuk mencapai pembelajaran agar peserta didik dapat
secara aktif belajar dan mengembangkan potensi dirinya untuk lebih baik kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, dll.

Moralitas adalah kemampuan untuk membuat Anda merasa bahwa Anda harus
selalu bertindak secara etis sesuai dengan kode, dan jika Anda melakukan sesuatu yang
tidak sesuai dengan kode (melakukan kejahatan), Anda akan merasa di dalam.
Moral berarti sikap terhadap perilaku yang baik dan pertimbangan niat baik yang diterima
oleh masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas,maka rumusan masalah makalah ini
antara lain :
1. Apakah pengertian Pendidikan Karakter?
2. Apakah tujuan,fenomena,dan prinsip Pendidikan karakter?

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas makan tujuan yang dapat dirumuskan dalam
pembuatan makan ini antara lain:
1. Untuk mengetahui Pendidikan karakter
2. Untuk mengetahui tujuan,fenomena,dan prinsip Pendidikan karakter
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan merupakan upaya mendewasakan umat manusia dalam segala


aspek.Pengalaman apa pun yang memengaruhi pemikiran, perasaan, atau perilaku
orang dapat dianggap mendidik. Pendidikan biasanya dibagi menjadi beberapa
tahap, seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah, kemudian universitas,
universitas, atau magang. Mengikuti perkembangan zaman, pendidikan berbasis
hard skill sudah tidak penting lagi. Padahal, jika ingin belajar dari negara maju,
maka pendidikan dari negara tersebut sukses seperti Islandia, karena
mengedepankan soft skill. Kurikulum membutuhkan landasan keterampilan yang
lebih lembut karena sangat penting untuk pengembangan karakter anak-anak bangsa
agar dapat bersaing, beretika, beretika, santun dan berinteraksi dengan masyarakat.
Pendidikan soft skill didasarkan pada perkembangan mental, memungkinkan siswa
untuk beradaptasi dengan kehidupan nyata.

Hal ini menjadi sangat penting terutama bagi pelajar di Indonesia dalam satu
dekade terakhir. Belakangan ini, mahasiswa mengalami kritik moral. Sebuah krisis
yang melanda generasi muda, khususnya di usia sekolah. Kaum muda Indonesia saat
ini berada dalam krisis moral dan intelektual yang mengkhawatirkan. Salah satu
contohnya adalah pembunuhan seorang mahasiswi di Jakarta, Ironisnya, mantan
pacar korban dan pacar barunya melakukan pembunuhan. Motif pembunuhan itu
sangat sepele, hanya karena sakit hati.

Oleh karena itu, pendidikan karakter perlu dilaksanakan dengan lebih baik
untuk mencegah terjadinya berbagai krisis moral. Terutama di sekolah, integrasi
pendidikan karakter pasti akan gagal. Guru harus mampu mengintegrasikan
pendidikan karakter ke dalam pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler dan budaya
sekolah agar dapat menjadi landasan soft skill yang kelak akan menjadi pelopor
generasi emas di Indonesia.
B. Tujuan,Landasan,dan Prinsip Pendidikan Karakter
1. Tujuan Pendidikan Karakter
Singkatnya, pendidikan karakter bertujuan untuk menjadikan peserta
didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang
mampu, berkemauan dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupannya. Pendidikan karakter juga bertujuan untuk meningkatkan
mutu penyelenggaraan sekolah dan hasil pendidikan, sehingga tercapai
pembinaan karakter secara menyeluruh dan pembinaan budi pekerti luhur
peserta didik sesuai standar kemampuan kelulusan, serta terwujudnya
kelengkapan dan keseimbangan. Melalui pendidikan karakter, siswa
diharapkan secara mandiri meningkatkan dan menggunakan ilmunya,
mempelajari dan menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-
nilai akhlak dan akhlak yang luhur, sehingga dapat tercermin dalam
perilaku kesehariannya.

2. Fenomena Krisis Moral


Fenomena kehidupan saat ini sangat beragam, tentunya sangat menarik
untuk disimak, salah satunya adalah fenomena dekadensi moral. Di era
globalisasi saat ini, banyak budaya eksternal atau positif atau negatif
telah memasuki budaya kita. Dengan perkembangan zaman dan
teknologi, ternyata moral anak muda sudah sangat berkurang, meski
masih ada sebagian anak muda yang masih mampu menjaga dan
mengembangkan akhlaknya ke arah yang lebih baik. Remaja dengan
akhlak yang rendah seringkali mengabaikan aturan yang berlaku dan
melanggar norma yang ada di lingkungannya.
Penyebabnya banyak faktor, salah satu faktor yang paling berpengaruh
adalah media informasi seperti media televisi dan internet. Media internet
telah menghasilkan banyak pengaruh besar di kalangan anak muda saat
ini, baik positif maupun negatif. Kebudayaan saat ini berangsur-angsur
menghilang, bahkan remaja saat ini tidak memahami budaya lokal kita
sendiri. Ironisnya, generasi muda saat ini lebih sadar (k-pop) dan budaya
luar lainnya. Dikhawatirkan akan mereduksi rasa nasionalisme.
3. Prinsip Pendidikan Karakter
Berikut ini prinsip-prinsip yang digunakan dalam Pendidikan karakter,nilai
atau karakter bangsat,yaitu:
1. Nilai-nilai dapat mengajarkan atau meningkatkan nilai-nilai luhur buday a
bangsa melalui pemikiran, perasaan, inisiatif, latihan hati, dan olahraga
2. Proses pengembangan nilai / peran dilakukan disetiap mata pelajaran dan
setiap kelas
3. Sejak peserta didik memasuki dunia pendidikan, proses pembinaan nilai-
nilai / karakter bangsa terus berlangsung.
4. Segala macam pemikiran, perasaan, amalan, amalan, latihan dialog atau
diskusi Qolbu yang memuaskan tentang hamba Allah, anggota masyarakat,
dan bangsa dan negara.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan karakter adalah upaya untuk dengan sengaja membantu orang
memahami, merawat, dan mempraktikkan nilai-nilai inti moral. Harapan karakter
dan kepribadian yang dibentuk oleh kesadaran diri siswa merupakan dambaan dari
pendidikan karakter yang sukses. Diharapkan mahasiswa dapat memahami secara
utuh nilai-nilai yang tertanam di dalamnya tanpa ada kesalahpahaman. Bahkan
diharapkan siswa memahami nilai-nilai tersebut.
Singkatnya, pendidikan karakter bertujuan untuk menjadikan peserta didik
menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang mampu,
berkemauan dan menerapkan nilai-nilai moral dalam kehidupannya.

B. Saran
Pendidikan karakter sangat penting dan harus dipahami serta dipraktikkan
secara menyeluruh. Perkembangan karakter yang biasanya terjadi di masa kanak-
kanak mendorong orang tua untuk menanggapi masalah ini dengan serius. Orang tua
harus memberikan pendidikan yang baik untuk membentuk karakter anak. Oleh
karena itu, diharapkan generasi penerus bangsa dapat lahir dengan karakter yang
kuat untuk membangun bangsa dan negaranya.
Baik itu sekolah (guru), universitas atau pendidik dimanapun, mereka adalah orang
tua kedua dari anak tersebut dan harus melakukan hal yang sama. Semua pihak yang
belajar harus membangun dan menggunakan budaya lingkungan belajar yang baik
agar dapat membentuk karakter di masa depan.

Daftar Pustaka
Badudu,J.S., Sutan Mohammad,Kamus Umum Bahasa Indonesia,Jakarta
Pustaka Sinar Harapan,19996
Bagir,Haidar,”Belajar dari Pengalaman Firlandia” sebuah pengantar dalam
Pasi Sahlberg,Finnish Lessons: Mengajar lebih sedikit,Belajar lebih
Banyak ala Finlandia,terj.Ahmad Mukhlis,Jakarta:Kafia Learn 2014
Hidayatullah,M.Furqon,Pendidikan Karakter Membangun Peradaban
Bangsa,Surakarta:Yuma Pustaka ,2010
Kurniawan,Syamsul,Pendidikan Karakter: Konsepsi & Impelementasi dan
Masyarakat ,Yogyakarta: Arruzz Media,2014
Kusoema,Doni,Pendidikan Karakter :Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global,Jakarta:Grasinod,2010
Lickona,Thomas,Marvin W, Berkowitz & Melinda C Bier,What Wrong In
Character Education: A research-driven guide for Washington
DC:Character Education Partnership,2005
Lickona,Thomas,Mendidik untuk Membentuk Karakter,Jagakarsa,2012
Megawangi,Ratna,Pendidikan Karakter;Solusi yang Membangun
Bangsa,Bogor:Indonesia Heritage Foundation 2004
Moleong,Lexy J.,Metode Penelitian Kualitatif,Bandung:Remaja Rosa
Karya,1990
Muhadjir,Noeng.Metodeologi Penelitian Kualitatif,Yogyakarta:Rake
Sarasin,1998
Munir,Abdullah,Pendidikan Karakter:Membangun Karakter Dari
Rumah,Yogyakarta:Gava Media 2011
Muslieh,Masnur,Pendidian Karakter:Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional,Jakarta:Bumi Aksara,2011.
Samani,Muchlas,Hariyanto,Konsep dan Model Pendidikan
Karakter,Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2012
Suparno,P.,dkk.,Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah:Suatu Tinjauan
Umum,Yogyakarta:Kanisius,2002
Zubaedi,Desain Pendidikan Karakter,Jakarta;Kencana Prenda Media,2011

Anda mungkin juga menyukai