Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan

Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
administrasi pendidikan dalam profesi keguruan. Harapan saya semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini
saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh
kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………….. i


KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………… 2


B. Rumusan Masalah …………………………………………… 2
C. Tujuan Penulisan …………………………………………….. 3
D. Manfaat Penulisan ………………………………………….. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Banjir ……………………………………………. 5


B. Penyebab Banjir ……………………………………………… 6
C. Dampak Banjir ……………………………………………….. 12
D. Contoh Banjir …………………………………………………. 16
E. Cara Mengatasi Banjir ……………………………………… 20
F. Upaya Pencegahan Banjir …………………………………. 25

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ………………………………………………………… 30
B. Saran ……………………………………………………………… 31

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. . Ambon, 21 Februari 2018 Penyusun, Keperawatan A
2. 3. BAB I PENDAHULUAN
3. 5. BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN Patient safety didefinisikan sebagai upaya
menghindari, mencegah dan memperbaiki hasil yang merugikan pasien atau cidera
akibat dari proses perawatan kesehatan (US National Patient Safety Foundation,1999).
Cooper et al (2000) telah mendefenisikan bahwa “patient safety as the avoidance,
prevention, and amelioration of adverse outcomes or injuries stemming from the
processes of healthcare.” Pengertian ini maksudnya bahwa patient safety merupakan
penghindaran, pencegahan, dan perbaikan dari kejadian yang tidak diharapkan atau
mengatasi cedera-cedera dari proses pelayanan kesehatan. Patient safety melibatkan
sistem operasional dan sistem pelayanan yang meminimalkan kemungkinan kejadian
adverse event/ error dan memaksimalkan langkah-langkah penanganan bila error telah
terjadi. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yg disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tdk mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(KKP-RS(Solusi live-saving keselamatan pasien rumah sakit). Keselamatan pasien
(patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko (Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit,
Depkes R.I. 2006). Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi
untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008). B. TUJUAN Tujuan keselamatan pasien
secara internasional adalah: 1. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara
benar) 2. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif) 3.
Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan dari pengobatan
resiko tinggi) 4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure
surgery(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien,
kesalahan prosedur operasi) 5. Reduce the risk of health care-associated infections
(mengurangi risiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan 6. Reduce
the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka karena jatuh C.
PRINSIP PATIENT SAFETY 1. Kesadaran (Awarenes) tentang nilai keselamatan pasien
Rumah sakit
4. 6. 2. Komitmen memberikan pelayanan kesehatan berorientasi patien safety 3.
Kemanpuan Mengidentifikasi faktor resiko penyebab insiden terkait patien safety 4.
Kepatuhan Pelaporan insiden terkait patient safety 5. Kemampuan Berkomunikasi yang
efektif dengan pasien tentang faktor resiko penyebab insiden terkait patient safety 6.
Kemampuan Mengindentifikasi akar masalah penyebab insiden terkait patient safety 7.
Kemampuan Memanfaatkan informasi tentang kejadian yang terjadadi untuk mencegah
kejadian berulang D. PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN MANUSIA PADA
KESELAMATAN PASIEN 1. Pengaruh Faktor Lingkungan Pada Keselamatan Pasien
Penerangan Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan
ruang. Ruang yang telah dirancang tidak dapat memenuhi fungsinya dengan baik apabila
tidak disediakan akses pencahayaan. Pencahayaan di dalam ruang memungkinkan
orang yang menempatinya dapat melihat benda-benda. Tanpa dapat melihat benda-
benda dengan jelas maka aktivitas di dalam ruang akan terganggu. Sebaliknya, cahaya
yang terlalu terang juga dapat mengganggu penglihatan (Santosa, 2006). Kebisingan
Salah satu bentuk polusi adalah kebisingan (noise) yang tidak dikehendaki oleh telinga
kita. Kebisingan tidak dikehendaki karena dalam jangka panjang dapat mengganggu
ketenangan. Ada 3 aspek yang menentukan kualitas bunyi yang dapat menentukan
tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu : a) Lama bunyi itu terdengar. Bila terlalu lama
dapat menyebabkan ketulian (deafness). b) Intensitas biasanya diukur dengan satuan
desibel (dB), menunjukkan besarnya arus energi per satuan luar. c) Frekuensi suara
(Hz), menunjukkan jumlah gelombang suara yang sampai ke telinga kita per detiknya
Suhu Udara Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan kondisi normal
sistem tubuh dengan menyesuaikan diri terhadap perubahanperubahan yang terjadi di
luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur ruang adalah
jika perubahan temperatur luar tubuh tidak melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35%
untuk kondisi dingin. Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya
untuk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan atau
kelebihan panas yang membebaninya. Siklus Udara (Ventilation)
5. 7. Udara disekitar kita mengandung sekitar 21% oksigen, 0,03% karbondioksida, dan
0,9% campuran gas-gas lain. Kotornya udara disekitar kita dapat mempengaruhi
kesehatan tubuh dan mempercepat proses kelelahan. Sirkulasi udara akan
menggantikan udara kotor dengan udara yang bersih. Agar sirkulasi terjaga dengan baik,
dapat ditempuh dengan memberi ventilasi yang cukup (lewat jendela), dapat juga
dengan meletakkan tanaman untuk menyediakan kebutuhan akan oksigen yang cukup
(Wignjosoebroto,1995,hal.85). Bau-Bauan Adanya bau-bauan yang dipertimbangkan
sebagai “polusi” akan dapat mengganggu konsentrasi pekerja. Temperatur dan
kelembaban adalah dua faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepekaan
penciuman. Pemakaian air conditioning yang tepat adalah salah satu cara yang dapat
digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu sekitar tempat kerja.
(Wignjosoebroto, 1995) Getaran Mekanis Getaran mekanis merupakan getaran–getaran
yang ditimbulkan oleh peralatan mekanis yang sebagian dari getaran tersebut sampai ke
tubuh dan dapat menimbulkan akibat– akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita.
Besarnya getaran ini ditentukan oleh intensitas, frekuensi getaran dan lamanya getaran
itu berlangsung. Sedangkan anggota tubuh manusia juga memiliki frekuensi alami
apabila frekuensi ini beresonansi dengan frekuensi getaran akan menimbulkan
gangguan. Gangguan–gangguan tersebut diantaranya, mempengaruhi konsentrasi,
mempercepat kelelahan, gangguan pada anggota tubuh. (Wignjosoebroto,1995, hal 87)
2. Pengaruh Faktor Manusia Pada Keselamatan Pasien Pentingnya Faktor Manusia
pada Keselamatan Pasien Human factor memeriksa hubungan antara manusia dan
sistem dan bagaimana mereka berinteraksi dengan berfokus pada peningkatan efisiensi,
kreativitas, produktivitas dan kepuasan pekerjaan, dengan tujuan meminimalkan
kesalahan. Pengetahuan yang Diperlukan Istilah human factor atau ergonomik umumnya
digunakan mendeskripsikan interaksi antara tiga aspek saling berhubungan: individu di
tempat kerja, tugas yang dibebankan untuk individu tersebut, dan tempat kerjanya.
Hubungan Antara Human Factor Dengan Keslamatan Pasien Dua factor dengan dampak
paling banyak adalah kelelahan dan stress. Ada bukti ilmiah kuat yang menghubungkan
kelelahan dan penurunan kinerja sehingga menjadikan factor resiko dalam keselamatan
pasien. E. CARA UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN PASIEN
6. 8. Standar keselamatan pasien menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Pasal 7 ayat (2)
meliputi : 1. Hak pasien 2. Mendidik pasien dan keluarga 3. Keselamatan pasien dan
kesinambungan pelayanan 4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien 5. Peran
kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien 6. Mendidik staf tentang
keselamatan pasien 7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien Selanjutnya Pasal 8 Peraturan Menteri Kesehatan tersebut diatas
mewajibkan setiap Rumah Sakit untuk mengupayakan pemenuhanSasaran Keselamatan
Pasien yang meliputi tercapainya 6 (enam) hal sebagai berikut: 1. Ketepatan identifikasi
pasien 2. Peningkatan komunikasi yang efektif 3. Peningkatan keamanan obat yang
perlu diwaspadai (high-allert) 4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat pasien
operasi 5. Pengurangan risiko infeksi tekait pelayanan kesehatan 6. Pengurangan risiko
pasien jatuh Dalam rangka menerapkan Standar Keselamatan Pasien, menurut Pasal 9
Peraturan Menteri Kesehatan tersebut diatas, Rumah Sakit melaksanakan Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang terdiri dari: 1.Membangun
kesadaran akan nilai keselamatan pasien 2.Memimpin dan mendukung staf
3.Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko 4.Mengembangkan sistem pelaporan
5.Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien 6.Belajar dan berbagi pengalaman
tentang keselamatan pasien 7.Mencegah cedera melalui implementasi sistem
keselamatan pasien F.EBP UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN PASIEN
Evidence Based Practice sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan,
keselamatan pasien, keefektifan managemen dalam pengelolaan pelayanan
keperawatan, dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya bukti empiris dalam
melaksanakan pelayanan. Evidence Based Practic (EBP) menjadi sangat penting akhir-
akhir ini karena isu patient centered care yang semakin banyak digunakan di dunia
kesehatan dan keperawatan. proses keperawatan yang dimiliki oleh perawat dan juga
petugas kesehatan lainnya di titik beratkan dan berfokus hanya pada kesembuhan
pasien dan semua keputusan yang berhubungan dengan kesehatan dan perawatan
pasien hanya di letakan pada tangan pasien. Artinya, pasien memiliki hak penuh untuk
menentukan nasib perawatan kesehatannya sendiri berdasarkan hasil diskusi dengan
tenaga kesehatan yang professional G.MENERAPKAN BUDAYA PATIENT SAFETY DI
RUMAH SAKIT
7. 9. Dugaan malpraktek yang dilakukan petugas pelayanan kesehatan yang
mengakibatkan pasien mengalami kerugian mulai dari materi, cacat fisik bahkan sampai
meninggal dunia memperlihatkan masih rendahnya mutu pelayanan kesehatan di rumah
sakit. patient safety (keselamatan pasien) belum menjadi budaya yang harus
diperhatikan oleh rumah sakit di Indonesia. Undang-undang Kesehatan no 36 tahun
2009 sudah dengan jelas bahwa rumah sakit saat ini harus mengutamakan keselamatan
pasien diatas kepentingan yang lain sehingga sudah seharusnya rumah sakit
berkewajiban menerapkan budaya keselamatan pasien. Tidak ada lagi alasan bagi
setiap rumah sakit untuk tidak menerapkan budaya keselamatan pasien karena bukan
hanya kerugian secara materi yang didapat tetapi juga ancaman terhadap hilangnya
nyawa pasien. Apabila masih ada rumah sakit yang mengabaikan keselamatan pasien
sudah seharusnya diberi sanksi yang berat baik untuk rumah sakit maupun petugas
pelayanan kesehatan. Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, pihak rumah sakit
bahkan petugas pelayanan kesehatan tidak mendapat sanksi apapun sehingga
menjadikan penegakan hukum kesehatan di Indonesia masih sangat lemah. Sudah
seharusnya apabila terjadi kelalaian bahkan kesengajaan dari pihak rumah sakit yang
mengakibatkan terancamnya keselamatan pasien maka tidak hanya sanksi internal tetapi
juga sudah masuk ke ranah pidana. Inilah yang sampai saat ini belum berjalan sehingga
masyarakat yang dirugikan karena lemahnya penegakan hukum yang pada akhirnya
kasusnya menguap begitu saja. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kenapa
budaya keselamatan pasien belum benar-benar diterapkan di berbagai rumah sakit.
Pertama, rendahnya tingkat kepedulian petugas kesehatan terhadap pasien, hal ini bisa
dilihat dengan masih ditemukannya kejadian diskriminasi yang dialami oleh pasien
terutama dari masyarakat yang tidak mampu. Kedua, beban kerja petugas kesehatan
yang masih terlampaui berat terutama perawat. Perawatlah yang bertanggung jawab
terkait asuhan keperawatan kepada pasien sedangkan disisi lain masih ada rumah sakit
yang memiliki keterbatasan jumlah perawat yang menjadikan beban kerja mereka
meningkat. Selain perawat, saat ini di Indonesia juga masih kekurangan dokter terutama
dokter spesialis serta distribusi yang tidak merata. Ini berdampak pada mutu pelayanan
yang tidak sama di setiap rumah sakit. ketiga, orientasi pragmatisme para petugas
kesehatan yang saat ini masih melekat disebagian petugas kesehatan. Masih ditemukan
para petugas kesehatan yang hanya berorientasi untuk mencari materi/keuntungan
semata tanpa mempedulikan keselamatan pasien. Keempat, lemahnya pengawasan
yang dilakukan oleh dinas kesehatan terhadap para petugas kesehatan. Lemahnya
pengawasan sendiri dikarenakan beberapa faktor mulai dari terbatasnya personel yang
dimiliki dinas kesehatan sampai rendahnya bargaining position dinas kesehatan.
Keempat hal tersebut diatas yang setidaknya menjadi penghalang terwujudnya budaya
keselamatan pasien di setiap rumah sakit. jika hal ini tidak segera diselesaikan maka
kasus- kasus yang mengancam keselamatan pasien akan terus terjadi sehingga perlu
upaya yang maksimal untuk mewujudkan budaya keselamatan pasien. Mulai
diterapkannya aturan baru terkait akreditasi rumah sakit versi 2012 menjadi sebuah
harapan baru agar budaya keselamatan pasien bisa diterapkan diseluruh rumah sakit di
Indonesia. Selain itu, harus ada upaya untuk meningkatkan kesadaran para pemberi
pelayanan kesehatan tentang pentingnya
8. 10. menerapkan budaya keselamatan pasien dalam setiap tindakan pelayanan
kesehatan. Dan juga diperlukan sosialisasi yang masif kepada masyarakat terutama
yang akan menggunakan jasa pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan
serta memperbaiki perilaku mereka dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Upaya-
upaya ini harus segera dilakukan agar tidak ada lagi kasus dugaan malpraktik yang
dapat merugikan masyarakat sehingga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit bisa
meningkat. Dengan meningkatkan kepedulian terhadap pasien maka dengan mudah
budaya keselamatan pasien bisa dijalankan. Jangan sampai hanya karena kesalahan
sedikit yang dilakukan oleh rumah sakit bisa berakibat pada rusaknya citra dunia
perumah sakitan di Indonesia dimata internasional. H. PENYEBAB TERJADINYA
ADVERSE EVENTS TERKAIT PROSEDUR INVASIF Penyebab Adverse Event
Berhubungan Dengan Diagnosa, Pemeriksaan, Pemberiaan Obat : 1. Diagnosa  tidak
menerapkan pemeriksaan yang tidak sesuai 2. Pemeriksaan  menggunakan cara
pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau bertindak atas hasil pemeriksaan atau
observasi 3. pemberiaan obat  kesalahan sdpada procedure pengobatan 
pelakasanaan terapi yang salah  metode penggunaan obat yang salah  keterlambatan
dalam merespon hasil pemeriksaan asuhan yang tidak layak 4. kesalahan komunikasi I.
K3 DALAM KEPERAWATAN : PENTINGNYA, TUJUAN, MANFAAT, DAN ETIKA 1)
Pengertian K3 Keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga
kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat makmur dan sejahtra. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu
ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
9. 11. 2) Pentingnya Pentinngnya k3 bisa dilihat atau ditelaah dari beberapa kasus
terjadinya kecelakaan dirumah sakit sudah tidak menjadi umum lagi. Hal demekian bisa
muncul karena adanya keterbatasan fasilitas keamanan kerja dan juga karena
kelemahan pemahaman faktor-faktor prinsip yang perlu diterapkan rumah sakit. 3)
Tujuan a) Tujuan umum Adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. b)
Tujuan Hyperkes Tujuan Hyperkes dapat dirinci sebagai berikut : a. Agar tenaga kerja
dan setiap orang berada ditempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan selamat. b.
Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan 4)
Manfaat Berikut ini yaitu 4 manfaat audit keselamatan dan kesehatan kerja (K3) a)
Menejemen tahu kekurangan unsur sistem operasi sebelum munculnya masalah operasi,
insiden atau kecelakaan yang merugikan sehingga kerugian dapat ditekan dan
keandalan dan efisiensi dapat ditingkatkan b) Didapat deskripsi yang pasti dan komplit
mengenai status mutu proses keselamatan dan kesehatan kerja yang ada saat minim
tujuan apa yang ingin diraih dimasa yang akan datang dan tingkat pemenuhan pada
ketentuan perundang-undangan keslamatan dan kesehatan kerja yang berlaku c)
Didapat penambahan pengetahuan, kemantangan dan kesadaran mengenai K3 untuk
perawat yang ikut serta dalam proses audit keselamatan dan kesehatan kerja d)
Peningkatan citra perusahaan 5) Etika Banyak profesi memiliki kode etik praktik yang
memang membantu, (Elwes dan simnelt) menyarankan beberapa pertimbangan sebagai
gerakan menuju kode etik praktik bagi kesehatan.  Hubungan dengan klien 1. Lebih
baik berkonsultasi dengan klien ketika merencanakan dan mengevaluasi kegiatan
promosi kesehatan, jika mungkin 2. Promosi harga diri dan otonomi diatara kelompok-
kelompok klien harus merupakan prinsip mendasar dari semua praktik promosi
kesehatan 3. Semua praktik promosi J. RUANG LINGKUP K3 DALAM KEPERAWATAN
1. Rencana tangga darurat (peraturan jika ada kebakaran) 2. Life safety
10. 12. 3. Patient security 4. Kesehatan pekerja 5. Bahan berbahaya 6. Sanitasi lingkungan
7. Pengendalian limbah 8. Pendidikan dan pelatihan 9. Catatan dan pelaporan K.
KEBIJAKAN K3 YANG BERKAITAN DENGAN KEPERAWATAN DI INDONESIA Agar
penerapan K3, RS dapat dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku, maka perlu
disusun hal-hal berikut ini : a) Kebijakan pelaksanaan K3 RS Rumah sakit merupakan
tempat kerja yang padat karya, pakar, modal, dan teknologi, namun keberadaan rumah
sakit juga memiliki dampak negatif terhadap timbulnya penyakit dan kecelakaan akibat
kerja, bila rumah sakit tersebut tidak melaksanakan procedure K3 b) Tujuan kebijakan
Pelaksanaan K3 RS Menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk
SDM Rumah sakit, aman, dan sehat bagi pasien, pengunjungan/pengantar pasien,
masyarakat dan lingkungan serta rumah sakit sehingga proses pelayanan rumah sakit
berjalan baik dan lancar L. KONSEP DASAR K3 : SEHAT, KESEHATAN KERJA,
RESIKO DAN HAZARD DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN. a) Kesehatan
kerja Menurut WHO (widodo,2015) kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik,
mental dan social kesejahteraan dan bukan hanya ketidak penyakitan atau kelemahan.
Pada dasarnya kesehatan meliputi 4 aspek diantaranya: 1) kesehatan fisik terwujud
apabila seseorang tidak meresa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan
memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau
tidak mengalami gangguan 2) kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen yakni 
pikiran sehat, dilihat dari cara berfikir atau jalan pikiran  emosional sehat, dilihat dari
kemampuan untuk mengekspresikan emosinya, seperti takut, gembira, khawtir, sedih, dll
11. 13.  spiritual sehat, dilihat dari cara mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa 3) kesehatan social terwujud apabila seseorang mamapu
berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik tanpa membedakan ras,
suku, agama, status social, ekonomi dll 4) kesehatan dari aspek ekonomi terlihat jika
seseorang produktif, dimana mempunyai kegiatan yang mendapat menolong terhadap
dirinya sendiri atau keluarga b) Resiko 1) Pengertian resiko Resiko adalah: sesuatu yang
berpeluang untuk terjadinya kematian, kerusakan, atau sakit yang dihasilkan karena
bahaya 2) Manejemen resiko Organisasi yang dapat menerapkan metode pengendalian
resiko apapun sejauh metode tersebut mamapu mengidentifikasi, mengevaluasi, memilih
prioritas dan mengendalikan resiko dengan melakukan pendekatan jangka pendek dan
jangka panjang Dengan melakukan identifikasi bahaya dan resikon di tempat kerja akan
membantu dalam menyusun dan mengembangkan program K3 yang diperlukan. Hal-hal
yang harus diperhatikan adalah :  Jenis pekerjaan  Bahan-bahan yang digunakan 
Mesin dan peralatan yang digunakan  Jumlah pekerja  Karakteristik bangunan  Cara
dan pola kerja 3) Tujuan identifikasi resiko  Untuk mengetahui jenis resiko  Untuk
mengetahui sumber resiko  Untuk mengetahui pekerja yang terpajang dari resiko 
Untuk mengetahui pengendalian yang sudah dilakukan c) Hazard 1) Pengertian hazard
Hazard adalah segala hal yang kemungkinan mengakibatkan kerugian baik pada harta
benda, maupun manusia. 2) Jenis-jenis hazard Berdasarkan karakteristik dampak yang
diakibatkan oleh sesuatu maka jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu,
bahaya kesehatan dan bahaya keselamatan kerja. Bahaya kesehatan kerja dapat berupa
bahan kimia, biologi dan bahaya yang berkaitan dengan ekonomi, berdampak pada
kesehatan dan kenyamanan kerja, misalnya penyakit akibat kerja. M. RESIKO DAN
HAZARD DALAM PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian
12. 14. Pengkajian keperawatan didefinisikan sebagai pemikiran dasar dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentangklien, agar
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah –masalah, kebutuhankesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995 dalam
Fitriyanti, 2012). Contoh Risiko dan Hazard bagi Perawat saat Melakukan Pengkajian. a)
Pelecehan verbal saat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga. b) Kekerasan fisik
pada perawat ketika melakukan pengkajian. c) Pasien dan keluarga acuh tak acuh
dengan pertanyaan yang diajukan perawat. d) Risiko tertular penyakit dengan kontak
fisik maupun udara saat pemeriksaan fisik. e) Perawat menjadi terlalu empati dengan
keadaan pasien dan keluarganya Dalam mengkaji pasien, perawat harus menyadari
akan adanya risiko danhazard yang mungkin mereka dapatkan. Berbagai macam upaya
perludilakukan sebagai tindakan pencegaha. Upaya – upaya tersebut dapatdilakukan
baik dari pihak manajemen rumah sakit. Berikut beberapa upayayang perlu dilakukan
untuk mencegah terjadinya kekerasan fisik dan verbal pada perawat saat melakukan
pengkajian :  Perawat harus melaporkan setiap adanya tindakan kekerasan dalam
bentukapapun kepada pihak rumah sakit.  Memberikan pengertian kepada pasien agar
memperlakukan sesamamanusia dengan dasar martabat dan rasa hormat.  Dalam
melakukan kontak kepada pasien, perawat seharusnya menjadi pendengar yang baik.
Salah satu teknik pengumpulan data pada pengkajian adalah wawancara.Saat
melakukan wawancara, perawat harusmampu menempatkan diri sebagai tempat curhat
pasien sebaik mungkin.  Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada perawat
tentang caramenghindari tindakan kekerasan verbal dan fisik.  Ketika pasien terlihat
sedang dalam keadaan tidak terkontrol dan susahuntuk didekati, perawat dapat
melakukan pengkajian kepada keluarga pasien terlebih dahulu.  Saat mengkaji,
perawat tidak boleh menyampaikan kata – kata yangmenyinggung pasien dan
keluarganya.  Saat melakukan tindakan pemeriksaan fisik, perawat harus meminta
persetujuan dari pasien terlebih dahulu.  Manajemen rumah sakit perlu memfasilitasi
perawat mempersiapkan diriuntuk menghadapi risiko dan hazard.  Manajemen harus
terbuka serta tidak berusaha menutupi terhadap laporan – laporan kekerasan fisik
maupun verbal terhadap perawat.  Memodifikasi lingkungan yang nyaman di rumah
sakit mulai dari poli,ruangan rawat inap, sampai ke unit gawat darurat dan ruang intensif
untukmenentramkan suasana hati pasien dan keluarga. N. RESIKO DAN HAZARD
DALAM PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN Kesalahan saat merencanakan
pengkajian. Misalnya jika perawat salah dalam mengkaji, maka perawat akan salah
dalam memberikan proses keperawatan/pengobatan yang pada akhirnya akan
mengakibatkannya kesehatan pasien semakin terganggu. Hal lainnya yang dapat terjadi
yaitu jika perawat salah dalam merencanakan tindakan keperawatan maka perawatnya
juga akan mendapatkan bahaya seperti misalnya tertularnya penyakit dari pasien karena
kurangnya perlindungan diri terhadap perawatnya Dalam proses pengkajian sendiri,
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat mulai dari pemahaman
akan pengertian pengkajian, tahap-tahap dalam
13. 15. melakukan pengkajian, hingga metode yang digunakan dalam melakukan
pengkajian. Dalam melakukan pengkajian terhadap pasien, perawat harus tahu akan
adanya hazard/resiko yang mungkin mereka akan dapatkan. Upaya yang dapat
dilakukan oleh perawat untuk meminimalisirkan resiko/hazard yang akan terjadi, seperti :
a) Batasi akses ke tempat isolasi b) Menggunakan alat perlindung diri (APD) dengan
benar c) SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang tidak tertutup
dengan APD. d) Petugas diharapkan untuk tidak menyentuh bagian tubuh yang tidak
tertutup APD e) Membatasi sentuhan langsung ke pasien f) Cuci tangan sebelum
melakukan dan setelah melakukan tindakan g) Bersihkan kaki/tangan setelah melakukan
tindakan h) Melakukan pemeriksaan secara berkala kepada perawat/pekerja i) Hindari
memegang benda yang mungkin terkontaminasi. O. RESIKO DAN HAZARD DALAM
IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN Implementasi keperawatan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan criteria hasil yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
Metode implementasi keperawatan :  Membantu dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
 Konseling  Penyuluhan  Memberikan asuhan keperawatan langsung. 
Kompensasi untuk reaksi yang merugikan.  Teknik tepat dalam memberikan perawatan
dan menyiapkan klien untuk procedure.  Mencapai tujuan perawatan  Mengawasi dan
mengevaluasi kerja dari anggota staf lain 1. Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui
pengendalian bahaya di tempat kerja : pemantaun dan pengendalian kondisi tidak aman
di tempat kerja. 2. Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pembinaan dan
pengawasan : Pelatihan dan pendidikan, konseling dan konsultasi, pengembangan
sumber daya atau teknologi terhadap tenaga kerja tentang penerapan K3 3. Upaya
pencegahan kecelakaan kerja melalui system manajemen : Prosedure dan aturan K3,
Penyediaan sarana dan prasarana K3 dan pendukungya, penghargaan dan
pendukungnya, penghargaan dan sanksi terhadap penerapan K3 ditempat kerja
14. 16.  Terdapat juga beberapa upaya pencegahan lain, antara lain : pelayanan kesehatan
kerja diselenggarakan secara paripurna, terdiri dari pelayanan promotive, preventive,
kurative dan rehabilitative yang dilaksanakan dalam suatu system yang terpadu. P.
RESIKO DAN HAZARD DALAM EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN Evaluasi resiko
dilakukan sebagai tindak lanjut dari proses analisis resiko untuk memutuskan tindakan
selanjutnya (pengendalian resiko), tindak lanjut dapat berupa : 1. Apakah resiko yang
ada memerlukan pengendalian 2. Tindakan apa saja yang harus dilakukan 3. Prioritas
resiko yang akan dikendalikan 4. Nilai resiko yang diperoleh dari hasil analisis
dibandingan dengan criteria yang ditetapkan tentang batasan resiko bisa di tolerir dan
tidak Tujuan evaluasi bahaya dan resiko 1. Untuk mengetahui level dan prioritas bahaya
dan resiko ditempat kerja 2. Mengetahui tindakan pengendalian/program K3 yang
diperlukan 3. The purpose of risk evaluation is to make decisions, based on the outcones
of risk analysis, about which risks need treatment and treatment priorities. Evaluasi dan
pengelolaan resiko adalah langkah lebih lanjut dari proses manajemen resiko. Dimana
tahapan manajemen resiko sesungguhnya mulai dari indetifikasi resiko yang terjadi dari
pembuatan daftar kategorisasi resiko, lalu mendiskripsikan resiko. Beberapa kejadian
yang mungkin menjadi resiko dalam kegiatan sehari-hari dirumah sakit adalah adverse
event dan resiko klinis. Adverse incident adalah kejadian atau kondisi yang dapat
membawa kerugian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan pada orang, property atau
organisasi. Resiko klinis adalah kejadian yang tidak pasti atau sekelompok kejadian yang
bila itu terjadi akan memberikan efek negative kepada layanan pasien.
15. 17. BAB III PENUNTUP A. KESIMPULAN Keselamatan pasien (patient safety) adalah
hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh perawat yang terlibat dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien.Tindakan pelayanan, peralatan kesehatan, dan
lingkungan sekitar pasien sudah seharusnya menunjang keselamatan serta kesembuhan
dari pasien tersebut.Oleh karena itu, perawat harus memiliki pengetahuan mengenai hak
pasien serta mengetahui secara luas dan teliti tindakan pelayanan yang dapat menjaga
keselamatan diri pasien serta menjadikan komunikasi sebagai kunci utama untuk dapat
memberikan kenyamanan dan keselamatan bagi pasien. Setiap tindakan pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada pasien sudah sepatutnya memberi dampak positif dan
tidak memberikan kerugian bagi pasien.Oleh karena itu, rumah sakit harus memiliki
standar tertentu dalam memberikan pelayanan kepada pasien.Standar tersebut
bertujuan untuk melindungi hak pasien dalam menerima pelayanan kesehatan yang baik
serta sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan kepada
pasien

Anda mungkin juga menyukai