Cara Isolasi Dan Kultur Mikroba Pita
Cara Isolasi Dan Kultur Mikroba Pita
PERCOBAAN IV
OLEH :
KELOMPOK : IV (EMPAT)
JURUSAN : KIMIA
LABORATORIUM KIMIA
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jasad hidup yang ukurannya kecil sering disebut sebagai mikroba atau
mikroorganisme atau jasad renik. Jasad renik disebut sebagai mikroba bukan hanya
karena ukurannya yang kecil, sehingga sukar dilihat dengan mata biasa, tetapi juga
tinggi. Mata biasa tidak dapat melihat jasad yang ukurannya kurang dari 0,1 mm.
Ukuran mikroba biasanya dinyatakan dalam mikron ( ), 1 mikron adalah 0,001 mm.
Sel mikroba umumnya hanya dapat dilihat dengan alat pembesar atau mikroskop,
walaupun demikian ada mikroba yang berukuran besar sehingga dapat dilihat tanpa
alat pembesar.
B. Permasalahan
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tahap pencampuran dengan media (padat/ cair), media padat yang digunakan
umumnya adalah Plate Count Agar (PCA) atau Nutrient Agar (NA) sedangkan untuk
inokulasi suspense homogenat sampel ke dalam media , tergantung dengan metode yang
telah dipilih dan kesesuaian dengan sifat sampel dan mikroba yang mungkin ada dalam
sampel. Pada keadaan tertentu, media perlu ditambah dengan bahan lain seperti glukosa
untuk Enterococcus, atau serum untuk Mycoplasma dan egg yolk. Untuk bakteri tertentu
misalnya yang tidak tahan panas terutama untuk pencampuran dengan media dengan
suhu kira-kira 450C, dilakukan dengan metode sebar atau tetes dan suhu inkubasi rendah
Bahwa satu koloni kapang dapat berasal dari satu spora atau sepotong hifa.
Pertumbuhan kapang sangat sulit diukur berdasarkan jumlah sel karena sel-sel tidak
mudah terpisah. Oleh karena itu walaupun nampak miselium kapang sangat padat pada
substrat fermentasi tetapi pada saat pencuplikan dengan pengenceran kemungkinan tidak
ter-pisah dengan baik sehingga potongan-potongan miselium berupa fragmen hifa tidak
semua terambil oleh pipet. Akibatnya koloni kapang yang nampak pada plate count
agar tidak mencerminkan jumlah massa miselium pada substrat. Berbeda dengan khamir
dan bakteri, dimana satu koloni berasal dari satu sel berarti koloni yang terhitung identik
dengan jumlah sel mikroba yang terdapat pada substrat (Muhiddin, dkk., 2001).
Sampel air laut diambil dari Pantai Bungus dan Pasir Jambak, Padang, Sumatra
Barat, media Alkaline Pepton Water (APW), media CHROM agar Vibrio (CHROM
agar™), media Luria Burtani (LB) broth, Natrium Chlorida, aquadest steril, KOH 3,0%,
Oxidase test strip, Hydrogen peroksida 3,0%. GN Inoculation Fluid, alkohol 70%, buffer
Haluoleo.
1. Alat
2. Bahan
C. Rancangan Percobaan
Media NA
Media NA
Media PDA
2 g dekstrose + 3 g agar-agar +
1,4 mL asam tartrat
Media PDA
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Medium pertumbuhan adalah tempat untuk menumbuhkan mikroba. Mikroba
memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energi dan untuk bahan pembangun sel,
untuk sintesa protoplasma dan bagian-bagian sel lain. Setiap mikroba mempunyai sifat
sumber energi untuk berkembang biak dan membentuk sel-sel baru. Aktivitas sel
tersebut dilakukan oleh berbagai enzim yang diproduksi sel mikroba. Berlangsungnya
reaksi enzimatis dapat dilihat dari produk akhir reaksi atau berkurangnya komponen
yang dipecah.
Suatu bakteri yang dimasukkan ke dalam medium baru yang sesuai akan tumbuh
memperbanyak diri. Jika pada waktu-waktu tertentu jumlah bakteri dihitung dan dibuat
grafik hubungan antara jumlah bakteri dengan waktu maka akan diperoleh suatu grafik
atau kurva pertumbuhan. Pertumbuhan populasi mikrobia dibedakan menjadi dua yaitu
biakan sistem tertutup (batch culture) dan biakan sistem terbuka (continous culture).
Pada biakan sistem tertutup, pengamatan jumlah sel dalam waktu yang cukup
lama akan memberikan gambaran berdasarkan kurva pertumbuhan bahwa terdapat fase-
fase pertumbuhan. Fase pertumbuhan dimulai pada fase permulaan, fase pertumbuhan
mulai dihambat, fase stasioner maksimum, fase kematian dipercepat, dan fase kematian
logaritma. Pada fase permulaan, bakteri baru menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
baru, sehingga sel belum membelah diri. Sel mikrobia mulai membelah diri pada fase
pertumbuhan yang dipercepat, tetapi waktu generasinya masih panjang. Fase permulaan
sampai fase pertumbuhan dipercepat sering disebut lag phase. Kecepatan sel membelah
diri paling cepat terdapat pada fase pertumbuhan logaritma atau pertumbuhan
eksponensial, dengan waktu generasi pendek dan konstan. Selama fase logaritma,
metabolisme sel paling aktif, sintesis bahan sel sangat cepat dengan jumlah konstan
sampai nutrien habis atau terjadinya penimbunan hasil metabolisme yang menyebabkan
kecepatan pembelahan sel berkurang dan jumlah sel yang mati mulai bertambah. Pada
fase stasioner maksimum jumlah sel yang mati semakin meningkat sampai terjadi
jumlah sel hidup hasil pembelahan sama dengan jumlah sel yang mati, sehingga jumlah
sel hidup konstan, seolah-olah tidak terjadi pertumbuhan (pertumbuhan nol). Pada fase
kematian yang dipercepat kecepatan kematian sel terus meningkat sedang kecepatan
pembelahan sel nol, sampai pada fase kematian logaritma maka kecepatan kematian sel
mencapai maksimal, sehingga jumlah sel hidup menurun dengan cepat seperti deret
ukur. Walaupun demikian penurunan jumlah sel hidup tidak mencapai nol, dalam jumlah
minimum tertentu sel mikrobia akan tetap bertahan sangat lama dalam medium tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Saran sebagai praktikan sebaiknya pada praktikum selanjutnya asisten dapat
DAFTAR PUSTAKA
Muhiddin N., Juli N., Aryantha, 2001, ‘Peningkatan Kandungan Protein Kulit Umbi
Ubi Kayu Melalui Proses Fermentasi’ JMS Vol.6(1–12), Jurusan Biologi
Fak. MIPA Universitas Haluoleo, Kendari, Departemen Biologi Fak. MIPA
Institut Teknologi Bandung.