Anda di halaman 1dari 44

PSIKOLOGI BELAJAR

Drs. H. Makmun Khairani, M.Pd. Psikolog.

Penerbit:

Aswara pressindo

Tugas

Interpretasi Belajar Psikologi

By

Jhony wijaya santosa

NIM-31150157

ACADEMY ENGLISH

EXTENSIVE READING

1|Page
CHAPTER I

MEMAHAMI MAKNA BELAJAR

Manusia terlahir dengan ketidak berdayaan. Tanpa bantuan lingkungannya,


manusia tidak bisa apa-apa dan tak akan menjadi apa-apa. Untuk memiliki daya
manusia harus terus-menerus belajar, hingga berakhirnya kehidupan. Belajar
merupakan suatu peroses yang di tandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai
bentuk seperti berubah pengetahuannya, keterampilan, kecakapannya, sikap dan
tingkah laku, serta daya reaksi, daya penerimaanya, dan aspek yang ada pada seorang
individu. Salah satu aspek yang harus peserta didik lakukan adalah belajar, terutama
belajar memahami diri sendiri, memahami perubahan lingkungan, dan belajar
membaca isyarat perubahan zaman atau sebuah era, hal inilah yang membangun
sebuah sikap mental yang terbentuk pada peserta didik.

A. PENGERTIAN-PENGERTIAN
Ada empat kata yang terkait dengan kata dan kegiatan belajar, yang perlu
dimaknai secara tersendiri, yaitu Psikologi, belajar, pembelajaran, dan psikologi
belajar.
1. PENGERTIAN PSIKOLOGI
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari kata yunani “psyche”
yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti ilmu, jadi secara halfiah psikologi
berarti mempelajari ilmu jiwa.
Ilmu psikologi masih memiliki arti yang masih kabur. Psikologi
sebenarnya tidak mempersoalkan arti jiwa itu apa, tetapi lebih mempelajari
gejala-gejala dari jiwa. Gejala jiwa antara lain, misalnya seorang anak diberi
premen maka reaksi anak tersebut tersenyum gembira, apabila dicubit dia akan
menangis. Gembira, tersenyum, menangis itulah sebagian daripada gejala
jiwa.
Walaupun tidak memiliki arti yang jelas dari psikologis untuk ditinjau
dari arti katanya, terutama arti dari jiwa itu, maka sering timbul berbagai

2|Page
pendapat mengenai definisi psikologi yang sering berbeda. Banayak ahli
memberikan definisinya sendiri yang sesuaikan dengan arah minat, latar
belakang pengetahuan dan aliran masing-masing. Menurut James Drever
menyatakan bahwa “ psikologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan
dapat didefinisikan dalam berbagai variasi, menurut metode khusus atau
lapangan ilmu yang dipelajari oleh ahli psikologi yang membuat definisi itu”.

2. PENGERTIAN BELAJAR
Belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang
secara maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu. Belajar
dapat didefinisikan secara sederhana sebagai “suatu usaha atau kegiatan yang
bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup
perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan keterampilan, dan
sebagainya.
Para pakar di bidang ilmu tentang belajar juga mengemukakan
berbagai variasi batasan tentang belajar, tentunya berdasarkan pemahaman dan
bidang masing-masing.
Muhibbin (2006), berpendapat bahwa belajar merupakan tahapan
perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sedangkan
menurut Morgan dalam Introduction to psychology (1978), berpendapat
bahwa belajar adalah perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai hasil dari latihan.
Menurut winkel : Belajar adalah proses mental yang mengarah pada
penguasaan pengetahuan, kecakapan skill, kebiasaaan atau sikap yang
semuanya diperoleh, disimpan, dan dilakukan sehingga menimbulkan tingkah
laku yang progresif dan adatif. Ngalim purwanto (1996:14) menyatakan
bahwa belajar memiliki empat unsur :
1. Perubahan tingkah laku
2. Melalui latihan
3. Perubahan relative mantap/ permanen
4. Perubahan meliputi fisik dan psikis

3|Page
Menurut Garry and Kingsley yang dikutip oleh sudjana (1989),
menyatakan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang orisinil
melalui latihan-latihan dan pengalaman.

Dengan memperhatikan perumusan-perumusan tentang pengertian


belajar tersebut di atas maka penulis berpendapat; Bahwa belajar adalah suatu
proses psikis yang berlangsung dalam interaksi antara subjek dengan
lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, sikap dan kebiasaan yang bersifat relative konstan /
tetap baik melalui pengalaman, latihan maupun praktek. Sedangkan proses
belajar dapat berlangsung dengan kesadaran individu atau tidak, sebagaimana
diungkapkan oleh Winkel bahwa,”proses belajar dapat berlangsung dengan
disertai kesadaran dan intensi.

BELAJAR

Merupakan perubahan tingkah laku yang dilakukan secara


sengaja untuk mendapatkan perubahan yang lebih baik.

PERUBAHAN

Merupakan sesuatu yang timbul karna adanya pengalaman


dan latihan.

PROSES BELAJAR

Mengalami disertai reaksi untuk mengetahui secara sadar


berdasarkan keinginan.

Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses menuju
perubahan yang bersifat permanent melalui proses latihan dalam interaksi
dengan lingkungan dan meliputi perubahan baik fisik maupun mental.

4|Page
3. PENGERTIAN PEMBELAJARAN
Secara umum pembelajaran dapat didefinisikan bahwa merupakan
upaya membelajarkan peserta didik yaitu murid. Untuk membelajarkan
seseorang, pijakan teori agar apa yang dilakukan guru, dosen, pelatih, atau
instruktur maupun siapa saja yang memiliki keinginan untuk membelajarkan
orang dapat berhasil dengan baik. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi
peserta didik dengan pendidik beserta sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Disisi
lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran,
tetapi sebenarnya memiliki konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan,
guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai suatu materi
hingga mencapai sesuatu objektif yang di tentukan, namun proses pengajaran
ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan
mengajar saja. Sedangkan dari sisi pembelajaran menyiratkan adanya interaksi
antara pengajar serta peserta didik dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.

4. PENGERTIAN PSIKOLOGI BELAJAR

Dari dua pengertian terdahulu tentang psikologi dan belajar, sudah


tergambar apa sebenarnya psikologi belajar ilmu yang mempelajari aspek
psikologi dari segala aspek psikologi dari segala hal yang terkait dengan
kegiatan belajar, seperti tentang peserta didik, pendidik, dan situasi belajar.

Psikologi belajar merupakan adalah suatu ilmu jiwa yang berisi teori-
teori mengenai belajar, tentang bagaimana cara individu belajar atau
melakukan pembelajaran. Psikologi belajar merupakan ilmu terapan psikologi
yang terorientasi pada pendidikan. Secara historis, psikologi belajar pertama
kali dilakukan oleh ahli psikologi seperti Eddinghaus (1885), Bryan dan Harter
(1887, 1899) dan Thorndike (1898). Banyak psikolog membuat pengakuan
eksplinsit bahwa belajar merupakan hal sentral dalam mempelajari tingkah
laku dalam mempelajari tingkah laku (Hilgard,1956). Pernyataan ini didukung
oleh Tollman, Gurthriedan, dan Hull.

Belajar adalah proses dimana suatu aktivitas berasal atau perubahan


melalui reaksi pada situasi yang ditemui. Psikologi belajar menggunakan

5|Page
pendekatan metode ilmiah untuk studi perilaku, serta kesimpulan psikologi
harus berdasarkan hasil observasi yang tepat dan objektif. Herman
Ebbinghaus, yang meneliti tentang ingatan terhadap non-sense syllables
(Variabel mempengaruhi ingatan: waktu, tipe, dan jumlah materi serta
pengalaman). Jadi dapat disimpulkan bahwa psikologi belajar adalah sebuah
disiplin ilmu yang memberikan wawasan kepada guru dan calon guru
mengenai anak didik pola belajarnya serta meneliti aspek psikologis yang
mempengaruhinya untuk bagaimana menggali, mengembangkan,
mengoptimalkan aktualisasi potensi-potensi peserta didik yang menghambat
proses belajar beserta penyebab peserta didik sulit memahami pelajaran
sehingga lebih efektif dan lebih efisien.

B. CIRI-CIRI BELAJAR
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai
belajar Nampak adanya beberapa ciri-ciri belajar yaitu,
1. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change of
behaviour)
2. Perubahan perilaku relative permanen
3. Perubahan tingkah laku bersifat potensial
4. Perubahan tingkah laku berdasarkan latihan, proses dan pengalaman

C. PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
Landasan utama dalam mencapai keberhasilan belajar adalah kesiapan mental.
Setiap peserta didik hendaknya mempunyai minat yang besar terhadap semua
mata pelajaran yang diterima di sekolah. Tujuan setiap peserta didik belajar selalu
terarah pada dirinya, dan dia merasakan mendapatkan hasil belajar yang di
tandainya memiliki prestasi belajar, dari kegiatan belajar itu sendiri.
Kecendrungan peserta didik kurang memperdulikan bagaiman proses belajar itu
berlangsung dan lebih mengutamakan hasil akhirnya. Hal ini dapat diperoleh
tanpa melalui proses belajar, dan berdampak pada hasil kualitas pendidikan itu
sendiri yang mengakibatkan hal negative pada sumber daya manusia. Prinsip-
prinsip belajar sebagaimana di ungkapkan Davis (soekamto dan winataputra,1997)
sebagai berikut:

6|Page
1. Apapun yang dipelajari peserta didik, dialah yang harus belajar bukan
orang lain. Untuk itulah peserta didiklah yang harus aktif bertindak.
2. Setiap peserta didik belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
3. Peserta didik akan dapat belajar dengan baik bila mendapatkan penguatan
langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
4. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan peserta
didik akan membuat proses belajar lebih berarti.
5. Peserta didik akan lebih meningkat motivasinya untuk belajar apabila ia
diberi tanggung jawab serta kepercayaan penuh atas pembelajaran.

Selanjutnya, beberapa prinsip bejar lama yang berdasarkan teori dan


penelitian tentang belajar masih relevan yang dikembangkan oleh Gagne
terbagi atas 2 kategori:

1. Prinsip ekternal
 Keterdekatan (contiguity)
Menyatakan situasi yang hendak disampaikan pada pembelajar
dengan sedekat mungkin.
 Pengulangan (repetition)
Menyatakan situasi yang perlu mengalami pengulangan dan
diperaktikan.
 Penguatan (reinforcement)
Menyatakan mempelajari sesuatu yang baru akan diperkuat
apabila belajar yang mengalami hasil memuaskan.
2. Prinsip internal
 Informasi verbal
Informasi didapat dengan 3 cara, yaitu:
(a) Dikomunikasikan kepada pembelajar
(b) Dipelajari oleh pembelajar memulai kegiatan
(c) Dilakukan secara acak dari memori, atau dengan tanya
jawab
 Kemahiran intelektual
Pembelajar harus memiliki berbagai cara dalam mengerjakan
sesuatu

7|Page
 Strategi
Setiap aktifitas belajar membutuhkan pengaktifan strategi
belajar dan mengigat.
D. HAKEKAT BELAJAR
Pada esensinya, belajar dilakukan oleh semua mahluk hidup. Untuk manusia,
belajar merupakan proses untuk mencapai berbagai kemampuan, keterampilan dan
juga sikap. Hakekat belajar adalah suatu proses usaha yang silakukan secara sadar
dan terus menerus melalui berbagai macam aktifitas dan pengalaman guan
memperoleh pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku
yang lebih baik.
Gagne dan Berliner menyatakan bahwa belajar merupaka suatu proses
organisme mengubah perilakunya berdasarkan pengalaman. Belajar mengandung
tiga ciri,yaitu:
 Belajar berkaitan dengan perubahan prilaku.
 Perubahan perilaku tersebut terjadi karena didahului oleh
pengalaman.
 Perubahan perilaku yang disebabkan belajar bersifat relative
permanen.
Unsur-unsur belajar:
(a) Peserta didik
(b) Rangsangan
(c) Memori
(d) Respon

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah
mengalami kegiatan belajar.

E. TUJUAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


Tujuan belajar dan tujuan pengajaran sulit dipisahkan, keduannya saling
terkait. Di dalam proses orang belajar, tentunya juga terkandung kegiatan yang
terjadi dalam pembelajaran.

8|Page
a. Tujuan belajar
Berangkat dari pengertian dasar dari belajar, bahwa belajar
adalah suatu usaha atau perbuatan yang dilakukan secara sungguh-
sungguh, dengan sistematis dengan mendayagunakan semua potensi
yang dimiliki, baik secara intelektual dan sumberdaya individu, maka
dapat dirumuskan tujuan belajar adalah:
1. Belajar bertujuan untuk menambah pengetahuan dalam
berbagai bidang.
2. Belajar bertujuan untuk meningkatkan keterampilan atau
kecakapan.
3. Belajar bertujuan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan berpikir perserta didik dari
berpikir yang bersifat convergen.

Menciptakan Creating
Mengevaluasi Evaluating
Menganilisis Analysis
Menerapkan Applying
Memahami Understanding
Remembering
4. Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri
antara lain tingkah laku.
5. Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, dari yang buruk
menjadi baik.
6. Belajar bertujuan untuk mengubah pola fikir.
7. Belajar bertujuan untuk mengembangkan motivasi.
8. Belajar bertujuan untuk mengubah, membangun, dan
mengembangkan kepribadian.
b. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran (instruction objective) adalah sebuah
perilaku yang hasil belajarnya diharapkan terjadi, dimiliki, atau
dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
tentu. Magner (1962)mendefinisikan tujuan npembelajaan sebagai
setuju perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh
peserta didik sesuai kompetensi. Sedangkan Dejnozka dan kavel

9|Page
(1981) mendefinisikan tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan
spesifik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan
dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang
diharapkan. Pengertian lain dari pembelajaran adalah suatu pernyataan
mengenai keterampilan atau konsep yang diharapkan dapat dikuasai
oleh peserta didik pada akhir periode pembelajaran (Slavin, 1994).
Tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak dituju dari
rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Tujuan
pembelajaran dapat dirumuskan dalam bentuk perilaku kompetensi
spesifik, aktual dan terukur sesuai diharapkan terjadi, memiliki, atau
dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu.

Fase1: indentifikasi TPK oleh Fase4: menghubungkan


guru. pemahaman baru dengan
pengetahuan yang sudah ada.
Fase2: mengetahui apa yang Fase5:menerapkan pemahaman
diketahui siswa. baru dalam konteks berbeda.

Fase3: mengetahui apakah Fase6:mengevaluasi pemahaman


pengetahuan siswa betul salah siswa dalam konteks baru.
atau setengah salah

10 | P a g e
CHAPTER II

TEORI-TEORI BELAJAR

Sejalan dengan semakin pasatnya perkembangan ilmu dan teknologi, dan semakin
canggihnya sarana komunikasi, maka terjadi pula “ledakan” berbagai pemikiran manusia
dengan merespon perubahan lingkungan, munculnya berbagai penemuan mutakhir yang
berusaha memberikan solusi terbaik untuk memproblematika kehidupan manusia. Selaras
dengan ini itu, bermuncunculkan berbagai pandangan dan teori tentang belajar. Jumlah teori
belajar yang sekarang sedang dikembangkan di berbagai bangsa di dunia, sudah sulit
dihitung, ratusan, ribuan, entah berapa banyak tepatnya.

Walaupun demikian, semua teori yang muncul belakangan ini, selalu bersumber dari
salah satu atau komunikasi dari enam besar teori belajar, berikut:

1. Teori behaviourisme
2. Teori kongnitivisme
3. Teori humanisme
4. Teori gestalt
5. Teori sibernetik
6. Teori konstruktivisme

Berikut ini akan di jelaskan secara singkat mengenai ke 6 teori tersebut untuk dipaparkan
pembaca dapat diimplemenetasikan dalam proses belajar, sesuai dengan pembelajaran, dan
kebutuhan peserta didik.

A. TEORI BELAJAR BEHAVIOURISME


Secara historis, pengaruh dari sistem/ aliran psikologi (seperti strukturisme,
fungsionalisme, psikologi gestalt dll) mulai berkurang pada 1930 dan beralih
psikologi dasar, sebab penelitian penelitian psikologi terfokus pada masalah proses
sentral psikologi, seperti belajar motivasi,dll. Hal ini ditandai dengan berkembang
meluasnya teori behaviorsitik dalam psikologi. Perkembangan menitik beratkan pada
aspek tingkah laku lahiriah manusia, pendekatan ini melahirkan beberapa teori-teori
belajar.
1. Psikologi mengutamakan penelitian dan percobaan-percobaan

11 | P a g e
2. Tekanan studi psikologi mengguynakan observasi prilaku
3. Tekanan kepada pentingnya proses belajar
4. Analisis S-R dalam studi perilaku
5. Penelitian mengenai belajar merupakan upaya ilmu dasar bukan sekedar
ilmu terapan.

Di antara sekian banyak tokoh psikologi belajar behaviorisme, yang cukup menonjol adalah
sebagai berikut:

1. Edwin Guthrie; contiguity antara S-R (stimulus-respon) ada dalam proses belajar.
Reinforcement merubah kondisi stimulus sehingga memunculkan respon tertentu
yang diharapkan dan mencegah respon lain yang tidak diharapkan.
2. Clark hull; teori deduktif-matematis, menjelaskan kecenderungan munculnya respon
berdasarkan dalil yang formal dan umum (deduktif) dan diformulasikan dalam bentuk
matematis. {sEr = sHr x V x D x k – (Ir + slr)}.
3. Edward tolman; teori behaviorisme purposive, yang mencakup segi positif dari
konsep behavioristik dan kongnitif. Tolman berpendapat bahwa melalui perilaku
bertujuan, proses belajar bukanlah sesuatu situasi yang dapat diamati semuanya.,
tetapi proses nyata dari belajar terdiri dari operasi kognitif yang terpusat.
4. B.f skinner; operan conditioning, perilaku dapat dimanipulasi dengan mengelolah
kondisi reinforcement.
5. Donald hebb; physiological learning, bahwa didalam belajar terdapat proses
perubahan elektrokimia didalam satu atau lebih sinaps, yang berada diantara axon dan
dendrit yang dikendalikan oleh sistem syaraf pusat.
6. Thorndike; connectionism, yang mengenalkan bahwa belajar itu proses hubungan
stimulus dan respon yang mengikuti hokum-hukum belajar: law of effect, law of
readiness, dan law of exercise.
7. Ivan pavlov; classical conditioning , bahwa belajar itu dapat dimunculkan dengan
merekayasa stimulus tak bersyrat dan stimulus bersyarat untuk menghasilkan respon
belajar yang dikehendaki.

12 | P a g e
1. Teori belajar behaviorisme menurut Edwin Ray Guthrie.
Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie – Behaviorisme merupakan
salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena
jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental, yang dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu
dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian
rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Dalam konsep Behavioral,
perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat di ubah dengan
memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi.

Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi:

1 Reinforcement and Punishment;


2 Primary and Secondary Reinforcement
3 Schedules of Reinforcement
4 Contingency Management
5 Stimulus Control in Operant Learning
6 The Elimination of Responses.

Ada beberapa ciri dari rumpun teori ini, yaitu :

1. Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian terkecil


2. Bersifat mekanistik
3. Menekankan peranan lingkungan
4. Mementingkan pembentukan reaksi atau respon
5. Menekankan pentingnya latihan

Lahirnya paham ini merupakan reaksi terhadap introspeksionisme (yang


menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga
psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak) yang
sangat sulit diamati, diukur dan diramalkan. Kaum Behavioris mencoret dari kamus
ilmiah mereka semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti sensasi, persepsi,
hasrat, tujuan, bahkan termasuk berpikir dan emosi sejauh kedua pengertian tersebut
dirumuskan secara subjektif”.

13 | P a g e
2. Teori belajar behaviorisme menurut Edward Tolman.
Teori belajar Tolman dapat dikatakan sebagai campuran antara Teori Gestalt
dan Behaviorisme. Sepuluh tahun kemudian, setelah lulus dari Harvard Tolman pergi
ke Jerman dan bekerja dengan Koffka. Keberadaan teori Gestalt terhadap proses
berteorinya mempunyai pengaruh yang sangat signifikan. Sikapnya yang senang
terhadap teori Gestalt tidaklah menghalangi perhatiannya terhadap behaviorisme.
Ketidaksepakatannya dengan behaviorisme adalah pada soal unit perilaku yang mesti
diteliti. Pemikirannya bertentangan dengan para behavioris seperti Pavlov, Guthrie,
Hull, Watson, dan Skinner yang menyatakan bahwa unit perilaku bisa dipelajari
sebagai unsur-unsur yang terpisah.
Tolman memandang dengan menjadikan elemen-elemen kecil, sesungguhnya
behavioris telah membuang artinya secara utuh. Akan tetapi dia juga yakin bahwa hal
seperti itu mungkin juga untuk dijadikan sebagai objek ketika belajar tentang molar
behavior secara sistematis. Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa Tolman seorang
behavioris secara metodologi dan teoris kognitif dalam hal metafisik. Dengan kata
lain, ia belajar behavior untuk menentukan proses kognitif.
Tolman memperkenalkan penggunaan variable Intervening(penyela atau
perantara) dalam riset psikologis, dan Hull meminjam gagasan itu darinya. Sehingga
keduanya menggunakan variable intervening dengan cara yang serupa dalam
penelitiannya. Akan tetapi, Hull mengembangkan teori belajar yang lebih luas dan
komprehensif dari pada Tolman.
Hal-hal yang dijelaskan Tolman dalam teori belajarnya adalah mengenai hal-
hal sebagai berikut:
1. Perilaku moral untuk melawan kaum behavioristik dengan analisa ini dia
berpendapat bahwa seluruh pola peilaku memiliki makna yang akan hilang
jika diteliti dari sudut pandang elementistik.
2. Konsep penguatan tidak penting untuk menjelaskan perilaku. Ia lebih
mementingkan confirmation of expectancy (konfirmasi harapan) dalam
peta kognitif adalah sama dengan gagasan penguatan seperti pada teori
behaviorisme.
3. Tindakan vicarious trial and error (tindakan ujicoba) dalam tingkah laku.
4. Belajar laten, adalah belajar yang tidak diterjemahkan kedalam performa
atau kinerja.

14 | P a g e
Teori belajar Tolman mengabiakan teori penguatan (reinforcement) oleh
behavoristik. Ini karena teori belajar Tolman adalah salah satu dari kelompok
teori belajar kognitif.

3. Teori belajar behaviorisme menurut B.F Skinner.

Konsep teoritis dari Skinner:

1. Behavior radikal.
Skinner menolak teori behavioristik yang bersifat ilmiah karena pengunaan
tersebut lebih mengarah pada mental atau bersifat pribadi.
2. Responden behaviour.
Perilaku yang timbul karena karena suatu stimulus terjadi atau dikenali.
3. Pengkondiisian tipe S-R.
Pengkondisian tipe S menekankan arti penting stimulus yang menimbulkan respon
yang diinginkan. Sedangkan tipe R adalah respon dimana pengkondisian
dinamakan operant conditioning.
Menurut skinner penguatan dan hukuman dibagi menjadi 2 bagian yaitu:

a. Penguatan positif
Penguatan berdasarkan prinsip respon meningkat karena diikuti stimulus yang
mendukung (motivasi) sebagai reward.
Penguatan negative
Penguatan berdasarkan prinsip respon meningkat karena penghilangan
stimulus yang merugikan.

b. Hukuman yang positif


Meliputi mengurangi perilaku dengan memberikan stimulus yang tidak
menyenangkan jika suatu perilaku terjadi.
Hukuman yang negative
Meliputi mengurangi perilaku dengan menghilangkan stimulus yang
menyenangkan jika suatu perilaku terjadi.

15 | P a g e
Tipe belajar yang dikemukakan Skinner memiliki 2 aspek:

1. Classical conditioning/ responden.


Tipe belajar ini menekankan bahwa stimulus yang sudah dikenal mampu
membangkitkan respon individu, sehingga perilaku yang dimunculkan
individu disebabkan oleh adanya prediksi atau pengetahuannya akan akibat
yang terjadi.
2. Operant conditioning.
Tipe belajar ini menekankan sebab-akibat, individu akan memunculkan atau tidak
suatu perilaku karena dipengaruhi oleh akibat atau konsekuensi yang diterimanya.
Prinsip-prinsip operant conditioning:
a. Reinforcement
b. Hukuman
c. Pembentukan
d. Eliminasi penguatan
e. Generalisasi dan deskriminasi

Mekanisme belajar fungsionalis yang juga dikemukakan oleh Skinner ini meliputi
manipulasi akibat” dalam suatu perilaku.
4 sifat operant conditioning Skinner, yaitu:
1. Positif reinforcement; ketika individu memunculkan perilaku yang diharapkan,
maka penguatan postif diberikan.
2. Negative reinforcement; ketika individu menunjukan perilaku yang tidak
sesuai dengan harapan maka penguatan negative diberikan.
3. Punishment; jika individu menunjukan perilaku yang diharapkan (perilaku
oprean) maka hukuman yang diberikan, jika tidak memunculkan perilaku itu
maka hukuman tidak diberikan.
4. Omission training; jika individu memunculkan perilaku operan, maka
penguatan akan dihentikan namun jika individu tidak memunculkan perilaku
operan , maka penguatan akan diberikan.

16 | P a g e
Tipe-tipe pada reinforcement:

a. Reinforcement positif dan negative


Untuk konsekuensi yang mengikuti respon, reinforcemet positif diberikan dan
reinforcement negative hukuman dihilangkan, ditunda atau dihindari.
b. Reinforcement primer dan sekunder
Stimulus penguatan primer meningkat/ memelihara kekuatan respon individu.
Sedangkan penguatan sekunder meningkatkan/ memelihara kekuatan respon
jika individu sudah mempelajari.
c. Reinforcement dikondisikan klasikal, instrumental dan modelling
Unconditioned stimulus merupaka reinforcement dalam pengkodisian klasik.
Stimulus yang menyertakann respon sebagai reinforcement pengkodisian
instrumental dan modelling.
d. Prinsip premack
 pendekatan organism kosong; kejadian behavioral harus dideskripsikan
untuk mejelaskan kejadian fisiologis
 menemukan upaya trial and error sampai menemukan sesuatu yang
berharga
 functional analysis: stimulus dengan perilaku yang dapat diukur

4. Teori belajar behaviorisme menurut Thorndike.


Teori yang dikemukakan Thorndike dikenal dengan teori stimulus-respon (S-
R). Dalam teori S-R dikatakan bahwa dalam proses belajar, pertama kali organisme
(hewan, orang) belajar dengan cara coba salah (trial end error). Apabila suatu
organisme berada dalam suatu situasi yang mengandung masalah, maka organisme itu
akan mengeluarkan tingkah laku yang serentak dari kumpulan tingkah laku yang ada
padanya untuk memecahkan masalah itu. Berdasarkan pengalaman itulah, maka pada
saat menghadapi masalah yang serupa, organisme sudah tahu tingkah laku mana yang
harus dikeluarkannya untuk memecahkan masalah. Ia mengasosiasikan suatu masalah
tertentu dengan suatu tingkah laku tertentu.
Menurut Thorndike belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti
pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.
Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang

17 | P a g e
juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Thorndike dalam teori
belajarnya mengungkapkan bahwasanya setiap tingkah laku makhluk hidup itu
merupakan hubungan antara stimulus dan respon, adapun teori Thorndike ini disebut
teorikonesionisme. Belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respon
sebanyak-banyaknya. Dengan artian dengan adanya stimulus itu maka diharapkan
timbul respon yang maksimal. Teori ini sering juga disebut dengan
teori trial dan error dalam teori ini orang yang bisa menguasai hubungan stimulus
dan respon sebanyak-banyaknya maka dapat dikatakan orang ini merupakan orang
yang berhasil dalam belajar. Adapun cara untuk membentuk hubungan stimulus dan
respon ini dilakukan dengan ulangan-ulangan.
Dalam teori trial dan error ini, berlaku bagi semua organisme dan apabila
organisme ini dihadapkan dengan keadaan atau situasi yang baru maka secara
otomatis organisme ini memberikan respon atau tindakan-tindakan yang bersifat
coba-coba atau bisa juga berdasarkan naluri karena pada dasarnya disetiap stimulus
itu pasti ditemui respon. Apabila dalam tindakan-tindakan yang dilakukan itu
menimbulkan perbuatan atau tindakan yang cocok atau memuaskan maka tindakan ini
akan disimpan dalam benak seseorang atau organisme lainnya karena dirasa diantara
tindakan-tindakan yang paling cocok adalah tindakan itu, selama yang telah dilakukan
dalam menanggapi stimulus adalah situasi baru. Jadi dalam teori ini pengulangan-
pengulangan respon atau tindakan dalam menanggapi stimulus atau stimulus baru itu
sangat penting sehingga seseorang atau organisme mampu menemukan tindakan yang
tepat dan dilakukan secara terus-menerus agar lebih tajam dan tidak terjadi
kemunduran dalam tindakan atau respon terhadap stimulus.

Adapun beberapa ciri-ciri belajar menurut Thorndike, antara lain:

a. Ada motif pendorong aktivitas.


b. Ada berbagai respon terhadap sesuatu.
c. Ada eliminasi respon-respon yang gagal atau salah.
d. Ada kemajuan reksi-reaksi mencapai tujuan dari penelitiannya itu.

Prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan Thordike.

a. Pada saat berhadapan dengan situasi yang baru, berbagai respon ia lakukan. Adapun
respon-respon tiap-tiap individu berbeda-beda tidak sama walaupun menghadapi
situasi yang sama hingga akhirnya tiap individu mendapatlan respon atau tindakan
yang cocok dan memuaskan. Seperti contoh seseorang yang sedang dihadapkan
dengan problema keluarga maka seseorang pasti akan menghadapi dengan respon

18 | P a g e
yang berbeda-beda walaupun jenis situasinya sama, misalnya orang tua dihadapkan
dengan perilaku anak yang kurang wajar.
b. Dalam diri setiap orang sebenarnya sudah tertanam potensi untuk mengadakan seleksi
terhadap unsur-unsur yang penting dan kurang penting, hingga akhirnya menemukan
respon yang tepat. Seperti orang yang dalam masa perkembangan dan menyongsong
masa depan maka sebenarnya dalam diri orang tersebut sudah mengetahui unsur yang
penting yang harus dilakukan demi mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang
diinginkan.
c. Apa yang ada pada diri seseorang, baik itu berupa pengalaman, kepercayaan, sikap dan
hal-hal lain yang telah ada pada dirinya turut menentukan tercapainya tujuan yang
ingin dicapai.
d. Orang cenderung memberi respon yang sama terhadap situasi yang sama. Seperti
apabila seseorang dalam keadaan stress karena diputus oleh pacarnya dan ia
mengalami ini bukan hanya kali ini melainkan ia pernah mengalami kejadian yang
sama karena hal yang sama maka tentu ia akan merespon situasi tersebut seperti yang
ia lakuan seperti dahulu ia lakukan.
e. Orang cenderung menghubungkan respon yang ia kuasai dengan situasi tertentu
tatkala menyadari bahwa respon yang ia kuasai dengan situasi tersebut mempunyai
hubungan.
f. Manakala suatu respon cocok dengan situasinya maka relatif lebih mudah untuk
dipelajari.

Thorndike menyatakan bahwa belajar pada hewan maupun manusia berlangsung


berdasarkan tiga macam hukum pokok belajar, yaitu :

A. Hukum Kesiapan (Law of Readiness)


Dalam belajar seseorang harus dalam keadaan siap dalam artian seseorang
yang belajar harus dalam keadaan yang baik dan siap, jadi seseorang yang hendak
belajar agar dalam belajarnya menuai keberhasilan maka seseorang dituntut untuk
memiliki kesiapan, baik fisik maupun psikis. Siap fisik seperti seseorang tidak dalam
keadaan sakit, yang mana bisa mengganggu kualitas konsentrasi. Adapun contoh dari
siap psikis adalah seperti seseorang yang jiwanya tidak lagi terganggu, seperti sakit
jiwa dan lain-lain. Disamping seseorang harus siap fisik dan psikis seseorang juga
harus siap dalam kematangan dalam penguasaan pengetahuan serta kecalapan-
kecakapan yang mendasarinya.

Menurut Thorndike, ada tiga keadaan yang menunjukkan berlakunya hukum ini,
yaitu:
a. Bila pada organisme adanya kesiapan untuk bertindak atau berprilaku, dan bila
organisme itu dapat melakukan kesiapan tersebut, maka organisme akan mengalami
kepuasan.
b. Bila pada organisme ada kesiapan organisme untuk bertindak atau berperilaku, dan
organisme tersebut tidak dapat melaksanakan kesiapan tersebut, maka organisme akan
mengalami kekecewaan.

19 | P a g e
c. Bila pada organisme tidak ada persiapan untuk bertindak dan organisme itu dipaksa
untuk melakukannya maka hal tersebut akan menimbulkan keadaan yang tidak
memuaskan.
Di samping hukum-hukum belajar seperti yang telah dikemukakan di atas,
konsep penting dari teori belajar koneksionisme Thorndike adalah yang
dinamakan transfer of training. Konsep ini menjelaskan bahwa apa yang pernah
dipelajari oleh anak sekarang harus dapat digunakan untuk hal lain di masa yang akan
datang. Dalam konteks pembelajaran konsep transfer of training merupakan hal yang
sangat penting, sebab seandainya konsep ini tidak ada, maka apa yang akan dipelajari
tidak akan bermakna.
B. Hukum Latihan (Law of Exercise)
Untuk menghasilkan tindakan yang cocok dan memuaskan untuk merespon
suatu stimulus maka seseorang harus mengadakan percobaan dan latihan yang
berulang-ulang, adapun latihan atau pengulangan perilaku yang cocok yang telah
ditemukan dalam belajar, maka ini merupakan bentuk peningkatan existensi dari
perilaku yang cocok tersebut semakin kuat (Law of Use). Dalam suatu teknik agar
seseorang dapat mentransfer pesan yang telah ia dapat dari sort time memory kelong
time memory ini dibutuhkan pengulangan sebanyak-banyaknya dengan harapan pesan
yang telah didapat tidak mudah hilang dari benaknya.
C. Hukum Akibat (Law of Effect)
Hukum akibat Thorndike mengemukakan, jika suatu tindakan diikuti oleh
suatu perubahan yang memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan tindakan itu
diulangi dalam situasi yang mirip akan meningkat. Akan tetapi, bila suatu perilaku
diikuti oleh suatu perubahan yang tidak memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan
perilaku itu diulangi akan menurun. Jadi konsekuensi perilaku seseorang pada suatu
waktu memegang peranan penting dalam menentukan perilaku orang itu selanjutnya.

B. TEORI BELAJAR KOGNITIVISME.


Teori kognitif adalah teori yang umunya dikaitkan dengan proses belajar.
Kognisi adalah lemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati,
melihat, menyangka, memperhatikan menduga, dan menilai. Teori kognitif
menyatakan bahwa proses belajar terjadi Karena ada variable penghalang pada aspek-
aspek kognisi seseorang,
Jika keseluruhan teori di atas dicocokan dengan dalam ranah psikologi
memiliki kesamaan secara kognitif, maka disisi lain juga memiliki perbedaan jika
diaplikasikan ddalam proses pendidikan. Terlebih untuk menyusuaikan teori belajar
kognitf ini harus dengan kompleksitas proses dan sistem pembelajaran serta harus
benar-benar mamperhatikan karakter masing-masing teori dan kemuddian disesuaikan
dengan peserta didik. Ciri-ciri dari aliran kognitivisme, yang teridentifikasi yaitu:
1. Mementingkan apa yang ada didalam diri manusia
2. Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
20 | P a g e
3. Mementigkan kondisi waktu sekarang
4. Mementingkan pembentukan struktur kognitif

Belajar kognitif ciri khasnya terdapat pada memperoleh dan mempergunakan


bentuk-bentuk representative yang mewakili objek-objek itu untuk
direpresentasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang tangapan, gagasan atau
lambang yang semua itu besifat mentality

Tokoh-tokoh teori kognitisme

1. Jean piaget, teorinya yang disebut “cognitivisme developmental”


Jean Piaget, teorinya disebut “Cognitive Developmental” Dalam teorinya,
Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dan fungsi
intelektual dari konkret menuju abstrak. Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa
proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju
abstrak. Piaget adalah ahli psikolog developmentat karena penelitiannya mengenai
tahap-tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi
kemampuan belajar individu. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental
memberikan kemampuan-kemapuan mental yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan
intelektual adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Dengan kata lain, daya
berpikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara
kualitatif.Menurut Suhaidi Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif
anak menjadi empat tahap:
 Tahap sensory – motor. yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada
usia 0-2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi
yang masih sederhana.
 Tahap pre – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi
pada usia 2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya
symbol atau bahasa tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan
berdasarkan pada kesan yang agak abstrak.
 Tahap concrete – operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini
dicirikan dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan
logis. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.
 Tahap formal – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi
pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalah anak sudah

21 | P a g e
mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir
“kemungkinan”. Dalam pandangan Piaget, proses adaptasi seseorang dengan
lingkungannya terjadi secara simultan melalui dua bentuk proses, asimilasi
dan akomodasi. Asimilasi terjadi jika pengetahuan baru yang diterima
seseorang cocok dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang
tersebut. Sebaliknya, akomodasi terjadi jika struktur kognitif yang telah
dimiliki seseorang harus direkonstruksi/di kode ulang disesuaikan dengan
informasi yang baru diterima.Dalam teori perkembangan kognitif ini Piaget
juga menekankan pentingnya penyeimbangan (equilibrasi) agar seseorang
dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuan sekaligus menjaga
stabilitas mentalnya. Equilibrasi ini dapat dimaknai sebagai sebuah
keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat
menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya. Proses perkembangan
intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui
asimilasi dan akomodasi.
2. Teori perkembangan kognitif, dikembangkan oleh Jerome Bruner

Jerome Bruner Dengan Discovery Learningnya Bruner menekankan bahwa


proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan. Bruner
meyakini bahwa pembelajaran tersebut bisa muncul dalam tiga cara atau bentuk,
yaitu: enactive,iconic dan simbolic.Pembelajaran enaktif mengandung sebuah
kesamaan dengan kecerdasan inderawi dalam teori Piaget. Pengetahuan enaktif adalah
mempelajari sesuatu dengan memanipulasi objek – melakukan pengatahuan tersebut
daripada hanya memahaminya. Anak-anak didik sangat mungkin paham bagaimana
cara melakukan lompat tali („melakukan‟ kecakapan tersebut), namun tidak terlalu
paham bagaimana menggambarkan aktifitas tersebut dalam kata-kata, bahkan ketika
mereka harus menggambarkan dalam pikiran. Pembelajaran ikonik merupakan
pembelajaran yang melalui gambaran; dalam bentuk ini, anak-anak mempresentasikan
pengetahuan melalui sebuah gambar dalam benak mereka. Anak-anak sangat mungkin
mampu menciptakan gambaran tentang pohon mangga dikebun dalam benak mereka,
meskipun mereka masih kesulitan untuk menjelaskan dalam kata-kata. Pembelajaran
simbolik, ini merupakan pembelajaran yang dilakukan melalui representasi

22 | P a g e
pengalaman abstrak (seperti bahasa) yang sama sekali tidak memiliki kesamaan fisik
dengan pengalaman tersebut. Sebagaimana namanya, membutuhkan pengetahuan
yang abstrak, dan karena simbolik pembelajaran yang satu ini serupa dengan
operasional formal dalam proses berpikir dalam teori Piaget. Jika dikorelasikan
dengan aplikasi pembelajaran, Discoveri learningnya Bruner dapar dikemukakan
sebagai berikut:

1. Belajar merupakan kecenderungan dalam diri manusia, yaitu Self-curiousity


(keingintahuan) untuk mengadakan petualangan pengalaman.
2. Belajar penemuan terjadi karena sifat mental manusia mengubah struktur yang
ada. Sifat mental tersebut selalu mengalir untuk mengisi berbagai kemungkinan
pengenalan.
3. Kualitas belajar penemuan diwarnai modus imperatif kesiapan dan kemampuan
secara enaktif, ekonik, dan simbolik.
4. Penerapan belajar penemuan hanya merupakan garis besar tujuan instruksional
sebagai arah informatif.
5. Kreatifitas metaforik dan creative conditioning yang bebas dan bertanggung jawab
memungkinkan kemajuan.
3. Teori perkembangan kognitif, dikembangkan oleh Ausubel.
Psikologi pendidikan yang diterapkan oleh Ausubel adalah bekerja untuk
mencari hukum belajar yang bermakna, berikut ini konsep belajar bermakna David
Ausubel. menurut Ausubel ada dua jenis belajar:

1. Belajar bermakna (meaningful learning).


Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru
dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang
sedang belajar.

2. Belajar menghafal (rote learning).


Sedangkan belajar menghafal adalah siswa berusaha menerima dan menguasai
bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna.

23 | P a g e
Dalam buku ini Ausubel mengindentifikasikan ada 4 kemungkinan tipe belajar, yaitu:
a. Belajar dengan menemukan yang bermakna.
b. Belajar dengan ceramah yang bermakna.
c. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakana.
d. Belajar dengan ceramah yang tidak bermakna.

Dia berpendapat bahwa menghafal berlawanan dengan bermakna, karena belajar


dengan menghafal peserta didik tidak dapat mengaitkan informasi yang diperoleh itu
dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.

4. Teori belajar kognitive menurut Robert M. Gagne.


Gagne adalah salah satu penganut aliran Psikolog Stimulus-Respon (S-R).
Gagne berpendapat bahwa jadinya belajar seseorang karena adanya factor yang
berada dari dalam atau luar dari dalam diri seseorang tersebut dimana keduanya saling
berinteraksi (Nasution 2000: 136). Faktor yang berada dari luar stimulus dan
lingkungan dalam acara belajar dan faktor dari dalam yaitu faktor yang
menggambarkan keadaan dan proses kognitif siswa. Pada hakikatnya bagi Gagne
belajar merupakan prinsip umum bagi belajar maupun mengajar.

Ada 8 tipe belajar yang dinyatakan oleh Gagne antara lain:

1. Belajar isyarat.
2. Belajar stimulus-respon.
3. Belajar rangkaian.
4. Asosiasi verbal.
5. Belajar diskriminasi.
6. Belajar konsep.
7. Belajar aturan.
8. Belajar pemecahan masalah.

24 | P a g e
Menurut Gagne ada 3 tahap dalam belajar yaitu:

1. Persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan mengarahkan perhatian


pengharapan dan mendapatkan kembali informasi.
2. Pemerolehan dan mendapatkan kembali informasi yang digunakan untuk: persepsi
selektif, sandi semantik, pembangkitan kembali, dan penguatan.
3. Alih belajar (transfer of learning) yaitu pengisyaratan untuk membangkitkan dan
berkelakuan secara umum (Dimyati dan Mudjiono, 1999: 12).

C. TEORI BELAJAR HUMANISME.


Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah memiliki nilai pada diri
manusia sendiri. Proses belajar akan dianggap berhasil apabila si pelajar dapat
memahami lingkungannya dan diri sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya
harus dilakukan kerja keras agar mendapat aktualisaasi dengan baik. Teori belajar ini
sebenarnya berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya atau
subjeknya bukan berdasarkan dari sudut pandang si peneliti atau pengamatnya.
Tujuan utama si pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan diri
agar potensi-potensi tersebut dapat terwujud dari diri mereka.
Pengertian belajar menurut teori humanistik mengkaji sifat dari cara manusia
dalam belajar dan karena sifatnya yang abstrak sehingga lebih mendekati teori
kepribadian, filsafat dan psikoterapidari kajian-kajian psikologi belajar. Teori belajar
ini lebih banyak membahas konsep-konsep dari pendidikan membentuk manusia yang
diharapkan serta bagaiman proses itu terwujud. Dari penjabaran sebelumnya kita akan
mendapat pemahaman bahwa teori humanistik akan lebih menekankan sumber atau
pemicu yang disebut motivasi untuk terjadi asmilasi pengetahuan baru ke dalam
struktur kognitif yang telah dimiliki sebelumnya.
Dari teori ini juga terdapat para ahli yang menyatakan pendapatnya serta
memberi pandangan yang melalui research seperti; Kolb yang terkenal dengan
“Belajar empat tahapnya”, Honey dan Mumford dengan ”pembagian tentang
macam-macam peserta didik”, Hubermas dengan “Tiga macam belajarnya”, serta
bloom dan Krathwohl yang terkenal dengan “Taksonomi Bloomnya”.

25 | P a g e
1. Pandangan Korb terhadap belajar.
Korb seorang ahli yang mengemukakan pandangannya terhadap belajar, dia
menyatakan 4 tahapan dalam belajar yaitu:

Gbr. Tahapan belajar menurut Kolb.


a. Tahap pengalaman kongkret.
Pada tahap paling awal dalam peristiwa belajar adalah berlangsung dengan apa
adanya yaitu seseorang akan mengalami dan merasakan serta dapat menceritakan
apa yang telah dialami namun belum bisa memahami setelah apa yang dirasakan.
b. Tahap pengalaman aktif dan reflektif.
Tahap kedua dalam peristiwa belajar adalah seseorang akan semakin mampu
melakukan observasi secara aktif terhadap apa yang telah dialami yaitu timbulnya
sebuah pengembangan yang berbentuk pertanyaan atas apa yang dialami.
c. Tahap konseptualisasi.
Pada tahap ketiga dalam peristiwa belajar akan timbul suatu pemikiran induktif
yang berupa memahami suatu pengamatan berdasarkan konsep, teori, serta
hukum yang sesuai prosedur untuk menjadi sebuah dasar dari pemikiran.
d. Tahap eksperimentasi aktif.
Tahap terakhir dari peristiwa belajar adalah melakukan ujicoba atau eksperiment
secara aktif untuk menerapkan semua konsep, teori serta hukum di dalam hal
tersebut sehingga lebih banyak mengunakan pemikiran deduktif dalam unsurnya.

26 | P a g e
2. Pandangan Honey dan Mumford terhadap belajar.
Pandangan menurut Honey dan Mumford mengilhami dari teori sebelumnya yang
dikemukakan oleh Kolb, dalam teorinya mereka juga berpendapat ada 4 golongan
bagi orang yang belajar yaitu:
a. Kelompok aktivis.
Orang-orang yang masuk dalam golongan aktivis adalah mereka yang senang
melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dengan tujuan
untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru.
b. Golongan reflector.
Mereka yang termasuk sebagai golongan reflektor cenderung mempunyai
kepribadian yang berlawanan dengan golongan aktivis. Mereka lebih cermat
serta memperhitungkan segala kemungkinan yang akan terjadi.
c. Kelompok teoritis.
Tipe dalam golongan ini lebih cenderung menganalisi, mempertimbangkan,
kritis dan selalu berfikir secara rasional dengan mengunakan penalaran.
d. Golongan pragmatis.
Kelompok ini lebih menekankan praktek dalam berbagai hal karna bagi orang
golongan pragmatis lebih cenderung berfikir praktis dan mengabaikan teori,
konsep serta dalil karna bagi mereka segala sesuatu itu harus diaplikasikan
dalam wujud praktek.
3. Pandangan Hubermas terhadap belajar.
Tokoh humanis lain adalah Hubermas. Menurutnya, belajar baru akan terjadi
jika ada interaksi antara individu dengan lingkunganya baik secara alam maupun
sosial sebab diantara keduanya tidak dapat dipisahkan. Hubermas membagi 3 jenis
tipe belajar yaitu:
a. Belajar teknis (technical learning).
Yang dimaksud sebagai belajar praktis adalah belajar bagaimana seseorang
dapat berinteraksi dengan lingkungan secara kondisi alam secara benar dengan
pengetahuan serta keterampilannya yang dibutuhkan dan perlu dipelajari agar
dapat mengolah lingkungan alam sekitarnya dengan baik.
b. Belajar praktis (practical learning).
Sedangkan yang dimaksud sebagai belajar praktis adalah belajar bagaimana
seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya yaitu bagaimana dia
dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Ilmu ini lebih

27 | P a g e
mengedepankan tentang komunikasi, sosiologi, psikologi, antropologi, dan
berbagai bidang tentang faktor yang menghubungkan.
c. Belajar emansiposiporis (emancipatory).
Belajar emansipatoris menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu
pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau
informasi budaya dalam lingkungan sosial.

4. Pandangan Bloom dan Krathwohl terhadap belajar.


Dalam teori Bloom dan Krathwohl lebih menekankan perhatiannya kepada
apa yang mesti dikuasai individu (sebagai tujuan belajar), setelah melalui
peristiwa-peristiwa belajar yang telah dilalui. Tujuan belajar yang
dikemukakannya dirangkum menjadi 3 kawasan yang dikenal dengan sebutan
taksonomi Bloom. Teori yang dikemukakan Bloom ini telah menjadi inspirasi
tersendiri bagi pakar atau program yang dijalankan dalam dunia pendidikan dan
serta digunakan oleh Indonesia sendiri. Secara ringkas kita akan membahas
Taksonomi Bloom ini sebagai berikut:
a. Domain koognitif, terdiri atas 6 tingkatan yaitu:
1. Pengetahuan (mengingat, menghafal).
2. Pemahaman (menginterpretasikan).
3. Aplikasi (menggunakan konsep memecahkan masalah).
4. Analisis (menjabarkan suatu konsep).
5. Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep
utuh).
6. Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dsb).
b. Domain psikomotor, terdiri dari 5 tingkatan yaitu:
1. Peniruan (menirukan gerak).
2. Penggunaan (mengunakan konsep untuk melakukan gerak).
3. Ketepatan (melakukan gerak dengan benar).
4. Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar).
5. Naturalisasi ( melakukan gerak secara wajar).
c. Domain afektif, terdiri atas 5 tingkatan yaitu:
1. Pengalaman (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu).
2. Merespon (aktif dalam berpartisipasi).
3. Penghargaan (menerima nilai-nilai, mematuhi nilai tertentu).

28 | P a g e
4. Pengorganisasian (menghubungkan nilai-nilai yang dipercayainya).
5. Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).

5. Pandangan Carl Rogers terhadap belajar.


Carl R. rogers kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar.
Menurutnya belajar merupakan sebagai fungsi kesuluruhan kepribadian karena
belajar sebenarnya tidak dapat berlangsung selama tidak ada keterlibatan
intelektual dan emosional peserta didik, oleh karena itu motivasi belajar harus
bersumber pada diri peserta didik. Roger membedakan 2 ciri belajar yaitu:
1. Belajar yang bermakna.
Yang dimaksud roger sebagai belajar makna adalah adanya keterlibatan dari
segi proses pembelajaran sendiri melibatkan aspek pikiran dan aspek dari
kondisi perasaan (jiwa).
2. Belajar yang tidak bermakna.
Belajar yang tidak bermakna adalah proses pembelajaran yang berdasarkan
aspek pikiran tapi tidak melibatkan aspek dari kondisi perasaan (jiwa).

Menurut Roger, perana seorang guru merupakan sebagai fasilitator yang


berperan aktif dalam kegiatan belajar peserta didik seperti membantu
menciptakan suasana yang kondusif untuk melajar, membantu peserta didik untuk
memperjelas tujuan belajarnya serta memberikan kebebasan untuk belajar,
membantu peserta didik dengan memotivasi atau mencapai tujuan dari peserta
didik inginkan, menyediakan sumber belajar kepada peserta didik, dan menerima
pertanyaan atau pendapat dari peserta didik. Kesimpulan dari teori humanistic
adalah memanusiakan manusia dengan kata lain peserta didik telah memahami
aktualisasi diri secara optimal. Beberapa prinsip teori belajar humanistik:

1. Manusia mempunyai dorongan alami untuk belajar.


2. Belajar menjadi signifikan bila peserta didik merasa relevansi dengan
maksud tertentu.
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
4. Belajar yang bermakna apabila peserta didik dapat memahaminya.
5. Belajar yang melibatkan peserta didik dengan pendekatan interaksi seutuhnya
memberikan hasil yang baik.

29 | P a g e
D. TEORI BELAJAR GESTALT.
Seiring dengan Kohler dan Koffka, Max Wertheimer merupakan salah satu
pendukung utama Teori Gestalt yang menekankan tingkat tinggi proses kognitif di
tengah-tengahbehaviorisme. Fokus teori Gestalt adalah ide tentang “pengelompokan”,
yaitu, karakteristik stimulus menyebabkan kita struktur atau menafsirkan bidang
visual atau masalah dengan cara tertentu (Wertheimer, 1922). Faktor utama yang
menentukan pengelompokan atau prinsip organisasi adalah:
1. kedekatan – elemen cenderung dikelompokkan bersama menurut kedekatan
mereka.
2. kesamaan – item serupa dalam beberapa hal cenderung dikelompokkan bersama.
3. penutupan – item dikelompokkan bersama-sama jika mereka cenderung untuk
menyelesaikan beberapa entitas.
4. kesederhanaan – butir akan diatur dalam angka sederhana berdasarkan simetri,
keteraturan, dan halus. Faktor-faktor ini disebut hukum organisasi dan dijelaskan
dalam konteks persepsi dan pemecahan masalah..
Wertheimer terutama berkaitan dengan masalah-masalah. Werthiemer (1959)
memberikan interpretasi Gestalt memecahkan masalah episode ilmuwan terkenal
(misalnya, Galileo, Einstein) serta anak-anak yang disajikan dengan masalah
matematika. Inti dari perilaku pemecahan masalah sukses menurut Wertheimer adalah
mampu melihat struktur keseluruhan masalah ini: Sebuah tertentu di wilayah tersebut
menjadi bidang penting, difokuskan, tetapi itu tidak menjadi terisolasi. “Sebuah
struktur yang lebih dalam baru melihat, dari situasi berkembang, melibatkan
perubahan dalam arti fungsional, pengelompokan, dll dari item wilayah. Disutradarai
oleh apa yang dibutuhkan oleh suatu struktur situasi untuk krusial, salah satu adalah
menyebabkan prediksi yang wajar, yang seperti bagian lain dari struktur, panggilan
untuk verifikasi, langsung atau tidak langsung mendapatkan. dua arah yang terlibat
secara keseluruhan, gambar konsisten dan melihat apa struktur memerlukan
keseluruhan untuk bagian-bagian Teori Belajar Gestalt berlaku untuk semua aspek
pembelajaran manusia, meskipun berlaku paling langsung ke persepsi dan pemecahan
masalah. Pekerjaan Gibson sangat dipengaruhi oleh teori Gestalt. Beberapa contoh
dariteori gestalt dapat dilihat dari aplikasinya dalam pembelajaran.

30 | P a g e
Beberapa Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :

1. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam
perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki
kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam
suatu obyek atau peristiwa.
2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur
yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran.
Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang
dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya
dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal
yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis
dengan proses kehidupannya.
3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan.
Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada
keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan
berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh
karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan
membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
4. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan
dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan
hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan
peserta didik.
5. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi
pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar
terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam
situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam
tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip
pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-
ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik
telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan
generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi
lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk
menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

E. TEORI SIBERNETIK.
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru
dibandingkan dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini
berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut
teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Seolah-olah teori ini

31 | P a g e
mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar
daripada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik, namun
yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses yang akan dipelajari
siswa (Budiningsih, 2008: 81). Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak
ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk
semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Sebuah
informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses
belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses
belajar yang berbeda. Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar
sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya
secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur
pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi.
Proses pengolahan informasi adalah sebuah pendekatan dalam belajar yang
mengutamakan berfungsinya memory. Model proses pengolahan informasi
memandang memori manusia seperti komputer yang mengambil atau mendapatkan
informasi, mengelola dan mengubahnya dalam bentuk dan isi, kemudian
menyimpannya dan menampilkan kembali informasi pada saat dibutuhkan.

1. Teori Belajar Menurut Landa


Landa membedakan dua macam proses berfikir, yaitu proses berfikir
algoritmik dan proses berfikir heuristik.
a. Proses berfikir algoritmik, yaitu proses berfikir yang sistematis, tahap demi tahap,
linier, konvergen, lurus menuju kesatu tujuan tertentu.
b. Proses berfikir heuristik, yaitu cara berfikir devergen, menuju kebeberapa target
tujuan sekaligus (Budiningsih, 2005: 87).
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran yang hendak
dipelajari atau masalah yang hendak di pecahkan diketahui ciri-cirinya. Materi
pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan dalam urutan yang teratur, linier,
sekuensial, sedangkan materi pelajaran lainnya akan lebih tepat bila disajikan dalam
bentuk “terbuka” dan memberi kebebasan kepada siswa untuk berimajenasi dan
berfikir.
Misalnya, agar siswa mampu memahami suatu rumus matematika, mungkin
akan lebih efektif jika presentasi informasi tentang rumus tersebut disajikan secara
algoritmik. Alasannya, karena suatu rumus matematika biasanya mengikuti aturan
tahap demi tahap yang sudah teratur dan mengarah ke satu target tertentu. Namun
untuk memahami makna suatu konsep yang lebih luas dan banyak mengandung
intrepetasi, misalnya konsep keadilan atau demokrasi, akan lebih baik jika proses
berfikir siswa dibimbing kearah yang “menyebar” atau berfikir heuristik, dengan
harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal, monoton, dogmatik,
atau linier.

32 | P a g e
2. Teori Belajar Menurut Pask dan Scott
Pask dan scott juga termasuk penganut teori sibernetik. Menurut mereka
ada dua macam cara berfikir, yaitu cara berfikir serialis dan cara
berfikir wholist atau menyeluruh. Pendekatan serialis yang dikemukakannya
memiliki kesamaan dengan pendekatan algoritmik. Namun apa yang dikatakan
sebagai cara berfikir menyeluruh (wholist) tidak sama dengan cara berfikir
heuristik. Bedanya, cara berfikir menyeluruh adalah berfikir yang cenderung
melompat kedepan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi.
Ibarat melihat lukisan, bukan detail-detail yang diamati lebih dahulu, melainkan
seluruh lukisan itu sekaligus baru sesudah itu ke bagian-bagian yang lebih detail.
Sedangkan cara berfikir heuristik yang dikemukakan oleh Landa adalah cara
berfikir devergen mengarah kebeberapa aspek sekaligus (Budiningsih, 2005: 88).
Siswa tipe wholist atau menyeluruh biasanya dalam mempelajari sesuatu
cenderung dilakukan dari tahap yang paling umum kemudian bergerak ke yang
lebih khusus atau detail. Sedangkan siswa tipe serialist dalam mempelajari
sesuatu cenderung menggunakan cara berfikir secara algoritmik. Teori sibernetik
sebagai teori belajar sering kali dikritik karena tidak secara langsung membahas
tentang proses belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini
cenderung ke dunia psikologi dan informasi dengan mencoba melihat mekanisme
kerja otak. Karena pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sangat
terbatas maka terbatas pula kemampuan untuk menerapkan teori ini. Teori ini
memandang manusia sebagai pengolah infomasi, pemikir, dan pencipta.
Berdasarkan pandangan tersebut maka diasumsikan bahwa manusia merupakan
mahluk yang mampu mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan informasi.
Asumsi diatas direfleksikan dalam model belajar dan pembelajaran yang
menggambarkan proses mental dalam belajar yang terstuktur membentuk suatu
sistem kegiatan mental. Dari model ini dikembangkan prinsip-prinsip belajar
seperti:
1. Proses mental dalam belajar terfokus pada pengetahuan yang bermakna.
2. Proses mental tersebut mampu menyandi informasi secara bermakna.
3. Proses mental bermuara pada pengorganisasian pengaktulisasian informasi.

F. TEORI KONSTRUKTIVISME.
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda
dengan teori behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang
bersifat mekanistik antara stimulus dan respon, sedangkan teori kontruktivisme lebih
memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan
pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan

33 | P a g e
pengalamannya. Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena
setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan
pengetahuan merupakan proses kognitif dimana terjadi proses asimilasi dan
akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang
baru. Teori konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih
menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting,
tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting.
Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan
mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Sebagai upaya
memperoleh pemahaman atau pengetahuan, siswa ”mengkonstruksi” atau
membangun pemahamannya terhadap fenomena yang ditemui dengan menggunakan
pengalaman, struktur kognitif, dan keyakinan yang dimiliki. Dengan demikian, belajar
menurut teori konstruktivisme bukanlah sekadar menghafal, akan tetapi proses
mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil
”pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi
yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari ”pemberian” tidak akan
bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui proses mengkonstruksi
pengetahuan itu oleh setiap individu akan memberikan makna mendalam atau lebih
dikuasai dan lebih lama tersimpan/diingat dalam setiap individu.

Adapun tujuan dari teori ini adalah sebagai berikut:


1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu
sendiri.
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari
sendiri pertanyaannya.
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep
secara lengkap.
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
5. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

Adapun ciri – ciri pembelajaran secara kontruktivisme adalah:


1. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan
dalam dunia sebenarnya.
2. Menggalakkan soalan/idea yang dimulakan oleh murid dan menggunakannya
sebagai panduan merancang pengajaran.
3. Menyokong pembelajaran secara koperatif mengambil kira sikap dan pembawaan
murid.
4. Mengambil kira dapatan kajian bagaimana murid belajar sesuatu ide.
5. Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid.
6. Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru.
7. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil
pembelajaran.
8. Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen.

34 | P a g e
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar
mengajar adalah:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan
keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan
konsep ilmiah.
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi
berjalan lancer.
5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
7. Mmencari dan menilai pendapat siswa.
8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak
boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu
proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat
bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa
agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru
dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan
dapat membantu mereka mencapai tingkat penemuan.

Kelebihan dan kelemahan teori konstruktivistik.


Kelebihan:
1. Berfikir : Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk
menyelesaikan masalah, menjana idea dan membuat keputusan.
2. Faham : Oleh ksrana murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan
baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua
situasi.
3. Ingat : Oleh karana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan
ingat lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina
sendiri kefahaman mereka. Justru mereka lebih yakin menghadapi dan
menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
4. Kemahiran sosial : Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan rakan
dan guru dalam membina pengetahuan baru.
5. Seronok : Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin
dan berinteraksi dengan sihat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam
membina pengetahuan baru.
·

35 | P a g e
Kelemahan:
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses
belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik sepertinya kurang begitu mendukung.

CHAPTER III
PENERAPAN TEORI BELAJAR DALAM
PEMBELAJARAN

Dari sejumlah teori yang telah dipaparkan berdasarkan dari pandangan para ahli
mengenai teori belajar dalam psikologi dapat disimpilkan bahwa teori tersebut terkait dengan
pertama: tujuan dari pembelajaran itu dilaksanakan, kedua: seberapa jauh pedidikannya
menguasai teori yang akan diterapkan. Berikut ini akan diterangkan tentang implikasi dan
implementasi beberapa teori yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.

A. Fungsi dan manfaat suatu teori belajar.


1. Fungsi dari teori belajar.
Teori belajar merupakan teori yang membahas bagaimana konsep psikologis
dalam belajar dari perubahan sikap, apa itu sejatinya belajar, dan bagaimana
proses hingga mecapai kesuksesan dalam belajar. Teori belajar merupakan salah
satu bentuk dari psikologi terapan yang berkecimbung dalam dunia pendidikan
dan membahas aspek dalam proses belajar. Berdasarkan teori diatas, teori belajar
sangat bermanfaat bagi dunia pendidikan dalam melaksanakan professionalitas
tugasnya sebagai seorang pendidik. Ratna Willis (2011) mengemukakan beberapa
fungsi teori belajar, diantaranya sebagai berikut: “Teori belajar membuat
penemuan-penemuan menjadi sistematis”. Suatu teori dapat digunakan untuk
membuat temuan penelitian menjadi sistematis dan memberi arti pada peristiwa-
peristiwa yang kelihatannya saling tidak ada hubungannya. Teori ini bukan hanya
menyederhanakan sehingga membantu pemahaman, melainkan juga dapat diatur
sejumlah besar fenomena menjadi suatu skema yang koheren.
a. Membuat pendeteksi.
Suatu teori yang baik atau tepat dapat menghemat usaha-usaha yang
tidak berguna.

36 | P a g e
b. Membuat prediksi
Suatu teori dapat digunakan untuk melakukan prediksi, suatu teori
bukan hanya untuk mengajukan pertanyaan-pertnyaan yang dapat membantu
serta berguna, melainkan teori sendiri dapat digunakan untuk memperlihatkan
apa yang dapat ditemukan berdasarkan dari hasil pengamatan dan
eksperimentasi.
c. Memberi penjelasan.
Suatu teori dapat digunkan untuk menjelaskan fungsi teori untuk
menjawab pertanyaan “mengapa” yaitu mengapa terjadi peristiwa-peristiwa
tertentu dan mengapa mengapa manipulasi suatu variable menghasilkan
perubahan pada variabel yang lainnya. Penjelasan melalui metode teori harus
berdasarkan sesuatu yang masuk akal dan didukung dengan adanya penjelasan
faktor-faktor yang melibatkan kejadian yang diamati.

Teori belajar diharapkan akan memberikan dasar yang sistematis untuk


merencanakan dan melakukan pengalaman pendidikan. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Snelbecker (1974) bahwa “pendidikan membutuhkan cara
mengajar yang dapat menciptakan keyakinan siswa untuk menempatkan
penekanan lebih besar pada pengembangan dasar pemikirannya, dan aktivitas
mengajar bukanlah mengindoktinasikan peserta didik untuk setiap langkah-
langkah yang mereka ambil di dalam kelas”. Dengan teori belajar, pendidik
memiliki acuan dalam menetapkan cara mengajar yang dapat menciptakan
pemahaman belajar dan peserta didik dapat mengkonstruksi pemahamannya
sendiri terhadap apa yang dipelajarinnya.

B. Manfaat dari teori belajar.


Manfaat dari teori belajar sendiri memiliki manfaat yang penting bagi peserta
didik dalam proses pembelajaran. Berikut manfaat teori belajar bagi pendidik
professional:
1. Sebagai pedoman/ landasan bagi pendidik untuk melaksanakan proses
pembelajaran.
2. Membantu pendidik memahami bagaimana peserta didik belajar.
3. Membantu pendidik untuk mewujudkan pembelajaran yang lebih efektif dan
efisien.
4. Membantu pendidik untuk untuk merancang dan merencanakan proses
pembelajaran.
5. Menjadi panduan pendidik dalam mengelolah kelas.

37 | P a g e
6. Membantu pendidik untuk mengevaluasi/ menilai proses pembelajaran, sikap
pendidik serta hasil belajar yang telah dicapai.
7. Membantu pendidik memberikan dukungan dan bantuan pada peserta didik agar,
peserta didik dapat mencapai prestasi yang optimal dan kesuksesan dalam belajar.
8. Membantu pendidik membangun karakter pada diri peserta didik.

Aplikasi, implementasi, dan implikasi teori belajar dalam pembelajaran.

Untuk menerapkan teori belajar, ada beberapa yang harus diketahui dalam teori
belajar:

1. Konsep dasar teori belajar tersebut, beserta ciri dan persyaratan yang
melingkupinya.
2. Bagaiman sikap dan peran pendidik dalam peroses pembelajaran apabila teori
tersebut diterapkan.
3. Faktor-faktor lingkungan (fasilitas, alat, sarana dan dsb).
4. Tahapan apa yang harus dilakukan untuk melaksanakan proses pembelajaran.
5. Apa yang harus dilakukan peserta didik dalam proses belajar.

CHAPTER IV

POTENSI-POTENSI BELAJAR

Potensi memiliki arti kemampuan dasar dari seseorang yang masih belum tergali
dalam arti masih terpendam dan dapat dimunculkan menjadi sesuatu yang nyata, sehingga
membutuhkan sebuah proses untuk dikembangkan hingga suatu level yang lebih tinggi dan
digunakan secara optimal. Penjelasan dari Dr. Stenberg pakar psikologi dari Universitas Yale
(Practical Intellegence, John meunier, Fall, 2003). Ia berkesimpulan bahwa kemampuan
manusia itu pada dasarnya bukan bersifat baku pada satu bentuk atau titik tertentu (not fixed
ability), tetapi suatu kemampuan yang sifatnya terus berkembang (Developing abities).
Dalam hal ini ada 7 potensi yang selalu ada dalam diri si pembelajar dan akan dipaparkan
atau dijelaskan yaitu: inteligensi, bakat, minat, perhatian, daya pikir, daya ingat, dan kemauan
sebagai faktor yang berada dalam sifat potensi.

38 | P a g e
A. Inteligensi.
Inteligensi adalah suatu kemampuan mental, pikiran atau intelektual.
Inteligensi merupakan bagian dari proses kognitif pada urutan yang lebih tinggi
(higher order cognition). Secara umum inteligensi sering disebut kecerdasan,
sehingga orang yang memiliki inteligensi tinggi sering disebut cerdas atau golongan
jenius. Dalam hal ini para ahli belum dapat kesatuan dari definisi inteligensi. Menurut
Solso (1988), inteligensi merupakan suatu kemampuan memperoleh dan menggali
informasi; mengunakan pengetahuan untuk memahami konsep-konsep secara konkret
ataupun abstrak dan menghubungkan diantara objek-objek dengan gagasan-gagasan
serta wawasan yang dipelajari. Secara umum inteligensi sebagai berikut:
1. Kemampuan untuk berfikir abstrak.
2. Untuk menangkap hubungan-hubungan untuk belajar.
3. Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru.

Perumusan pertama (1) melihat inteligensi sebagai kemampuan berfikir, perumusan


kedua (2) sebagai kemampuan untuk belajar, dan yang ketiga (3) sebagai kemampuan
untuk menyesuaikan diri. Dari ketiga aspek tersebut terlihat berbeda namun memiliki
keterkaitan satu sama lain.

B. Bakat.
Bakat adalah kemampuan daasar seseorang untuk belajar dalam tempo yang
relative pendek dibandingkan orang lain namun hasilnya justru lebih baik dari orang
lain. Faktor ini juga dapat memengaruhin sebuah kinerja dari proses belajar menjadi
lebih efisien, efektif dan lebih mudah. Pada dasarnya bakat memiliki sebuah limit
dimana seseorang dapat memiliki bakat suatu pengetahuan yang lebih menonjol dari
pembelajaran yang lainnya. Bakat juga dapat didefiniskan sebagai suatu pembawaan
alamiah sejak lahir karena didasari faktor-faktor tertentu yang menjadikannya ahli
dalam bidang tersebut, dalam hal ini bakat harus seimbang dengan adanya minat
karena dengan adanya minat bakat tersebut akan tumbuh lebih baik dengan melewati
fase proses.
Menurut pakar M. Ngalim Purwanto kata bakat lebih dekat dengan
pengertiannya dengan kata APTITUDE yang berarti kecakapan pembawaan, yaitu
yang mengenai kesanggupan-kesanggupan (potensi-potensi) yang tertentu.

39 | P a g e
William B. Michael memberi definisi mengenai bakat sebagai berikut:
An aptitude may be defined as a person’s capacity, or hyphotectical potential, for
acquisition of a certain more or less weeldefined pettern of behaviour involved in the
performance of a task respect to which the individual has had little or no previous
training (Michael, 1960: 59).
Jadi Michael meninjau bakat itu terutama segi kemampuan individu untuk
melakukan suatu tugas, yang sedikit sekali bergantung kepada latihan mengenai hal
tersebut. Woodworth dan Marquis memberikan pendapat “aptitude is predictable
achievement and can be measured by specially devised test” (Woodworth and
Marquis, 1957: 58). Bakat (aptitude), oleh woodworth dan marquis dimasukan
sebagai salah satu kemampuan (ability), menurutnya ability memiliki 3 arti, yaitu:
Archievement yang merupakan actual ability, yang diukur langsung dengan
alat atau test tertentu.
Capacity yang merupakan potential ability, yang diukur dengan cara tidak
langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, dimana
kecakapan ini berkembang dengan perpaduan dasar training yang intensif dan
pengalaman.
Aptitude sebagai kualitas yang hanya dapat diungkap/ diukur dengan test
khusus yang sengaja dibuat untuk hal tersebut. (Purwanto, 2007)

Jenis-jenis bakat:
1. Bakat umum: merupakan kemampuan yang berupa potensi dasar yang bersifat
umum, artinya setiap orang memiliki.
2. Bakat khusus: merupakan kemampuan yang berupa potensi khusus, artinya tidak
semua orang memiliki bakat tersebut.
e.g. bakat seni, kepimpinan, penceramah, dan olahraga.

Selain itu bakat khusus yang lain, yaitu:


a. Bakat verbal.
Bakat berbentuk konsep yang diungkapkan dalam bentuk kata.
b. Bakat numerical.
Bakat yang berbentuk konep dalam angka.
c. Bakat skolastik.

40 | P a g e
Bakat yang berbentuk kombinasi kata-kata (logika) dan angka-angka.
Kemampuan dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab-akibat,
menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numerik,
pandangan hidupnya bersifat rasional.
d. Bakat abstrak.
Bakat yang berbentuk kata maupun angka namun berbentuk pola, rancangan,
diagram, ukuran-ukuran, bentuk-bentuk maupun posisi-posisinya.
e. Bakat mekanaik.
Bakat tentang prinsip-prinsip umum berbasis ilmu pengetahuan tentang mesin.
f. Bakat relasi ruang (spasial).
Bakat yang mengamati, menceritakan pola dua dimensi atau berfikir dalam tiga
dimensi. Mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat
menggambarkan sesuatu degan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide
secara jelas, serta mudah menyesuaika orientasi salam ruang tiga dimensi.
g. Bakat kecepatan ketelitian klerikal.
Bakat tentang penulisan, ramu-meramu untuk laboratorium, kantor dsb.
h. Bakat Bahasa (linguistic).
Bakat tentang penalaran analitis Bahasa (ahli sastra).

C. Minat.
Berbeda dengan bakat, minat terjadi karena hasil pengenalan suatu
lingkungan. Bila minat terhadap sesuatu sudah dimiliki seseorang, maka ia akan
menjadi sebuah potensi atas pendalaman minat tersebut. Minat juga tergolong faktor
yang membuat seseorang merasa keinginan kuat akan hal yang diasukai, untuk itulah
butuh perhatian khusus bagi pendidik untuk menilai dan mempertimbangkan minat
dari peserta didik serta mengarahkannya agar potensi dapat secara optimal, efektif dan
efisien. Menurut sejumlah ahli mengemukakan bahwa minat dalam definisinya sendiri
seperti; Kamisa (1997), minat dapat diartikan sebagai kehendak, keinginan, atau
kesukaan. Gunarso (1995), minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat
dengan sikap. Hurlock (1999), minat merupakan sumber motivasi yang mendorong
seseorang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.
John Holland, ahli yang banyak meneliti mengenai minat memberi pengertian minat
sebagai aktivitas atau tugas-tugas yang membangkitkan perasaan ingin tahu,
perhatian, dan memberi kesenangan atau kenikmatan.

41 | P a g e
Berdasarkan definisi di atas, minat memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1. Minat merupakan suatu gejala psikologis.
2. Adanya pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari subjek karna tertarik.
3. Adanya timbul perasaan senang terhadap objek atau aktivitas yang dilakukan.
4. Adanya kemauan untuk melakukan kegiatan guna mencapai tujuan.

Dari hal serta unsur dijelaskan kita bisa mengaitkan antara bakat dengan
sebuah minat, ini merupakan hal yang satu kesatuan dan tidak bisa dipisahkan
karena bakat merupakan faktor awal terjadinya sebuah potensi akan tetapi tanpa
adanya sebuah minat hal itu akan membuat segala sesuatunya menjadi tidak
berkembang.
Dalam hal ini terlepas dari bagaimana bakat dan minat yang sebagai fondasi
dalam potensi, bakat tidak indentik dengan minat sehingga kita akan menemukan
bahwa kedua perbedaan konteks tersebut seperti:
Bakat Minat
1 Inherent. Lingkungan
2 Natural/alami/bawaan. Nurtural/ hasil belajar/ pengalaman
3 Terlepas dari aspek suka atau Orientasi terhadap hobi/ kesukaan
tidak suka. semata.
4 Tidak mudah berubah atau Mudah berubah sesuai dengan keinginan
permanen. dari pembelajar.
5 Aspek genetik lebih dominan.

Faktor- faktor yang mempengaruhi minat yang diambil berdasarkan (Crow


and crow, 1973) minat akan berkembang sebagai hasil daripada suatu kegiatan
dari sebab akan dipakai lagi delam kegiatan yang sama. Faktor terjadinya minat
akan diuraikan sebagai berikut:
a. The factor inner urge.
Ransangan yang datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai
dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan menimbulkan minat.

42 | P a g e
b. The factor of social motive.
Minat seseorang terhadap objek atau sesuatu hal yang mengiginkan suatu
keberhasilan dalam lingkungan sosial.
c. Emosioanal factor.
Faktor perasaan atau emosi ini mempunyai pengaruh terhadap individu dalam
suatu kegiatan tertentu dalam bentuk kesenangan dan semangat.

D. Perhatian.
Satu lagi potensi yang ada pada diri pembelajar yang dapat dikelolah secara
maksimal untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas belajar, yaitu sebuaah perhatian.
Dalam istilah psikologi, perhatian diartikan sebagai suatu reaksi yang dilakukan oleh
organisme dan kesadaran seseorang. Faktor- faktor yang mempengaruhi perhatian,
tidak selamanya dapat menarik perhatian orang lebih lanjut, karena objek tersebut
harus memiliki makna atau arti yang kuat untuk memerhatikan dari individu. Pada
pernyataan tersebut dibutuhkan latar belakang pengalaman atau dasar pengetahuan,
keadaan/ situasi yang menunjang untuk memfokuskan perhatiannya.

E. Daya pikir.
Salah satu keungulan dari manusia pada dasarnya adalah dapat berfikir.
Potensi ini sangat berperan dalam proses belajar dan pembelajaran, sekaligus menjadi
salah satu tujuan belajar. Ada beberapa unsur yang sangat penting hubungan
pemikiran sebagai fungsi mental, yaitu:
1. Merupakan suatu kekuatan yang memiliki daaya dorong .
2. Kekuatan itu terorganisasikannya adalah unsur-unsur psikis
3. Yang diorganisasikannya adalah unsur-unsur psikis..
4. Mempunyai dasar kesadaran atau tujuan menciptakan.
5. Apa yang siciptakan itu Nampak dalam wujud konsep-konsep, materi maupun
gerak-gerik perbuatan.

dengan dasar 5 unsur tersebut, dapat dirumuskan pengertian dalam arti sebagai
fungsi psikis. Pemikiran adalah sebuah kekuatan psikis yang mengorganisasikan
secara sistematik unsur-unsur psikis lain sehingga ia dapat mengontrol dan
mengendalikannya dengan sadar untuk mencapai tujuan menciptakan sesuatu yang
baru, baik bersifat konseptual, material maupun bersifat perbuatan. Adapun pula

43 | P a g e
langkah dalam proses berfikir yang melibatkan suatu pemikiran yang tepat melaui
berbagai hal yang dapat menjadi buah dari pemikiran seperti:

a. Pembentukan pengertian.
b. Pembentukan pendapat.
c. Penarikan kesimpulan.

F. Daya ingat.
Pembelajaran ini lebih dominan mengacu pada teori behaviorisme, yaitu
menekankan hubungan stimulus-respon. Metode ini tidak salah untuk diaplikasikan
akan tetapi harus disertai dengan pemahaman karena menghapal merupakan fondasi
utama untuk berfikir sehingga lebih memahami secara keseluruhan.

G. Kemauan.
Kemauan adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup
tertentu dan dikendalikan oleh pertimbangan akal budi. Jadi, kemauan itu dapat
diartikan sebagai kebijaksanaan akal dan wawasan untuk mendalami sebuah bidang,
di samping itu juga ada kontrol dan persetujuan dari pusat kepribadian.
Ciri-ciri adanya kemauan sebagai berikut:
1. Kemauan merupakan dorongan dari dalam yang khusus dimiliki manusia.
2. Gejala kemauan berhubungan erat dengan satu tujuan.
3. Kemauan sebagai pendorong timbulnya perbuatan yang didasarkan atas berbagai
pertimbangan.
4. Di dalam gejala kemauan terdapat sifat aktif/ giat.

Proses kemauan akan diikuti aktivitas yang disebut perbuatan. Dorongan


kemauan akan menyebabkan timbulnya tekad, atau kesiapan untuk mencapai suatu
tujuan yang mempunyai proses bertingkat. Berikut ini akan dipaparkan sebuah proses
dari kemauan tersebut:

1. Adanya motive.
2. Mempertimbangkan motive-motive tersebut.
3. Memilih.
4. Memutuskan.
5. Melaksanakan kepututsan berdasarkan kemauan.

44 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai