Anda di halaman 1dari 6

Rifky Adriandra Hadis

1906384094
Teknik Elektro – Fakultas Teknik
Sumber Agama Islam terkait Wabah COVID-19
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Agama Islam merupakan agama yang sempurna sebagaimana kutipan dari firman
Allah Swt. dalam QS. 5 (Al-Ma’idah): 3, “.....Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi
agama bagimu….” Sebagai agama yang sempurna, ajaran-ajaran yang terdapat dalam Islam
tidak hanya berkaitan dengan ibadah yang harus dilakukan oleh setiap umat muslim kepada
Allah Swt., tetapi juga mencakup seluruh aspek kehidupan yang bertujuan untuk memberikan
keselamatan dan kesejahteraan bagi umatnya dalam menjalani kehidupan di dunia maupun di
akhirat kelak.

Saat ini, hampir seluruh negara yang ada di belahan bumi ini, termasuk Indonesia,
sedang menghadapi wabah COVID-19. Seluruh manusia tanpa memandang suku, agama, ras,
dan batas negara, sedang bahu membahu melakukan segala hal agar penyebaran wabah ini bisa
segera berakhir. Berbagai kebijakan pun diambil oleh Pemerintah di seluruh dunia untuk
menekan penyebaran wabah ini, mulai dari karantina wilayah, tes massal, pelarangan
melakukan perjalanan ke luar negeri, dan sebagainya. Di Indonesia sendiri, kebijakan yang
diambil yaitu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah dan larangan
untuk pulang kampung.

Pemerintah Indonesia sudah mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk tetap diam
di rumah semenjak penyebaran wabah ini semakin cepat, yaitu sekitar pertengahan bulan
Maret. Kegiatan-kegiatan yang berpotensi mempercepat penyebaran wabah ini dihentikan,
salah satunya yaitu kegiatan beribadah di masjid bagi umat muslim. Selain itu, pulang
kampung pun juga dilarang. Semenjak adanya imbauan-imbauan tersebut, muncul berbagai
pro dan kontra. Masih banyak masyarakat yang tetap memilih untuk beribadah di masjid dan
pulang kampung. Hal tersebut tentu dapat berpotensi mempercepat penyebaran wabah ini.
Oleh karena itu, penulis akan membahas mengenai dalil-dalil dalam agama Islam yang
berkaitan dengan wabah COVID-19 agar kita semua umat muslim tahu bahwa terdapat dalil
dalam agama Islam yang berisi mengenai anjuran-anjuran ketika terdapat wabah yang melanda
suatu tempat sehingga kita tahu apa saja yang harus kita lakukan dalam menghadapi wabah
ini.

BAB II. ISI

Dalam agama Islam, terdapat beberapa dalil yang berkaitan dengan wabah COVID-19,
beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

1. HR. Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid

ً ‫الرجْ ِز ا ْبتَلَى ﱠ ُ َع ﱠز َو َج ﱠل ِب ِه نَا‬


‫سا ِﻣ ْﻦ‬ ّ ِ ُ‫ون آ َية‬ ُ ‫ع‬ ‫سلﱠ َم ال ﱠ‬
ُ ‫طا‬ َ ‫صلﱠى ﱠ ُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫سو ُل ﱠ‬ ُ ‫قَ ا َل َر‬
ُ‫ض َوأ َ ْنت ُ ْم ِب َها فَ َﻼ تَ ِف ﱡروا ِﻣ ْنه‬ ٍ ‫س ِم ْعتُ ْم ِب ِه فَ َﻼ تَ ْد ُخلُوا َعلَ ْي ِه َو ِإذَا َوقَ َع ِبأ َ ْر‬
َ ‫ِع َبا ِد ِه فَإِذَا‬
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tha’un (wabah penyakit menular)
adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-
Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di
suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di
negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.”
Hadis tersebut sangat berkaitan dengan imbauan dari Pemerintah untuk tidak
melakukan perjalanan ke luar kota atau pulang kampung. Pulang kampung dapat menjadi
sangat berbahaya karena bisa saja kita menjadi carrier dari wabah ini walaupun kita merasa
sehat-sehat saja. Jika memang kita sayang dengan keluarga kita yang berada di kampung,
maka janganlah kita mengunjungi mereka terlebih dahulu agar mereka dapat terhindar dari
penyebaran wabah ini sehingga kita dapat turut menahan laju penyebaran wabah ini.

2. HR. Ahmad

ِ ‫سو ُل‬
‫ﷲ‬ ُ ‫ون ؟ فَأ َ ْخ َب َر ِني َر‬ ِ ‫ع‬ ‫ع ِﻦ ﱠ‬
ُ ‫الطا‬ َ ‫سلﱠ َم‬ َ ُ‫صلﱠى ﷲ‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫ﷲ‬ِ ‫سو َل‬ ُ ‫سأ َ ْلتُ َر‬ َ :‫ت‬ْ َ‫ أَ ﱠن َها قَال‬،َ‫شة‬
َ ِ‫ع ْﻦ َعائ‬ َ
َ ‫ فَلَي‬، َ‫ فَ َجعَلَهُ َرحْ َمةً ِل ْل ُمؤْ ِﻣنِيﻦ‬،‫ع َلى َﻣ ْﻦ َيشَا ُء‬
‫ْس‬ َ ُ‫عذَابًا َي ْبعَثُهُ ﷲ‬ َ َ‫ " أَنﱠهُ َكان‬:‫سلﱠ َم‬ َ ُ‫صلﱠى ﷲ‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ
ُ‫َب ﷲ‬ َ ‫ُصيبُهُ ِإ ﱠﻻ َﻣا َكت‬ َ
ِ ‫صا ِب ًرا ُﻣحْ تَ ِسبًا َي ْعلَ ُم أ ﱠنهُ َﻻ ي‬َ ‫ث فِي َب ْي ِت ِه‬ ُ ‫ فَ َي ْم ُك‬،‫ون‬
ُ ‫ع‬ ‫ﱠ‬
ُ ‫ِﻣ ْﻦ َر ُج ٍل َيقَ ُع الطا‬
‫ش ِهي ِد‬‫لَهُ ِإ ﱠﻻ َكانَ لَهُ ِﻣ ْث ُل أَجْ ِر ال ﱠ‬
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dari Siti Aisyah RA, ia berkata, ‘Ia
bertanya kepada Rasulullah SAW perihal tha‘un, lalu Rasulullah SAW memberitahukanku,
‘Zaman dulu tha’un adalah azab yang dikirimkan Allah kepada siapa saja yang
dikehendaki oleh-Nya, tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang beriman.
Tiada seseorang yang sedang tertimpa tha’un, kemudian menahan diri di rumahnya
dengan bersabar serta mengharapkan ridha ilahi seraya menyadari bahwa tha’un tidak
akan mengenainya selain karena telah menjadi ketentuan Allah untuknya, niscaya ia akan
memperoleh ganjaran seperti pahala orang yang mati syahid.”
Hadis tersebut berkaitan dengan imbauan dari Pemerintah kepada seluruh
masyarakat untuk tetap diam di rumah jika tidak ada keperluan yang mendesak. Wabah ini
memang sangat rentan untuk menular antar manusia, sehingga salah satu solusi untuk
menekan penyebaran wabah ini adalah dengan membatasi kegiatan yang menimbulkan
kerumunan dan mengimbau kepada masyarakat untuk tetap diam di rumah.

3. HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah

‫ح‬ ِ ‫ض َعلَى ُﻣ‬


ٍّ ‫ص‬ ِ ‫سلﱠ َم َﻻ ي‬
ٌ ‫ُوردَ ﱠن ُﻣ ْم ِر‬ َ ‫صلﱠى ﱠ ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ‫قَ ا َل ال ﱠن ِب ﱡ‬
َ ‫ي‬
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah yang sakit dicampurbaurkan
dengan yang sehat.”
Hadis tersebut berkaitan dengan imbauan dari Pemerintah kepada seluruh
masyarakat untuk tidak melaksanakan kegiatan yang menyebabkan kerumunan, salah
satunya yaitu ibadah di masjid bagi umat muslim. Karena, dalam menjalani kegiatan di
masjid, kita pasti banyak berinteraksi dengan orang lain dan menyentuh benda-benda yang
sudah tersentuh oleh banyak orang. Hal tersebut tentu sangat berbahaya, karena virus yang
menyebabkan wabah ini dapat menyebar dengan sangat mudah jika terdapat interaksi
langsung antar manusia.

4. HR. Ibn Majah dan Ahmad ibn Hanbal dari Abdullah ibn ‘Abbas

‫ار‬
َ ‫ض َر‬ َ ‫سلﱠ َم َﻻ‬
ِ ‫ض َر َر َو َﻻ‬ َ ُ ‫صلﱠى ﱠ‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫سو ُل ﱠ‬
ُ ‫قَ ا َل َر‬
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak boleh berbuat madarat dan hal
yang menimbulkan madarat.”
Virus yang menyebabkan wabah ini dapat menular dengan mudah jika terdapat
interaksi langsung antar manusia. Jika seseorang terjangkit virus tersebut, maka itu dapat
membahayakan kesehatan dirinya dan orang lain karena ia dapat menularkan virus tersebut
ke orang lain sehingga penyebaran virus ini semakin cepat. Oleh karena itu, dalam keadaan
ini, kita harus menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan apapun yang dapat
mempercepat penyebaran virus yang menyebabkan wabah COVID-19 agar tidak semakin
banyak korban yang berjatuhan.
5. HR. Bukhori Muslim dari Abdullah ibn Abbas

ُ‫ﱠاس أَنﱠه‬ َ ‫ع ْﻦ‬


ٍ ‫ع ْب ِد ﱠ ِ ب ِْﻦ َعب‬ َ
ِ ‫سو ُل ﱠ‬ ُ ‫ير ِإذَا قُ ْلتَ أ َ ْش َهد ُ أ َ ْن َﻻ إِلَهَ ِإ ﱠﻻ ﱠ ُ أ َ ْش َهدُ أ َ ﱠن ُﻣ َح ﱠمدًا َر‬
ٍ ‫قَا َل ِل ُم َؤ ِذّ ِن ِه فِي َي ْو ٍم َﻣ ِط‬
َ ‫صلﱡوا فِي ُبيُوتِ ُك ْم قَا َل فَ َكأ َ ﱠن ال ﱠن‬
‫اس ا ْستَ ْن َك ُروا ذَاكَ فَقَا َل‬ َ ‫ص َﻼةِ قُ ْل‬ ‫ي َعلَى ال ﱠ‬ ‫فَ َﻼ تَقُ ْل َح ﱠ‬
َ َ‫أَتَ ْع َجبُونَ ِﻣ ْﻦ ذَا قَ ْد فَ َع َل ذَا َﻣ ْﻦ ه َُو َخي ٌْر ِﻣ ِّني إِ ﱠن ْال ُج ُمعَة‬
‫ع ْز َﻣةٌ َو ِإ ِنّي َك ِر ْهتُ أَ ْن‬
‫ض‬ ِ ْ‫يﻦ َوالدﱠح‬ ّ ِ ‫شوا فِي‬
ِ ‫الط‬ ُ ‫أ ُ ْخ ِر َجكُ ْم فَتَ ْم‬
Artinya: Dari Abdullah bin Abbas dia mengatakan kepada muadzinnya ketika turun hujan
(pada siang hari Jum’at), jika engkau telah mengucapkan “Asyhadu an laa ilaaha
illallaah, asyhadu anna Muhammadan Rasulullah,” maka janganlah kamu mengucapkan
“Hayya alash shalaah, ” namun ucapkanlah shalluu fii buyuutikum (Shalatlah kalian di
persinggahan kalian).” Abdullah bin Abbas berkata; “Ternyata orang-orang sepertinya
tidak menyetujui hal ini, lalu ia berkata; “Apakah kalian merasa heran terhadap ini
kesemua? Padahal yang demikian pernah dilakukan oleh orang yang lebih baik dariku
(maksudnya Rasulullah saw). Shalat jum’at memang wajib, namun aku tidak suka jika
harus membuat kalian keluar sehingga kalian berjalan di lumpur dan comberan.”
Hadis tersebut terkait dengan fatwa dari Majelis Ulama Indonesia yang melarang
pelaksanaan shalat Jumat di kawasan yang kondisi penyebaran wabah COVID-19 sudah
tidak terkendali. Dalam Hadis tersebut disebutkan bahwa lebih baik tidak shalat Jumat dan
menggantikannya dengan shalat Dzuhur jika turun hujan. Maka, jika terdapat penyebaran
virus mematikan yang tentu jauh lebih berbahaya jika kita menembus hujan, lebih baik kita
tidak melaksanakan shalat Jumat untuk menghindari kemudaratan.

BAB III. REFLEKSI PRIBADI

Saat ini, seluruh dunia sedang menghadapi wabah COVID-19. Virus SARS-CoV2 yang
baru-baru ini ditemukan membuat wabah ini berbahaya karena belum ada vaksinnya. Ditambah
lagi, wabah ini dapat menular dari manusia ke manusia dengan mudah ketika ada interaksi
langsung. Dengan begitu, segala kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan dan interaksi
antar manusia secara langsung dihentikan. Pemerintah telah berupaya untuk menghentikan
penyebaran wabah ini dengan membuat beberapa kebijakan, salah satunya yaitu Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah yang memiliki kasus positif COVID-19 yang
terus meningkat.

Semenjak wabah ini menyebar di Indonesia, kita tidak dapat beraktivitas seperti normal
karena adanya kebijakan physical distancing. Seluruh kegiatan dianjurkan untuk dilakukan dari
rumah saja, salah satunya yaitu beribadah di masjid bagi umat muslim. Ketika fatwa dari MUI
untuk beribadah di rumah disuarakan, masih banyak umat muslim yang tetap beribadah di masjid.
Mereka menganggap bahwa beribadah di masjid jauh lebih penting karena kita tidak boleh takut
dengan virus kecil, yang boleh kita takuti hanya Allah Swt. Anggapan tersebut jelas-jelas tidak
dapat dibenarkan, karena dalam ajaran agama Islam sendiri, kita dianjurkan untuk berdiam di
rumah saja ketika ada wabah yang menyebar. Bahkan, pahala yang kita dapatkan ketika kita diam
di rumah saja untuk menghindari penyebaran suatu wabah setara dengan pahala seseorang yang
mati syahid. Karena, ketika kita berdiam di rumah, maka kita telah turut serta menghambat
penyebaran wabah sehingga dapat menyelamatkan nyawa banyak orang.

Dengan adanya fatwa untuk beribadah di rumah, maka pelaksanaan shalat Jumat pun turut
ditiadakan. Pelaksanaan shalat Jumat di daerah yang penyebaran wabahnya tinggi tentu saja sangat
berbahaya karena jamaah pasti berinteraksi dengan banyak orang. Sayangnya, masih banyak umat
muslim yang belum mengindahkan fatwa tersebut. Kebanyakan dari mereka merasa takut jika
tidak melaksanakan shalat Jumat hingga tiga kali. Padahal, ulama-ulama dari MUI telah
menyatakan bahwa dalam keadaan darurat seperti ini, tidak masalah jika kita menggantikan shalat
Jumat dengan shalat Dzuhur. Terlebih lagi, terdapat hadis yang menyatakan bahwa jika terjadi
hujan deras, lebih baik shalat Jumat digantikan dengan shalat Dzuhur. Sehingga, dengan adanya
wabah yang tentu lebih berbahaya dibandingkan hujan deras, tidak masalah jika kita tidak
mengikuti shalat Jumat selama kita menggantikannya dengan shalat Dzuhur.

Penyebaran wabah ini telah berdampak terhadap segala sektor dalam kehidupan. Hampir
seluruh orang di dunia ini sedang mengalami kesulitan. Tentu kita tidak ingin ini semua
berlangsung untuk waktu yang cukup lama, semua orang pasti ingin wabah ini cepat berlalu agar
semuanya Kembali normal. Oleh karena itu, kita harus mentaati segala kebijakan dari Pemerintah
dan dalil-dalil dalam agama Islam yang terkait dengan wabah ini agar wabah ini dapat segera
berlalu sehingga kita semua dapat beraktivitas seperti sediakala lagi dan semakin banyak nyawa
orang yang terselamatkan.

REFERENSI

Danarto, Agung. (2020). “Ini Daftar Hadist Shahih dan Dha’if tentang Wabah Covid-19”. Diakses
melalui https://republika.co.id/berita/q7iy6m63571849323000/ini-daftar-hadist-shahih-
dan-dhaiftentang-wabah-covid19 pada 1 Mei 2020.
Kurniawan, Alhafiz. (2020). “Ini Hadits Rasulullah Seputar Wabah Penyakit, Thaun, atau Covid-
19”. Diakses melalui https://islam.nu.or.id/post/read/118402/ini-hadits-rasulullah-seputar-
wabah-penyakit--thaun--atau-covid-19 pada 1 Mei 2020.

Mujilan, dkk. (2019). Buku Ajar Matakuliah Pengembangan Kepribadian Agama Islam. Jakarta:
Midada Rahma Press.

Anda mungkin juga menyukai