Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH DASAR-DASAR QUR’ANI DAN SEJARAH

KEMUNCULAN PERSOALAN-PERSOALAN ILMU


KALAM
Ditujukan untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Ilmu Kalam
Dosen Pengampu: Kukuh Santoso S.Pd.I.,M.Pd

Disusun Oleh :
Abdul Halim : 22001011050
Miftahul Jannah : 22001011036
Muhlisa : 22001011066
M. Syrojul Ade F : 22001011063
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
TAHUN 2020
ABSTRAK
KONSEP DASAR QUR’ANI DAN SEJARAH KEMUNCULAN
PERSOALAN-PERSOALAN ILMU KALAM
Ilmu Kalam merupakan Ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat yang mesti
adanya, sifat yang tidak boleh ada padanya, dan sifat yang mungkin ada padanya,
serta membicarakan tentang Rasul Allah (Muhammad SAW) dan hal-hal yang
terkait berdasarkan dalil yang qoth`i (al-Quran dan al-Hadits) dan argumentasi
rasional, yang sudah ada sejak jaman kenabian. Konsep Qur’ani yang mendasari ilmu
kalam salah satunya terdapat dalam surah Ar-Rum ayat 30
Dalam surah ini dijelaskan bahwa Islam adalah agama fitrah. Ketiga cara
memelihara fitrah manusia yaitu dengan: 1. Kembali kepada agama Allah SWT, 2.
Penyucian jiwa (tazkiyah an- nafs), 3.Menggunakan akal dengan baik.
Sejarah Berawal dari peristiwa pembunuhan Utsman bin Affan dan penolakan
Muawiyah terhadap kepemimpinan Ali, mengakibatkan perang siffin yang hendak
dimenangkan pihak Ali, kemudian pihak Muawiyah mengajukan arbitrase sehingga
pecahlah golongan Ali menjadi dua golongan, yaitu golongan yang setuju Ali
berarbitrase disebut golongan Syi’ah dan golongan yang tidak setuju Ali berarbitrase
disebut Khawarij. Khawarij tersebut kemudian mengkafirkan orang-orang yang
menyetujui arbitrase/tahkim. Dari sinilah timbul permasalahan mengenai kalam. Dari
persoalan politik kemudian bergulir menjadi persoalan keyaninan, dimana keyakinan
dibahas dalam Teologi Islam/Ilmu Kalam.
Metode penyusunan makalah didasarkan pada kajian teoritis yang relevan dengan
permasalahan yang dibahas.
Kata kunci : Ilmu kalam, konsep Dasar Qur’ani, Sejarah Awal Ilmu kalam

i
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………ii
KATA PENGANTAR…………………..…………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG………………………………………………………...1
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………...1
C. TUJUAN PEMBAHASAN………………........……………………………...1
BAB II ISI
A. KONSEP DASAR QUR’ANI
1. PENGERTIAN ILMU KALAM………………………………………….2
2. DASAR-DASAR QUR’ANI……………………………………………...3
B. SEJARAH KEMUNCULAN PERSOALAN-PERSOALAN ILMU KALAM
1. MASA RASULULLAH S.A.W..........……………………………………7
2. MASA KHAULIFAH RASYIDIN……………………………………..7-8
3. MASA BANI UMAYYAH……………………………………………..8-9
4. MASA BANI ABBAS……………………………………………….........9
5. MASA PASCA BANI ABBAS………………………………………….10
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN………………………………………………………………11
B. SARAN………………………………………………………………………11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….12

ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyanyang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Konsep Dasar Qur’ani dan Sejarah kemunculan persoalan-
persoalan Ilmu Kalam tepat waktu.
Makalah ini sudah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapat
bantuan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya
kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah yang berjudul Konsep Dasar
Qur’ani dan Sejarah kemunculan persoalan-persoalan Ilmu Kalam ini bisa
memberikan manfaat maupun pemahaman tentang Ilmu Kalam untuk pembaca.

Malang, 10 Oktober 2020

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bagi umat muslim ilmu kalam merupakan sesuatu yang sudah tidak
asing lagi,.Ilmu kalam atau biasa dikenal secara luas sebagai teologi islam,
merupakan sebuah cabang ilmu yang mengkaji tentang nama-nama Allah
dan perbuatan-perbuatan Allah baik sifat wajib, jaiz, maupun yang
mustahilnya. Juga mempelajari sifat yang sama terhadap Rasulallah juga.
Akan tetapi kensentrasi penuh kajian ilmu kalam ini terlatak pada
bagaimana memahaminya secara logika.
Ilmu kalam muncul diawali dengan terbunuhnya Utsman Bin Affan
R.A. yang berujung pada ditolaknya Khalifah Ali Bin Abi Thalib R.A. yang
menimbulkan terjadinya perang siffin yang diakhiri dengan keputusan
tahkim yang ditolak oleh para pengikut Ali R.A. Para pengikutnya kecewa
dan meninggalkan Ali R.A. dan memecah pengikutnya menjadi dua
golongan.Adapun ada beberapa faktor lain yang mendorong umat muslimin
mengembangkan ilmu kalam, diantaranya dengan dijelaskan secara
gamblang di dalam Al-quran, politik, dan faktor-faktor lainnya.Untuk lebih
jelasnya lagi penulis akan memaparkan apa-apa saja pengertianilmu
kalam,dasar-dsar qur’ani dan sejarahnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian ilmu kalam secara umum?
2. Bagaimana pengertian ilmu kalam menurut para teolog/para ualama ?
3. Apa saja konsep-konsep dasar Qur’ani yang membahas tentang Ilmu
Kalam?
4. Bagaimana sejarah kemunculan persoalan-persoalan Ilmu Kalam dari
masa ke-masa?
5. Apa manfaat setelah kita membaca makalah ini?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Ilmu Kalam secara umum
2. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Ilmu Kalam menurut para
Teolog/para ulama
3. Agar dapat mengetahui konsep apa saja yang mendasari tentang Ilmu
Kalam didalam Al-Qur’an, hadist, dan menurut pemikiran manusia.
4. Agar dapat memahami sejarah awal yang melatarbelakangi Ilmu Kalam
5. Agar dapat memperkuat keimanan dan kecintaan kita kepada Allah
SWT dan baginda nabi besar Muhammah SAW beserta Agama Islam
ynag mulia.

1
BAB II
ISI

A. KONSEP DASAR QUR’ANI


1. Pengertian Ilmu Kalam
Istilah ilmu kalam terdiri dari dua kata, yaitu ilmu dan kalam.
Kata ilmu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengandung arti
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode tertentu. Adapun kata kalam adalah bahasa Arab yang
berarti kata-kata. Ilmu kalam secara Harfiah berarti Ilmu kata-kata.
Walupun dikatakan Ilmu tentang kata-kata, namun ilmu ini tidak ada
sangkut pautnya sama sekali dengan ilmu bahasa. Ilmu kalam
menggunakan kata-kata dalam menyusun argumen-argumen yang
digunakannya.
Ilmu kalam juga disebut dengan Ilmu Tauhid. Kata tauhid
mengandung arti satu atau Esa. Jadi, Ilmu kalam membahas ajaran-
ajaran dalam agama Islam. Ajaran-ajaran dasar itu menyangkut wujud
Allah, kerasulan Muhammmad, dan Al-Qur’an. Secara objektif, ilmu
kalam sama dengan ilmu tauhid, tetapi argumentasi ilmu kalam lebih
dikonsentrasikan pada penguasaan logika.
Ada beberapa Nama lain dari ilmu kalam, diantaranya Ilmu
Aqaid (ilmu akidah-akidah), Ilmu Ushuluddin (Ilmu pokok-pokok
agama) , Teologi Islam (Theos =Tuhan dan Logos= ilmu , yang berarti
ilmu tentang ketuhanan yang didasarkan atas prinsip-prinsip dan ajaran
Islam termasuk di dalamnya persoalan-persoalan gaib),
Sedangkan penjelasan secara inti nya Ilmu Kalam merupakan
Ilmu yang membahas tentang wujud Tuhan (Allah), sifat-sifat yang
mesti adanya, sifat-sifat yang tidak boleh ada padanya, dan sifat yang
mungkin ada padanya, serta membicarakan tentang Rasul Tuhan
(Muhammad SAW) dan hal-hal yang terkait berdasarkan dalil yang
qoth`i (al-Quran dan al-Hadits) dan argumentasi rasional, yang sudah
ada sejak jaman kenabian.

Ada 5 konsep tentang Ilmu Kalam yang dikemukakan oleh para


ahli/teolog, yaitu :
a. Abu Hanifah menyebut nama ilmu ini dengan fiqh al-akbar. Menurut
persepsinya, hukum Islam yang dikenal dengan istilah fiqh terbagi
atas dua bagian. Pertama, fiqh al-akbar, membahas keyakinan atau
pokok-pokok agama atau ilmu tauhid. Kedua, fiqh al-ashgar;

2
membahas hal-hal yang berkaitan dengan masalah muamalah ,
bukan pokok-pokok agama tetapi hanya cabang saja.
b. Al-Farabi mendefinisikan Ilmu Kalam sebagai disiplin ilmu yang
membahas Dzat dan Sifat Allah beserta eksistensi semua yang
mungkin, mulai yang berkenaan dengan masalah setelah kematian
yang berlandaskan doktrin Islam. Penekanan akhirnya adalah
menghasilkan ilmu ketuhanan secara filosofis.
c. Ibnu Khaldun mendefinisikan Ilmu Kalam adalah disiplin ilmu yang
mengandung berbagai argumentasi tentang akidah imani yang
diperkuat dalil-dalil rasional.
d. Musthafa Abdul Raziq berpendapat bahwa ilmu ini ( ilmu kalam)
bersandar kepada argumentasi-argumentsi rasional yang berkaitan
dengan aqidah imaniah, atau sebuah kajian tentang aqidah Islamiyah
yang bersandar kepada nalar.
e. Ahmad Hanafi, di dalam nash-nash kuno tidak terdapat perkataan al-
Kalam yang menunjukkan suatu ilmu yang berdiri sendiri
sebagaimana yang diartikan sekarang. Arti semula dari istilah al-
Kalam adalah kata-kata yang tersusun yang menunjukkan suatu
maksud Kemudian dipakai untuk menunjukkan salah satu sifat
Tuhan, yaitu sifat berbicara.

2. Dasar- dasar Qur’ani


- Al-Qur’an
a. Q.S Al-Ikhlas surah ke 112 ayat 1-4
Yang berisi tentang Memurnikan Keesaan Allah adalah surah ke-
112 dalam al-Qur'an. Surah ini tergolong surah Makkiyah, terdiri atas 4
ayat dan pokok isinya adalah menegaskan keesaan Allah sembari
menolak segala bentuk penyekutuan terhadap-Nya. Kalimat inti dari
surah ini, "Allahu ahad, Allahus shamad" (Allah Maha Esa, Allah
tempat bergantung), sering muncul dalam uang dinar emas pada zaman
Kekhalifahan dahulu. Sehingga, kadang kala kalimat ini dianggap
sebagai slogan negara Khilafah Islamiyah, bersama dengan dua
kalimat Syahadat.

b. Q.S Ar-Rum ayat 30


Dalam surat ar-Rum ayat 30 dijelaskan bahwa Islam adalah agama
fitrah. Ketiga, Cara memelihara fitrah manusia yaitu dengan cara: 1.
Kembali kepada agama Allah SWT, 2. Penyucian jiwa (tazkiyah an-
nafs), 3. Menggunakan akal dengan baik.

c. Q.S Al-`Imron ayat 191


Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau
dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau

3
menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami
dari azab neraka."

d. Q.S Ar-Ro`du ayat 13


Surah Ar-Ra'd (bahasa Arab:ar-Ra'd, "Guruh") adalah surah ke-13
dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 43 ayat dan termasuk golongan
surah Makkiyah. Surah ini dinamakan Ar-Ra'd yang
berarti Guruh (Petir) karena dalam ayat 13 Allah berfirman yang
artinya ...dan guruh itu bertasbih sambil memuji Allah,(demikian pula)
para malaikat karena takut kepada-nya, dan Allah melepaskan
halilintar, lalu menimpaknnya kepada siapa yang dia kehendaki, dan
mereka berbantah-bantah tentang Allah, dan dialah Tuhan Yang Maha
Esa keras siksanya... menunjukkan sifat kesucian dan kesempurnaan
Allah SWT, dan lagi sesuai dengan sifat Al-Quran yang mengandung
ancaman dan harapan, maka demikian pula lah halnya bunyi guruh itu
menimbulkan kecemasan dan harapan kepada manusia. Isi yang
terpenting dari surah ini ialah bahwa bimbingan Allah kepada makhluk-
Nya bertalian erat dengan hukum sebab dan akibat. Bagi Allah SWT
tidak ada pilih kasih dalam menetapkan hukuman. Balasan atau
hukuman adalah akibat dan ketaatan atau keingkaran terhadap hukum
Allah.
e. Q.S Al-Baqarah ayat 75
Sebagai contoh pendapat yang diungkapkan oleh Ahmaf Hanafi,
kata-kata kalamullah banyak terdapat dalam al-Qur’an, diantaranya
pada
Surah al-Baqarah ayat 75, yang artinya : “Maka apakah kamu
(Muslimin) sangat mengharapkan mereka akan percaya kepadamu,
sedangkan segolongan dari mereka mendengar Firman Allah, lalu
mereka meng-ubahnya setelah memahaminya, padahal mereka
mengetahuinya?”
f. Q.S Al-Baqarah ayat 253
Yang artinya :
“Rasul-rasul itu Kami Lebihkan sebagian mereka dari sebagian yang
lain. Di antara mereka ada yang (langsung) Allah Berfirman dengannya
dan sebagian lagi ada yang Ditinggikan-Nya beberapa derajat. Dan
Kami Beri ‘Isa putra Maryam beberapa mukjizat dan Kami Perkuat dia
dengan Ruhul Qudus.** Kalau Allah Menghendaki, niscaya orang-
orang setelah mereka tidak akan berbunuh-bunuhan, setelah bukti-bukti
sampai kepada mereka. Tetapi mereka berselisih, maka ada di antara
mereka yang beriman dan ada (pula) yang kafir. Kalau Allah

4
Menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Tetapi Allah
Berbuat menurut kehendak-Nya.”

g. Q.S An-Nisa’ ayat 164.


Artinya:
“Dan ada beberapa rasul yang telah Kami Kisahkan mereka kepadamu
sebelumnya dan ada beberapa rasul (lain) yang tidak Kami Kisahkan
mereka kepadamu. Dan kepada Musa, Allah Berfirman langsung.”
Penggunaan al-Kalam sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri
sebagaimana kita kenal saat ini pertama kali digunakan pada masa
kekhalifahan Bani Abbasiyah, tepatnya pada masa khalifah Al-Ma’mun.
Sebelumnya, pembahasan tentang kepercayaan-kepercayaan dalam
islam disebut al-fiqh fi ad-din, sebagai imbangan terhadap al-fiqh fi al-
ilm yang diartikan ilmu hukum ( ilmu qanun ). Biasannya mereka
menyebutkan al-fiqhi fiddiniafdhalu minal fiqhi fil ‘ilmi, ilmu aqidah
lebih baik dari ilmu hukum.
h. Q.S. Asy-Syura ayat 7
Ayat ini menunjukkan bahwa tuhan tidak menyerupai apapun di
dunia ini. Ia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
i. Q.S. Al-Furqon ayat 59
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan yang Maha Penyayang
Bertahta di atas “Arsy”. Ia Pencipta langit, bumi, dan semua yang ada
di antara keduanya.
“…Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara
keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy,
(Dialah) yang Maha pemurah, Maka Tanyakanlah (tentang Allah)
kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia..”
j. Q.S. Thaha ayat 39
"…Letakkanlah ia (Musa) didalam peti, kemudian lemparkanlah ia
ke sungai (Nil), Maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya
diambil oleh (Fir'aun) musuh-Ku dan musuhnya. dan aku telah
melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya
kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku…”

k. Q.S. Ar-Rahman ayat 27.


Ayat ini menunjukkan bahwa Allah SWT akan tetap kekal selama-
lamanya.

5
l. Q.S. An-Nisa’ ayat 125
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan menurunkan aturan berupa
agama. Seseorang akan dikatakan telah melaksanakan aturan agama
apabila melaksanakannya dengan ikhlas karena Allah.
m. Q.S. Luqman ayat 22
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang telah menyerahkan dirinya
kepada Allah disebut sebagai orang muhsin.
n. Q.S. Ali Imran ayat 83
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan adalah tempat kembali segala
sesuatu, baik secara terpaksa maupun secara sadar.
o. Q.S. Ali Imran ayat 84-85.
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhanlah yang menurunkan petunjuk
jalan kepada para nabi.
p. Q.S. Al-Anbiya ayat 92
“Sesungguhnya inilah agama kalian semua -wahai manusia-, suatu
agama yang satu, yaitu agama tauhid yang merupakan agama Islam,
dan Aku adalah Tuhan kalian, maka murnikanlah ibadah hanya kepada-
Ku semata.
q. Q.S. Al-Hajj ayat 78
Ayat ini menunjukkan bahwa seseorang yang ingin melakukan suatu
kegiatan yang sungguh-sungguh akan dikatakan sebagai “jihad” kalau
dilakukannya hanya karena Allah SWT semata.

Ayat-ayat di atas berkaitan dengan dzat, sifat, asma, perbuatan,


tuntunan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan eksistensi Allah SWT
Tuhan semesta alam. Hanya saja, penjelasan rincinya tidak ditemukan.
Oleh sebab itu, para ahli berbeda pendapat dalam menginterpretasikan
rinciannya. Pembicaraan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
ketuhanan itu disistematisasikan yang pada gilirannya menjadi sebuah
ilmu yang dikenal dengan istilah ilmu kalam.

6
- Hadist
Hadist nabi SAW. Pun banyak membicarakan masalah – masalah
yang dibahas ilmu kalam. Diantaranya adalah hadist nabi yang menjelaskan
hakikat keimanan :
Artinya:
“ diriwayatkan dari abu hurairah r.a. berkata: pada suatu hari, ketika
rosulullah SAW. Berada bersama kaum muslimin, datanglah seorang laki-
laki dan bertanya kepada beliau, “wahai rosulullah, ‘apakah yang dimaksud
dengan iman? Rosulullah menjawab: “yaitu kamu percaya kepada allah,
para malaikat, semua kitab yang diturunkan, hari pertemuan dengannya,
para rosul, dan hari kebangkitan. ‘lelaki itu bertanya lagi, ‘wahai rosulullah,
apakah pula yang di yang dimaksud dengan islam? Rosulullah menjawab,
‘islam adalah mengbdikan diri kepada allah dan tidak menyekutukan-Nya
dengan perkara lain, mendirikan sholat yang telah difardukan,
mengeluarkan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa dibulan ramadhan.
Kemudian lelaki itu bertanya lagi, ‘wahai rosulullah! Apakah ihsan itu?
Rosulullah SAW. Menjawab: ‘hendaklah engkau beribadah kepada allah
seolah-olah engkau melihat-Nya. Sekiranya engkau tidak melihat-Nya,
ketahuilah bahwa dia senantiasa memperhatikanmu. ‘lelaki itu bertanya
lagi,wahai rosulullah, ‘kapankah hari kiamat akan terjadi? Rosulullah
menjawab, ‘aku tidak lebih tahu darimu, tetapi aku akan menceritakan
kepadamu mengenai tanda-tandanya. Apabila seorang hamba melahirkan
majikannyaadalah sebagian dari tandanya. Apabila seorang miskin menjadi
pemimpin masyarakat, itu juga sebagian dari tandanya. Apabila masyarakat
yang asaa pengembala kambing mampu bersaing dalam mendirikan
bangunan-bangunan mereka. Itu juga tanda akan terjadi hari kiamat. Hanya
lima perkara itu saja sebagian tanda-tanda ng kuketahui, selain dari itu allah
saja yang maha mengetahuinya, ‘kemudian rosulullah SAW. Membaca
surat al-luqman ayat 34. Sesungguhnya allah lebih mengetahui kapankah
terjadi hari kiamat. Disamping itu Dialah yang menurunkan hujan dan
mengetahui apa yang ada di dalam rahim ibuyang mengandung. Tiada
seorangpun yang mengetahui apakah yang diusahakan keesokan hari,yaitu
baik atau jahat. Dan tiada seorangpun yang mengetahuidimanakah di
menemui ajalnya. Sesungguhnya allah maha mengetahui lagi amat meliputi
pengetahuan-Nya. Kemudian lelaki tersebut beranjak dari situ, rosulullah
SAW, terus bersabda kepada sahabatnya, ‘ panggil kembali orang itu. ‘tetapi
lelaki tersebut telah hilang. Rosulullah SAW, pun bersabda, lelaki tadi
adalah Jibril a.s. kedatangannya adalah untuk mengajar manusia tentang
agama mereka”.
Ada pula beberapa hadits yang kemudian dipahami oleh sebagian
ulama sebagai prediksi nabi mengenai kemunculan berbagai golongan
dalam ilmu kalam. Diantaranya adalah:

7
“ Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah R.A. ia mengatakan
bahwa Rosulullah SAW. Bersabda, “orang-orang Yahudi akan terpecah
belah menjadi tujuh puluh dua golongan : dan umatku akan terpecah
menjadi Tujuh puluh tiga golongan”.
“Hadits yang diriwayatlan dari Abdullah bin Umar. Ia mengatakan
bahwa Rosulullah SAW. Bersabda, “akan menimpa umatku apa yang
pernah menimpa bani Israil. Bani Israil telah terpecah belah menjadi 72
golongan dan umatku akan terpacah belah menjadi 73 golongan. Semuanya
akan masuk neraka, kecuali satu golongan saja, “siapa mereka itu wahai
Rodulullah.?. “ Tanya para sahabat. Rosulullah menjawab, mereka adalah
yang mengikuti jejakku dan sahabat-sahabatku.
Syaikh Abdul Qadir mengomintari bahwa hadits yang berkaitan
dengan masalah Faksi umat ini, yang erupakan salah satu kajian Ilmu
Kalam, mempunyai sanad sangat banyak. Diantara sanad yang sampai
kepada Nabi adalah yang berasal dari beberapa sahabat, seperti : Anas Bin
Malik, Abu Hurairah, Abu Addardha, Jabir, Abu Said Al Kudri, Abu Abi
Ka’ab, Abdullah Bin Amr Bin Al Ash, Abu Umah, Watsilah Bin Al Aqsha.
Adapula pada riwayat yang hanya sampai pada sahabat. Diantaranya
adalah Hadits yang mengatakan bahwa umat islam akan terpecah belah
kedalam beberapa golongan. diantara golongan-golongan itu, hanya satu
saja yang benar, sedangkan yang lain sesat.
Keberadaan hadits yang berkaitan dengan perpecahan umat seperti
tersebut diatas, pada dasarnya merupakan prediksi Nabi dengan melihat
yang tersimpan dalam hati para sahabat. Oleh sebab itu, sering dikatakan
hasits-hadits seperti itu lebih dimaksudkan sebagai peringatan bagi para
sahabat dan umat Nabi tentang bahayanya perpecahan dan pentingnya
persatuan. \
- Pemikiran manusia
Pemikiran manusia dalam hal ini, baik berupa pemikiran umat islam
sendiri atau pemikiran yang berasal dari luar umat islam.
Sebelum filsafat Yunani masuk dan berkembang di dunia islam,
umaat islam sendiri telah menggunakan pemikiran rasionalnya untuk
menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan ayat-ayat Al-Qur’an, terutama
yang belum jelas maksudnya (Al Mutasyabihat), keharusan untuk
menggunakan rasio ternyata mendapat pijakan dari beberapa ayat Al-
Qur’an diantaranya:

8
Artinya:
“ Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah
hati mereka terkunci “ (Q.S.muhammad(47):24).
“ Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada diatas
mereka, bagaimana kami meninggikannya dan mengnghiasinya dan
langit iu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun? Dan kami hamparkan
bumi itu, dan kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan
kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang
mata”.
Ayat serupa dapat ditemukan pada an-nahl (16): 68-69; al-jadsiyah
(45) : 12-13; al-isra’ (17) :44; al-an’am (6) :97-98; at-taubah (9) : 122;
at-thariq (86) : 5-7; al-ghatsiah (88) :7-20; shad (38) :29; muhamad (47)
:24; an-nahl (16) ;17; az-zumar (39) : 9; adzriat (51) :47-49, dan lain-
lain.
Dari ayat yang disebutkan diatas, terdapat kata-kata tafakkar,
tafaquh, nazhar, tadabbar, tadzakkar, fahima, aqala, ulul albab, ulul al-
ilm, ulul ab-shar, dan ulun nuha.semua ayat tersebut berkaitan langsung
dengan anjuran mutivasi, bahkan perintah kepada manusia untuk
menggunakan rasio. Dengan demikian, manusia dapat melaksanakan
fungsi utamanya. Yakni sebagai kholifah allah SWT. Untuk mengatur
dunia. Dengan demikian, jika ditemukan seorang muslim telah
melakukan suatu kajian objek tertenu dengan rasionya, hal itu secara
teoretis bukan karena adanya pengaruh dari pihak luar saja, tetapi karena
adanya perintah langsung Al-Quran sendiri.
Bentuk kongkret penggunan pemikiran islam sebagai sumber
ilmu kalam adalah ijtihad yang dilakukan para mutakallim dalam
persoalan persoalan tertentu yang tidak ada penjelasannya dalam Al-
Quran dan hadist, misalnya persoalan manzillah bain al- manzilatain
[posisi tengah di antara dua posisi] dikalangan mu’tazilah; persoalan
ma’shum dan bada di kalangan syi’ah; dan persoalan kasab di kalangan
Asy’ariyah.
Adapun sumber ilmu kalam berupa pemikiran yang berasal dari luar
islam dapat di klasifikasikan dalam dua kategori. Petama, pemikiran
nonmuslim yang telah menjadi peradaban lalu ditrasfer dan
diasimilasikan dengan pemikiran umat islam. Proses transfer dan
asimilasi ini dapat dimaklumi karena sebelum islam masuk dan
berkembang, dunia arb (timur tengah) suatu wilayah tempat
diturunkannya agama-agama samawi lainnya. Agama-agama itu
beberapa kali diturunkan oleh Allah SWT. Didunia antara lain
disebabkan msyarakatnya dikenal suka ingkar pada kbenarannya dan
suka berbuat hipokrit. Oleh sebab itu, secara cultural, mereka adalah

9
oarng-orang yang suka menyelewengkan kebenran tuhan, sehingga
sngat pantas kalau setiap kali terjdi penyelewengan selalu terjadi
diregradasi nilai-nilai kemanusian yang sngat memilukan.
Karena kondisi inilah, Allah SWT. Menurunkan kembali agama
islam yang lurus untuk mengikis penyelewengan terhadap agama-
agama samawi dan dekadensi moral. Agama-agama samawi yang
dislewengkan itu adalah mazdakiah, muawiyah, yahudi, dan nasrani. Di
antara para penganut agama itu, terdapat para teolog, pemikir agama,
dan tokoh lainnya yang sangat ahli di bidangnya. Setelah masuk islam,
mereka membawa ide dan pemikiran yang selama ini mereka geluti
kedalam islam sehingga menimbulkan permasalahan baru di dalam
islam. Di antara permasalahan itu ad yang berkaitan dengan ketuhanan.
Padahal. Pada masa rosulullah SAW,, permasalahan itu tidak pernah
muncul apa lagi berkembang.
Abu hasan ismail Al-Asy’ari mengatakan bahwa pada masa awal
islam terdapat dua orang tokoh agama lain. Satu orang di antaranya
beragama nasrani yang bernama ma’bad bin abdillah Al-juhani al- bisri.
Ia datang kemadinah lalu menghasut masyarakat madinah dengan
mengajarkan masalah qadar. Ia mempertanyakan apakah takdir itu
berasal dari allah SWT. Padahal takdir merupakan konsekuensi logis
dari suatu karya manusia yang bebas dari pengaruh siapapun dan
apapun. Para ulama’ pada masa iu telah memperingatkan masyarakat
muslim agar menjadi ma’bad karena menganggapnya sebagai racun
yang berbahya bagi masyarakat. Ma’bad juga dianggap sebagai orang
yang sesat dan menyesatkan. Kemudian ma’bad ditangkap,dihukum
mati, dan disalib oleh kholifah malik bin marwan di damaskus pada
tahun ke-8 H.
Seorang tokoh lainya bernama Abdullah bin wahab bin saba’ yang
terkenal dengan panggilan ibnu sauda. Dia adalah seorang yahudi yang
masuk islam,tetapi masih membawa pemikiran keyahudinnya kedalam
islam.diantara pemikiranyang dibawa dan disebarkan kepda masyarakat
islam adalah imamah. Ia mengajarkan bahwa Ali bin abi thalib RA.
Adalah seorang kholifah yang diperkuat oleh nash agama, sedangkan
semua kholifah sebelumnya tidahlah sah, bahkan menganggapnya telah
merebut hak orang lain. Ajran lainnya berkaitan dengan anggapan
bahwa kehidupan ali r.a. bersifat lestari. Oleh karena itu, ali r.a. tidak
meninggal dan terbunuh dan ia akan datang lagi menjadi Ratu adil
pendamai dunia pada zaman akhir nanti.
Pemikiran ibnu sauda ini merupakan informasi pemikiran agama
yahudi. Pemikiran ini kemudian berkembang menjadi suatu aliran daam
islam, yaitu Syiah imamiyah.

10
Adapun agama mazdakiah, seperti dikatakan henry Corbin,
merupakan bagian dari zoroater. Agama ini di anut bangsa iran kuno
dan mengajarkan bahwa tuhan disebut ohrmazd dan setan disebut
ahriman.roh dan jasad manusia diciptakan oleh ohrmazd. Adpun ,
seluruh kejelekan, kegelapan dan kematian merupakan perbuatan
ahriman yang selalu berlawanan dengan ohrmazd yang merupakan
semua lambing kebaikan dan cahaya. Thaif Abd Muin lebih jauh
menjelaskan bahwa untuk mengalahkan ahriman, ohrmazd terpaksa
harus menciptakan alam semesta. Adapun manusia sebgai penghuninya,
berada pada garis depan dalam pertarungan antara ahriman dan
ohrmazd. Untuk menjaring ahriman agar dapat dihancurkan, ohramzd
menciptakan sebuah senjata berupa dunia materi. Dengan senjata itu,
ohramzd mampu memberikan pukulan terakhirnya kepada ahriman lalu
membunuhnya.
Herry corbin selanjutnya mengatakan bahwa agama mazdakiyah
memberikan pengaruh kepada islam setelah di transfer oleh seorng sufi
yang bernama shihabuddin yahya as- suhrawardi. Ia dikenal dengan
sebutan syekh al-isyraq atau al-maqtul atau the master of oriental
theoshopy. Dalam tulisannya corbin mengatakan,
“His (Suhrawardi) life’s work aimet to restore the theophikal
wisdom of ancient Persia in islam itself, and with the resources of the
pure sriritual side of islam”
“seluruh karya suhrawardi di maksudkan untuk mngembalikan
kebijakan teosofis dri Persia timur kedalam islam dan dijadikan sumber
spiritual murni disamping islam.”
Pemikiran suhrawardi ini belakangan dikmangkan lagi oleh
muhyidin ibnu arabi (116-1240).
Kedua, berupa pemikiran-pemikiran nonmuslim yang bersifat
akademis, seperti filsafat (terutama dari yunani), sejarah dan sains.
- Insting
Secara intingtif, msnusia selalu ingi bertuhan. Oleh sebab
itu, kepercayaan adanya tuhan telah berkembang sejak adanya
manusia pertama. Abbas mahmoutd Al-kakad mengatakan bahwa
keberadaan mitos merupakan asal-usul agama dikalangan orang-
orang primitife. Tylor justru mengatakan bahwa animisme –
anggapan adanya kehidupan pada benda-benda mati - merupakan
asal usul kepercayaan adanya tuhan.
Adapun spencer mengatakan lain lagi. Ia mengatakan bahwa
pemujaan terhadap nenek moyang merupakan bentuk ibadah
paling tua. Keduanya menganggap bahwa animism dan

11
pemujaan terhadap nenek moyang sebagai asal usul kepercayaan
dan ibadah tertua terhadap tuhan yang maha Esa. Lebih dilatar
belakangi oleh adanya pengalaman setiap manusia yang suka
mengalami mimpi.
Di dalam mimpi, seorang dapat bertemu, bercakap-cakap,
bercengkrama, dan sebagainya dengan orang lain, bahkan
dengan orang telah mati sekalipun. Ketika seoranmg yang
mimpi itu bangun, dirinya tetap berada ditempat semula. Kondisi
telah membentuk intuisi bagi setiap yang telah bermimpi untuk
meyakini bahwa apa yang telah dilakukan dalam mimpi adalah
perbuatan roh lain, yang pada masanya roh itu akan segera
kembali. dari pemujaan terhadap roh berkembang kepemujaan
terhadap matahari, lalu lebih berkembang lagi terhadap
pemujaan benda-benda langit atau alam lainnya.
Abbas mahmuod Al-akkad, pada bagian lain, mengatakan
bahwa pemikiran terhadap benda-benda alam
berkembang,diwilaya-wilyah tertentu pemujaan terhadap benda-
benda alam berkenbang secara beragam. Di Mesir,
masyrakatnya memuja totemisme. Mereka menganggap suci
terhadap burung elang, burung nasr, ibn awa (sebangsa anjing
hutan), buaya dan lain-lainnya. Anggapan itu lalu berkembang
menjadi pemujaan terhadap matahari. Dari sini berkembang lagi
percaya adanya keabadian dan balasan bagi amal perbuatan yang
baik.
Dari sini dapat bahwa kepercayaan adanya tuhan,secara
instingtif, telah berkembang sejak keberadaan manusia pertama.
Oleh sebab itu, sangat wajar kalau William L.resee mengatakan
bahwa yang berhubungan dengan ketuhanan, yang dikenal
dengan istilah theologia, telah berkembang sejak lama. Ia
bahkan mengatakan bahwa teologi muncul dari sebuah mitos.
Selanjutnya, teologi itu berkembanmg menjadi “theology
natural” (teologi wahyu).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa secara historis, ilmu
kalam bersumber pada Al – Qur’an, Hadits, pemikiran manusia
dan insting.
Ilmu kalam adalah sebuah ilmu yang mempunyai objek
tersendiri, tersistematisasikan,dan mempunyai metodologi
sendiri. Dikatakan oleh musthafa Abd ar-raziq bahwa ilmu ini
bermula ditangan pemikiran Mu’tazilah, Abu hasyim, dan
kawannya imam Al- HAsan bin muhammadbin Hanafiyah.
Adapun orang yang pertama membentangkan pemikiran kalam
secara lebih baik dengan logikanya adalah Imam Al – asy’ari,
tokoh ahlu sunnah wa al-jamaah,melalui tulisan-tulisannya yang

12
terkenal, yaitu Al-maqalat, dan Al-Ibanah An-Ushul Ad-
diyanah.

B. SEJARAH KEMUNCULAN PERSOALAN-PERSOALAN


ILMU KALAM
Ilmu kalam sudah berkembang sejak lama, ilmu ini telah melewati beberapa
masa dalam perkembangannya, yaitu:
1. Masa Rasulullah SAW.
Masa Rasululah SAW adalah masa penyusun peraturan-peraturan,
menetapkan pokok-pokok akidah, menyatukan umat islam dan membangun
kedaulatan islam. Masa ini para muslimin kembali kepada Rasulullah
sendiri untuk mengetahui dasar-dasar agama dan hokum-hukum syari’at.
Mereka disinari oleh nur wahyu dan petunjuk-petunjuk Al-Qur’an.
Rasulullah menjauhkan para umat dari segala hal yang menimbulkan
perpecahan dan perbedaan pendapat.
Oleh karena itu para mukmin diharuskan menaati Allah dan menaati
rasul-Nya dan dilarang mereka berselisih paham, diterangkan pula akibat-
akibat yang ditimbulkan oleh perbedaan paham itu. Allah SWT berfirman:
“ Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-
bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu
dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Anfal: 46).

2. Masa Khaulafa Rasyidin


Setelah Rasul wafat, dalam masa khalifah pertama dan kedua, umat
islam tidak sempat membahas dasar-dasar akidah, karena mereka sibuk
menghadapi musuh dan berusaha mempertahankan kesatuan dan persatuan
umat.
Tidak pernah terjadi perbedaan dalam bidang aqidah. Mereka
membaca dan memahamkan Al-Qur’an tanpa mencari ta’wil bagi ayat-ayat
yang mereka baca. Mereka mengikuti perintah Al-Qur’an dan menjauhi
larangannya. Mereka mensifatkan Allah dengan apa yang mereka sifatkan
sendiri. Dan mereka mensucikan Allah dari sifat-sifat yang tidak layak bagi
keagungan Allah. Apabila mereka menghadapi ayat-ayat mutasyabihat,
mereka mengimaninya dengan menyerahkan pentakwilannya kepada Allah
sendiri.
Di masa khalifah ketiga akibat terjadi kekacauan politik yang
diakhiri dengan terbunuhnya khalifah Usman, umat islam menjadi terpisah
dalam beberapa golongan partai, barulah masing-masing partai dan
golongan-golongan itu berusaha mempertahankan pendiriannya dengan
perkataan dan usaha, dan terbukalah pintu ta’wil bagi nash-nash Al-Qur’an
dan hadits dan terjadilah pembuatan riwayat-riwayat palsu. Karena itu,
pembahasan aqidah mulai subur dan berkembang, selangkah demi
selangkah dan kian hari kian besar dan meluas.

13
Menurut Harun Nasution, kemunculan persoalan ilmu kalam dipicu
oleh persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan Utsman bin
Affan yang berbuntut pada penolakan Mu’awiyah atas kekhalifahan Ali bin
Abi Thalib. Ketegangan antara Mu’awiyah dan Ali bin Abi Thalib
mengkristal menjadi perang siffin yang berakhir dengan keputusan tahkim
(arbitrase). Sikap Ali yang menerima tipu muslihat Amr bin Ash,utusan dari
pihak Mu’awiyah dalam tahkim, sungguhpun dalam keadaan terpaksa, tidak
disetujui oleh sebagian tentaranya. Mereka berpendapat bahwa persoalan
yang terjadi saat itu tidak dapat diputuskan melalui tahkim. Putusan hanya
datang dari Allah dan kembali kepada hukum-hukum yang ada dalam Al-
Qur’an, La Hukma Illa Lillah (tidak ada hokum selain dari Allah) menjadi
semboyan mereka. Mereka memandang Ali telah berbuat salah sehingga
meninggalkan barisannya, dalam sejarah islam mereka dikenal dengan
nama Khawarij, yaitu orang-orang yang keluar dan memisahkan diri
(secerdes)
Diluar pasukan yang membelot Ali, ada pula sebagian besar yang tetap
mendukung Ali. Mereka inilah yang kemudian memunculkan kelompok
syiah. Menurut Watt Syiah muncul ketika berlangsung peperangan antara
Ali dan Mua’awiyah yang dikenal sebagai perang siffin. Sebagai respon atas
penerimaan Ali terhadap arbitrase yang ditawarkan Mu’awiyah, pasukan
Ali terpecah menjadi dua, satu kelompok mendukung sikap Ali kelak
disebut Syi’ah dan kelompok lain yang menolak kelak disebut Khawarij.

3. Masa Bani Umayyah


Setelah usaha-usaha mempertahankan kadaulatan islam mulai
kendur dan terbuka masa untuk memikirkan hukum-hukum agama dan
dasar-dasar akidah, serta masuknya pemeluk-pemeluk agama lain ke dalam
islam yang jiwanya tetap dipengaruhi oleh unsure-unsur agama yang telah
mereka tinggalkan, lahirlah kebebasan berbicara tentang masalah-masalah
yang tak pernah dibahas oleh ulama salaf.
Segolongan ulama merupakan tokoh-tokoh Qadariyah yang
pertama, seperti: Ma’bad al-Juhani, Ghailan ad-Dimasyaqi, dan Ja’ad ibn
Dirham, mulai membahas masalah qadar dan masalah istitha’ah. Demikian
pula muncul pada masa ini orang-orang yang meniadakan qudrat dan iradat
dari manusia, agar Allah tidak mempunyai sekutu dalam sesuatu perbuatan-
Nya dan meniadakan pula sifat-sifat Allah. Golongan ini dikendalikan oleh
Jaham ibn Shafwan, mereka dinamakan Jabriyah atau Mujbarah terkait
dengan akidah yang mereka anut.
Di penghujung abad pertama hijriyah terkenallah dalam masyarakat
pendapat golongan Khawarij yang mengkafirkan orang yang mengerjakan
dosa besar. Al-hasan al-bisri mengemukakan bahwa orang yang
mengerjakan dosa besar dipandang fasiq, tidak keluar dari islam. Pendapat
ini ditentang oleh muridnya Washil ibn Atha’. Dia mengatakan bahwa orang
yang mengerjakan dosa besar berada diantara dua martabat. Pendapat ini

14
diikuti oleh Amar ibn Ubaid. Karena pendapatnya ini ia mengasingkan diri
dari majlis gurunya Al-hasan, dan menamakan diri mereka Mu’tazilah.
Di akhir masa ini Washil ibn Atha’ telah menyusun dasar-dasar
ilmiah bagi madzhab Mu’tazilah dan cara-cara mengajak masyarakat untuk
mengembangkan pahamnya. Dia menyebarkan para pendukungnya
kesemua penjuru, hingga ke Khurasan (timur), Maroko (barat), Armenia
(Utara), serta Yaman (selatan). Dengan demikian dapat dikatakan dalam
masa ini mulai timbul usaha untuk menyusun kitab pegangan dalam Ilmu
kalam.

4. Masa Bani Abbas


Dalam masa bani abbas , hubungan pergaulan antara bangsa-bangsa
Ajam dengan bangsa Arab semakin erat dan berkembanglah ilmu dan
kebudayaan. Dalam masa inilah golongan Mu’tazilah melipatgandakan
kesungguhan mereka dalam mengembangkan dakwah kepada dasar-dasar
yang telah digariskan oleh Washil ibn Atha’. Oleh karena mereka
mempunyai akal dan kecerdasan serta kemahiran dalam menguraikan dalil,
maka banyaklah pemuka-pemuka masyarakat menganut paham mereka.
Diantaranya ialah Al-makmun, Al-Mu’thasim, dan Al-Watsiq.
Golongan Mu’tazilah memperoleh kedudukan yang baik dalam
kalangan bani Abbas, tidak lagi mendapat tekanan dan permusuhan seperti
masa bani Umayyah, dengan kekuasaan ini mereka dapat mengembangkan
paham I’tizal. Dalam masa pemerintahan Al-Makmun terjadilah
perdebadan yang memuncak dan hangat di antara ulama-ulama kalam, akad
tetapi perdebatan tentang adanya sifat bagi Allah berhenti pada saat lahir
partai-partai mutasyabihat, yaitu dengan lahirnya Muhammad ibn Karram,
pemimpin dari golongan Karamiyah yang menetapkan adanya sifat bagi
Allah dan menyamakan sifat-sifat Allah itu denngan sifat makhluk, dan
berkumandang pula pendirian Mu’tazilah tentang kemakhlukan Al-Qur’an.
Dalam peristiwa ini banyaklah orang dibunuh dan disiksa
Al-Makmun menganut paham Mu’tazilah dan memaksa masyarakat
menganut pendapat itu, kerenanya Al-Makmun menyiksa orang-orang yang
tidak mau mengikuti pendapat aliran Mu’tazilah. Tindakan ini membuat
Orang-orang menjauhkan diri dari golongan Mu’tazilah, sehingga pengaruh
Mu’tazilah kian hari kian melemah, dalam keadaan ini lahirlah Abu Hasan
Al-Asy’ari yaitu murid utama dari Abu Ali Muhammad ibn Abdul Wahab
Jubba’I Al-Mu’tazili. Abu hasan membantah pendapat gurunya dan
membela madzhab ahlus sunnah wal jama’ah.
Abu hasan memempuh jalan tengah antara madzhab salaf dan
madzhab penentangnya. Dia mengumpulkan antara dalil-dalil aqli dan dalil-
dalil naqli bagi pendapat-pendapatnya dalam menolak paham Mu’tazilah.
Usaha Abu Hasan Al-Asy’ari dibantu dan dikuatkan oleh Abu Mansur Al-
Maturidi. Maka dengan usaha dua tokoh ini madzhab I’tizal menjadi lemah
dan lenyap dari panutan masyarakat.

15
Apabila politik yang mengembangkan madzhab I’tizal pada awalnya, maka
politik pula yang menindas dan menghilangkan madzhab I’tizal dari
masyarakat dan mengembangkan madzhab ahlus sunnah wal jama’ah.

5. Masa Pasca Bani Abbas


Sesudah masa bani abbas datanglah pengikut al-Asy’ari yang terlalu
menceburkan dirinya ke dalam falsafah dan mencampurkan mantiq dan
lain-lain. Kemudian mencampurkan semuanya itu dengan ilmu kalam
sebagaimana yang dilakukan oleh Al-Baidhawi dalam kitabnya Ath-
Thawali. Madzhab Asy’ariyah berkembang pesat ke semua pelosok hingga
tak ada lagi madzhab yang menyalahinya selain madzhab hanbaliyah yang
tetap bertahan pada madzhab salaf , yaitu beriman sebagaimana yang
tersebut dalam Al-Qur’an dan Hadis tanpa mentakwilkan ayat-ayat atau
hadis-hadis.
Pada permulaan abad ke 8 H, lahirlah di Damaskus seorang ulama
besar yaitu ibn Taimiyah yang menentang pihak yang mencampur adukkan
falsafah dan kalam, atau menentang usaha yang memasukkan prinsip-
prinsip falsafah ke dalam akidah islamiyah.Ibn Taimiyah membela madzab
salaf dan membantah pendirian golongan asy’ariyah dan lain-lain. Oleh
karena itu masyarakat islam pada masa itu ada yang pro dan ada yang kontra
dengan ibn Taimiyah, usaha Taimiyah dilanjutkan oleh muridnya Ibnu
Qayyimil Jauziyah.
Setelah masa ini berlalu tumpulah kemauan, lenyaplah daya kreatif
untuk mempelajari ilmu kalam dan meninggalkan karya tulis berupa kitab,
namun lama setelah itu muncul lagi tokoh-tokoh pemikir seperti
Muhammad Abduh dan gurunya Jamaluddin Al-Afgani yang kemudian
dilanjutkan oleh Rasyid Ridha. Usaha beliau-beliau ini yang telah
membangun kambali ilmu-ilmu agama yang sempat menurun keminatannya
setelah masa ibn Taimiyah

16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan tentang konsep dasar Qur’ani dan sejarah kemunculan
persoalan-persoalan ilmu kalam di atas dapat kita simpulkan bahwa ilmu
kalam merupakan ilmu yang membahas tentang keberadaan Tuhan YME
yaitu Allah SWT. Dengan perincian pembahasan tentang sifat wajib,
mustahil, dan jaiz yang ada padanya dan pembahasan tentang kebesaran
serta Rasul dan agama Allah SWT., yang bersumber dari Al-Qur’an
sebagaimana telah diterangkan beberapa surah dan ayat nya yang
berhubungan langsung dengan keesaan Allah SWT dan bisa bersumber dari
Hadist dan pemikiran-pemikiran/insting manusia. Serta ilmu kalam lebih
menghedepankan pada logika dan insting yang dikembalikan legi kepada
dalil-dalil yang shahih.
Kemudian ilmu kalam telah melewati masa-masa awal kemunculan
ilmu tersebut diantaranya masa Rasulullah SAW, masa Khaulafa Rasyidin,
masa Bani Umayyah, masa Bani Abbas, dan masa Pasca Bani Abbas.

B. SARAN
Dengan berkembang nya Ilmu kalam dari masa ke-masa, kita sepatutnya
sebagai umat muslim supaya harus tetap bersyukur. Karena dengan adanya
ilmu kalam ini kita dapat lebih memahami tentang keesaan Allah SWT serta
Rasul Allah dengan tetap mengesampingkan perdebatan-perdebatan agar
tetap kembali kepada Al-qur’an dan Hadist yang shahih.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://tafsirweb.com/5604-quran-surat-al-anbiya-ayat-92.html
http://makalah3210.blogspot.com/2018/11/dasar-dasar-qurani-dan-
sejarah.html?m=1
https://desifitri7.wordpress.com/2014/12/28/resume-pembelajaran-ilmu-
kalam-dasar-dasar-qurani-dan-sejarah-kemunculan-persoalan-
persoalan-kalam/
http://zainmuslim9.blogspot.com/2015/12/dasar-qurani-dan-sejarah-
tumbuhnya-ilmu.html?m=1
https://misfar.wordpress.com/2011/10/27/a-dasar-dasar-qurani-dan-
sejarah-kemunculan-persoalan-persoalan-ilmu-kalam/

12

Anda mungkin juga menyukai