SKRIPSI
NIM: 1110102000030
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farma
1110102000030
NIM 1110102000030
Tanda Tangan :
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
NIM 1110102000030
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
iv
HALAMAN PENGESAHAN
NIM 1110102000030
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Jakarta
v
ABSTRAK
Kitosan merupakan salah satu polimer alami yang mempunyai potensi dalam sediaan
farmasi sebagai bagian dari sistem penghantaran obat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efek sambung silang kitosan – natrium tripolifosfat dalam bentuk salut
film terhadap pelepasan obat. Tablet salut dibuat dengan menggunakan panci
penyalutan dan proses sambung silang antara kitosan dengan natrium tripolifosfat
dilakukan dengan cara penyemprotan. Tablet yang dihasilkan dievaluasi penampilan
fisik tablet yang telah disalut, penambahan bobot, tebal dan diameter tablet salut,
waktu hancur tablet serta uji disolusi tablet salut. Tablet salut film kitosan – natrium
tripolifosfat yang dihasilkan memiliki waktu hancur 21,83 ± 2,63 menit dibandingkan
dengan tablet inti dan tablet salut kitosan yang waktu hancur nya masing-masing 6 ±1
dan 5,66 ± 0,51 menit. Profil pelepasan propranolol pada tablet salut film dalam
media asam dan dapar fosfat dalam waktu 30 menit masing-masing 34,976 ± 1,132%
dan 15,442 ± 0,360%. Pelepasan propranolol pada tablet inti dalam asam dan dapar
fosfat pada menit 30 masing-masing adalah 85,81 ± 0,3602% dan 96,444 ± 2,542%.
Hal ini menunjukkan bahwa salut film kitosan – NaTPP mempunyai potensi untuk
menahan pelepasan obat.
vi
ABSTRACT
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun penulis
berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada khususnya. Akhir kata, penulis
berharap Allah SWT akan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu saya dalam penelitian ini.
Penulis
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Dengan demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di : Ciputat
Pada tanggal 6 Oktober 2014
Yang menyatakan,
x
DAFTAR ISI
xi
2.8.1 Gliserin.......................................................................................................11
2.8.2 Sorbitol......................................................................................................12
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Hipotesis
Hasil sambung silang kitosan – tripolifosfat dengan metode semprot dapat
membentuk film serta dapat digunakan sebagai penyalut tablet lepas terkendali.
sambung silang kitosan – tripolifosfat dengan metode semprot sebagai film pada
tablet salut film sehingga menjadi dasar untuk pemanfaatannya lebih lanjut dalam sistem penghantaran obat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kitosan
Kitosan diperoleh dari limbah produk laut yang telah diproses. Secara
umum, proses yang harus dilakukan untuk memperoleh kitosan ada 4 tahap, yaitu:
i. Deproteinization; ii. Demineralization; iii. Decolourization; iv. Deacetylation
(Dutta, Dutta & Tripathi, 2004).
4
5
Gambar 2.4. Struktur Kimia Gliserin (Rowe, Sheskey dan Quinn, 2009).
Gliserin yang mempunyai berat molekul 92,09 ini adalah eksipien yang
sangat sering digunakan dalam sediaan farmasi. Gliserin memiliki organoleptis
yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau, bersifat kental, dan rasa manis 0,6 kali
manis sukrosa. Cairan yang bersifat higroskopis ini memiliki banyak kegunaan
diantaranya pengawet antimikroba, pelarut campur, emollient, humektan, pelarut,
pemanis. Kegunaan lain gliserin adalah sebagai plasticizer yang digunakan pada
formulasi film pada tablet salut film (Rowe, Sheskey dan Quinn, 2009).
Penambahan plasticizer pada formulasi film adalah untuk menjaga kestabilan film
yang dibentuk oleh polimer agar lebih stabil terhadap temperature kaca (Siregar,
2008).
2.8.2 Sorbitol
Gambar 2.5. Struktur Kimia Sorbitol (Rowe, Sheskey dan Quinn, 2009).
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: timbangan analitik
(AND GH-120), pH meter (horiba F-52), magnetic stirrer (advantec
SRS710HA), hair dryer, viskometer Haake 6R, moisture analyzer, dissolution
tester (erweka DT626HH), friabilator EF – 2, disintegration tester (electrolab
ED-2L), hardness tester TBH 225, desikator, kompressor, spray gun, spatula,
oven (eyela NDO- 400, Jepang), pan coating, spektrofotometer UV visible hitachi
U-2910, mikroskop optik olympus IX 71, Jepang, mikrometer digital (mitutoyo,
Jepang), tensile tester Strograph-R1 (Toyoseiki, Jepang), alat potong dumb bell
(Saitama dengan standar ASTM-D 1822-1, Jepang), corong buchner dan alat-alat
gelas standar laboratorium lainnya.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kitosan (PT.
Biotech Surindo, Indonesia; berat molekul sedang, derajat deasetilasi 92,2%),
natrium tripolifosfat (Wako, Jepang), Propranolol (Banca Carige, Italia), gliserin
(Brataco), sorbitol (Brataco), silica blue (PT. Brataco), asam asetat 2% (Merck),
air suling, HCl 0,1N (Merck), dapar fosfat, kertas saring, tissue, aluminium foil.
13
14
Keterangan: Formula A1, B1, C1, D1 menggunakan metode 1 sedangkan formula A2, B2, C2, D2
menggunakan metode 2
Keterangan:
Wloss = kehilangan bobot (%)
A0 = jumlah bobot awal (gram)
A1 = jumlah bobot akhir
(gram)
Keterangan :
F = friabilitas (%)
a = bobot tablet sebelum diuji
(g) b = bobot tablet setelah diuji (g)
(𝑇) = (𝐴𝑠 )
𝐷 𝐴𝑢
Keterangan:
T = jumlah mg propranolol HCl dalam tablet yang tertera etiket
D = kadar larutan uji dalam µg per ml, berdasarkan kadar tiap tablet yang tertera pada etiket
dan pengenceran yang dilakukan.
Au = serapan larutan uji
As = serapan larutan
baku
Bahan Jumlah
Larutan Kitosan 1% (ml) 200
Plasticizer Gliserin : 1,5
Sorbitol 75% 1:1 (75% b/b
kitosan) (gram)
Larutan NaTPP 0,1% (ml) 200
yalutan tablet. Tablet yang telah disalut ditimbang seluruhnya dan diukur bobot rata-ratanya dan dibandingkan dengan bo
S, 2010, dengan modifikasi).
𝑊𝑔𝑎𝑖𝑛 = 𝑊1 − 𝑊0 𝑥100%
𝑊0
Keterangan:
Wgain = Penambahan bobot (%)
W0 = jumlah bobot awal (gram)
W1 = jumlah bobot akhir
(gram)
i NaTPP dengan menyemprotkan larutan penyalut pada substrat kaca untuk membuat simulasi penyalutan film pada tab
Ketebalan ukuran film yang diperoleh adalah sekitar 0,057 mm. Film
dengan metode 2 konsentrasi NaTPP 1% (D1 dan D2) memiliki ketebalan yang
berbeda dibandingkan film yang lain. Hal ini dikarenakan pada saat pengerjaan,
ketebalan film sangat dipengaruhi oleh aliran udara panas yang dihasilkan oleh
alat pengering sebagai pengganti alat pemberi udara panas yang terdapat pada alat
21
22
salut tablet yang sebenarnya. Aliran udara panas yang dihasilkan tidak dapat
memberi aliran udara panas yang sama di seluruh permukaan film sehingga
menghasilkan ketebalan film yang tidak konsisten.
Dari hasil uji mekanik diperoleh data persentase elongation at break (EB)
dan tensile strength (TS). Elongation at break merupakan data yang menunjukkan
perubahan panjang yang terjadi dari panjang semula sampai film putus saat
diberikan gaya penarikan. Sedangkan tensile strength merupakan gaya rentang
yang diperlukan agar film yang diuji terputus saat diberikan gaya penarikan.
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai EB terbaik yaitu 60% pada konsentrasi
NaTPP 0,5% sedangkan nilai TS terbaik yaitu 2387,35 N/cm 2 pada konsentrasi
0,1%. Nilai EB pada konsentrasi NaTPP 0,5% merupakan yang terbaik, namun
perbedaan metode dan konsentrasi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
terhadap nilai EB. Nilai TS yang terbaik yang didapat pada konsentrasi 0,1% dan
perbedaan metode tidak memberikan perbedaan yang signifikan sedangkan
perbedaan konsentrasi pada 0,1% terhadap 0,05% dan 0,5% tidak signifikan dan
signifikan terhadap konsentrasi 1%. Karena nilai TS pada konsentrasi 1% sangat
rendah, sehingga konsentrasi yang digunakan pada penelitian kali ini adalah 0,1%.
Nilai EB dan TS sangat penting karena menunjukkan kekuatan film yang akan
terbentuk pada tablet pada saat penyalutan. Film dengan nilai EB dan TS tinggi
akan menghasilkan film yang lebih tahan, khususnya pada proses penyalutan di
mana film yang terbentuk pada tablet akan mengalami kontak fisik secara terus
menerus dengan panci penyalutan dalam waktu yang cukup lama.
Viskositas larutan kitosan sebagai larutan pembentuk film didapat sebesar
98 cPs dengan menggunakan spindle R2 dan 200 rpm. Viskositas yang diperoleh
tidak tinggi. Viskositas larutan penyalut tidak boleh terlalu tinggi, karena dapat
mengakibatkan sulitnya penyemprotan larutan penyalut dari pistol semprot pada
saat proses penyalutan.
Dengan menggunakan analisa statistik menggunakan perangkat lunak
SPSS, perbedaan metode 1 dan metode 2 tidak memberikan perbedaan yang
signifikan, sedangkan perbedaan konsentrasi dari konsentrasi 0,1% ke 0,5% dan
1% memberikan hasil yang signifikan dan perbedaan konsentrasi antara 0,05% ke
0,1% memberikan hasil yang tidak signifikan. Berdasarkan analisa di atas,
Parameter Hasil
Tebal 3,85 mm
Diameter 8,7 mm
Tabel 4.4 Data Waktu Hancur Tablet dalam Asam dan Aquadest
Berdasarkan uji waktu hancur tablet yang telah dilakukan, lapisan salut
film yang ada pada tablet dapat memperlambat waktu hancur tablet. Hal ini
menunjukkan bahwa film hasil sambung silang kitosan-natrium tripolifosfat
mempunyai potensi untuk menahan pelepasan obat dalam tablet. Potensi
penahanan pelepasan obat dapat diketahui lebih lanjut dengan uji disolusi.
100
90
80
70
60
50
40
30 tablet salut
20 tablet inti
10
0
0515304560120
Waktu (Menit)
Gambar 4.2. Grafik Jumlah Kumulatif Obat yang Terdisolusi dari Tablet Inti dan
Tablet Salut dalam Asam
Tabel 4.6 Hasil Data Uji Disolusi dalam Dapar Fosfat
120
100
80
60
tablet salut
40 tablet inti
20
0
0 5 15 30 45 60120
Waktu (Menit)
Gambar 4.3. Grafik Jumlah Kumulatif Obat yang Terdisolusi dari Tablet Inti dan
Tablet Salut dalam Dapar
Dari data disolusi di atas, dapat terlihat bahwa pelepasan obat pada tablet
salut film kitosan-natrium tripolifosfat lebih lambat dibandingkan tablet inti.
Menurut farmakope Indonesia 4, tablet propranolol dalam waktu 30 menit sudah
harus terlepas setidaknya 75% kandungannya. Hal ini berbeda jauh dibandingkan
dengan pelepasan obat pada tablet salut film di mana kandungan obat yang
terdisolusi dalam waktu 30 menit sebesar 34,976%. Persen terdisolusi obat pada
tablet salut film mencapai lebih dari 75% pada waktu 120 menit. Film kitosan
dalam medium asam akan terlarut sehingga memicu pelepasan obat. Hal ini dapat
dikurangi dengan melakukan sambung silang dengan natrium tripolifosfat
sehingga dapat mengurangi pelepasan obat pada tablet (Berger et al, 2003). Pada
disolusi tablet inti pada medium dapar, kandungan obat hampir terdisolusi
seluruhnya pada menit ke 15, yaitu sekitar 94,34%. Tablet salut film dalam
medium dapar fosfat menunjukkan pelepasan obat yang lebih lambat dalam waktu
15 menit, yaitu 6,3%. Hal ini disebabkan lapisan film menghambat masuknya
medium dapar masuk ke dalam tablet sehingga pelepasan obat yang terjadi jauh
lebih lambat. Pelepasan obat pada tablet salut film dalam media asam dalam
waktu 60 menit adalah 75,28% dan pada media dapar adalah 70,01%. Walaupun
begitu, pelepasan obat propranolol dengan sistem penghantaran obat sustained
release diharapkan tidak lebih dari 30% dalam waktu satu jam. Hal ini
dikarenakan apabila pelepasan lebih dari 30% akan menyebabkan dose dumping
(Khandai, et al, 2010). Oleh karena itu, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
tablet salut kitosan-natrium tripolifosfat yang dibuat dalam penelitian ini tidak
bisa dikategorikan ke dalam bentuk sediaan sustained release.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini di mana tablet terdisolusi dalam
waktu kurang lebih 2 jam juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain di antaranya
adalah tablet yang digunakan untuk penyalutan yang seharusnya adalah tablet
dengan bentuk yang dikhususkan sebagai tablet inti pada penyalutan yaitu bentuk
bulat atau oval. Tablet inti yang digunakan untuk penyalutan pada penelitian ini
merupakan tablet biasa yang beredar di pasaran yang memiliki bentuk silinder
sehingga mempengaruhi kesempurnaan film yang terbentuk. Selain itu, formulasi
pada tablet biasa pada umumnya mengandung disintegran sehingga
mempengaruhi laju pelepasan obat pada tablet. Kondisi penyalutan yang tidak
optimal karena masalah teknis juga sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh
pada penelitian ini karena masih ada beberapa tablet dengan lapisan salut film
yang kurang sempurna sehingga terjadi kebocoran dan menyebabkan film
terpecah dan tablet langsung terdisolusi.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Tablet salut film kitosan – NaTPP yang dihasilkan memiliki waktu hancur
21,83 ± 2,63 menit dibandingkan dengan tablet inti yang waktu hancur nya 6
±1 menit. Hal ini menunjukkan bahwa salut film kitosan – NaTPP dapat
memperlambat waktu hancur tablet.
2. Profil pelepasan propranolol pada tablet salut film dalam media asam dan
dapar fosfat dalam waktu 30 menit masing-masing 34,976 ± 1,132% dan
15,442 ± 0,360%. Pelepasan propranolol pada tablet inti dalam asam dan
dapar fosfat pada menit 30 masing-masing adalah 85,81 ± 0,3602% dan
96,444 ± 2,542%. Hal ini menunjukkan bahwa salut film kitosan – NaTPP
mempunyai potensi untuk memperlambat pelepasan obat, walaupun belum
maksimal.
5.2. Saran
1. Perlu penelitian lanjutan tentang metode penyalutan yang optimal dan lebih
stabil untuk menggunakan kombinasi sambung silang kitosan – natrium
tripolifosfat sebagai larutan penyalut serta menggunakan tablet yang khusus
digunakan pada proses penyalutan.
30
31
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2006). The Japanese Pharmcopeia (ed 15). Evaluation and Licensing
Division, Pharmaceutical and Food Safety Bureau, Ministry of Health,
Labour, and Welfare. Japan
Anonim. (1995). Farmakope Indonesia (ed 4). Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Anonim. (1985). Farmakope Indonesia (ed 3). Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Anonim. (2007). United State Pharmacopeia 30 (ed 25). United States
Pharmacopeial Convention. United States of America
Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (ed. 4). Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.
Aydin, R.S.T. & Pulat, M. (2012). 5-Fluorouracil Encapsulated Chitosan
Nanoparticles for pH-Stimulated Drug Delivery: Evaluation of Controlled
Release Kinetics. Journal of Nanomaterials Volume 2012, Article ID
313961, 10 pages. Hindawi Publishing Corporation.
Katzung, B.G., Masters S.B., Trevor A.J. (2009). Basic and Clinical
Pharmacology (ed 11). Mc Graw-Hill. New York
Khandai, M., Chakraborty, S., Sharma, A., Panda, D., Khanam, N. dan Panda,
S.K. (2010). Development of propranolol hydrochloride matrix tablets: an
investigation on effects of combination of hydrophilic and hydrophobic
matrix formers using multiple comparison analysis. International
Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research. Volume 1 Issue
2 Article 1
Ko, J.A., Park, H.J., Hwang, S.J., Park, J.B. dan Lee, J.S (2002). Preparation and
characterization of chitosan microparticles intended for controlled drug
delivery. Int. J. Pharm 249. 165 -174
Lachman,L., Lieberman, H.A. dan Kanig, J. L. (1986). The theory and practice of
Industrial Pharmacy (3rd ed). Philadelphia: Lea & Febriger.
Ranade, V.V., Hollinger, M.A. (2004) Drug Delivery System (2nd ed). CRC Press.
New York
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., & Quinn, M.E. (2009). Handbook of Pharmaceutical
Excipient (ed.6). London: Pharmaceutical Press.
Rane, S. dan Kale, V. (2009). Evaluation of modified Guar Gum as film coating
material. International Journal of ChemTech Research. Vol.1, No.2, pp
180-182
Salger, S.V., Danki, L.S., Hiremath, S., Sayeed, A. (2010). Preparation and
Evaluation of Sustained Release Matrix Tablets of Propranolol
Hydrochloride. International Journal of Pharma and Bio Sciences Vol.1,
Issue-4
Shu, X.Z. & Zhu, K.J. (2002). The influence of multivalent phosphate structure on
the properties of ionically cross-linked chitosan films for controlled drug
release. European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics 54
(2002) 235–243
Singla, A.K. & Chawla, M. (2001). Chitosan: some pharmaceutical and biological
aspects – an update. Journal of Pharmacy and Pharmacology 53: 1047–
1067
Siregar, C.J.P. & Wikarsa, S. (2008). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar –
dasar praktis. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
DAFTAR LAMPIRAN
Uji Pendahuluan
Pemilihan Tablet
sebagai Substrat
Penyalutan Tablet
Evaluasi Tablet
Salut Film
Uji
Penampilan Fisik Disintegra Uji Disolusi Tablet
si Tablet
Lampiran 2 Alat – alat yang digunakan
Kompressor
Dumbbell Astm-D-1822-L
Viskometer Haake
Lampiran 3. Ketebalan ukuran film
𝐿𝑎 − 𝐿𝑜
%𝐸𝐵 = 𝑋100%
𝐿𝑜
Keterangan:
La = Perpanjangan saat putus (cm)
Lo = Panjang awal (1 cm)
%𝐸𝐵 = 1,2 − 1 𝑥100%
1
= 20%
0,24𝑥9,8
=
𝑇𝑆 0,3𝑥0,0059
= 1328 kg/cm2
Lampiran 6. Hasil normalitas dan homogenitas data SPSS perubahan metode dan konsentrasi terhadap EB dan TS
Tests of Normality
Tests of Normality
konsentrasi Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
rangan: Nilai normalitas <0,05 menunjukkan bahwa penyebaran data yang ada tidak normal sehingga digunakan Uji Kruska
piran 7. Hasil Kruskal Wallis tentang perbedaan metode terhadap EB
Ranks
metode A 12 12.96
EB metode B 12 12.04
Total 24
Test Statisticsa,b
EB
Chi-Square .111
Df 1
Asymp. Sig. .739
ANOVA
TS
Keterangan: untuk uji Anova, p > 0,05 menunjukkan bahwa hasil yang tidak signifikan.
Lampiran 9. Hasil Uji Kruskal Wallis tentang Perbedaan Konsentrasi terhadap EB
Ranks
0,05% 6 6.58
0,1% 6 10.25
EB 0,5% 6 21.50
1% 6 11.67
Total 24
Test Statisticsa,b
EB
Chi-Square 16.118
Df 3
Asymp. Sig. .001
ANOVA
TS
Keterangan: untuk uji Anova, p > 0,05 menunjukkan bahwa hasil yang tidak signifikan.
Lampiran 11. Hasil Post Hoc Test
Multiple Comparisons
Dependent Variable: TS
LSD
(I) konsentrasi (J) Mean Difference Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
konsentras i (I-J) Lower Bound Upper Bound
𝐹 = 𝑎 − 𝑏 x 100%
𝑎
Keterangan:
F = friabilitas (%)
a = bobot tablet sebelum diuji
(g) b = bobot tablet setelah diuji (g)
𝐹 = 6,6270 − 6,6263 x 100%
6,6270
= 0,01%
𝑇
( ) = ( 𝐴𝑠
𝐷 𝐴𝑢 )
Keterangan
T = jumlah mg propranolol HCl dalam tablet yang tertera etiket
D = kadar larutan uji dalam µg per ml, berdasarkan kadar tiap tablet yang tertera pada
etiket dan pengenceran yang dilakukan.
Au = serapan larutan uji
As = serapan larutan baku
40 0,837
( 𝐷 ) = (0,775)
D =37,03 mg
Lampiran 16. Data Waktu Hancur Tablet dalam Media Asam
Tablet Inti 5 7 6 6 5 7
Tablet Salut 20 20 25 25 19 22
Kitosan-
NaTPP
Tablet Salut 6 6 6 5 5 6
Kitosan
Tablet Inti 5 5 5 5 5 5
Tablet Salut 90 90 90 90 59 75
Kitosan-
NaTPP
Tablet Salut 10 10 10 10 10 10
Kitosan
Lampiran 18. Tabel dan Kurva Kalibrasi Propranolol dalam Asam
konsentrasi absorbansi
0 0
5 0,112
10 0,188
15 0,317
20 0,418
25 0,515
30 0,636
0,7
0,6
0,5
0,4
Absorbansi
y = 0,021x - 0,0031
0,3
R² = 0,998
0,2
0,1
0
-0,1 0
5 10 15 20 25 30 35
Konsentrasi (ppm)
Lampiran 19. Tabel dan Kurva Kalibrasi Propranolol dalam Dapar Fosfat
Konsentrasi Absorbansi
0 0
5 0,095
10 0,183
15 0,276
20 0,382
25 0,445
30 0,556
0,6
Absorbansi
0,5
0,4
0,3
y = 0,0183x + 0,0017
0,2
R² = 0,9981
0,1
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Konsentrasi (ppm)
51
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0,32 0,456 0,44 15,44 21,89 21,13 0,08 0,12 0,12 13,90 19,70 19,02 38,48 54,53 52,64
15 0,554 0,705 0,71 26,53 33,69 33,93 0,15 0,19 0,19 23,96 30,43 30,64 66,32 84,23 84,81
30 0,718 0,716 0,711 34,31 34,21 33,97 0,19 0,19 0,19 31,08 31,07 30,85 86,04 85,99 85,40
45 0,729 0,721 0,718 34,83 34,45 34,31 0,19 0,19 0,19 31,72 31,45 31,32 87,81 87,05 86,69
60 0,725 0,71 0,709 34,64 33,93 33,88 0,19 0,19 0,19 31,72 31,15 31,10 87,82 86,23 86,10
Abs. Propanolol C (ppm) Faktor Koreksi (FK) Jumlah Obat yang Terdisolusi % terdisolusi
menit ke-
I II III I II III I II III I II III I II III
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0,387 0,311 0,391 21,02 16,87 21,23 0,12 0,09 0,12 18,91 15,18 19,11 52,36 42,03 52,90
15 0,691 0,684 0,707 37,60 37,21 38,47 0,21 0,20 0,21 33,94 33,58 34,73 93,95 92,94 96,13
30 0,696 0,694 0,727 37,87 37,76 39,56 0,21 0,21 0,22 34,37 34,25 35,90 95,15 94,81 99,37
45 0,698 0,688 0,712 37,98 37,43 38,74 0,21 0,21 0,21 34,66 34,14 35,36 95,94 94,51 97,88
60 0,71 0,685 0,707 38,63 37,27 38,47 0,21 0,20 0,21 35,43 34,18 35,30 98,09 94,62 97,73
120 0,701 0,68 0,71 38,14 37,00 38,63 35,18 34,12 35,64 97,39 94,45 98,66
0,21 0,20 0,21
Lampiran 22. Data Uji Disolusi Tablet Salut dalam Asam
5 0,048 0,042 0,035 2,43 2,15 1,81 0,01 0,01 0,01 2,19 1,93 1,63 6,06 5,35 4,52
15 0,128 0,132 0,119 6,24 6,43 5,81 0,03 0,04 0,03 5,63 5,80 5,24 15,58 16,05 14,50
30 0,301 0,282 0,29 14,47 13,57 13,95 0,08 0,07 0,08 13,07 12,25 12,59 36,17 33,91 34,85
45 0,451 0,44 0,44 21,61 21,08 21,08 0,12 0,12 0,12 19,56 19,08 19,08 54,14 52,83 52,82
60 0,638 0,617 0,626 30,50 29,50 29,93 0,17 0,16 0,16 27,67 26,77 27,15 76,60 74,09 75,15
120 0,71 0,718 0,733 33,93 34,31 35,02 0,19 0,19 0,19 30,91 31,24 31,88 85,55 86,47 88,24
Lampiran 23. Data Uji Disolusi Tablet Salut dalam Dapar Fosfat
Abs. Propanolol C (ppm) Faktor Koreksi (FK) Jumlah Obat yang Terdisolusi % terdisolusi
menit ke-
I II III I II III I II III I II III I II III
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0,014 0,014 0,015 0,67 0,67 0,73 0,00 0,00 0,00 0,60 0,60 0,65 1,67 1,67 1,81
15 0,046 0,046 0,052 2,42 2,42 2,74 0,01 0,01 0,02 2,18 2,18 2,47 6,03 6,03 6,85
30 0,112 0,117 0,116 6,02 6,29 6,24 0,03 0,03 0,03 5,43 5,68 5,63 15,03 15,71 15,58
45 0,302 0,218 0,197 16,38 11,80 10,65 0,09 0,06 0,06 14,79 10,66 9,64 40,93 29,52 26,67
60 0,452 0,524 0,568 24,56 28,49 30,89 0,14 0,16 0,17 22,23 25,74 27,90 61,54 71,26 77,23
120 0,619 0,681 0,703 33,67 37,05 38,25 0,19 0,20 0,21 30,55 33,59 34,68 84,57 92,99 96,00
55
Untuk mengetahui persen terdisolusi obat dalam tablet dalam media asam maka,
y0 = 0
y5 = 0,32
y15 = 0,554
y = 0,021x - 0,0031
0 = 0,021x - 0,0031
C0 = 0 ppm
y = 0,021x - 0,0031
C5 = 15,44 ppm
y = 0,021x - 0,0031
Disolusi = 0 x 0,9 x 1 = 0 mg
5 𝑚𝑙
Faktor koreksi = 0x 900 𝑚𝑙 =0
5 𝑚𝑙
Faktor koreksi = 15,44 x 900 𝑚𝑙 = 0,08