Estimasi Matriks Asal Tujuan Perjalanan Dengan Model Gravity Batasan Bangkitan Pergerakan Studi Kasus Kota Surakarta Abstrak
Estimasi Matriks Asal Tujuan Perjalanan Dengan Model Gravity Batasan Bangkitan Pergerakan Studi Kasus Kota Surakarta Abstrak
id
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Disusun Oleh:
M. RIZQY SEPTYANTO
I 0108015
MOTTO
SEMANGAT!!!!
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karyaku ini untuk:
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Estimasi Matriks Asal-
Tujuan Perjalanan Dengan Model Gravity Batasan Bangkitan Pergerakan (Studi
Kasus Kota Surakarta). Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Besar Muhammad saw., keluarganya, para sahabat, serta generasi pelanjut estafet
perjuangan beliau.
Penyusunan skripsi yang masih jauh dari sempurna ini sangat memberi
pengalaman berharga bagi penulis, di samping itu semoga dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi kalangan Teknik Sipil umumnya dan khususnya
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus ditempuh guna meraih
gelar Sarjana Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari pihak-pihak
yang ada di sekitar penulis, karena itu dalam kesempatan ini penulis harus
menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang tertera di bawah ini :
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Akhirnya pengantar ini juga menjadi semacam ingatan bagi penulis selama
menempuh tahap pembelajaran di Universitas Sebelas Maret Surakarta hingga
skripsi ini harus disusun sebagai syarat mendapatkan gelar kesarjanaan. Terima
kasih.
Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
MOTTO .............................................................................................................. iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL ................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3 Batasan Masalah ................................................................................ 4
1.4 Tujuan Penelitian............................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian............................................................................. 5
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 emp Untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi ........................................... 15
Tabel 2.2 emp Untuk Jalan Perkotaan Terbagi dan Satu Arah .......................... 15
Tabel 2.3 Kapasitas Dasar (Co) Jalan Perkotaan................................................ 16
Tabel 2.4 Faktor Penyesuaian Kapasitas (FCw) Untuk Pengaruh Lebar Jalur Lalu
Lintas Jalan Perkotaan ........................................................................ 17
Tabel 2.5 Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Pemisahan Arah (FCsp) ........... 17
Tabel 2.9 Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Ukuran Kota (FCcs) pada Jalan
Perkotaan ............................................................................................ 20
Tabel 2.10 Kecepatan Arus Bebas Dasar (Fvo) Untuk Jalan Perkotaan ............. 21
Tabel 2.11 Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Lebar Jalur Lalu Lintas
(FVw) pada Jalan Perkotaan ................................................................ 22
Tabel 2.12 Faktor Penyesuaian (FFVsf) Untuk Pengaruh Hambatan Samping dan
Lebar Bahu pada Kecepatan Arus Bebas Untuk Jalan Perkotaan dengan
Bahu .............................................................................................. 23
Tabel 2.13 Faktor Penyesuaian (FFVsf) Untuk Pengaruh Hambatan Samping dan
Jarak Kereb Penghalang Jalan Perkotaan dengan Kereb .................... 23
Tabel 2.14 Faktor Penyesuaian Untuk Pengaruh Ukuran Kota pada Kecepatan
Arus Bebas Kendaraan Jaringan Untuk Jalan Perkotaan.................... 24
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 3.2 Data Nomor Zona dan Nama Zona Internal ....................................... 43
Tabel 3.3 Data Nomor Zona dan Nama Zona Eksternal .................................... 43
Tabel 4.1 Tabel Data Hasil Survei (Traffic Count) Tahun 2012
pada Jam Puncak ................................................................................ 52
Tabel 4.4 Contoh Perhitungan Jumlah Kendaraan pada Jam Puncak ................ 54
Tabel 4.8 Data Arus Lalu Lintas (Traffic Count) Tahun 2012 ........................... 61
Tabel 4.9 Prior Matrix Tahun 2009 ................................................................... 62
Tabel 4.10 Matriks Baru Hasil EMME3 ............................................................ 69
Tabel 4.11 Variabel-Variabel Kalibrasi dalam Program Free Pascal Lazarus ... 75
Tabel 4.12 Matriks Hasil Model Gravity Batasan Bangkitan Pergerakan ......... 77
Tabel 4.13 Perbandingan Arus Lau Lintas Hasil Survei dengan Arus Hasil
Pembebanan ........................................................................................ 83
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pidl
= proporsi pergerakan dari zona asal i ke zona tujuan d pada ruas l
V = kecepatan sesungguhnya pada saat ada arus lalu lintas Q.
commit to user
S = jarak (km)
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 1
PENDAHULUAN
Beberapa masalah utama dalam transportasi seperti kemacetan, polusi udara dan
suara, kecelakaan, dan tundaan semakin berkembang seiring berjalannya waktu.
Saat ini, permasalahan transportasi berkembang dengan tingkat kualitas dan
kuantitas yang jauh lebih besar. Semakin banyaknya pihak yang terkait
menyebabkan permasalahan transportasi menjadi semakin kompleks sehingga
menjadi lebih sukar untuk diatasi.
Untuk memecahkan masalah transportasi yang ada, yang perlu dilakukan antara
lain adalah bagaimana mempelajari dan memahami pola keterkaitan faktor-faktor
yang menyebabkan munculnya masalah transportasi. Sarana yang paling efektif
dan efisien yang dapat menggabungkan dan memberikan solusi dari semua faktor
penyebab masalah transportasi adalah perencanaan dan pemodelan transportasi.
Hasil keluaran dari perencanaan dan pemodelan transportasi dapat digunakan
untuk memecahkan permasalahan transportasi, baik yang sedang terjadi maupun
yang akan terjadi di masa yang akan datang.
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
MAT merupakan matriks berdimensi dua yang berisi informasi tentang besarnya
pergerakan antar zona di suatu daerah tertentu. Baris dalam MAT menyatakan
zona asal sedangkan kolom dalam MAT menyatakan zona tujuan yang kemudian
dapat dibaca sebagai besarnya arus dari zona asal menuju zona tujuan.
Jika suatu MAT dibebankan pada suatu jaringan jalan maka akan menghasilkan
suatu arus lalu lintas. Dalam konteks perencanaan transportasi, estimasi arus lalu
lintas pada tahun rencana sangat penting dalam menentukan kebijakan dan strategi
penanganan jaringan jalan. Oleh karena itu estimasi MAT sangat penting dalam
perencanaan dan pemodelan transportasi.
Sebagai salah satu kota besar, Kota Surakarta juga mengalami pertumbuhan yang
sangat pesat layaknya kota-kota besar lainnya. Dengan pertumbuhan kota yang
pesat maka akan berdampak pada peningkatan pergerakan arus lalu lintas. Untuk
itu perlu dilakukan estimasi atau perkiraan MAT perjalanan Kota Surakarta
sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijaksanaan dan
perencanaan kota dimasa yang akan datang.
Kota Surakarta yang menjadi daerah kajian dalam penelitian ini merupakan salah
satu kota besar, yakni kota dengan kepadatan penduduk yang tinggi, mencapai
12.716 jiwa/km2 dengan fasilitas modern dan dapat memenuhi kebutuhan kota
secara mandiri. Kota Surakarta dibagi ke dalam 65 zona, yang terbagi lagi
menjadi 51 zona internal dan 14 zona eksternal. Pada umumnya, batas yang sering
digunakan dalam penentuan batas zona adalah batas administrasi yang dapat
berupa batas administrasi daerah, batas alami dan lain-lain. Zona asal tujuan
dihubungkan oleh beberapa konektor yang merepresentasikan ruas jalan yang ada
di Kota Surakarta.
Data MAT untuk Kota Surakarta yang ada sebelumnya akan diperbarui. Hal ini
ditujukan untuk menyamakan keadaan di lapangan yang sekarang terjadi dan juga
untuk memberikan hasil yang lebih akurat. Kemudian melakukan estimasi atau
perkiraan arus lalu lintas dimasa yang akan mendatang. Tidak hanya itu, dengan
mempelajari hasil pembebanan MAT baru, dapat dilakukan pengambilan
kebijakan untuk mengatasi masalah yang akan
commit terjadi di kemudian hari.
to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
Untuk membatasi permasalahan agar penelitian tidak terlalu meluas dan lebih
terarah maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
a. Manfaat Teoritis
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dibidang perencanaan dan
pemodelan transportasi.
b. Manfaat Praktis
Hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk perencanaan transportasi dan
pemberian kebijakan transportasi dimasa yang akan datang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 2
LANDASAN TEORI
Abrahamsson (1998), menyatakan bahwa suatu matriks adalah hal penting dalam
menggambarkan transportasi dalam sebuah daerah. Matriks mempunyai informasi
tentang pergerakan antar zona pada sebuah daerah. MAT dapat diestimasi dengan
menggunakan data traffic count jaringan jalan dan informasi lain yang tersedia.
6
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
Pada tahun 2010, Widyasari melakukan penelitian tentang estimasi kinerja dan
strategi penanganan jaringan jalan Kota Surakarta pada tahun rencana 2020 dan
2030. Penelitian dilakukan untuk membandingkan jumlah pergerakan
menggunakan analisis MAT, mengevaluasi kinerja jaringan jalan Kota Surakarta
menggunakan Nisbah Volume dan Kapasitas (NVK) dan juga memberikan
alternatif penangan sistem jaringan jalan di Kota Surakarta tahun 2009, 2020 dan
2030. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan software EMME/3, diperoleh
jumlah pergerakan di Kota Surakarta pada tahun 2009 sebesar 32361 smp/jam,
tahun 2020 sebesar 45516 smp/jam dan tahun 2030 sebesar 61706 smp/jam
dengan tingkat pertumbuhan 3,3% per tahun. Pada tahun 2009 terdapat 2 ruas
jalan dengan kondisi tidak stabil, tahun 2020 terdapat 61 ruas jalan yang
kondisinya tidak stabil, dan pada tahun 2030 terdapat 195 ruas jalan dengan
kondisi tidak stabil. Penanganan dilakukan berkaitan dengan peningkatan ruas
jalan maupun manajemennya, dimana dalam penelitian tersebut dilakukan
pemberlakuan sistem satu arah dan pelebaran jalan disesuaikan dengan kondisi
nyata di lapangan.
Dalam penelitian ini akan dilakukan estimasi MAT dengan menggunakan metode
sintesis dengan model Gravity Batasan Bangkitan Pergerakan dengan
menggunakan bantuan aplikasi software EMME/3 serta kalibrasi nilai parameter β
dengan metode Newton-Raphson dengan bantuan aplikasi software Free Pascal
Lazarus yang belum pernah dilakukan pada penelitian-penelitian sebelumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
b. Distribusi Pergerakan
c. Pemilihan Moda
Jika interaksi terjadi antara dua tata guna lahan disuatu wilayah, maka akan
diputuskan bagaimana interaksi tersebut harus dilakukan. Dalam kasus ini,
keputusan harus ditentukan dalam hal pemilihan moda. Tujuan dari model
pemilihan moda ini adalah untuk mengetahui proporsi pengalokasian perjalanan
ke berbagai moda transportasi.
d. Pemilihan Rute
Seperti halnya dalam pemilihan moda transportasi, pemilihan rute juga tergantung
pada beberapa alternatif seperti jarak terpendek, tercepat, dan termurah.
Diasumsikan bahwa pemakai jalan mempunyai informasi yang cukup untuk
menentukan rute yang terbaik.
Pola pergerakan dalam sistem transportasi sering dijelaskan dalam bentuk arus
pergerakan (kendaraan, penumpang, dan to
commit barang)
user yang bergerak dari zona asal ke
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
zona tujuan di dalam daerah tertentu dan selama periode waktu tertentu. Matriks
Pergerakan atau Matriks Asal-Tujuan (MAT) sering digunakan oleh para
perencana transportasi untuk menggambarkan pola pergerakan tersebut.
MAT adalah matriks berdimensi dua, yang berisi informasi mengenai besarnya
pergerakan antar lokasi (zona) di dalam daerah tertentu. Baris menyatakan zona
asal dan kolom menyatakan zona tujuan. Dalam hal ini, notasi Tid menyatakan
besarnya arus pergerakan (kendaraan, penumpang, dan barang) yang bergerak dari
zona asal i ke zona tujuan d selama selang waktu tertentu.
Pola pergerakan dapat dihasilkan jika suatu MAT dibebankan ke suatu sistem
jaringan transportasi. Dengan mempelajari pola pergerakan yang terjadi, maka
dapat mengidentifikasi permasalahan yang timbul sehingga beberapa solusi segera
dapat dihasilkan. MAT dapat memberikan indikasi rinci mengenai kebutuhan
akan pergerakan sehingga MAT memegang peran yang sangat penting dalam
berbagai kajian perencanaan dan manajemen transportasi.
Jumlah zona dan nilai setiap sel matriks adalah dua unsur penting dalam MAT,
karena jumlah zona menunjukkan banyaknya sel MAT yang harus didapatkan
dan berisi informasi yang sangat dibutuhkan untuk perencanaan transportasi.
Setiap sel membutuhkan informasi jarak, waktu, biaya, atau kombinasi ketiga
informasi tersebut yang digunakan sebagai ukuran aksesibilitas (kemudahan).
Daerah kajian adalah suatu daerah geografis yang di dalamnya terletak semua
zona asal dan zona tujuan yang diperhitungkan dalam model kebutuhan akan
transportasi. Kriteria terpenting daerah kajian adalah bahwa daerah itu berisikan
zona internal dan ruas jalan yang secara nyata dipengaruhi oleh pergerakan lalu
lintas. Daerah kajian untuk suatu kajian transportasi dibatasi oleh batas daerah
kajian di sekelilingnya, semua informasi transportasi yang bergerak di dalamnya
harus diketahui.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
Hal pertama yang harus ditentukan dalam mendefinisikan sitem zona (kegiatan)
dan sistem jaringan adalah cara membedakan daerah kajian dengan daerah atau
wilayah lain diluar daerah kajian. Beberapa arahan untuk hal tersebut adalah:
Wilayah diluar daerah kajian sering dibagi menjadi beberapa zona eksternal yang
digunakan untuk mencerminkan dunia lainnya. Daerah kajian sendiri dibagi
menjadi beberapa zona internal yang jumlahnya sangat tergantung dari tingkat
ketepatan yang diinginkan.
Sistem zona adalah suatu sistem tata guna lahan dimana satu satuan tata guna
lahan diperoleh dengan membagi wilayah kajian menjadi bagian yang lebih kecil
(zona), yang dianggap mempunyai keseragaman tata guna lahan atau berada di
suatu daerah administrasi tertentu seperti kelurahan, kecamatan atau wilayah.
Setiap zona akan diwakili oleh satu pusat zona. Pusat zona dianggap sebagai
tempat atau lokasi awal pergerakan lalu lintas dari zona tersebut dan akhir
pergerakan lalu lintas yang menuju zona tersebut.
Di dalam buku Tamin (2000) dituliskan beberapa kriteria utama yang perlu
dipertimbangkan dalam menetapkan sistem zona di dalam suatu daerah kajian
yang disarankan oleh IHT and DTp (1987):
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
Sistem jaringan transportasi dicerminkan dalam bentuk ruas dan simpul, yang
semuanya dihubungkan ke pusat zona. Sistem jaringan transportasi juga dapat
ditetapkan sebagai urutan ruas jalan dan simpul. Ruas jalan bisa berupa potongan
jalan raya atau kereta api, sedangkan simpul bisa berupa persimpangan atau
stasiun. Setiap simpul dan zona diberi nomor. Nomor ini yang digunakan untuk
mengidentifikasi data yang berkaitan dengan ruas dan zona.
Menurut UU No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, ada beberapa definisi jalan:
1) Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara berdaya guna.
2) Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-
rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3) Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
4) Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
1) Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jarinngan
jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis
nasional, serta jalan tol.
2) Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan ibukoata provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau
antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3) Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jaln primer yang
tidak termasuk pada butir 1 dan butir 2, yang menghubungkan ibukota
kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota
kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan
umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan
jalan strategis kabupaten.
4) Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
commit to user
menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
1) Sepeda Motor, Motor Cycle (MC), terdiri dari kendaraan bermotor beroda dua
atau tiga.
2) Kendaraan Ringan, Light Vehicle (LV), yaitu kendaraan bermotor dua as
beroda empat dengan jarak as 2-3 meter, termasuk diantaranya mobil
penumpang, oplet, mikrobus, pick-up dan truk kecil.
3) Kendaraan Berat, Heavy Vehicle (HV), yaitu kendaraan bermotor lebih dari 4
roda, termasuk diantaranya bus, truk 2 as, truk 3 as, dan truk kombinasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
Nilai emp untuk jalan perkotaan ditunjukkan pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.
Tabel 2.2 emp Untuk Jalan Perkotaan Terbagi dan Satu Arah
Tipe Jalan: Arus Lalu Lintas Emp
Jalan Satu Arah dan Per Lajur
(kend/jam) HV MC
Jalan Terbagi
Dua lajur satu arah (2/1) 0 1,3 0,4
dan
Empat lajur terbagi 1050 1,2 0,25
Tiga lajur satu arah (3/1) 1 1,3 0,4
dan
Enam lajur terbagi (5/2D) 1100 1,2 0,25
Sumber: MKJI (1997)
2.2.8 Kapasitas
Menurut Dirjen Bina Marga, kapasitas adalah volume maksimum kendaraan per
jam yang melalui suatu potongan lajur jalan (untuk jalan multi lajur) atau suatu
potongan jalan (untuk jalan dua lajur) pada kondisi jalan dan arus lalu lintas ideal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas jalan adalah lebar jalur atau lajur, ada
tidaknya pemisah/median jalan, hambata bahu/kereb jalan, gradien jalan, di
daerah perkotaan atau luar kota, ukuran kota. Besarnya kapasitas suatu ruas jalan
dapat dihitung dengan Persamaan (2.1) berikut:
C = Co×FCw×FCsp×FCsf×FCcs (2.1)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
Dimana:
C = Kapasitas (smp/jam)
Co = Kapasitas dasar untuk kondisi tertentu (ideal) (smp/jam)
FCw = Faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas
FCsp = Faktor penyesuaian pemisah arah
FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping
FCcs = Faktor penyesuaian ukuran kota
Kapasitas dasar adalah kapasitas segmen jalan untuk kondisi tertentu sesuai
kondisi geometrik, pola arus lalu lintas, dan faktor lingkungan. Jika kondisi
sesungguhnya sama dengan kasus dasar (ideal) tertentu, maka semua faktor
penyesuaian menjadi 1,0 dan kapasitas menjadi sama dengan kapasitas dasar (Co).
Faktor penyesuai kapasitas untuk lebar jalur lalu lintas jalan perkotaan adalah
faktor penyesuai untuk kapasitas dasar akibat lebar jalur lalu lintas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.4 Faktor Penyesuaian Kapasitas (FCw) Untuk Pengaruh Lebar Jalur Lalu
Lintas Jalan Perkotaan
Tipe jalan Lebar jalur lalu lintas efektif (WC) (m) FCw
Perlajur
3,00 0,92
Empat lajur terbagi atau 3,25 0,96
jalan satu arah 3,50 1,00
3,75 1,04
4,00 1,08
Perlajur
3,00 0,91
3,25 0,95
Empat lajur tak terbagi
3,50 1,00
3,75 1,05
4,00 1,09
Total dua arah
5 0,56
6 0,87
7 1,00
Dua lajur tak terbagi
8 1,14
9 1,25
10 1,29
11 1,34
Sumber: MKJI (1997)
Faktor penyesuai kapasitas untuk pemisahan arah lalu lintas adalah faktor
penyesuai kapasitas dasar akibat pemisahan arah lalu lintas (hanya pada jalan dua
arah tak terbagi). Faktor ini mempunyai nilai paling tinggi pada prosentase
pemisahan arah 50%-50% yaitu bilamana arus pada kedua arah adalah sama pada
periode waktu yang dianalisis (umumnya satu jam).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
Untuk mengetahui tingkat hambatan samping pada kolom (2) Tabel (2.6 dan 2.7)
dengan melihat kolom (3) Tabel 2.8 dibawah ini, tetapi apabila data terinci
hambatan samping tersebut tersedia maka hambatan samping dapat ditentukan
dengan prosedur berikut:
1) Periksa mengenai kondisi khusus dari kolom (4) Tabel 2.8 dan pilihsalah satu
yang yang paling tepat untuk keadaan segmen jalan yang dianalisa.
2) Amati foto pada gambar A-4:1-5 (MKJI 1997) yang menunjukkan kesan visual
rata-rata yang khusus dari masing-masing kelas hambatan samping. Dan pilih
slah satu yang paling sesuai dengan kondisi rata-rata sesungguhnya pada
kondisi lokasi untuk periode yang diamati.
3) Pilih kelas hambatan samping berdasarkan pertimbangan dari gabungan
langkah 1 dan 2 diatas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
Faktor penyesuai kapasitas untuk ukuran kota adalah faktor penyesuaian kapasitas
dasar akibat ukuran kota. Besarnya faktor ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.9 Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Ukuran Kota (FCcs) pada Jalan
Perkotaan
Ukuran Kota
Faktor Penyesuai untuk Ukuran Kota (FCcs)
(Juta Penduduk)
< 0,1 0,86
0,1-0,5 0,90
0,5-1,0 0,94
1,0-3,0 1,00
> 3,0 1,04
Sumber: MKJI (1997)
2.2.9 Kecepatan
Kecepatan tempuh adalah kecepatan rata-rata (km/jam) arus lalu lintas dihitung
dari panjang ruas jalan dibagi waktu tempuh rata-rata kendaraan yang melewati
segmen jalan. Sedangkan kecepatan pada arus bebas adalah kecepatan dari
kendaraan yang tidak dipengaruhi oleh kendaraan lain (yaitu kecepatan dimana
pengendara merasakan perkalanan yang nyaman dalam kondisi geometrik
lingkungan dan pengaturan lalu lintas yang ada pada bagian segmen jalan dimana
commit to user
tidak ada kendaraan lain). Kecepatan arus dapat ditentukan dari rumus berikut:
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
Dimana,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.11 Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Lebar Jalur Lalu Lintas
(FVw) pada Jalan Perkotaan
Lebar Jalur Lalu Lintas
Tipe Jalan Efektif (Wc) FVw
(m)
Perlajur
3,00 -4
Empat Lajur Terbagi 3,25 -2
Atau Jalan Satu
3,50 0
Arah
3,75 2
4,00 4
Perlajur
3,00 -4
Empat Lajur Tak 3,25 -2
Terbagi 3,50 0
3,75 2
4,00 4
Total Dua Arah
5 -9,5
6 -3
Dua Lajur Tak 7 0
Terbagi 8 3
9 4
10 6
11 7
Sumber: MKJI (1997)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.12 Faktor Penyesuaian (FFVsf) Untuk Pengaruh Hambatan Samping dan
Lebar Bahu pada Kecepatan Arus Bebas Untuk Jalan Perkotaan
dengan Bahu
Faktor Penyesuaian Hambatan Samping dan
Kelas Lebar Bahu (FFVsf)
Tipe
Hambatan
Jalan Lebar Kereb-Penghalang (m)
Samping
≤ 0,5 1,0 1,5 ≥ 2,0
VL 1,00 1,01 1,01 1,02
ML 0,97 0,98 0,99 1,00
4/2D M 0,93 0,95 0,97 0,99
H 0,87 0,90 0,93 0,96
VH 0,81 0,85 0,88 0,92
VL 1,01 1,01 1,01 1,00
ML 0,98 0,98 0,99 1,00
4/2 UD M 0,91 0,93 0,95 0,98
H 0,84 0,87 0,90 0,94
VH 0,77 0,81 0,85 0,90
VL 0,98 0,99 0,99 1,00
2/2 UD
ML 0,93 0,95 0,96 0,98
atau
M 0,87 0,89 0,92 0,95
Jalan Satu
H 0,78 0,81 0,84 0,88
Arah
VH 0,68 0,77 0,77 0,82
Sumber: MKJI (1997)
Tabel 2.13 Faktor Penyesuaian (FFVsf) Untuk Pengaruh Hambatan Samping dan
Jarak Kereb Penghalang Jalan Perkotaan dengan Kereb
Faktor Penyesuaian Hambatan Samping dan
Kelas Lebar Bahu (FFVsf)
Tipe
Hambatan
Jalan Lebar Kereb-Penghalang (m)
Samping
≤ 0,5 1,0 1,5 ≥ 2,0
VL 1,00 1,01 1,01 1,02
ML 0,97 0,98 0,99 1,00
4/2D M 0,93 0,95 0,97 0,99
H 0,87 0,90 0,93 0,96
VH 0,81 0,85 0,88 0,92
VL 1,01 1,01 1,01 1,00
ML 0,98 0,98 0,99 1,00
4/2 UD M 0,91 0,93 0,95 0,98
H 0,84 0,87 0,90 0,94
VH 0,77 0,81 0,85 0,90
VL 0,98 0,99 0,99 1,00
2/2 UD
ML 0,93 0,95 0,96 0,98
atau
M 0,87 0,89 0,92 0,95
Jalan Satu
H 0,78 0,81 0,84 0,88
Arah
VH 0,68 0,77 0,77 0,82
Sumber: MKJI (1997)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
Faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk jalan enam lajur dapat ditentukan
dengan menggunakan nilai FFVsf untuk jalan empat lajur yang diberikan pada
Tabel 2.12 atau 2.13 dan disesuaikan seperti rumus 2.3 dibawah ini:
Dimana:
FFV6sf = Faktor penyesuai kecepatan arus bebas untuk enam lajur (km/jam)
FFV4sf = Faktor penyesuai kecepatan arus bebas untuk empat lajur (km/jam)
Untuk penentuan kelas hambatan samping sama dengan Tabel 2.8 diatas,
sedangkan faktor penyesuaian kecepatan untuk ukuran kota dapat dilihat pada
Tabel 2.14 dibawah ini.
Tabel 2.14 Faktor Penyesuaian Untuk Pengaruh Ukuran Kota pada Kecepatan
Arus Bebas Kendaraan Jaringan Untuk Jalan Perkotaan
Ukuran Kota
Faktor Penyesuai untuk Ukuran Kota (FVcs)
(Juta Penduduk)
< 0,1 0,90
0,1-0,5 0,93
0,5-1,0 0,95
1,0-3,0 1,00
> 3,0 1,03
Sumber: MKJI (1997)
Kecepatan kendaraan pada arus lalu lintas dapat dihitung dengan menggunakan
rumus 2.4 berikut:
Dimana:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
Jika arus pada ruas jalan tersebut telah mencapai kapasitas (Q/C = 1), maka rumus
2.4 menjadi:
V = 0,5Vo (2.5)
Dalam rekayasa lalu lintas dikenal hubungan yang sangat sering digunakan yaitu
pengaruh arus pada kecepatan kendaraan yang bergerak pada ruas jalan tertentu.
Hubungan kapasitas-arus sering digambarkan seperti pada gambar 2.1 jika arus
lalu lintas meningkat, kecepatan cenderung menurun secara perlahan. Jika arus
mendekati kapasitas, penurunan kecepatan semakin besar.
Vmaks
Vmaks
Kecepatan (km/jam)
Waktu Tempuh
(menit/km)
Untuk alasan praktis dalam teknik pembebanan rute jenis hubungan ini dilakukan
dalam bentuk hubungan waktu tempuh per unit jarak dengan arus lalu lintas.
Model pembebanan rute yang mempertimbangkan kemacetan memerlukan
beberapa persamaan fungsi yang cocok untuk menghubungkan atribut suatu ruas
seperti kapasitas dan kecepatan arus bebas serta arus lalu lintasnya dengan
kecepatan atau biaya yang dihasilkan. Hal ini dapat dinyatakan dalm bentuk
umum: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
Ca = Ca({V}) (2.6)
Biaya pada suatu ruas jalan merupakan fungsi dari semua pergerakan V pada
jaringan tersebut (bukan hanya biaya yang disebabkan oleh arus diruas jalan itu
saja)
Rumus umum ini cocok untuk daerah perkotaan yang memiliki interaksi yang erat
antara arus lalu lintas diruas jalan yang lain dengan tundaan, tetapi hal ini dapat
disederhanakan jika mempertimbangkan ruas jalan yang panjang, dimana semua
waktu perjalanan digunakan pada ruas jalan tersebut. Dalam hal ini persamaan
yang digunakan harus terpisah, yang dapat ditulis sebagai berikut:
Ca = Ca(Va) (2.7)
Biaya pad ruas jalan tersebut hanya tergantung pada arus dan ciri ruas itu saja.
Asumsi ini dapat menyederhanakan proses penaksiran, pengembangan fungsi
serta penggunaan metode pembebanan yang sesuai.
Ofyar Z. Tamin (2000) yang dikutip dari Branston (1976) menulis beberapa kurva
baiya-arus yang diusulkan oleh beberapa penulis sebagai berikut:
t = t0 exp( ) (2.8)
t adalah waktu tempuh per satuan jarak, t0 adalah waktu per satuan jarak pada
kondisi arus bebas, dan Qs adalah kapasitas ruas pada kondisi tunak.
( )
t = t0 (2.9)
QP adalah kapasitas praktis dari ruas jalan, sedangkan α dan β adalah parameter
yang dikalibrasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
3) Dinas Jalan Umum (1964) di Amerika Serikat menyarankan fungsi yang sangat
umum, yaitu:
t = t0[ ( ) ] (2.10)
( ) ( )
V = FV × [ ( ) ] (2.11)
( ) ( )
*( )
+ (2.12)
Dimana:
Model Gravity menggunakan konsep gravity yang berasumsi bahwa ciri bangkitan
dan tarikan pergerakan berkaitan dengan beberapa parameter zona asal, misalnya
populasi dan nilai sel MAT yang berkaitan dengan aksesibilitas (kemudahan)
sebagai fungsi jarak, waktu, atau biaya. Model Gravity untuk keperluan
transportasi menyatakan bahwa pergerakan antar zona asal i dan zona tujuan d
berbanding lurus dengan Oi dan Dd dan berbanding terbalik kuadratis terhadap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
jarak antara kedua zona tersebut. Dalam bentuk matematis model gravity dapat
dinyatakan sebagai: T = Oi . Dd . f(Cid) (2.13)
∑ dan ∑ (2.14)
T = Oi . Dd . Ai . Bd . f(Cid) (2.15)
Ai = ∑ ( )
Bd = ∑ ( )
(2.16)
Untuk mendapatkan kedua nillai tersebut perlu dilakukan proses iterasi sampai
masing-masing nilai Ai dan Bd menghasilkan nilai tertentu (konvergen).
Dalam buku Tamin (2000), yang dinyatakan oleh Hyman (1969), menyarankan 3
jenis fungsi hambatan yang dapat dipergunakan dalam Model Gravity, yaitu:
Dalam penelitian ini akan digunakan fungsi hambatan eksponensial karena fungsi
commit to user
hambatan ini sesuai untuk pergerakan jarak pendek (pergerakan dalam kota).
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
Dalam model gravity batasan bangkitan pergerakan, total pergerakan global hasil
bangkitan pergerakan harus sama dengan total pergerakan yang dihasilkan oleh
pemodelan, begitu juga dengan bangkitan pergerakan yang dihasilkan model
harus sama dengan hasil bangkitan pergerakan yang diinginkan. Namun, tarikan
pergerakan tidak perlu memiliki nilai yang sama dengan hasil pemodelan. Model
yang digunakan adalah model dari Persamaan (2.15), tetapi dengan syarat batas
yang berbeda. Syarat batas yang digunakan dalam model ini adalah sebagai
berikut.
Ai = ∑ ( )
untuk seluruh i dan Bd = 1 untuk seluruh d.
a. Model Gravity dapat digunakan untuk meramalkan arus lalu lintas antar zona
di dalam daerah perkotaan.
b. Model Gravity sangat sederhana sehingga mudah dimengerti dan digunakan.
c. Model Gravity mempunyai kinerja yang baik karena prosesnya yang cepat.
2.2.12 Kalibrasi
a. Kalibrasi Newton-Raphson
Nilai f(x) didekati dengan menggunakan garis singgung f(x) pada nilai x. Titik
potong garis singgung ini dengan sumbu x digunakan sebagai pendekatan
selanjutnya. Secara ringkas, metode tersebut dijelaskan sebagai berikut ini.
Misalnya diketahui dua buah persamaan f dan g yang masing-masing adalah
fungsi dari fungsi dua buah peubah bebas x dan y:
Jika x0 dan y0 adalah nilai untuk pendekatan solusi (x0+h) dan (y0+k), maka:
Pendekatan deret Taylor sampai tingkat pertama untuk kedua persamaan simultan
ini menghasilkan:
Dengan memasukkan Persamaan 2.21 dan 2.22 kedalam Persamaan 2.23 dan 2.24,
didapat:
Nilai f(x0,y0) dan g(x0,y0) dapat dihitung. Begitu juga nilai , , , dan .
Empat nilai yang terakhir masing-masing berarti turunan pertama dari f (atau g)
terhadap x atau y pada nilai x0 dan y0. Yang belum diketahui adalah nilai h dan k.
Dalam bentuk matriks, Persamaan 2.25 dan 2.26 dapat dituliskan sebagai:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
( )
[ ], - = - [ ] (2.27)
( )
Persamaan 2.25 dan 2.26 atau Persamaan 2.27 adalah dua persamaan linear
simultan dengan dua buah bilangan h dan k yang belum diketahui. Keduanya
dapat dihitung dengan metode eliminasi Gauss-Jordan. Selanjutnya nilai h dan
nilai k ini digunakan untuk mendapatkan nilai pendekatan berikutnya:
x1 = x0 + h dan y1 = y0 + k (2.28)
Perhitungan dengan Persaman 2.27 dan Persamaan 2.28 diulangi sampai nilai x
dan y konvergen. Konvergensi dapat dilihat dari nilai h dan k yang semakin
mengecil. Perhitungan dihentikan bila nilai h dan k sudah mencapai harga yang
diinginkan. Jadi, batas nilai h dan k yang sekaligus juga menunjukkan tingkat
ketelitian perhitungan.
Untuk model gravity tipe batasan bangkitan pergerakan dan fungsi hambatan
eksponensial dapat dilakukan dengan metode kalibrasi Newton-Raphson, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
h=- (2.29)
( )
berikut.
f=∑ ∑ * ,( ) -+ (2.30)
=∑ ∑ [ {( ) ( ) }] (2.31)
= [ ( ) ] *∑ + (2.35)
= [ ( ) ] *∑ + (2.36)
( )
=( ) (2.39)
Dalam hal ini efek stokastik tidak diperhitungkan. Ada dua perilaku yang
diusulkan sebagai dasar dari kondisi equlibrium, yaitu:
2. Pengendara memilih rute yang menghasilkan arus lalu lintas yang meberikan
keuntungan maksimum bagi mereka.
1. Memilih satu set inisial biaya ruas, yang bisa digunakan adalah waktu tempuh
pada kondisi bebas Ca(0). Inisialisasi semua arus V = 0, kemudian set n = 0.
2. Membentuk suatu pohon biaya minimum, kemudian set n = n+1.
3. Membebankan semua matriks T dengan pembebanan All-or-Nothing untuk
mendapatkan suatu set arus Va.
4. Menghitung arus pada saat sekarang dengan persamaan:
V = (1-ϕ) V + ϕVa (2.41)
5. Menghitung satu set baru biaya arus berdasarkan besar arus V . Jika arus (atau
biaya ruas) tidak terlalu banyak mengalami perubahan dalam dua kali
pengulangan yang berurutan maka proses dihentikan, dan jika tidak banyak
perubahan maka diteruskan ke tahap 2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
Persoalan pokok pada perkiraan matriks perjalanan dari data lalu lintas adalah
identifikasi pasangan asal-tujuan yang menggunakan ruas tertentu sebagai bagian
dari perjalanannya. Variabel ini dinamakan Pija, yaitu proporsi perjalanan dari asal
i ke tujuan j yang menggunakan ruas a. Arus pada ruas a (Va) adalah penjumlahan
seluruh konstribusi perjalanan antara setiap pasangan zona pada ruas tersebut,
secara matematis dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
Va = ∑ (2.42)
Batasan: 0 ≤ Pija≤ 1
Batas persamaan 2.41 memberikan hasil yang sempurna jika arus pada ruas a dari
hasil pemodelan sama dengan arus dari hasil pengamatan.
⋁ ∑ (2.43)
Dengan:
Dalam prakteknya jumlah data arus lalu lintas dari hasil pengamatan jauh lebih
sedikit dibandingkan jumlah Tij yang diketahui. Dengan kondisi tersebut, tidak
mungkin menentukan solusi yang unik terhadap masalah estimasi matriks
perjalanan, oleh karena itu sebagian besar metode berusaha untuk mendapatkan
matriks perjalanan Tij yang paling mirip yang memenuhi batasan persamaan
tersebut.
Ada dua pendekatan untuk menyelesaikan persamaan 2.43, yang pertama, apabila
tidak terdapat informasi sebelumnya tentang Tij (no prior trip matrix) dan yang
commit to user
kedua, apabila tedapat informasi sebelumnya tentang Tij (prior trip matrix).
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
Tij = ∏ (2.44)
Atau
Dengan:
Penaksiran MAT dari data lalu lintas yang dihasilkan dengan menggunakan
penaksiran model kebutuhan akan transportasi akan menghasilkan arus lalu lintas
yang semirip mungkin dengan data arus lalu lintas hasil pengamatan. Hal
terpenting yang harus diperhatikan yaitu tingkat kemiripan dari MAT hasil
penaksiran dengan MAT hasil pengamatan. Tingkat akurasi MAT yang dihasilkan
dari data arus lalu lintas dapat ditentukan dengan beberapa indikator uji statistik.
Indikator uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Root Mean
Square Error (RMSE) dan standard deviasi (SD).
Indikator uji statistik RMSE adalah suatu indikator kesalahan yang didasarkan
pada total kuadratis dari simpangan antar pasangan nilai sel MAT yang dapat
didefinisikan sebagai Persamaan 2.46 berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
( )
RMSE = √∑ ∑ [ ( )
] untuk i ≠ d (2.46)
( )
SD = √∑ ∑ [ ( )
] untuk i ≠ d (2.47)
Dimana:
Indikator RMSE dan SD tidak dapat digunakan untuk membandingkan MAT yang
dihasilkan dari lokasi yang berbeda atau waktu yang berbeda karena nilainya
sangat tergantung dari kondisi lokal seperti ukuran matriks N dan T. Dari
Persamaan 2.46 dan Persamaan 2.47 terlihat bahwa semakin besar nilai N maka
nilai RMSE akan kira-kira sama dengan nilai SD. Indikator %RMSE digunakan
untuk membandingkan dua buah MAT yang mempunyai jumlah sel yang
berbeda.
%RMSE = ( ) (2.48)
T1 = ∑ ∑ (2.49)
( )
Semakin besar nilai RMSE, %RMSE, dan SD maka semakin tidak akurat MAT
hasil penaksiran dibandingkan MAT hasil pengamatan.
RMSE adalah bentuk umum dari SD. RMSE akan muncul ketika mencari
perbedaan antara sub kelompok atau hubungan antara variabel-variabel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
∑ ∑ ( )
R2 = untuk i ≠ d (2.50)
∑ ∑ ( )
Sedangkan indikator uji statitistik R2 untuk menguji tingkat validasi arus lalu
lintas hasil pemodelan dengan arus lalu lintas yang ada di lapangan digunakan
Persamaan 2.51.
∑ ( )
R2 = (2.51)
∑ ∑
Dimana:
Persamaan 2.50 juga memperlihatkan bahwa nilai R2 dapat bernilai negatif jika
terdapat simpangan besar antara MAT hasil penaksiran dan MAT hasil observasi.
Nilai R2 = 1 merupakan nilai tertinggi yang dapat dihasilkan jika dilakukan
perbandingan antar MAT. Oleh karena itu, nilai R2 yang mendekati 1
menunjukkan tingkat kemiripan yang tinggi antar MAT yang diperbandingkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 3
METODE PENELITIAN
Batas wilayah studi pada penelitian ini adalah seluruh wilayah Kota Surakarta dan
beberapa daerah tingkat II seperti Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali,
dan Kabupaten Sukoharjo. Kabupaten-kabupaten tersebut sangat mempengaruhi
pola pergerakan karena secara administratif berbatasan langsung dengan Kota
Surakarta.
Penelitian ini mengambil wilayah studi di Kota Surakarta. Kota Surakarta yang
terletak di Provinsi Jawa Tengah bagian selatan yang memiliki kepadatan lalu
lintas yang cukup tinggi. Secara geografis Kota Surakarta terletak pada
110’45’15’-110’45’35’ BT dan 70’36’00’-70’56’00’ LS berbatasan dengan
daerah tingkat II yang lain, yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten
Karanganyar dan Kabupaten Boyolali, sebelah selatan dengan Kabupaten
Sukoharjo, sebelah barat dan timur dengan Kabupaten Sukoharjo dan
Karanganyar.
Luas wilayah Surakarta kurang lebih 44,040 km2 yang terbagi dalam lima
kecamatan dan terdiri dari 51 kelurahan. Jumlah penduduk mencapai 566.768 jiwa
manusia (menurut statistik terakhir tahun 2009) dengan kepadatan mencapai
12.716 jiwa/km2. Wilayah Surakarta dibagi menjadi 51 zona internal berdasarkan
batas administrasi kelurahan seperti yang terlihat pada Gambar 3.1 dan 14 zona
eksternal. Peta pembagian zona di Kota Surakarta dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Survei volume lalu lintas dilakukan untuk memperoleh data primer. Ruas jalan
yang akan disurvei adalah ruas jalan yang banyak digunakan oleh setiap pasangan
zona asal-tujuan yang dianggap dapat mewakili kondisi jaringan jalan di Kota
Surakarta. Untuk mengantisipasi pergerakan yang berasal dari atau menuju keluar
daerah kajian, maka survei juga dilakukan pada ruas jalan yang terletak di batas
commit
Kota Surakarta. Peta jaringan jalan KotatoSurakarta
user dapat dilihat pada Gambar
38
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
3.3. Berikut adalah lokasi survey (traffic count) arus lalu lintas dibeberapa ruas
jalan di Kota Surakarta.
Tabel 3.1 Lokasi Survey (Traffic Count) Arus Lalu Lintas 2012 Surakarta
NODE
Nama Jalan Lokasi
1 2
1 C53 Depan RS.
Jalan Ahmad Yani
C53 1 Orthopedi
2 3
Jalan Slamet Riyadi Depan Solo Square
3 2
6 7
Jalan Slamet Riyadi Depan Pizza Hut
7 6
21 22 Jalan Slamet Riyadi Depan BCA
23 C52
Jalan Adi Sucipto Depan Solo Pos
C52 23
25 26 Depan Stadion
Jalan Adi Sucipto
26 25 Manahan
34 35 Depan Hotel Grand
Jalan Ahmad Yani
35 34 Setiakawan
55 C65
Jalan Ring Road Sebelum Jembatan
C65 55
66 67 SPBU Pasar
Jalan Dr. Radjiman
67 66 Kabangan
86 91 Barat RS
Jalan Kolonel Sutarto
91 86 Dr. Moewardi
92 241
Jalan Ir. Sutami Timur UNS
241 92
95 C59
Jalan Raya Palur Km.5 Depan UNSA
C59 95
105 C56 Depan Radio
Jalan Yos Sudarso
C56 105 Prambors
143 144 Sebelum Jembatan
Jalan Kyai Mojo
144 143 Arah Baturono
271 C62 Depan SPBU Jalan
Jalan Kolonel Sugiyono
C62 271 Purwodadi
commit to user
Gambar 3.1 Peta Administrasi Kota Surakarta
40
Gambar 3.2 Peta Pembagian Zona Kota Surakarta
41
Gambar 3.3 Peta Jaringan Jalan Kota Surakarta
42
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id
Tabel 3.2 Data Nomor Zona dan Nama Zona Internal Departemen Pekerjaan
Umum
No. Zona Nama Zona No. Zona Nama Zona
1 Karangasem 31 Sumber
2 Jajar 32 Gilingan
3 Kerten 33 Manahan
4 Pajang 34 Mangkubumen
5 Sondakan 35 Punggawan
6 Laweyan 36 Kestalan
7 Bumi 37 Ketelan
8 Purwosari 38 Setabelan
9 Penumping 39 Timuran
10 Panularan 40 Keprabon
11 Sriwedari 41 Mojosongo
12 Tipes 42 Jebres
13 Kemlayan 43 Tegalharjo
14 Jayengan 44 Kepatihan Kulon
15 Kratonan 45 Kepatihan Wetan
16 Serengan 46 Purwodiningratan
17 Danukusuman 47 Jagalan
18 Joyotakan 48 Pucangsawit
19 Kampung Baru 49 Sudiroprajan
20 Kauman 50 Gandekan
21 Sangkrah 51 Kampungsewu
22 Kedunglumbu
23 Baluwarti
24 Semanggi
25 Gajahan
26 Pasar Kliwon
27 Joyosuran
28 Kadipiro
29 Banyuanyar
30 Nusukan
Tabel 3.3 Data Nomor Zona dan Nama Zona Eksternal Departemen Pekerjaan
Umum
No. Zona Nama Zona
52 Colomadu
53 Pabelan Kartosuro
54 Makam Haji Kartosuro
55 Cemani
56 Solo Baru
57 Grogol Sukoharjo
58 Bekonang
59 Palur Karanganyar
60 Plupuh Sragen
61 Jl. Clolo arah Karanganyar
62 Arah Purwodadi
63 Ngemplak Boyolali
64 Gentan Sukoharjo
65 Kebak Kramat Karanganyar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
MULAI
Skripsi terdahulu
Basis data jaringan jalan (Rr. Dian I. W.)
Matriks Baru
Uji TIDAK
Konvergensi
Va=Va’
YA
MAT 2012
Tes Validasi
commit to user
SELESAI
MULAI
Hitung
Tid; ; ;f; ;
h=-
( )
TIDAK
h≈0
YA
Nilai Akhir β
SELESAI
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id
a. Memindahkan semua data matriks biaya (Cid) dan matriks obervasi (Tid) dari
MS Excel ke dalam Notepad agar data tersebut dapat terbaca oleh Program
Lazarus.
b. Menentukan nilai awal parameter β.
c. Membaca nilai Oi dan Dd dari matriks observasi (Tid).
f. Menghitung nilai
i. Menghitung h = - .
( )
j. Jika h ≈ 0 maka lanjutkan ke langkah selanjutnya, namun jika belum maka kembali
ulangi langkah ketiga (c) sampai h ≈ 0 sehingga akan didapatkan nilai akhir β yang
sebenarnya.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan. Data-data yang
diperoleh berupa volume kendaraan yang melewati suatu ruas jalan/titik
pengamatan. Data-data lain yang diperoleh dari hasil pengamatan adalah data
commit
penggunaan lahan disepanjang ruas to serta
jalan user data kondisi geometrik. Survei
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id
Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yang berada di wilayah Surakarta.
Data tersebut meliputi:
Prosedur survei primer ini berupa tahap-tahap yang harus dilakukan sebelum dan
selama pelaksanaan survei agar tidak terjadi kesalahan dalam pengumpulan data
dilapangan.
Survei yang dilakukan untuk menentukan waktu dan lokasi. Penentuan lokasi
penelitian berdasarkan pertimbangan klasifikasi fungsi jalan, kondisi tata guna
lahan dan sekitarnya, tingkat kepadatan lalu lintas dan beberapa ruas jalan yang
dianggap mewakili jaringan jalan Kota Surakarta.
1. Desain Sampel
Sampel (jenis kendaraan yang akan disurvei) meliputi: Motor Cycle (MC),
Light Vehicle/LV (mobil penumpang, oplet, mikrobus, pick-up dan truk kecil),
dan Heavy Vehicle/HV (bus, truk 2 as, truk 3 as, dan truk kombinasi).
2. Desain Formulir Survei
Berdasarkan jenis kendaraan yang akan disurvei dan desain alat yang
digunakan, maka formulir survei yang digunakan memuat kriteria dan contoh
gambar dari kendaraan dan geometrik jalan. Formulir isian jumlah kendaraan
diisi sesuai dengan jumlah kendaraan yang melalui ruas jalan yang diamati dan
dihitung pada tempat dan waktu tertentu.
3. Surveyor
a. Spesifikasi Surveyor
Surveyor yang dipilih adalah mereka yang dinilai telah dapat menggunakan
peralatan yang akan digunakan dan juga mengerti tentang klasifikasi
kendaraan yang akan disurvei
b. Tugas Surveyor
Tugas surveyor adalah mencatat semua jenis kendaraan bermotor kedalam
formulir survei yang telah ditentukan.
c. Penempatan Surveyor
Surveyor ditempatkan pada titik-titik yang telah ditentukan. Jumlah
surveyor yang ditempatkan disesuaikan dengan tingkat kepadatan, banyak
sedikitnya jenis kendaraan yang lewat ruas jalan tersebut dan juga
berdasarkan klasifikasi jalan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
commit to user