Disusun Oleh :
dr. Ni Kadek Ratna Sari Agustini
BAB I
PENDAHULUAN
Demam berdarah dengue (DBD) atau disebut juga dengan dengue hemorrhagic
fever (DHF) merupakan salah satu spektrum dari infeksi virus dengue. DBD merupakan
penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan yang
disebabkan oleh infeksi virus dengue melalui gigitan spesies nyamuk aedes (Aedes
aegypti dan Aedes albopictus).1,2,3
Di dunia, diperkirakan 50 juta kasus infeksi virus dengue terjadi setiap tahunnya
dengan angka kematian sebesar 2,5%.1 Di Indonesia sendiri, jumlah kasus infeksi virus
dengue ini masih tinggi, yaitu 10-25 per 100.000 penduduk dengan angka kejadian
terbanyak pada kelompok usia 4-10 tahun.4 Di Indonesia, Bali merupakan wilayah
dengan angka kesakitan (incidence rate) tertinggi di Indonesia yaitu 105,95 per 100.000
penduduk.5
Tingginya angka kejadian dengue tidak luput dari perubahan demografik dan
sosial berupa perkembangan populasi dan urbanisasi yang tidak terencana. Hal ini dapat
berdampak pada terciptanya populasi manusia yang padat dalam suatu lingkungan
sehingga menyebabkan manusia secara berdampingan hidup dalam kondisi pengelolaan
air, pengelolaan limbah serta sistem pembuangan yang tidak memadai.1,6
Secara klinis, gejala utama pada infeksi virus dengue adalah demam kontinyu atau
bifasik (pelana kuda), yang dapat disertai gejala lain berupa nyeri kepala, ruam,
mialgia, artralgia, nyeri retroorbital, mual, muntah, dll. Gejala yang muncul pada tiap
individu sangat beragam, mulai dari asimtomatik hingga terjadi syok maupun
perdarahan yang dapat menyebabkan kematian. Kondisi syok hingga kematian sering
terjadi pada saat suhu tubuh penderita turun yang sering diasumsikan sebagai kondisi
sembuh padahal justru sebaliknya, kondisi penderita kritis (hari ke 3-7).1,2,3
Luasnya spektrum klinis serta cepatnya perjalanan penyakit ini merupakan
sebuah tantangan tersendiri untuk seorang dokter. Oleh karena itu, diperlukan
pengetahuan yang cukup akan definisi, penyebab, gejala, perjalanan penyakit,
klasifikasi pada infeksi virus dengue untuk memudahkan dalam penentuan diagnosis
sehingga tatalaksana yang diberikan cepat dan tepat.
Berikut dilaporkan sebuah kasus demam berdarah dengue pada seorang anak
perempuan berusia 9 tahun yang dirawat di Rumah Sakit Bhakti Rahayu Tabanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah infeksi yang
disebabkan virus dengue tipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui gigitan spesies
nyamuk aedes (antara lain Aedes aegypti dan Aedes albopticus).2,3
2.2. Etiologi
Penyebab dari Demam Dengue (DD) ataupun Demam Berdarah Dengue (DBD)
adalah virus dengue yang termasuk golongan arthropod borne virus group B, kelas
flavivirus, family Flaviviridae dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: DEN-1, DEN2,
DEN-3, DEN-4. Infeksi oleh serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan
banyak berhubungan dengan kasus berat. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan
antibodi seumur hidup terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi
terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga seseorang yang tinggal di daerah
endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya.7,8
Manifestasi klinis dari infeksi virus dengue sangat beragam dari mulai gejala
abortif (asimtomatik) hingga menyebabkan kondisi kritis akibat syok (SSD).1,3 Pada
kondisi simtomatik, secara klinis dibagi menjadi tiga fase3:
1. Fase febrile yang ditandai dengan demam mendadak tinggi dengan suhu 39-40oC,
bersifat kontinyu/ bifasik (menyerupai pelana kuda) yang disertai nyeri kepala,
nyeri otot seluruh badan, nyeri sendi, dan eritema kulit. Gejala nonspesifik seperti
anoreksia, mual dan muntah juga sering ditemukan. Pada pemeriksaan laboratorium
darah, penurunan jumlah leukosit merupakan kelainan yang ditemukan paling awal,
nilai trombosit dan hematokrit sering kali masih normal. Fase ini biasanya
berlangsung selama 2-7 hari.
2. Fase kritis yang terjaid pada saat suhu tubuh sudah mengalami penurunan sampai
mendekati batas normal (defervescence). Biasanya fase ini terjadi pada hari ke 3-7
(paling sering pada hari ke 4-6). Pada saat ini mulai terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler yang ditandai peningkatan nilai hematokrit dan penurunan
jumlah trombosit. Fase ini berlangsung selama 24-48 jam. Bila terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler yang hebat, akan terjadi perembesan plasma (plasma leakage),
dan apabila tidak mendapat terapi cairan yang adekuat, dapat menyebabkan syok
hingga kematian.
3. Fase pemulihan ditandai dengan perbaikan keadaan umum, nafsu makan pulih,
hemodinamik stabil dan diuresis cukup. Selain itu, nilai hematokrit akan mengalami
penurunan hingga rentang normal dan trombosit akan meningkat cepat menuju nilai
normal. Keadaan ini berlangsung secara berangsur dalam waktu 2-3 hari.
2.5. Diagnosis
Spektrum Klinis
a. Demam Dengue
1. Presumtif Positif (probable)
Demam akut dengan ≥2 dari1,3:
Nyeri kepala, nyeri retroorbital, mialgia, artralgia, ruam, manifestasi
perdarahan, leukopenia (leukosit ≤5.000/mm3), trombositopenia (trombosit
<150.000/mm3), peningkatan hematokrit (5-10%).
Dan setidaknya satu dari1,3:
Serologi (+) pada sampel darah: titer ≥1.280 dengan tes inhibisi hemaglutinasi,
titer IgG sebanding dengan ELISA, atau tes IgM antidengue (+) serta pasien
berasal dari daerah yang pada saat yang sama ditemukan kasus confirmed
dengue infection.
2. Confirmed Demam Dengue1,3:
Kasus presumtif ditambah dengan setidaknya satu dari konfirmasi laboratorium
berikut: deteksi antigen dengue, peningkatan titer antibodi >4 kali pada
pasangan serum akut dan serum konvalesens, dan atau isolasi virus.
Kriteria untuk SSD adalah seperti DBD dengan disertai tanda syok berikut1,3:
2.7. Penatalaksanaan
Pengobatan DBD bersifat suportif. Tatalaksana didasarkan atas adanya perubahan
fisiologi berupa perembesan plasma dan perdarahan. Perembesan plasma dapat
mengakibatkan syok, anoksia, dan kematian. Deteksi dini terhadap adanya perembesan
plasma dan penggantian cairan yang adekuat akan mencegah terjadinya syok,
Perembesan plasma biasanya terjadi pada saat peralihan dari fase demam (fase febris)
ke fase penurunan suhu (fase afebris) yang biasanya terjadi pada hari ketiga sampai
kelima. Oleh karena itu pada periode kritis tersebut diperlukan peningkatan
kewaspadaan. Adanya perembesan plasma dan perdarahan dapat diwaspadai dengan
1
pengawasan klinis dan pemantauan kadar hematokrit dan jumlah trombosit.
- Demam Dengue
Pasien DD dapat dirawat di rumah (rawat jalan), dianjurkan1,3:
bahaya.
Tanda-tanda vital setiap 2 – 4 jam pada pasien tanpa syok dan setiap 1 –
–
dengue, setiap 6-12 jam pada pasien DBD dan pada pasien dengan syok
Monitor urine output setiap 8 – 12 jam pada kasus nonsyok dan setiap
–
satu jam pada pasien dengan prolonged shock. Target à 0,5 ml/kg/jam.
Cairan yang dianjurkan pada kasus DBD adalah cairan kristaloid isotonik,
hindari cairan hipotonik. Cairan koloid (hiperonkotik) seperti dekstran 40 atau HES
dapat digunakan pada keadaan perembesan plasma massif atau bila tidak terdapat
respon terhadap cairan koloid. Jumlah cairan yang diberikan adalah sejumah kebutuhan
rumatan ditambah dengan kekurangan (defisit) sebesar 5%. Pada pasien obesitas,
suspensi trombosit tidak boleh diberikan atas indikasi trombositopenia semata tanpa
- Tanda-tanda penyembuhan1
• Nadi, tekanan darah dan respirasi stabil.
• Temperatur normal.
• Tidak ada perdarahan eksternal dan internal.
• Peningkatan nafsu makan.
• Tidak ada muntah atau nyeri abdomen
• Urine output yang baik.
• Haematokrit stabil pada baseline
• Ruam konvalesens, terutama pada ekstrimitas sembuh.
2.8. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada neonatus dan anak-anak adalah hiperpireksia
dan kejang demam. Selain itu, dapat pula terjadi fluid overload.1,2
Tanda dini fluid overload: kelopak mata bengkak, asites, takipnea, dispnea ringan.
Tanda lanjut: tanda dini + Distres napas sedang-berat, sesak, wheezing + rewel/
agitasi maupun linglung (tanda hipoksia dan gagal napas)
2.9. Prognosis
Prognosis dari demam dengue bergantung kepada antibodi pasif yang terbentuk
maupun infeksi sebelumnya. Pada demam berdarah dengue dengan syok, angka
kematian sebesar 40-50%. Angka kesembuhan berhubungan dengan terapi dini dan
intensif.2
BAB III
STATUS PEMERIKSAAN PASIEN
I. IDENTITAS
Nomor Register : 02.52.71
Nama Pasien : N.K.A.D.Y.
Tanggal Lahir : 22/07/2010
Usia : 9 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal MRS : 13 Februari 2020
Jam MRS : 19.30
Alamat : Wongaya Kaja
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS).
Riwayat Kebiasaan
Riwayat makan makanan sembarangan diakui oleh pasien ketika pulang
sekolah. Pasien rajin mencuci tangan sebelum makan.
Abdomen
- Inspeksi : tampak datar
- Auskultasi : bising usus normal
- Palpasi : soepel, nyeri tekan (-), distensi (-), hepatosplenomegali (-),
turgor kulit kembali cepat
- Perkusi : bunyi timpani
Anggota gerak: akral hangat, capillary refill time 2 detik, tourniquet test (+)
V. RESUME
Anak perempuan berusia 9 tahun datang ke IGD dengan keluhan demam sejak 4
hari SMRS. Demam mendadak tinggi, terjadi terus menerus sepanjang hari.
Keluhan juga disertai sakit kepala, nyeri seluruh tubuh, mual, serta penurunan nafsu
makan. Riwayat lingkungan sekitar pasien banyak yang mengalami demam
berdarah. Riwayat penyemprotan nyamuk demam berdarah di lingkungan penderita
dalam 1 bulan terakhir tidak ada.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Respirasi : 22 kali/menit
Suhu : 38,3ºC
Kepala : Perdarahan subkonjungtiva (-/-), epistaksis (-/-),
perdarahan mukosa (-/-)
Leher : KGB membesar (-/-)
Thorax : Cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : BU (+) normal, nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT< 2”, Tourniquet test (+)
Kulit : ptekie (-)
Berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang didapatkan nilai leukosit 2300/uL
(leukopenia) dan trombosit 98000/uL (trombositopenia).
VI. DIAGNOSIS
Diagnosa kerja : Demam Berdarah Dengue derajat I
Diagnosa banding : Demam tifoid
Malaria
Infeksi saluran kemih
Status gizi : Gizi Normal
VII. TERAPI
Terapi Non Farmakologi
Tirah baring
Diet lunak, tinggi kalori, tinggi protein
Cukup minum, selain air putih dapat diberikan susu, jus buah, maupun oralit
Cek darah lengkap setiap 24 jam
Terapi Farmakologi
IVFD RL 30 tpm
Paracetamol flash 3 x 300 mg (iv)
Ondansentron 2 x 4 mg (iv)
Imunos syr 2 x cth I (po)
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
IX. FOLLOW UP
S = Keluhan demam, sakit kepala, nyeri seluruh tubuh, mual sudah tidak ada. Nafsu
makan masih rendah. BAB normal. BAK sebanyak 6-8 kali sehari. Perdarahan spontan
tidak ada.
O = KU : sakit sedang, kesadaran : compos mentis
Nadi: 88x/menit reguler, isi cukup, kuat angkat; RR: 20x/menit; S: 36,3ºc
Kepala : normosefali
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan subkonjungtiva (-/-)
THT : dbn
Leher : pembesaran KGB (-), trakea di tengah
Thorax :
Pulmo : I = gerakan dinding dada kanan dan kiri simetris, retraksi (-/-), P = vokal
fremitus kanan = kiri, P = sonor kanan = kiri, A = suara napas vesikular (+/+), ronki
(-/-), wheezing (-/-)
Cor : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : A = Bising usus normal, P = timpani di keempat kuadran abdomen, P =
soepel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas superior & inferior : akral hangat, CRT < 2 detik
Kulit: ptekie (-)
Pemeriksaan Penunjang
- Darah Lengkap : Trombosit 108000/uL, Leukosit 2300/uL, Hemoglobin 13,9
g/dL, Hematokrit 38,0%
P=
- Terapi lanjut
- Cek DL/24 jam
Kepala : normosefali
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan subkonjungtiva (-/-)
THT : dbn
Leher : pembesaran KGB (-), trakea di tengah
Thorax :
Pulmo : I = gerakan dinding dada kanan dan kiri simetris, retraksi (-/-), P = vokal
fremitus kanan = kiri, P = sonor kanan = kiri, A = suara napas vesikular (+/+), ronki
(-/-), wheezing (-/-)
Cor : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : A = Bising usus normal, P = timpani di keempat kuadran abdomen, P =
soepel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas superior & inferior : akral hangat, CRT < 2 detik
Kulit: ptekie (-)
Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap : Trombosit 149000/uL, Leukosit 3300/uL, Hemoglobin 13,4 g/dL,
Hematokrit 37,2%
P=
- Ondansetron kp mual
- Paracetamol flash kp demam
- Terapi lain lanjut
- Cek DL/24 jam
Follow Up hari ke-3 16/02/2020
S = Tidak ada keluhan
O = KU : baik, kesadaran : compos mentis
Nadi: 88x/menit reguler, isi cukup, kuat angkat; RR: 20x/menit; S: 36,3ºc
Kepala : normosefali
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan subkonjungtiva (-/-)
THT : dbn
Leher : pembesaran KGB (-), trakea di tengah
Thorax :
Pulmo : I = gerakan dinding dada kanan dan kiri simetris, retraksi (-/-), P = vokal
fremitus kanan = kiri, P = sonor kanan = kiri, A = suara napas vesikular (+/+), ronki
(-/-), wheezing (-/-)
Cor : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : A = Bising usus normal, P = timpani di keempat kuadran abdomen, P =
soepel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas superior & inferior : akral hangat, CRT < 2 detik
Kulit: ptekie (-)
Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap : Trombosit 217000/uL, Leukosit 4600/uL, Hemoglobin 13,7 g/dL,
Hematokrit 37,7%
P=
- Pasien boleh pulang
- Aff infus
- Kontrol kembali 2 hari (18/02/2020)
BAB IV
ANALISA KASUS
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah infeksi yang
disebabkan virus dengue tipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui gigitan spesies
nyamuk aedes (antara lain Aedes aegypti dan Aedes albopticus). Pada kebanyakan
daerah tropis, A. aegypti merupakan vektor utama. 2,3
A. aegypti menggigit pada siang hari, berkembang biak pada air tergenang seperti
pada bak air, tempat minum, maupun wadah yang menampung air bekas hujan. Pada
negara tropis dan berkembang seperti Indonesia, demam berdarah dengue merupakan
penyakit endemik. Hal ini didukung oleh penelitian yang menunjukan bahwa siklus
hidup A. aegypti berkembang pesat pada suhu 25-36°c dan pada musim penghujan serta
pada daerah berkembang dengan kondisi populasi padat dengan sistem sanitasi yang
masih belum memadai.1,2,6,9 Setelah vektor (nyamuk) menyalurkan virus dengue melalui
gigitannya, virus bereplikasi secara lokal pada sel langerhans dan masuk ke aliran
limfe. Hal ini memunculkan aktivasi makrofag dan monosit. Di dalam makrofag, virus
dapat melakukan fusi sehingga tidak terfagositosis dan kemudian masuk ke sistem
retikuloendotelial. Virus bereplikasi dan menyebar ke peredaran darah (viremia) yang
kemudian menyebabkan destruksi trombosit, peningkatan permeabilitas vaskuler,
kerusakan pada hepatosit, dan pelepasan beberapa sitokin. Destruksi trombosit
menyebabkan trombositopenia, peningkatan permeabilitas vaskuler menyebabkan
ekstravasasi cairan sehingga muncul manifestasi perdarahan, kerusakan hepatosit
menyebabkan hepatomegali, dan pelepasan beberapa sitokin menyebabkan demam,
mual, myalgia, artralgia, nyeri kepala serta supresi sumsum tulang (leukopenia).1,2
Diagnosis demam berdarah dengue deajat I ditegakkan sesuai kriteria WHO
(SEARO) 2011 yaitu demam akut (<7 hari), manifestasi perdarahan (tes tourniquet
positif) dan trombositopenia (<100000/uL). Dari anamnesis pada pasien ini, terjadi
gejala demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit yang dikatakan terus menerus
sepanjang hari, sesuai dengan gejala demam pada DBD yaitu demam kontinyu.
Kemudian pasien mengalami gejala penyerta lain seperti sakit kepala, nyeri seluruh
tubuh yang dapat mengindikasikan artralgia maupun mialgia, mual serta penurunan
nafsu makan. Seluruh gejala pada pasien menggambarkan kondisi gejala infeksi virus
dengue pada fase febrile.3 Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu pasien 38,3 ºC yang
mendukung anamnesis demam pada pasien. Selain itu didapatkan pemeriksaan
tourniquet positif yang menandakan terjadinya peningkatan permeabilitas vaskuler.1
Oleh karena gejala yang didapat dari anamnesis pasien belum terlalu jelas, ada
beberapa penyakit akut lain yang dapat dijadikan diagnosis banding, yaitu:
1. Demam tifoid
Demam tifoid memiliki ciri khas demam pada minggu pertama yang bersifat
remiten, cenderung tinggi pada malam hari disertai gejala gangguan saluran
pencernaan seperti mual, muntah, nyeri perut, diare maupun konstipasi.7 Pada
pasien, jenis demam yang dialami adalah demam kontinyu.
2. Malaria
Gejala pada malaria adalah demam intermiten (naik turun) dengan disertai
menggigil, nyeri kepala, berkeringat, nyeri otot serta riwayat 1-4 minggu
sebelumnya ke daerah endemis malaria. 3 Pada pasien demam yang terjadi
kontinyu serta tidak terdapat keluhan menggigil maupun riwayat berpergian ke
daerah endemis malaria.
3. Infeksi saluran kemih
Gejala pada ISK sering berupa demam tanpa diketahui gejala lainnya.
Terkadang disertai gejala nyeri pinggang atau perut, berkemih lebih sering dari
biasanya, air kemih berbau dan berubah warna.2,3 Pada pasien, gejala yang
terjadi hanyalah demam tanpa gangguan pada BAK.
Cairan yang dianjurkan pada kasus DBD adalah cairan kristaloid isotonik.
Pemilihan cairan ringer laktat sesuai dengan kriteria karena merupakan kristaloid
pasien mengalami DBD derajat I maka diperlukan pemberian cairan dimulai dari
maintenance + 5% deficit yaitu dengan rumus pada anak 5ml/kg/jam x 30kg = 150
ml/jam : 37,5 tpm.1 Karena cairan yang diberikan pada pasien sebesar 30 tpm, maka
ada perbedaan sebesar 7,5 tpm yang dapat digantikan dengan cairan dari minuman per
oral. Dengan evaluasi ketat, didapatkan perbaikan klinis pada pasien (nafsu makan
Selain pemberian terapi utama berupa rehidrasi, pasien juga mendapatkan terapi
simtomatik seperti antipiretik berupa parasetamol, antiemetik serta suplemen imun.
Pemberian obat-obatan ini juga perlu perhatian karena dapat mengganggu fungsi hati.
Selama monitoring pasien, keluhan demam, mual serta hasil laboratorium pasien
mengalami perbaikan selama 3 hari perawatan sehingga pasien diizinkan pulang pada
hari perawatan ketiga dengan memenuhi kriteria berikut1: