FILSAFAT ILMU
(EPISTOMOLOGI INTUISIONISME)
Disusun oleh :
AN 1 D
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan Penulisan
Salah satu tokoh aliran intuisionisme ini adalah Henry Bergson (1859-1941).
Menurutnya, intuisi merupakan suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan
seketika. Unsur utama bagi pengetahuan adalah kemungkinan adanya suatu bentuk
penghayatan langsung (intuitif),di samping pengalaman oleh indera. Setidaknya,
dalam beberapa hal, intuisionisme tidak mengingkari nilai pengalaman inderawi,
kendati diakui bahwa pengetahuan yang sempurna adalah yang diperoleh melalui
intuisi. Harold H. Titus memberikan catatan, bahwa intuisi adalah suau jenis
pengetahuan yang lebih tinggi, wataknya berbeda dengan pengetahuan yang
diungkapkan oleh indera dan akal; dan bahwa intuisi yang ditemukan orang dalam
penjabaran-penjabaran mistik memungkinkan kita untuk mendapatkan pengetahuan
langsung yang mengatasi (trancendent) pengetahuan kita yang diperoleh dari indera
dan akal. Selain itu ia juga beranggapan tidak hanya indera yang terbatas, akal juga
terbatas. Objek – objek yang kita tangkap adalah objek – objek yang selalu berubah.
Jadi pengetahuan tentangya tidak pernah tetap. Intelek atau akal juga terbatas. Akal
hanya memahami suatu objek bila ia mengonsentrasikan dirinya pada objek itu. Jadi
dalam hal seperti itu, manusia tidak mengetahui secara keseluruhan (unique), tidak
juga memahami sifat – sifat yang tetap dalam objek. Akal hanya mampu memahami
bagian – bagian dari objek, kemudian bagian – bagian itu digabung oleh akal. Itu
tidak sama dengan pengetahuan menhyeluruh tentang objek itu.
Dummet menegaskan bahwa arti suatu pernyataan tidak bisa memuat suatu
unsur yang tidak menunjukkan penggunaannya. Untuk membuatnya, harus
berdasarkan pemikiran individu yang memahami arti tersebut. Jika dua individu
secara bersama setuju dengan penggunaan pernyataan yang dibuat, maka mereka pun
menyetujui artinya. Alasannya bahwa arti pernyataan mengandung aturan instrumen
komunikasi antar individu. Jika seorang individu dihubungkan dengan simbol
matematika atau formula, dimana hubungan tersebut tidak berdasar pada penggunaan,
kemudian dia tidak dapat menyampaikan muatan tersebut dengan arti simbol atau
formula tersebut, maka penerima tidak akan bisa memahaminya.
Keberatan terhadap aliran ini adalah bahwa pandangan kaum intuisionis tidak
memberikan gambaran yang jelas bagaimana matematika sebagai pengetahuan intuitif
bekerja dalam pikiran. Konsep-konsep mental seperti cinta dan benci berbedabeda
antara manusia yang satu dengan yang lain. Apakah realistis bila menganggap bahwa
manusia dapat berbagi pandangan intuitif tentang matematika secara persis sama.
Apa yang diketahui secara intuitif bagi seseorang belum tentu sama bagi orang
lain. Artinya cara seseorang mendapatkan pengetahuan yang pasti itu, tidak atau
belum tentu berlaku bagi orang lain.
Pengetahuan intuisi ini kebenarannya sulit diukur. Karena berasal dari lapisan
hati nurani seseorang yang terdalam. Benar tidaknya sangat tergantung kepada
keyakinan orang tersebut. Oleh karenanya sulit diterangkan kepada orang lain. Orang
lain maksimum hanya bisa meniru perilakunya yang dianggap sesuai dengan hati
nuraninya sendiri.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Ahmad Tafsir. Filsafat Umum: Akal Dan Hati Sejak Thales Sampai Capra,
Bandung: Remaja Rosda karya, 2001
Aqa, Rasionalisme dan Intuisionisme, Makalah, 23 Oktober 2009
http://nuryantowiryo.blogspot.co.id/2013/03/aliran-intuisi.html, diakses
tanggal 28 Mei 2018, Pukul 21.05 Wita
https://id.wikipedia.org/wiki/Intuisionisme diakses pada tanggal 28 Mei 2018,
Pukul 19.33 Wita
https://sukrintaib.wordpress.com/2012/03/04/teori-epistemologi-
fenomenologi-danintuisionisme/ diakses tanggal 28 Mei 2018, Pukul 22.35 Wita
Jujun S.Sumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: PT Gelora
Aksara Pratama, 1990
Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat : Intuisionisme, Yogyakarta: Tiara
wacana yogya, 2004
Muhammad ‗Abid al-Jabiri, Bunyat al-„Aql al-„Arabi, Beirut: Markaz al-
Thaqafi al- ‗Arabi, 1993 Muhammad Sabri, Muhammad Saleh Tadjuddin dan
Wahyuddin Halim. Filsafat Ilmu. Makassar : Alauddin Press. 2009
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka, 2006