Saat ini perkembangan media berkembang dengan begitu pesatnya. Data dari
Hootsuite pada bulan Januari 2020 menunjukkan, ada 175,4 juta pengguna internet dan 160
juta pengguna media sosial aktif di Indonesia dari total penduduk 272,1 juta. Namun, perlu
kita ketahui bersama tentu saja dalam sebuah perkembangan akan menimbulkan dampak
positif dan juga negatif. Salah satu yang menjadi permasalah adalah sikap yang dipelajari
melalui media. Tentu tidak semua sikap yang menyebar di media sosial merupakan hal yang
buruk. Tetapi, kita juga sadar bahwa banyak juga sikap-sikap yang dapat dikatakan negatif
yang tentu dapat mempengaruhi seseorang untuk ikut meniru atau mencontoh. Oleh karena
itu, perlu ada upaya pemahaman kepada masyarakat luas, apa saja masalah yang dapat timbul
apabila sikap atau perilaku dipelajari melalui media dan bagaimana harus bersikap.
Teori
Sikap
Sikap manusia merupakan prediktor yang utama bagi perilaku (tindakan) sehari-hari,
meskipun masih ada faktor-faktor lain, yakni lingkungan dan keyakinan seseorang. Hal ini
berarti bahwa kadang-kadang sikap dapat menentukan tindakan seseorang, tetapi kadang-
kadang sikap tidak mewujud menjadi tindakan. Pertimbangan akan segala dampak positif dan
negatif suatu tindakan turut menentukan apakah sikap seseorang menjadi tindakan yang nyata
ataukah tidak.
Pembentukan Sikap
Sikap sosial terbentuk oleh ada.nya interaksi sosial. Dalam interaksi sosial itu,
individu membentuk pola sikap tertentu terhadap objek psikologis yang dihadapinya.
Berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap itu antara lain pengalaman pribadi,
kebudayaan, orang lain yang dianggap penting (significant other) media massa, lembaga
pendidikan atau lembaga agama dan faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 1988:24).
Sikap juga terbentuk dari proses belajar sosial, yaitu proses dimana individu memperoleh
informasi, tingkah laku, atau sikap baru dari orang lain (Pavlov).
Informasi yang disampaikan melalui berbagai sarana informasi yang berbentuk media
massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain memberikan landasan kognitif
bagi terbentuknya sikap. Apabila pesan-pesan yang disampaikanitu cukup sugestif, akan
memberi dasar afektif dalam terbentuknya sikap. Dalam menanggapi berbagai informasi
diperlukan sikap kritis. Oleh karena itu sikap kritisperlu dikembangkan lewat proses
belajarmengajar. Strategi pemecahan masalah, lebih-lebih masalah yang dilematis, dapat
memacu timbulnya kebiasaan berfikir kritis. Kemampuan berfikir kritis inifah yang dapat
membentuk kepribadian yang kuat, yang rnarnpu melindungi diri dari pengaruh informasi
yang bersifat negatif. Hal ini sangat relevan untuk pembentukan pribadi menghadapi arus
globalisasi.
Adapun dampak negatif penggunaan sosial media terhadap pendidikan akhlak anak
juga sangat banyak diantaranya dapat dilihat dari banyaknya anak yang menggunakannya
bukan untuk belajar tetapi untuk kesibukan mereka di jejaring sosial misalnya; Facebook,
Twittwer, Instagram dan lainnya, hingga membuat anak lalai terhadap tugas-tugasnya
membuat anak-anak ini kurang displin dan mudah mencontek karya-karya orang lain, serta
adanya anggapan bahwa sosial media identik dengan pornografi, hal ini karena sosial media
memiliki kemampuan menyampaikan informasi yang tinggi termasuk gambar-gambar
pornografi dan kekerasan dan ini tentunya bisa menyebabkan kemorosatan pendidikan akhlak
anak.
1. Berkurangnya waktu belajar, karena keasyikan menggunakan sosial media seperti terlalu
lama ketika facebookkan dan ini akan mengurangi jatah waktu belajar;
2. Mengganggu konsentrasi belajar di sekolah, ketika siswa sudah mulai bosan dengan cara
pembelajaran guru, mereka akan mengakses sosial media semaunya;
3. Merusak moral pelajar, karena sifat remaja yang labil, mereka dapat mengakses atau melihat
gambar porno milik orang lain dengan mudah;
4. Menghabiskan uang jajan, untuk mengakses internet dan untuk membuka facebook jelas
berpengaruh terhadap kondisi keuangan (terlebih kalau akses dari warnet) sama halnya
mengakses facebook dari handphone;
5. mengganggu kesehatan, terlalu banyak menatap layar handphone maupun komputer atau
laptop dapat mengganggu kesehatan mata.
1. Mempermudah kegiatan belajar, karena dapat digunakan sebagai sarana untuk berdiskusi
dengan teman sekolah tentang tugas (mencari informasi);
2. Mencari dan menambah teman atau bertemu kembali dengan teman lama. Baik itu teman di
sekolah, di lingkungan bermain maupun teman yang bertemu melalui jejaring sosial lain;
3. Menghilangkan kepenatan pelajar, itu bisa menjadi obat stress setelah seharian bergelut
dengan pelajaran di sekolah. Misalnya: mengomentari status orang lain yang terkadang lucu
dan menggelitik, bermain game, dan lain sebagainya.
Studi kasus
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Novita Astarini (mahasiswi UPI) mengenai
studi dampak tayangan televisi terhadap perkembangan perilaku sosial anak. Dengan subjek
penelitian adalah satu orang anak usia 5 tahun, dengan jumlah informan yang mendukung
kelengkapan data sebanyak 5 orang yang diantaranya adalah kedua orangtua dari subjek, dua
orang tetangga dari subjek serta satu orang guru yang mengajar subjek di PAUD. Penelitian
dilakukan dalam waktu 8 hari melalui pendekatan yang dilakukan sebelum penelitian secara
berkala di setiap bulannya terhitung dari bulan November hingga Maret dan melakukan
penelitian pada bulan April.
Dalam penelitian ini ditemukan beberapa dampak tayangan sinetron bagi perilaku
sosial anak, perilaku sosial anak yang difokuskan dalam penelitian ini adalah :
Simpulan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan media ini sangat
pesat dan dirasakan oleh seluruh pengguna di dunia ini. Perkembangan media yang sangat
pesat ini dapat mempengaruhi pengguna dalam berbagai aspek kehidupan salah satunya
pertumbuhan sikap yang mana dampaknya bisa bersifat positif maupun negatif.
Adapun dampak positif bagi pengguna media adalah dapat memfasilitasi kegiatan belajar,
mempermudah mencari informasi, memberikan hiburan, menghilangkan kelelahan belajar,
dan selain digunakan sebagai media edukasi, media ini juga dapat digunakan sebagai
adaptasi, sosialisasi dan pengelolaan jaringan pertemanan.
Sebaliknya jika media tersebut digunakan untuk hal-hal yang tidak baik maka akan
berdampak negatif, sedangkan dampak negatif dari penggunaan media tersebut adalah
mengurangi kedisiplinan, menimbulkan kemalasan, kelalaian, lupa waktu, membuang-buang
uang, bahkan dapat berdampak pada kesehatan.
Oleh karena itu, sangatlah penting untuk memahami bagaimana media tersebut digunakan
agar kita sebagai pengguna dapat menggunakannya dengan bijak dan berguna untuk masa
depan.
Daftar Pustaka
Malikhah. (2013). Korelasi Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan Perilaku
Negatif Anak Usia Dini. Fakultas Ilmu Pendidikan. Progam Studi Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Khairuni, N. (2016). Dampak Positif dan Negatif Sosial Media Terhadap Pendidikan Akhlak
Anak. Jurnal Edukasi. Vol.2(1): 91-106.
Fitri, S. (2017). Dampak Positif Dan Negatif Sosial Media Terhadap Perubahan Sosial Anak.
Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran. Vol. 1(2): 118-123.
Astarini, N., Solihin, I, H., & Rustini, T. (2017). Studi Dampak Tayangan Televisi Terhadap
Perkembangan Perilaku Sosial Anak. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini.Vol.8(1).