Tentang
OLEH
KELAS : 2 A
KELOMPOK 3
1
Dosen Pengajar Mata Kuliah : Nurul Fauziah S.Pd., M.Pd
2021
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Allah SWT. karena atas segala rahmat,
petunjuk, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Biologi tentang Model dalam
Pembelajaran Biologi. Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan, sebagai teman belajar, dan sebagai referensi tambahan dalam belajar khususnya
tentang Motivasi dalam Belajar. Makalah ini dibuat sedemikian rupa agar pembaca dapat dengan
mudah mempelajari dan memahami pengertian model, serta macam-macam model
pembelajarannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan dan
wawasan tentang Model dalam Pembelajaran Biologi.
Penulis
3
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR........................................................................................................3
DAFTAR ISI......................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan................................................................................................................23
4
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka setiap guru harus
memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep dan cara-cara
pengimplementasian model – model pembelajaran tersebut dalam proses pembelajaran. Model
pembelajaran yang efektif memiliki keterkaitan dengan tingkat pemahaman guru terhadap
perkembangan dan kondisi siswa di kelas. Demikian juga pentingnya pemahaman guru terhadap
sarana dan fasilitas sekolah yang tersedia, kondisi kelas dan beberapa faktor lain yang terkait
dengan pembelajaran. Tanpa pemahaman terhadap berbagai kondisi ini, model yang
dikembangkan guru cenderung tidak dapat meningkatkan peran serta siswa secara optimal dalam
pembelajaran, dan pada akhirnya tidak dapat memberi sumbangan yang besar terhadap
pencapaian hasil belajar siswa.
Mempertimbangkan pentingnya hal di atas maka kami sebagai calon pendidik akan
membahas beberapa model – model pembelajaran secara mendalam.
5
1.3 Manfaat Penulisan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan mempunyai manfaat teoritis dan manfaat praktif,
sebagai berikut :
1. Manfaat bagi mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa
terhadap pengertian model pembelajaran dan macam macam model pembelajaran
2. Manfaat bagi penulis sendiri untuk meningkatkan pemahaman penulis sekaligus juga
sebagai salah satu syarat penilaian pada mata kuliah belajar dan pembelajaran biologi.
6
BAB II
PEMBAHASAN
Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala
aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang
terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.
Istilah model pembelajaran sangat dekat dengan pengertian strategi pembelajaran dan
dibedakan dari istilah strategi, pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model pembelajaran
mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, dan teknik. Sedangkan
istilah “strategi “ awal mulanya dikenal dalam dunia militer terutama terkait dengan perang atau
dunia olah raga, namun demikian makna tersebut meluas tidak hanya ada pada dunia militer atau
olahraga saja akan tetapi bidang ekonomi, sosial, pendidikan.
7
a. Karakteristik Pembelajaran Science Technology and Society (STS)
8
b. Tahapan Model Pembelajaran Science Technology and Society (STS)
Menurut Anna Poedjadi tahun 2010, tahapan dalam model STS dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Berdasarkan gambar 2.1 mengenai tahapan model pembelajaran, maka dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pendahuluan
Tahap ini membedakan model STS dengan model pembelajaran lainnya. Pada tahap ini
disebut dengan inisiasi atau mengawali, memulai dan dapat pula disebut dengan invitasi yaitu
undangan agar siswa memusatkan perhatian pada pembelajaran. Apersepsi dalam kehidupan juga
dapat dilakukan, yaitu mengaitkan peristiwa yang telah diketahui siswa dengan materi yang akan
dibahas, sehingga tampak adnya kesinambungan pengetahuan, karena diawali dengan hal-hal
yang telah diketahui siswa sebelumnya yang yang ditekankan pada keadaan yang ditemui dalam
kehidupan sehari-hari. Pada pendahuluan ini guru juga dapat melakukan kegiatan di lapangan
atau di luar kelas secara berkelompok
9
2. Pembentukan Konsep
Proses pembentukan konsep dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan dan metode.
Misalnya pendekatan keterampilan proses, pendekatan sejarah, pendekatan kecakapan hidup,
metode demontrasi, eksperimen dilaboratorium, diskusi kelompok, bermain peran dan lain-lain.
3. Aplikasi Konsep
Berbekal pemahaman konsep yang benar siswa diharapkan dapat menganalisis isu dan
menemukan penyelesaian masalah yang benar.
4. Pemantapan konsep
Pada tahap ini, guru melakukan pelurusan terhadap konsepsi siswa yang keliru.
Pemantapan konsep ini penting untuk dilakukan mengingat sangat besar kemungkinan guru tidak
menyadari adanya kesalahan konsepsi pada tahap pembelajaran sebelumnya. Pemantapan konsep
pnting sebab mempengaruhi retensi materi siswa.
5. Penilaian
Kegiatan penilaian dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan belajar dan hasil
belajar yang telah diperoleh siswa. Berbagai kegiatan penilaian dapat dilakukan mengingat
beragamnya hasil belajar yang diperoleh siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan STS.
10
Keunggulan dan Kekurangan Model Pembelajaran Science Technology and Society
Keunggulan model pembelajaran STS yaitu pembelajaran sains yang dikemas untuk
mudah dimengerti serta bermanfaat bagi setiap orang. Pembelajaran inidapat melatih siswa untuk
berpikir kreatif. Sedangkan kekurangan model pembelajaran STS yaitu terdapat kesulitan dan
kendala yang dihadapi dalam pembelajaran menggunakan model Sains Teknologi Masyarakat
apabila dirancang dengan baik, memakan waktu lebih lama bila dibandingkan dengan model-
model lain.
11
2.2.2 Model Pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivistik
Di antara ciri yang dapat ditemukan dalam model pembelajaran kognitivisme ini adalah
siswa tidak diindoktrinasikan dengan pengetahuan yang disampaikan oleh guru, melainkan
mereka menemukan dan mengeksplorasi pengetahuan tersebut dengan apa yang telah mereka
ketahui dan pelajari sendiri.
Dalam kontek pelaksanaan pembelajaran dalam model konstruktivisme ini, guru tidak
dapat gagasannya yang non ilmiah menjadi gagasan/pengetahuan ilmiah. Dengan demikian
arsitek pengubah gagasan peserta didik adalah peserta didik sendiri dan guru hanya berperan
sebagai fasilitator dan penyedia kondisi upaya proses pembelajaran bisa berlangsung.
Beberapa bentuk belajar yang sesuai dengan filosofis konstruktivisme antara lain diskusi
(yang menyediakan kesempatan agar semua peserta didik mau mengungkapkan gagasan),
pengujian hasil penelitian sederhana, demonstrasi, peragaan prosedur ilmiah, dan kegiatan
praktis lain yang memberi peluang peserta didik untuk mempertajam gagasannya.
1. Siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, merumuskan ide dan mengambil
keputusan.
2. Siswa dapat mengaplikasikan pemahaman dan pengetahuannya dalam situasi apapun atas
dasar keterlibatan mereka secara aktif dalam proses pembelajaran.
3. Siswa mampu mengingat konsep dan pengetahuan baru yang yang diperoleh dalam proses
pembelajaran, karena mereka sendiri yang menemukan pengetahuan tersebut dengan guru
sebagai fasilitator.
4. Siswa memiliki keyakinan sekaligus keterampilan untuk dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapi.
5. Siswa memiliki keterampilan untuk berinteraksi dengan mesyarakat (dunia nyata) , karena
mereka sudah terbiasa denagan interaksi dan partisipasi di kelas dengan sesama siswa dan guru.
12
Kelemahan dari penerapan pembelajaran model konstruktifisme adalah sebagai berikut:
1. Guru merasa kesulitan memberikan contoh-contoh konkrit dan realistik dalam proses
pembelajaran. Dalam hal ini guru harus memiliki kreatifitas yang tinggi dalam
menyampaikan materi. Apalagi dalam hal ini guru sejarah kurang bisa membawa nilai-
nilai masa lalu untuk diterapkan dalam masa sekarang.
2. Guru tidak ingin berubah dalam menggunakan model pembelajaran. Guru merasa
nyaman dengan model pembelajaran tradisional, yaitu model ceramah. Pandangan guru
terhadap siswa diibaratkan siswa seperti bejana yang masih kosong perlu diisi oleh ilmu
pengetahuan yang dimiliki guru. Guru merasa dengan menggunakan model tradisional
saja bisa mendapatkann nilai yanng tinggi, sehingga tidak perlu menggunakan model
pembelajaran lainnya.
3. Guru berpikir bahwa pembelajaran konstruktivisme memerlukan lebih banyak waktu.
Proses pembelajaran konstruktivisme ingin membuat siswa menjadi aktif, hal in
terkadang juga terkendala dengan kemampuan kognitif siswa. Beban mengajar guru
sudah terlalu banyak.
4. Belum adanya alat-alat laboratorium yang cukup memadai untuk jumlah siswa yang
besar. Kebanyakan sekolahan masih terbatas dalam menyediakan fasilitas guna
mendukung pembelajaran konstruktivisme. Sarana dan prasarana kurang mendukug
pembelajaran model konstruktivisme.
5. Terlalu banyak bidang studi yang harus dipelajari dalam kurikulum. Masih ada banyak
guru yang mengajar diluar bidang studi sesuai kualifikasinya. Sehingga penguasaan
materi oleh guru kurang memadai.
Contextual teaching learning atau yang lebih dikenal dengan CTL merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata yang
berkembang dan terjadi di lingkungan sekitar siswa, sehingga siswa (peserta didik) mampu
menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dengan kehidupan sehari-hari mereka.
Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan,
mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan masalah-masalah tertentu baik secara
individu maupun kelompok.
13
Pembelajaran dengan pendekatan CTL atau pembelajaran kontekstual memungkinkan
proses belajar yang tenang dan menyenangkan, karena proses pembelajaran dilakukan secara
ilmiah dan kemudian siswa dapat mempraktikkan secara alamiah dan kemudian siswa dapat
mempraktikkan secara langsung berbagai materi yang telah dipelajarinya.
Untuk merangsang siswa menjadi lebih respons dalam menggunakan pengetahuan dan
keterampilan dalam kehidupan nyata sehingga memiliki motivasi tinggi untuk belajar, diperlukan
beberapa strategi dan pendekatan pembelajaran yang relevan dengan model CTL, yang antara
lain adalah sebagai berikut:
Sebelum memulai proses pembelajaran di depan kelas, siswa terlebih dahulu diminta
untuk mengobservasi suatu fenomena.
Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan diberbagai konteks lingkungan siswa
antara lain madrasah/sekolah, keluaraga dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru
memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar di luar kelas.
Siswa dituntut untuk mampu mencari, menganalisis dan menggunakan informasi dengan
sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru.
Madrasah/sekolah dapat melakukan kerjasama dengan orang tua siswa yang memiliki
keahlian khusus untuk menjadi guru tamu.
14
2. Siswa terlibat aktif dalam memecahkan dan memiliki keterangan berfikir yang lebih
tinggi karena siswa dilatih untuk mengunakan berfikir memecahkan suatu masalah dalam
mengunakan data memahami masalah untuk memecahkan suatu hasil
3. Pengetahuan tetang materi pembelajaran tertanam berdasarkan skema yang dimiliki siswa
sehingga pembelajaran CTL akan lebih bermakna.
Menurut Al-Tabani (2014: 147) inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual. Pengetahuan dan ketersmpilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan
hasil mengingat seperangkat fakta, melainkan hasil dari menemukan sendiri.
Menurut Al-Tabani (2014: 80) pembelajaran inkuiri memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu :
1. Pertama, pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan
2. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencri dan menemukan
jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan untuk dapat
menumbuhkan sikap percaya diri.
15
3. Ketiga, tujuan dari pembelajaran inkuiri yaitu mengembangkan kemampuan berfikir secara
sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari
proses mental.
1. Merumuskan masalah
3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya
lainnya
4. Mengkomunikasikan atau mnyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, audiens
yang lainnya.
2. Pembelajaran ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya
mereka.
3. Pembelajaran ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi
belajar moderen yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman.
4. Keuntungan lain yaitu dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di ata rata-
raa. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa
yang lemah dalam belajar.
2. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam
belajar.
16
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran, maka startegi ini tampaknya akan slit di implementasikan.
Model pembelajaran problem solving adalah cara mengajar yang dilakukan dengan
cara melatih para murid menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan sendiri atau secara
bersama – sama (Alipandie, 1984:105). Atau model pembelajaran problem solving adalah
metode pembelajaran yang mengaktifkan dan melatih siswa untuk menghadapi berbagai masalah
dan dapat mencari pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan itu.
Metode Problem Solving menurut Suprijono (2012:46) ialah pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Sedangkan,
Arends (Suprijono, 2012:46) menyatakan model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang
akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
3. Melalui inkuiri atau problem solving kemampuan berpikir tadi diproses dalam situasi atau
keadaan yang bener – bener dihayati, diminati siswa serta dalam berbagai macam ragam altenatif
4. Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan cara berpikir objektif –
mandiri, krisis – analisis baik secara individual maupun kelompok.
1. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan
akhirnya meneliti kembali hasilnya.
2. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.
4. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.
17
Dalam garis besarnya langkah-langkah metode pembelajaran masalah (problem solving)
dapat disarikan sebagai berikut:
h). Menilai kembali seluruh proses pemecahan masalah (Depdikbud, 1997: 23).
18
2.2.6 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PROBLEM BASED LEARNING)
Tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah:
Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada siswa.Siswa harus dapat menentukan sendiri
apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh, di bawah bimbingan guru.
19
Langkah-langkah Operasional dalam Proses Pembelajaran berbasis masalah (PBL)
5. Penilaian (Assessment)
1. Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-
usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh
pebelajar itu sendiri dalam belajar.
upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh
teman dalam kelompoknya.
20
3. Siswa tidak akan belajar jika tidak ada keinginan siswa untuk memecahkan permasalahan
yang sedang dipelajari (Sanjaya, 2010: 221). Internet memiliki kekurangan yang
berdampak negatif kepada masyarakat disebabkan oleh terlalu bebasnya informasi yang
ada di internet sehingga memungkinkan anak-anak untuk melihat dan membaca berbagai
hal yang belum waktunya untuk dilihat dan dibaca (Suharno, 2006: 19).
Model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang
khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik, yang diajarkan dengan pola kegiatan
bertahap, selangkah demi selangkah Arends dalam Trianto (1997).
Pembelajaran langsung menurut Kardi (1997:3) dalam Trianto, dapat berbentuk ceramah,
demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Pembelajaran langsung digunakan
untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa.
Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefesien
mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan.
Di lain pihak, Slavin (2003) mengemukakan tujuh langkah dalam tahapan pembelajaran
langsung, yaitu sebagai berikut.
Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung cocok untuk diterapkan
dalam pembelajaran:
1. Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan memberikan
garis besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukkan
keterkaitan di antara konsep-konsep tersebut.
2. Ketika guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki
struktur yang jelas dan pasti.
3. Ketika guru ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilan-keterampilan
dasar yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa, misalnya
penyelesaian masalah (problem solving).
21
Kelebihan dan Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung
1. Guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga
dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
2. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
3. Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang
mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
4. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual
yang sangat terstruktur.
5. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-
keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala
aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang
terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.
Contextual teaching learning atau yang lebih dikenal dengan CTL merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata yang
berkembang dan terjadi di lingkungan sekitar siswa.
Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan
dan ketersmpilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta,
melainkan hasil dari menemukan sendiri.
Model pembelajaran problem solving adalah metode pembelajaran yang mengaktifkan dan
melatih siswa untuk menghadapi berbagai masalah dan dapat mencari pemecahan masalah atau
solusi dari permasalahan itu.
23
7. Model pembelajaran langsung
Model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus
untuk menunjang proses belajar siswa berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural yang terstruktur dengan baik, yang diajarkan dengan pola kegiatan bertahap,
selangkah demi selangkah.
24
DAFTAR PUSTAKA
25