Anda di halaman 1dari 2

REFLEKSI KAPITA SELEKTA MANAJEMEN BISNIS

Peluang dan Tantangan Bisnis Rumput Laut

Rumput laut menyebar ke seluruh permukaan diseluruh perairan yang ada di Dunia dengan
ketentuan perairan tersebut masih terdapat sinar matahari. Indonesia merupakan negara
dengan 2/3 wilayahnya adalah perairan sehingga memiliki potensi bisnis rumput laut yang
sangat baik dan perlu untuk dikembangkan. Rumput laut (seaweed) adalah tumbuhan yang
tidak dapat dibedakan antara bagian akar, batang dan daun sehigga proses fotosintesis
terjadi pada seluruh bagian tumbuhan. Rumput laut terdiri dari berbagai macam jenis dan
memiliki tipikal tempat hidup, rumput laut yang hidup didaerah subtropis tidak dapat hidup
pada daerah tropis. Adapun contoh dari jenis rumput laut adalah sargasum, Ulva, E.
Cottonii, Caulerpa dll. Daerah pecahan ombak, pasang surut dan pasang surut dalam
merupakan daerah tempat rumput laut biasanya tumbuh.

Indonesia merupakan produsen terbesar kedua bagi rumput laut didunia diatas Filipina
dibawah Cina (rumput laut didapatkan dari suplier berbagai negara). Indonesia merupakan
produsen utama “tropical seaweed” yaitu cottonii, spinosum, gracillaria yang banyak
dibutuhkan dan dicari oleh dunia. Rumput laut merupakan sumber pendapatan devisa yang
lebih tinggi dibandingkan hasil laut lainnya, akan tetapi pendapatan devisa Indonesia dari
rumput laut masih dibawah negara Filipina padahal umur budidaya di filipina lebih pendek,
hanya berkisar 4-6 bulan akibat adanya angin topan sedangkan di Indonesia dapat dilakukan
sepanjang tahun. Hal tersebut terjadi karena sebagian besar rumput laut yang dieskpor oleh
Indonesia masih berupa bahan baku mentah sedangkan filipina berupa olahan seperti
rumput laut kering atau ekstrak rumput laut yang lebih banyak dimanfaatkan oleh industri.

Ekstraksi rumput laut berupa polisakarida yaitu agaropectin, alginat dan karaginan. Sebagian
besar jenis rumput laut di Indonesia dapat diekstraksi menjadi agar, karaginan dan alginat.
Fungsi ekstrak rumput laut adalah sebagai gelling agent, pensuspensi, pengental,
pengemulsi, dan penstabil. Banyak fungsinya bagi es krim, olahan makanan dan minuman,
kosmetika, obat jerawat, kesehatan (suplemen) seperti: pasta gigi, pewarna kain, semir
sepatu, pelembut ice cream dan lain lain. Rumput laut juga memiliki potensi sebagai sumber
bionergi pengganti bahan bakar seperti: bioethanol, biohydrogen, bio diesel, dan
biomethane. Selain itu, rumput laut dapat diolah menjadi Bioplastik untuk pelapis mantel
dan sebagai solusi permasalahan plastik dunia. Adapun potensi lain yang dapat
dikembangkan dari rumput laut antara lain sebagai: Pupuk, mengurangi emisi gas, pangan
fugsional, bioactive compound dll. Dimasa mendatang, berdasarkan demografi akan banyak
orang berusia lanjut yang memiliki kebutuhan pangan yang sehat dan suplemen sehingga
potensi penggunaan rumput laut akan semakin besar kedepan dan masih banyak pontensi
lainnya dari rumput laut sebagai tanaman yang memiliki kandungan protein tinggi dan
karbohidrat.

Tantangan dari bisnis rumput laut adalah pembibitan rumput laut ada durasi waktu tertentu
untuk berproduksi. Pak AB mengembangkan uji coba Kultur semprot di pantai selatan,
kelebihan dari uji coba ini adalah ombak keras baik untuk membersihkan thallus dari
kotoran dan kaya akan nutrisi. Adanya mitos adanya nyi roro kidul sehingga menjadi
penghalang bagi pengembangan rumput laut. Kendala pada proses pasca panen,
pengeringan rumput laut memerlukan teknik dan teknologi yang tepat dan baik agar hasil
rumput laut yang didapatkan bersih dari kotoran, terutama pasir (pengeringan tradisional)
dan memiliki kadar air rendah sehingga harga yang didapatkan akan tinggi. Namun, masih
ada oknum nakal yang menjual rumput laut dengan kadar air tinggi untuk menambah bobot.
Pada sistem bisnis, perlu diadakan pemotongan rantai distribusi melalui tengkulak agar
dapat langsung ke pabrik. Pembuatan pabrik perlu dikaji mengenai keamanan eksosistem
lingkungan dan masyarakat sekitar agar tidak kekurangan air bersih. Teknologi, belum
banyak teknologi yang tersedia bagi proses pengolahan rumput laut baik menjadi ekstrak
atau bentuk lainnnya. Permasalahan utamanya adalah sumber daya manusia yang masih
kurang, baik dari segi jumlah maupun kualitas mulai dari proses pembibitan, pengolahan,
pemanfataan teknologi hingga penelitian atau penghasilan inovasi. Kurangnya wadah untuk
pengmbangan ilmu pengetahuan atau research bagi rumput laut. Belum ada sekolah atau
universitas yang menyediakan jurusan yang khusus mempelajari rumput laut. Belum banyak
penelitian yang membahas rumput laut, contohnya penelitian mengenai bahan pendamping
ekstrak rumput laut untuk mendapatkan tekstur yang dibutuhkan.

Usulan saya mengenai inovasi yang dapat dikembangkan dari rumput laut adalah
menggunakan karaginan pada cincau untuk mengurangi penyusutan dan pada pempek
untuk menambah kekenyalan sehingga dapat menjadi nilai tambah produk dan menambah
nilai ekonomi produk tersebut.

Anda mungkin juga menyukai