Pedoman B3
Pedoman B3
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah memberikan kelancaran dalam
pembuatan Panduan tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya ini.
Panduan tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya ini membahas tentang bahan berbahaya yang
dihasilkan dari sarana Puskesmas dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Puskesmas juga
menghasilkan limbah yang bersifat spesifik, yakni infeksius dan tajam (berbahaya dan
beracun / B3)
Kami menyadari bahwa apa yang kami tuis dalam panduan tentang pengelolaan bahan
berbahaya ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang sangat membangun
sangat kami perlukan.
1.2. TUJUAN
a. Umum
Terwujudnya pengelolaan limbah medis tajam di Puskesmas secara benar dan aman
bagi masyarkat, baik di dalam maupun sekitarnya sesuai persyaratan kesehatan.
b. Khusus
Terselenggaranya pengelolaan limbah medis tajam di Puskesmas secara benar dan
aman
1.3. RUANG LINGKUP
Dalam buku pedoman ini yang dibahas berbagai hal yang mencakup pengelolaan
limbah medis tajam yang dihasilkan dari berbagai kegiatan di Puskesmas.
1.4. SASARAN
a. Institusional
Secara institusional, sasaran buku pedoman pengelolaan limbah medis tajam di
Puskesmas ini meliputi :
1. Puskesmas Rawat Inap
2. Puskesmas Tanpa Rawat Inap
3. Puskesmas Pembantu
b. Petugas
Dari sisi petugas pengelola, sasaran buku pengelolaan limbah medis di Puskesmas
ini meliputi :
1. Dokter
2. Perawat/Bidan
3. Tenaga Laboratorium
4. Tenaga Sanitarian
5. Tenaga Kebersihan
1. Organ Tubuh
2. Janin
d. Limbah Farmasi
Limbah Farmasi adalah limbah yang mengandung bahan-bahan farmasi, misalnya :
1. Mencakup produk farmasi, obat, vaksin, serum yang sudah kadaluarsa,
tumpukan obat, dll
2. Sarung Tangan, masker, dll
e. Limbah kimia
Limbah Kimia adalah limbah yang mengandung zat kimia yang berasal dari
aktivitas diagnostik pemeliharaan keberhasilan dan pemberian desinfektan misalnya
:
1. Formaldehid
2. Zat Kimia Fotografis
3. Solven dll
f. Limbah Kemasan Bertekanan
Limbah kemasan bertekanan adalah limbah medis yang berasal dari kegiatan di
Instansi kesehatan yang memerlukan gas, misalnya :
1. Gas adalam tabung
2. Catridge
3. Kaleng aerol
g. Limbah Logam Berat
Limbah logam berat adalah limbah medis yang mengandung logam berat dalam
konsentrasi tinggi termasuk dalam sub kategori limbah berbahay dan biasanya
sangat toksik, misalnya limbah logam merkuri yang berasal dari bocoran peralatan
kedokteran (thermometer, alat pengukur tekanan darah)
TABEL 1
CONTOH INFEKSI AKIBAT TERPAPAR LIMBAH LAYANAN KESEHATAN
Jenis Infeksi Organisme Penularan Media Penularan
Infeksi Gritastroenteritis Enteroacteia, misal : Tinja atau muntahan
salmonella Sp
Demam berdarah Virus Junis, Lassa, ebola, Seluruh cairan tubuh dan
dan marburg sekret
Septikimia Staphylococcus Sp Darah
Bakteriemia Staphylococcus Sp, Darah
Koagulasi negative,
staphylococcus aureus,
enterobacter, enterococcus,
klebsiella dan streptoccus
sp
Kandidemia Candida Albicans Darah
Hepatitis virus A Virus Hepatitis A Tinja
Hepatitis Virus B dan C Virus Hepatitis B dan C Darah dan Cairan Tubuh
Mikroorganisme pathogen memiliki kemampuan yang terbatas untuk bertahan hidup di
alam bebas. Kemampuan ini tergantung pada jenis mikroorganisme dan merupakan
cara kerja dari pertahanan dirinya terhada kondisi lingkungan seperti : suhu,
kelembaban, iradiasi ultraviolet, ketersediaan zat organik, keberadaan predator dan
sebagainya. Contoh mikroorganisme tersebut sebagai berikut :
a. Virus Hepatitis B
1. Persistensi di udara kering
2. Hidup beberapa minggu di tanah
3. Tahan terhadap pajanan antiseptic
4. Tahan sampai 10 jam pada suhu 60C
5. Tahan 1 minggu pada tetesan darah dalam jarum suntik (termasuk virus
Hepatitis C)
b. Virus HIV
1. Tahan 3-7 hari pada suhu ambien
2. Tahan 15 menit pada cairan etanol 70%
3. Inaktif pada suhu 56C
BAB III
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS TAJAM
Pada setiap Puskesmas diharapkan menyediakan needle pit, dapat dibuat dengan
bahan buis beton diameter 60cm panjang 1 meter ataupun pipa PVC dengan
diameter minimal 4 inchi panjang 3 meter. Untuk neefle pit dengan buis beton
sepanjang 60 cm ditanam dan ditutup dengan bahan beton tetapi menyediakan
lubang untuk memasukkan needle. Sedangkan untuk pit dengan pipa PVC ditanam
sepanjang 2,5 meter dan ditutup dengan dop ulit PVC yang sewaktu-waktu dapat
dibuka bila akan memasukkan needle.
Pengelolaan yang tepat untuk pengelolaan limbah medis Puskesmas selain tergantung
pada administrasi dan organisasi yang baik, juga memerlukan kebijakan dan pendanaan
yang memadai sekaligus partisipasi aktif dari staf yang terlatih dan terdidik. Oleh sebab
itu, kepala Puskesmas harus membentuk tim pengelolaan limbah untuk menyusun
rencana pengelolaan limbah. Uraian tugas dari masing-masing penanggungjawab di
Puskesmas terjadap sistem pengelolaan libah medis, khususnya limbah tajam adalah
sebagai berikut :
5.1. PENCATATAN
Pengelolaan limbah medis harus diselenggarakan secara baik dan tertib untuk
mengendalikan resiko yang mungkin ditimbulkan, baik terkait aspek kesehatan maupun
legal serta berfungsi pula untuk pengukuran kinerja pengelolaan limbah medis. Oleh
sebab itu perlu dilakukan penertiban melalui pencatatan yang baik dari sumber hingga
proses penanganan akhir di dalam Puskesmas.
Beberapa yang perlu dicatat meliputi jumlah yang dihasilkan dan jumlah yang dikirim
untuk dibuang.
Sistem pencatatan yang perlu dilakukan meliputi :
a. Buku pencatatan harian
Pencatatan limbah yang dihasilkan, meliputi jenis dan volume timbulan limbah
b. Buku pencatatan insiden
Pencatatan mengenai petugas yang mendapatkan kecelakaan, jenis kecelakaan,
penyebab, waktu dan pertolongan yang dilakukan
c. Buku pencatatan perjalanan
Pencatatan mengenai jenis dan volume limbah medis yang akan diangkut ke lokasi
pengolahan di luar Puskesmas
5.2. PELAPORAN
Pelaporan kegiatan pengelolaan limbah medis perlu dilakukan dan disampaikan kepada
berbagai pihak terkait dalam rangka menginformasikan potensi resiko dan potensi
pelanggaran hukum. Informasi ini perlu dilaporkan kepada instansi-instansi berikut ini :
1. Pimpinan Puskesmas
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
3. Bapedalda Kabupaten/Kota
Berdasarkan prinsip “pencemar yang membayar”, setiap instansi layanan kesehatan
bertanggung gugat secara finansial terhadap keamanan pengelolaan limbah apapun
yang dihasilkannya. Biaya untuk pengumpulan yang terpisah, pengemasan yang tepat,
dan penanganan di tempat merupakan biaya internal, biaya untuk transportasi,
penanganan di luar dan pembuangan akhir merupakan biaya eksternal.
Biaya kontruksi, kegiatan operasional, dan perawatan sistem untuk mengelola limbah
medis mewakili satu bagian yang dignifikan dari keseluruhan anggaran Puskesmas.
Biaya itu harus tertutup oleh alokasi khusus yang disediakan dalam anggaran
Puskesmas. Biaya total umumnya harus diperhitungkan dengan seksama saat
menetapkan pelihan yang paling cost-effective.
Prinsip dasar yang harus diperhitungkan untuk meminimalkan biaya tersebut, yaitu :
minimasi, pemilahan dan daur ulang limbah, dan dapat memberikan penurunan yang
sangat besar pada biaya pengelolaan. Manfaat yang didapat akibat penurunan timbulan
limbah sudah jelas, dan proses pemilahan menyebabkan kita tidak perlu melakukan
pengolahan yang tidak penting pada limbah umumnya dengan menggunakan metode
mahal seperti yang digunakan untuk limbah berbahaya.
Pengurangan biaya dapat diwujudkan dengan cara melakukan tindakan khusus pada
tahapan yang berbeda di dalam sistem pengelolaan limbah.
5.2.1. PENGELOLAAN DI TEMPAT
a. Pengelolaan terpadu pada tempat penampungan bahan kimia dan farmasi
b. Penggantian perlengkapan medis sekali pakai dengan perlengkapan yang
dapat didaur ulang
c. Pemilahan limbah yang tepat untuk menghindari pengolahan yang
menghabiskan dana atau adekuat yang sebenarnya tidak dibutuhkan
d. Perbaikan cara mengenali limbah untuk mempermudah pemilahan,
pengolahan, dan daur pengolahan
Setiap Puskesmas diharapkan dapat menerapkan sistem penanganan ini dengan berbagai
pilihannya sesuai dengan kondisi setempat. Sedangkan penanganan berikutnya dapat bekerja
sama dengan instansi yang memiliki alat pengolahan limbah medis non insinerasi. Bila
terpasa harus menggunakan ininerator, Puskesmas harus memilih instansi pengelola
incinerator yang memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku. Untuk tahap awal
dapat mengembangkan sistem jaringan kerja antar Puskesmas yang saling berdekatan dengan
menetapkan satu Puskesmas yang memliki fasilitas lengkap sebagai induk, yang lain
mengirimkan limbah medisnya untuk secara bersama-sama diolah. Bila tidak ada, dapat
memanfaatkan secara bersama-sama rumah sakit yang telah memiliki alat pengolahan limbah
medis.