Anda di halaman 1dari 10

Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-20

Universitas Hasanuddin, Makassar, 4 – 5 November 2017

LOGISTIK PERKOTAAN DALAM PENGEMBANGAN


KOTA: KAJIAN LITERATUR DAN KERANGKA
S.Kamran Aksa Sakti Adji Adisasmita
(Mahasiswa Program S3 Teknik Sipil Unhas) (Dosen Promotor Teknik Sipil Unhas)

Muh. Isran Ramli Sumarni Hamid Aly


(Dosen Co-Promotor Teknik Sipil Unhas) (Dosen Co-Promotor Teknik Sipil Unhas)
Abstrak
Makalah ini murupakan tahap awal dari penelitian disertasi dengan menggunakan kajian literatur secara
empiris yaitu penelitian yang berfokus pada suatu fenomena dari objek penelitian dengan menghimpun
kenyataan dilapangan dan mengembangkan konsep yang ada. Logistik kota merupakan manajemen rantai
pasokan dalam menangani logistik dan kegiatan transportasi di daerah perkotaan. Fokus utama dalam
makalah ini untuk mengetahui perkembangan penelitian sebelumnya terutama di negara
berkembang.Berdasarkan hasil kajian literatur ini yang merupakan beberapa makalah yang dipublikasi
selama lima tahun terakhir yang sesuai dengan topik penelitian yang akan dilakukan lebih lanjut agar
menghasilkan dan menemukan serta dapat memodelkan dalam pencapaian tujuan untuk mengintegrasikan
perencanaan sistem jaringan transportasi dengan pengembangan tata ruang kota yang nantinya permasalahan
logistik perkotaan terhadap struktur ruang kota dapat diatasi dan salah satu instrument pengambil kebijakan.
Kata kunci : logistik perkotaan, struktur ruang,.

LATAR BELAKANG
Logistik perkotaan merupakan salah satu pilar penting bagi pertumbuhan Indonesia dan
juga sebagai isu masa depan yang konkret. Logistik perkotaan sebagai sektor yang
memberikan dukungan esensi terhadap kehidupan masyarakat perkotaan dan menjadi
tantangan sekarang maupun akan datang. Berdasarkan informasi data tentang populasi
dunia yang mulai bergerak menuju urban area yaitu Tahun 2050, ada sekitar 199 juta dari
lebih kurang 350 juta penduduk Indonesia akan berada dalam posisi di urban area. Untuk
itu, logistik perkotaan merupakan isu konkret yang amat perlu menjadi perhatian. Dalam
kebijakan pemerintah pusat sudah memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan perbaikan
logistik dalam menyusun peta jalan logistik, peta konektivitas, penyediaan barang dan
harga barang lebih stabil. Oleh karena itu, pemerintah berharap seluruh stakeholder untuk
memikirkan dan berpartisipasi dalam hal jaringan logistik, strategi logistik, dan
infrastruktur sebagai kunci meningkatkan keunggulan kompetitif Indonesia
(https://www.ekon.go.id).
Perkembangan logistik di Indonesia saat ini terjadi inefisiensi perkotaan seperti masalah
angkutan barang menambah beban biaya pengiriman, standar produk maupun distribusi
(www.bisnis.com). Persoalan ini tidak dapat dihindari dengan dampak kemacetan lalu
lintas, keterbatasan lahan, dan tingginya tingkat emisi. Permasalahan urban logistics perlu
mendapat perhatian khusus dari segala pemangku kepentingan guna agar tidak menambah
permasalahan logistik pada masa depan. Oleh karena itu, perencanaan logistik perkotaan
sangat penting guna mengefisiensikan biaya logistik dan meningkatkan daya saing.

1092
S. Kamran Aksa, et al.

Efisiensi logsitik dapat melalui sinergi antar lembaga dan peningkatan kualitas sumber
daya manusia (SDM) khususnya para pengambil kebijakan perencanaan tata ruang kota.
Perencanaan longterm urban planning dapat menjawab tantangan global dalam menyusun
perencanaan tata ruang kota disebabkan oleh tiga hal yaitu
1. Buruknya tingkat pengawasan pemerintah atas tata ruang perkotaan misalnya lahan
yang sudah ditetapkan sebagai jalur hijau justru dibangun gedung.
2. Buruknya manajemen transportasi darat sehingga menyebabkan kemacetan lalu lintas
3. Sentralisasi kegiatan perekonomian di perkotaan.
Untuk memudahkan dalam melaksnaakan kegiatan penelitian ini yang terkait dengan isu-
isu masalah logistik perkotaan khususnya di Kota Makassar sangat bermanfaat untuk
dalam menyelesaikan permasalahan yang akan diselidiki masing-masing yang lebih dalam
dan tepat. Aspek penting yang akan diuraikan adalah melakukan ekstraksi dari literatur dan
dibahas secara singkat. Oleh karena itu, karena masih keterbatasan yang melakukan
penelitian ini, maka beberapa karya ilmiah dipelajari terdiri dari makalah yang dipublikasi
(nasional/internasiolan) dan buku cetak, tesis maupun disertasi. Makalah ini bertujuan
untuk menyajikan berbagai aspek terkait dengan topik dan isu terkini untuk memberikan
pandangan komprehensif yang akan dilakukan.

KAJIAN LITERATUR
1. Logistik Perkotaan
Logistik kota adalah salah satu masalah yang paling banyak diperdebatkan di kebanyakan
kota di seluruh dunia mengenai isu terkini terkait fenomena seperti urbanisasi atau
kenaikan tingkat kesejahteraan rakyat yang diharapkan (Bozzo et al., 2014). Logistik kota
yang efisien menciptakan daerah perkotaan lebih produktif dan menarik (Taniguchi et al.,
2014). Logistik kota berdasarkan klasifikasi profil memperlihatkan aspek terpenting
logistik kota dengan sistem cluster untuk memudahkan rencana logistik kota yang akan
datang. Filosofi dasar logistik kota adalah mengusulkan perencanaan yang tepat untuk
distribusi barang di dalam kota (Morfoulaki et al., 2015). Logistik kota bertujuan untuk
secara optimal merencanakan, mengelola dan mengendalikan pergerakan barang di dalam
jaringan logistik di wilayah metropolitan mengingat integrasi dan koordinasi di antara
pemangku kepentingan yang terlibat (Amaral dan Aghezzaf, 2015).
Menurut Bernhard O. Herzog (2010) bahwa kota-kota negara berkembang menghadapi
berbagai tantangan dengan dampak langsung dari kebutuhan dan struktur logistik
perkotaan di masa yang akan datang. Sebagian dari dampak tersebut adalah kepadatan
penduduk yang tinggi, pesatnya pertumbuhan penduduk kota, pertumbuhan kepemilikan
kendaraan bermotor dan meningkatnya gaya hidup, dan juga disebabkan oleh menurunnya
vitalitas pusat belanja di pusat kota. Di negara-negara barat dilakukan berbagai upaya
untuk mengembalikan vitalitas pusat kota atrjaau mengurangi dampak buruk dari
kecenderungan tersebut. Belum ada rencana induk (master plan) dan penerapan kebijakan
secara standar berlaku secara universal untuk mengatasi dampak pergerakan angkutan
barang secara efisien dan berkelanjutan.
Yung-yu Tseng, Wen Long Yue, Michael A P Taylor (2005) bahwa kegiatan logistik
hingga sistem transportasi dan upaya untuk menentukan peran transportasi dalam sistem
logistik melalui tinjauan ekstensif. Logistik dan transportasi memiliki beberapa relevansi
yaitu :

1093
S. Kamran Aksa, et al.

- Sistem logistik memiliki posisi yang lebih dan lebih penting dalam kegiatan
masyarakat.
- Sistem transportasi dan logistik memiliki hubungan yang saling bergantung sehingga
manajemen logistik membutuhkan transportasi untuk melakukan aktivitasnya dan
sementara itu, sistem logistik yang berhasil dapat membantu memperbaiki lingkungan
lalu lintas dan pengembangan transportasi.
- Karena transportasi memberikan kontribusi biaya tertinggi di antara elemen terkait
dalam sistem logistik, peningkatan efisiensi transportasi dapat mengubah keseluruhan
kinerja sistem logistik.
- Transportasi memainkan peran penting dalam sistem logistik dan aktivitasnya muncul
di berbagai bagian proses logistik. Tanpa keterkaitan transportasi, strategi logistik yang
kuat tidak dapat membawa kapasitasnya ke dalam permainan penuh.
M. Hevar Rysta K, 2010, penelitian ini terfokus pada dibangunnya DC (Pusat Distribusi)
akan membuat pengiriman barang lebih terkoordinasi, lebih efektif dengan lebih sedikit
kendaraan yang melintas serta dapat mengurangi dampak negatif yang dirasakan
masyarakat. Meskipun diketahui total jarak DC Gubeng memiliki total jarak terpendek
berdasarkan simulasi, namun hal tersebut tidak dapat dijadikan acuan karena hanya
mempertimbangkan satu kriteria. Selanjutnya dia menyarankan lanjutan penelitian ini
menggunakan beberapa kriteria serta metode lainnya dalam pemilihan lokasi DC dan
mengacu pada kedinamisan perkembangan kota yang cepat.
Permasalahan transportasi logistik perkotaan terkait dengan sisitem penyaluran barang
dengan menyebar, sukar diperkirakan dan penggunaan truk bervariasi. Secara mikro,
membagi permasalahan penyaluran barang dalam kota menurut Hoel (1971;4-5) menjadi
tiga bagian sebagai berikut :
a. Permasalahan berkenaan dengan efesiensi dan produktivitas penyaluran barang dalam
kota, misalnya cara penyaluran (distribusi), tenaga kerja, manajemen industri.
b. Permasalahan berkenaan dengan polusi lingkungan, gangguan lingkungan dan
kerusakan lingkungan.
c. Permasalahan berkenaan dengan pengaruh penyaluran barang terhadap pemanfaatan
lahan (land use) dan perkembangan kota.
2. Struktur Tata Ruang
Pengembangan wilayah perkotaan selama ini selalu didekati dari aspek sektoral dan aspek
spasial, dimana aspek sektoral lebih menyatakan ukuran dari aktifitas masyarakat
mengelola sumberdaya alam dimilikinya. Sementara aspek spasial (keruangan) lebih
menunjukkan arah dari kegiatan sektoral atau dimana lokasi serta dimana sebaiknya lokasi
kegiatan sektoral tersebut. Berdasarkan teori central place Christaller W dalam Aksa, N
(2015) menggunakan asumsi-asumsi meliputi:
1. Wilayah model merupakan dataran tanpa roman, tidak memiliki raut tanda khusus baik
alamiah maupun buatan manusia.
2. Perpindahan dapat dilakukan ke segala jurusan, suatu situasi yang dilukiskan sebagai
permukaan isotropik.
3. Penduduk serta daya belinya tersebar merata di seluruh wilayah.
4. Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimisasi jarak.
Dalam hubungan dengan pertumbuhan kota, teori tempat sentral menyatakan bahwa
fungsi-fungsi pokok pusat kota adalah sebagai pusat pelayanan bagi wilayah
komplementernya (wilayah belangkangnya) yaitu mensuplai barang-barang dan jasa-jasa

1094
S. Kamran Aksa, et al.

sentral seperti jasa-jasa perdagangan, perbankan, profesional, pendidikan, hiburan dan


kebudayaan, dan jasa-jasa pemerintah kota.
Pola pertumbuhan kota yang berbeda mengakibatkan berkembangnya pola sistem
transportasi dan mobilitas yang berbeda pula. Pengaruh pola pertumbuhan kota (Petersen
R., 2004). Untuk memahami dan memproyeksikan pola kebutuhan transportasi, diperlukan
analisis struktur kota dan sebaran aktifitas secara mendalam untuk memberikan gambaran
mengenai dinamika perkotaan sebagaimana pada Gambar 1.

Gambar 1. Pola Pembangunan Ruang Kota.

Perbedaan antara pembangunan struktur kota berdampak pada kebutuhan dan penyediaan
layanan transportasi. Kota yang berorientasi terpusat (struktur melingkar/radial) memiliki
jaringan arteri yang menuju jantung kota, dimana dimungkinkan sistem jaringan rel dan
bus kota berkapasitas tinggi. Kota dengan struktur pembangunan sektoral tidak
membangkitkan kebutuhan transportasi yang terstruktur dengan baik, dan tidak menunjang
angkutan umum berkapasitas tinggi namun memberi kesempatan untuk pergerakan jarak
pendek antara perumahan dan fungsi lahan lainnya; kendaraan tidak bermotor dapat
berperan penting. Kota dengan struktur berpusat (inti)-jamak membuat penyediaan
angkutan umum yang efisien semakin sulit, dan jarak tempuh mungkin terlalu panjang
untuk kendaraan tidak bermotor.
Pola tata ruang berevolusi dari strategi-strategi transportasi menunjukkan variabel yang
signifikan terkait dengan tingkat pendapatan, pertumbuhan penduduk, pertumbuhan
ekonomi, dinamika sektoral, dan juga pola perencanaan tata ruang. Beberapa bentuk/pola

1095
S. Kamran Aksa, et al.

dasar pembangunan perkotaan sebagaimana diperlihatkan Gambar 6 adalah sebagai


berikut:
- Kota tanpa intervensi – hanya meneruskan praktek-praktek pembangunan yang ada.
- Kota ringkas – peningkatan penduduk di dalam kota.
- Kota Satelit – pertumbuhan penduduk, kepadatan perumahan dan lapangan kerja pada
noda-noda terpilih, dan peningkatan investasi untuk jalan bebas hambatan antara pusat-
pusat tersebut.
- Kota Koridor – pertumbuhan sepanjang koridor arteri dari pusat niaga, koneksi menjari
melalui angkutan umum yang baik.
- Kota Pinggiran – pertumbuhan yang besar terjadi di luar/pinggir kota.
- Kota Ultra – pertumbuhan pusat-pusat regional dalam jarak 100 kilometer dari CBD.

Gambar 2. Bentuk-Bentuk Struktur Kota

Pembangunan kota dan wilayah berpola menyebar adalah akibat dari prioritas investasi
pada jalan yang berlebihan dan lemahnya penataan dan pengendalian ruang. Peraturan tata
ruang yang relatif kuat di Eropa dan Jepang telah berhasil mencegah kota-kota dan wilayah
dari pola pembangunan menyebar sebagaimana terjadi di AS, dimana peraturan tata ruang
dan zonasi tidak diimplementasikan secara efektif. Sehingga pola-pola perencanaan
sebagai kebijakan yang sah untuk mengatur hak kepemilikan lahan.
Menurut Raphaëlle Ducret dkk (2015) bahwa dari sudut pandang spasial menunjukkan
kota-kota di Prancis memiliki karakteristik dan perbedaan kontekstual berbeda untuk
membangun berdasarkan fitur ruang dan morfologi kota, analisis geografis spesifik dalam
pendekatan global. Perbandingan dapat dilakukan secara khusus untuk negara-negara
Eropa lainnya atau bahkan negara-negara Amerika dan Asia untuk memperkuat peraturan
spasial tentang pengiriman barang perkotaan. Pendekatan pemodelan pengiriman barang
perkotaan, proses pemodelan untuk memodelkan ukuran spasial dari sudut pandang
angkutan kota. Hal yang menarik model spasial ini dihubungkan dengan model
permintaan-perkiraan perkotaan untuk mengevaluasi apakah ada kaitan antara karakteristik
bentuk perkotaan, model spasial, dan pergerakan barang. hal ini memberikan gambaran
terhadap pemindahan barang dalam angkutan kota dari zona kota ke zona yang sama
dengan kota lain.

1096
S. Kamran Aksa, et al.

Menurut Kazuya Kawamura dalam Taniguchi E & G. Thompson R.G (2015) menunjukkan
bahwa sangat jarang perencana kota mengasimilasi pengetahuan terhadap industri
pengangkutan yang sesuai dengan pendidikan dan pelatihan, Beberapa konsep dan
pergeseran dalam industri rantai pasokan dan logistik dan implikasinya terhadap
perencanaan kota yang mempengaruhi yaitu:
a. Faktor layanan geografis terhadap kecepatan dan keandalan transportasi dalam
distribusi rantai pasokan. Dengan demikian, koordinasi antar lembaga sangat penting.
b. Variabel barang secara efektif dapat dimasukkan dalam rencana dan kebijakan,
sehingga perencana kota dapat memahami perubahan teknologi dan dampaknya.
Kontainerisasi dan evolusi kegiatan rantai pasokan adalah dua dari perubahan paling
signifikan selama tiga dekade terakhir.
c. Karena kecepatan mengalami perubahan terhadap praktik rantai pasokan dan
kurangnya alat analisis memadai untuk memberikan manfaat dalam mengadopsi
kerangka waktu perencanaan dan proses pengembangan perencanaan yang berbeda
transportasi penumpang.
d. Membatasi aktivitas pengiriman dalam kota terhadap lama waktu parkir dalam
mengurangi tingkat kemacetan

3. Sistem Transportasi
Menurut Bernhard (2010;24-26) bahwa sumber kemacetan disebabkan oleh kendaraan
barang berupa truk/mobil bak tidak bersirkulasi di jalan-jalan utama, tapi berhenti untuk
bongkar-muat. Aktifitas bongkar-muat ini berlangsung ditengah-tengah lalu-lintas yang
sedang bergerak, hambatan terhadap kendaraan lain sulit dihindari. Penyediaan ruang
untuk bongkar-muat yang memadai menjadi penting dalam perencanaan penanggulangan
kemacetan di pusat kota. Zona bongkar-muat dapat disediakan langsung di ruang milik
jalan, atau di luar ruang milik jalan, dapat dioperasikan oleh pemerintah maupun swasta.
Leise Kelli de Oliveira dkk (2014) penelitian menguraikan bahwa mengembangkan model
simulasi sistem operasi ULS di pusat Belo Horizonte dapat mengevaluasi kinerja ruang ini
dengan beberapa konfigurasi sesuai dengan jumlah area parkir, pekerja, sepeda dan
kapasitas barang. Model ini memberikan keuntungan bagi yang berkepentingan dalam
distribusi barang perkotaan, seperti:
- Pengurangan jumlah perjalanan yang dilakukan oleh truk barang ke pusat kota
- Pengurangan waktu tunggu rata-rata untuk ketersediaan tempat untuk bongkar muat.
- Pengurangan jumlah kendaraan box bergerak di antara jalan-jalan utama Kawasan
Tengah Belo Horizonte, sehingga mengurangi emisi polutan, kebisingan dan
kemacetan perkotaan, dan
- Pengurangan total biaya yang terlibat dalam pergerakan tujuan akhir.
Sistem jaringan dan pola pergerakan baik angkutan penumpang maupun angkutan barang
masing-masing kota berbeda beda tergantung dari struktur kota itu sendiri, sedangkan
struktur suatu kota itu sendiri dipengaruhi oleh pola pemanfaatan lahan dan jaringan
(Nurkholis, 2002;61). Pola pemanfaatan lahan kota mencerminkan fungsi kegiatan kota
yang menghasilkan bangkitan dan tarikan perjalanan baik orang maupun barang,
sedangkan jaringan jalan dan perangkutan adalah sarana untuk menghubungkan atau sarana
interaksi guna melayani pergerakan yang ditimbulkan oleh suatu kota.
Kebutuhan pergerakan dapat terlayani dengan baik, diperlukan manajemen dan
pengelolaan serta pengaturan baik pada sistem jaringan maupun sistem perangkutan.

1097
S. Kamran Aksa, et al.

Pergerakan barang dari lokasi produksi agar sampai ke lokasi konsumsi, maupun dari luar
kota menuju dalam kota dan sebaliknya serta cara pendistribusian dan pengumpulan
barang, dipengaruhi oleh karakteristik jenis barang, asal dan tujuan barang, jenis moda
angkutan, keterjangkauan, waktu perjalanan (waktu tempuh), waktu bongkar muat barang,
institusi dan kebijakan, sehingga dari kebutuhan dan ketersediaan sarana dan prasarana
angkutan barang akan berpengaruh terhadap tingkat pelayanan angkutan barang. Kumpulan
dari pergerakan barang bersifat individu serta terhadap karakteristik pergerakan akan
membentuk barang bersifat agregat/kelompok, sehingga dari sekumpulan pergerakan
angkutan barang bersifat agregat/kelompok dapat dipolakan menjadi pola pergerakan
angkutan barang.
Beberapa kajian menunjukkan bahwa 80% dari perjalanan barang dilakukan di kota
menuju ke daerah perumahan, ini menunjukkan bahwa perumahan merupakan daerah
konsumsi yang dominan (Dishub Kota Makassar, 2014). Meskipun demikian jumlah
perjalanan barang hanya 20% dari total kilometer ke seluruh perjalanan. Hal ini
menunjukkan bahwa pola perjalanan barang lebih dominan oleh perjalanan menuju daerah
lainnya, yaitu ke daerah pusat distribusi (pasar) atau ke daerah industri. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa jumlah kilometer perjalanan barang menuju dan dari daerah industri
merupakan yang terbesar. Jadi sangatlah jelas bahwa pola menyeluruh dari perjalanan
barang sangat tergantung pada sebaran pemanfaatan lahan yang berkaitan dengan daerah
industri dan daerah pertanian/produksi, lokasi pergudangan/pengumpul, lokasi
perdagangan/ pasar, dan daerah pemukiman/konsumen.
Menurut Adisasmita S, (2011:49) distribusi produksi yang terbaik secara regional tidak
mudah ditentukan sampai diketahuinya mengenai (1) distribusi penduduk, (2) pola
perdagangan, (3) pola spasial kegiatan-kegiatan ekonomi dan lainnya, (4) aliran tenaga
kerja untuk melayani kebutuhan produksi, (5) proyeksi volume transportasi untuk angkutan
barang, dan bahan mentah dan pada masa depan, dan (6) permintaan jasa angkutan untuk
perjalanan bisnis antarkota dipengaruhi oleh kondisi geografis dan pola perdagangan
antardaerah dan internasional.
A.Novandra Yulius, dkk (2012) telah meneliti analisa angkutan barang terhadap ruas jalan
Soebrantas di Kota Pekanbaru yang mengungkapkan jumlah perjalanan sangat tinggi dan
banyaknya angkutan barang berkapasitas besar beroperasi di dalam jalan Soebrantas jelas
menimbulkan beberapa permasalahan diantaranya terhadap kinerja jalan yang dilalui oleh
angkutan barang seperti menimbulkan kemacetan. Skenario disarankan penelitian ini
adalah pengalihan arus khususnya untuk kendaraan barang yang melintas ruas Jalan
Soekarno-Hatta hingga ruas Jalan Soebrantas dialihkan menuju ruas Jalan Kubang Raya
menuju Garuda Sakti. Hal ini diakibatkan v/c ratio sebagian besar kendaraan barang
melintas ruas tersebut maupun proses bongkar muat. Dari hasil skenario terjadi penurunan
v/c ratio pada ruas jalan tersebut, sehingga kepadatan pada ruas tersebut dapat berkurang.
Selain itu terjadi penurunan penggunaan konsumsi bahan bakar dan penurunan waktu
perjalanan pada kawasan tersebut.

METODOLOGI
Metodologi digunakan untuk meninjau dan menganalisis literatur dalam kasus ini terkait
dengan logistik kota, transportasi barang dan logistik, aspek spasial sebagaimana disajikan
pada Gambar 3.

1098
S. Kamran Aksa, et al.

1. Identifikasi 2. Perumusan 6. Klasifikasi


dan Definisi Konseptual

5. Literatur Analisis 3. Kajian Literatur


dan Sitensa (Jurnal, Buku dlll

4. Pengembangan
Teori

Gambar 3. Kerangka Kerja (Neghabadi P.D, dkk 2017)

Dalam sistem transportasi logistik perkotaan merupakan sistem yang kompleks dimana
angkutan barang dipindahkan ke infrastruktur transportasi yang sama dimana konsumen
melakukan perjalanan ke masuk dalam kota. Masalah logistik kota mulai dari konsumen
akhir hingga produsen, jarang dibahas berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya. Dalam
analisis transportasi angkutan kota, dua pergerakan muatan utama diidentifikasi seperti
gerakan konsumen akhir dan gerakan logistik (Bozzo, R dkk, 2014).

HASIL KAJIAN LITERATUR


Berdasaran beberapa kajian penelitian dalam Konferensi Internasional mulai tahun 2009,
2011 dan 2013 memberikan beberapa indikasi tentang kecenderungan penelitian logistik
perkotaan hanya membahas masalah distribusi perkotaan dari perspektif otoritas dan
operator dalam konteks Eropa dan Asia. Tiga kesimpulan utama dapat ditarik sehubungan
dengan agenda penelitian masa depan logistik perkotaan.
- Penelitian logistik perkotaan harus membahas segmen pasar yang lebih luas. Di daerah
kepadatan tinggi kemacetan dan eksternalitas lingkungan paling parah, sementara pada
saat bersamaan kesempatan untuk konsolidasi beban dan penggunaan mode alternatif
untuk transportasi jalan paling besar. Namun, ada defisit yang jelas dalam cakupan
kegiatan logistik keseluruhan atau perkotaan, karena pada kenyataannya tidak ada
penelitian mengenai belanja konsumen
- Penelitian logistik perkotaan harus mengambil pendekatan yang lebih luas dalam hal
perspektif aktor untuk memahami perilaku semua pemangku kepentingan. Penelitian
saat ini terutama terbatas pada perspektif otoritas dan operator dan ada defisit yang
jelas dalam penelitian fokus pada pengirim dan atau penerima.
- Perspektif pengirim dan penerima serta hubungan antara pemangku kepentingan yang
berbeda mengambil perspektif holistik termasuk dampak dari rantai pasokan ke hulu.
Ketiga tersebut diatas, untuk merekomendasikan dalam melakukan penelitian lebih lanjut
menangani situasi di Negara maju seperti di kota-kota Amerika Utara, Asia dan khususnya

1099
S. Kamran Aksa, et al.

Afrika. Sebagian besar kota besar tersebut berada di wilayah ini atau berada di daerah
dimana sebagian besar urbanisasi sedang terjadi.
Selanjutnya, transportasi perkotaan di kota-kota di negara berkembang pada titik kritis,
karena peningkatan motorisasi dikombinasikan dengan sistem lalu lintas yang tidak
mencukupi sehingga mengakibatkan masalah kemacetan, polusi dan lingkungan jalan yang
parah. Selain itu, logistik perkotaan di daerah berkembang masih sebagian bergantung pada
sektor informal yang ditandai dengan penggunaan pedagang kaki lima dan tenaga kerja
manual yang lebih baik untuk transportasi dan penanganan (Dablanc, 2011), yang sistem
operasional logistik yang jauh berbeda dengan yang ada di Eropa. Oleh karena itu, langkah
awal akan dilakukan dalam pengembangan sebagai solusi penyelesaian masalah dan
tantangan logistik perkotaan di Negara berkembang pada umumnya dan khususnya
Indonesia harus mempertimbangkan kondisi ini terutama kota-kota besar yang memiliki
karakteristik pengembangan kota mengalami pergeseran pada daerah pinggir.

REFERENSI
Adisasmita S.A., 2011, Jaringan Transportasi (Teori dan Analisis), Edisi Pertama, Graha
Ilmu, Yogyakarta.
Aksa, N, 2013, Struktur Tata Ruang Wilayah dan Kota, Buku Daras, Penerbit UIN
Alauddin Press, Makassar
Bernhard O. Herzog, 2010, Urban Freight in Developing Cities; Modul 1g, Sustainable
Urban Transport Project (SUTP), Deutsche Gesellchaft fur Internationale
Zusammenarbeit (GIZ), German Federal Ministry for Economic Cooperation and
Development (BMZ) (http://www.sutp.org diakses Nopember 2016)
Bozzo, R., Conca, A., Marangon, F, 2014, Decision Support System for City Logistics:
Literature Review, and Guidelines for an Ex-ante Model. Transportation Research
Procedia, 3, 518-527.
Behrends S, 2015, Recent Developments in Urban Logistics Research – a Review of The
Proceedings of The International Conference on City Logistics 2009-2013, Available
online at www.sciencedirect.com
Dinas Perhubungan Kota Makassar, 2014, Studi Pola Pergerakan Angkutan Barang di Kota
Makassar, Laporan Akhir.
Hoel, Laster, 1971, Summary of Conference Proceeding. Washington D.C: Highway
Research Board, Urban Commodity Flow, Report 120.
Masanobu Kii, Hitomi Nakanishi, Kazuki Nakamura, Kenji Doi, 2016, Transportation and
spatial development: An overview and a future direction, Journal Transport Policy
49 (148–158), journal homepage: www.elsevier.com/locate/tranpol.
Marquez LO and Maheepala S. 1996, An Object-Oriented Approach to the Integrated
Planning of Urban Development and Utility Services, Environ and Urban Systems,
Vol. 20 No 4/5:pp.303-312.
Morfoulaki, M., Mikiki, F., Kotoula, N., Myrovali, G, 2015, Integrating City Logistics Into
Urban Mobility Policies, In 7th international congress on transportation research,
Athens, Greece

1100
S. Kamran Aksa, et al.

Neghabadi P.D, Samuel K.E, Espinouse M.L, 2017, City Logistics: A Review and
Research Framework, https://hal.archives-ouvertes.fr/hal-01420815, Submitted on 3
Jan 2017
Nilesh A., Quaka H., dkk, 2102, City Logistics Modeling Efforts: Trends and gaps - A
review, Procedia - Social and Behavioral Sciences 39 (2012) 101 – 115, (Available
online at www.sciencedirect.com diakses Nopember 2016)
Nurkholis, 2002, Pola Pergerakan Angkutan Barang Niaga di Kota Semarang, Tesis
Program Teknik Pembangunan Kota, UNDIP, Semarang.
Oliveira L.K, Oliveira B.R.P., Correia V.A, 2014, Simulation of an Urban Logistic Space
for the Distribution of Goods in Belo Horizonte, Brazil, 8th International
Conference on City Logistics, Procedia - Social and Behavioral Sciences 125 (2014
) 496 – 505, Elseivier.
Petersen, R., 2004, Land Use Planning and Urban Transport, Modul 2a Transportasi
Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang,
Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ), (www.sutp.org
diakses Nopember 2016)
Raphaëlle D., Bernard L., Alain R., 2015, Cluster analysis and spatial modeling for urban
freight. Identifying homogeneous urban zones based on urban form and logistics
characteristics, The 9th International Conference on City Logistics, Tenerife, Canary
Islands (Spain), 17-19 June, Elsevier.
Setiawan S, Ali N, & Sumarni Hamid Aly S.H, 2013, Analisis Biaya Kecelakaan Lalu
Lintas Pada Jaringan Jalan di Kota Makassar, Jurnal Teknik Sipil
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/15314/jurnal.pdf
Spiro Kostof. 1991. The City Shape Urban Pattern and Meaning Through History,
Canada: Little Brown and Company
Tadić S, Zečević S, Krstić M, 2015 City Logistics-Status and Trends International Journal
for Traffic and Transport Engineering, 319 – 343, diakses
http://dx.doi.org/10.7708/ijtte.2015.5(3).09, Nopember 2016.
Taniguchi E & G. Thompson R.G, 2015, City Logistics: Mapping The Future, CRC Press
is an imprint of Taylor & Francis Group.
Taniguchi, E., Thompson, R. G., Yamada, T. (2014). Recent Trends and Innovations In
Modelling City Logistics. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 125, 4-14.
Taniguchi E, 2013, Urban Freight Transport Management for Sustainable and Liveable
Cities, Global challenges in smart logistics – Innovation Driving Supply Chain
Control 13 November 2013, Utrecht, (www.google.com)
Tseng Y.Y, Yue W.L, & Taylor M.A.P, 2005, The Role of Transportation in Logistics
Chain, Proceedings of the Eastern Asia Society for Transportation Studies, Vol. 5,
pp. 1657 - 1672, 2005
Pemerintah Siapkan Urban Logistik dan Perbaikan Transportasi,
http://industri.bisnis.com/read/20160805/98/572294/pemerintah-siapkan-urban-
logistik-dan-perbaikan-transportasi, diakses Nopember 2016.
Logistik Perkotaan sebagai Pilar Penting Pertumbuhan Indonesia
https://www.ekon.go.id/berita/view/logistik-perkotaan-sebagai.3203.html diakses Agustus
2017.

1101

Anda mungkin juga menyukai