Anda di halaman 1dari 16

Yosep Dwi Kristanto

MODUL
PECAHAN
MODUL
PECAHAN

Yosep Dwi Kristanto,


M.Pd. Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta
Modul Pecahan ini merupakan modul yang digunakan
dalam pelatihan guru-guru SMP Yogyakarta tahun 2016
Cek juga buku yang telah ditulis oleh penulis modul ini

Apa fitur-fiturnya?
Website pendamping
Video pembelajaran, aktivitas interaktif, dan sumber belajar lain yang 100% gratis di website pendamping
Buku disusun berdasarkan Kurikulum 2013
terbaru (revisi 2016)
Penerapan matematika di berbagai bidang: sains, bisnis dan ekonomi, teknologi infor- masi, dan sebagain
Buku mendukung pembelajaran
kolaboratif melalui proyek
Pendahuluan 1

PENDAHULUAN

A. Gambar Besar Pembelajaran Saintifik


Berdasarkan Permendikbud nomor 81A tahun 2013, proses pembelajaran sain-
tifik terdiri atas lima pengalaman belajar pokok, yaitu:
(a) mengamati;
(b) menanya;
(c) mengumpulkan informasi;
(d) mengasosiasi; dan
(e) mengkomunikasikan.
Kelima pengalaman belajar tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan pem-
belajaran seperti dalam tabel berikut.
Langkah
Pembelajaran Kegiatan Belajar Kompetensi yang Dikembangkan
Mengamati Membaca, mendengar, menyimak, me- Melatih kesungguhan, ketelitian,
lihat (tanpa atau dengan alat) mencari informasi
Menanya Mengajukan pertanyaan tentang in- Mengembangkan kreativitas, rasa
formasi yang tidak dipahami dari apa ingin tahu, kemampuan merumus-
yang diamati atau pertanyaan untuk kan pertanyaan untuk membentuk
mendapatkan informasi tambahan ten- pikiran kritis yang perlu untuk hidup
tang apa yang diamati (dimulai dari cerdas dan belajar sepanjang hayat
per- tanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik)
Mengumpulkan • melakukan eksperimen Mengembangkan sikap teliti, ju-
informasi/eksperimen • membaca sumber lain selain buku jur,sopan, menghargai pendapat
teks orang lain, kemampuan berkomu-
• mengamati objek/kejadian/aktivi- nikasi, menerapkan kemampuan
tas mengumpulkan informasi melalui
• wawancara dengan narasumber berbagai cara yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan belajar
dan belajar sepanjang hayat.
Mengasosiasikan/ mengolah informasi yang sudah
mengolah informasidikum- pulkan baik terbatas dari hasil
kegiatan mengumpulkan/eksperimen
maupun hasil dari kegiatan mengamati
dan ke- giatan mengumpulkan
informasi.
Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil pengamatan, kes- Mengembangkan sikap jujur, teliti,
impulan berdasarkan hasil analisis se- toleransi, kemampuan berpikir siste-
cara lisan, tertulis, atau media lainnya matis, mengungkapkan pendapat
dengan singkat dan jelas, dan
mengembangkan kemampuan ber-
bahasa yang baik dan benar.

B. Analisis Topik Pecahan


Berdasarkan Kurikulum 2013, terdapat enam kompetensi dasar pada topik
pecahan. Keenam kompetensi dasar tersebut dibagi menjadi dua kategori, yaitu
2 Modul Pecahan

pengetahuan dan keterampilan. Keenam kompetensi dasar tersebut dijabarkan di


bawah ini.
Pengetahuan Keterampilan
Menjelaskan dan menentukan urutan pada Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
bilangan bulat (positif dan negatif) dan pecahan urutan beberapa bilangan bulat dan pecahan
(biasa, campuran, desimal, persen) (biasa, campuran, desimal, persen)
Menjelaskan dan melakukan operasi hitung Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
bilangan bulat dan pecahan dengan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan
memanfaatkan berbagai sifat operasi
Menjelaskan dan menentukan representasi Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
bilangan bulat besar sebagai bilangan berpangkat bilangan bulat besar sebagai bilangan berpangkat
bulat positif bulat positif
Berdasarkan enam kompetensi dasar tersebut, struktur isi dari topik pecahan
dapat dianalisis sebagai berikut.
Fakta Prinsip dan Aturan
Simbol-simbol pecahan, definisi pecahan, • Pecahan dengan penyebut nol
pemod- elan pecahan (luas, panjang, dan • Aturan penjumlahan, pengurangan,
himpunan), pem- bilang, penyebut. perkalian, dan pembagian pecahan.
• Sifat-sifat penjumlahan, pengurangan, perka-
lian, dan pembagian pecahan.
Konsep Prosedur
Pecahan biasa, pecahan sejati, pecahan tidak se- • Prosedur membandingkan pecahan.
jati, bilangan campuran, pecahan persen, pecahan • Prosedur penjumlahan, pengurangan, perka-
permil, bilangan desimal. lian, dan pembagian pecahan.
• Prosedur mengubah bentuk pecahan.
Sehingga, topik pecahan dapat dibagi menjadi beberapa sub-topik sebagai beri-
kut.
• Membandingkan pecahan.
• Mengurutkan pecahan.
• Operasi dan sifat-sifat operasi pecahan.
• Mengubah bentuk bilangan pecahan.
PECAHAN

A. Terminologi Pecahan
Pecahan, dalam bahasa inggris fraction, berasal dari kata Latin fractio (kata
ben- da dari frangere). Kata frangere ini berarti memecah. Oleh karena itu,
istilah bilangan pecah juga sering digunakan sebagai sinonom dari pecahan.
Istilah pecahan dapat digunakan untuk merujuk suatu bilangan yang ditulis
a a
dalam dan angka dimana b ≠ 0. Perlu diperhatikan penggunaan simbol
b b
tersebut sebagai bilangan atau angka. Misalnya, jika kita menyatakan bahwa
bilangan yang terletak di atas disebut pembilang dan bilangan yang di bawah
disebut penyebut, maka pecahan yang kita maksud di situ adalah suatu simbol
atau angka. Akan tetapi jika kita mengatakan, “Jumlahkan 31 dan 12 ,” maka yang
kita maksud adalah pecahan sebagai suatu bilangan.
Pada topik pecahan di SMP, pembilang dan penyebut suatu pecahan adalah bi-
langan bulat. Bilangan yang seperti ini juga disebut dengan bilangan rasional.
Akan tetapi, secara umum, pembilang dan pecahan suatu pecahan adalah
semba- rang bilangan real asalkan penyebutnya tidak sama dengan nol.

B. Konsep-Konsep Pecahan
Pecahan dapat dijelaskan dengan menggunakan tiga konsep, yaitu konsep
seba- gian dari keseluruhan, konsep pembagian, dan konsep perbandingan.
Konsep Sebagian dari Keseluruhan. Dengan konsep ini, pecahan digunakan
a
untuk menyatakan sebagian dari keseluruhan. Pada pecahan , bilangan yang
b
di bawah, b, menunjukkan banyaknya bagian yang sama dalam keseluruhan,
sedangkan bilangan yang di atas, a, menunjukkan banyaknya bagian yang
Gambar 1 diper- hatikan. Gambar 1 di samping menggambarkan pecahan 3⁄8.
Konsep Pembagian. Konsep ini menyatakan pecahan sebagai hasil bagi suatu
bilangan dengan bilangan yang lain. Konsep semacam ini dapat diilustrasikan
dengan Gambar 2 sebagai berikut.

Gambar
2
Untuk menentukan 3 ÷ 4, maka kita bagi 3 dengan 2 terlebih dahulu. Dari sini
kita akan mendapatkan satu setengah. Setelah itu, kita bagi dua satu setengah
tersebut untuk mendapatkan ¾.
Konsep Pecahan sebagai Pembagian
Untuk sembarang bilangan a dan b, dengan b ≠ 0
a
ab
b
Konsep Perbandingan. Pecahan juga dapat digunakan sebagai perbandingan.
Misalkan banyaknya siswa laki-laki adalah sepertiga dari banyaknya siswa
perempuan.
C. Pecahan-Pecahan Senilai
Pecahan-pecahan senilai dapat diilustrasikan dengan menggunakan Gambar 3
berikut.

1 1

1⁄3 1⁄2

1⁄6 1⁄6 1⁄4 1⁄4

1⁄1 1⁄1 1⁄1 1⁄1 1⁄8 1⁄8 1⁄8 1⁄8


2 2 2 2 Gambar 3
Dari gambar tersebut kita dapat melihat bahwa,
1 2 4 1 2 4
  dan  
3 6 12 2 4 8
Ilustrasi tersebut memberikan aturan fundamental dari pecahan senilai: Untuk
sembarang pecahan, pecahan yang senilai dari diperoleh dengan mengalikan
pembilang dan penyebut pecahan tersebut dengan bilangan tidak nol yang
sama.
Konsep Pecahan Senilai
a
Untuk sembarang pecahan dan bilangan k ≠ 0,
b
a ka
b

kb
Menyederhanakan Pecahan. Aturan pecahan senilai tersebut dapat kita
gunakan untuk menyederhanakan pecahan. Pecahan dikatakan dalam bentuk
paling sederhana jika pembilang dan penyebutnya tidak memiliki faktor
persekutuan kecuali 1.
9 93 3
12  12  3  4
Gambar 4 berikut ini menunjukkan proses penyederhanaan pecahan 9⁄12 menjadi
3⁄4.

1⁄4 1⁄4 1⁄4 1⁄4 Gambar 4


D. Menyamakan Penyebut
Adakalanya kita diberikan dua pecahan dengan penyebut yang berbeda.
Misalkan 1⁄4 dan 1⁄6. Gambar 5 menunjukkan bahwa banyaknya bagian-bagian
dari kedua pecahan tersebut berbeda. Jika masing-masing 1⁄6 bagian kita bagi
menjadi dua bagian yang sama dan masing-masing 1⁄4 bagian kita bagi menjadi
tiga bagian yang sama, maka masing-masing akan memiliki 12 bagian yang
sama. Sehingga
diperoleh dua pecahan yang senilai dengan dua pecahan sebelumnya, yaitu 3⁄12
dan 2⁄12, tetapi penyebutnya sama.

1⁄4 3⁄12

1⁄6 2⁄12
Gambar
5
Cara lain untuk menyamakan penyebut dua pecahan adalah dengan
menggunakan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) penyebut kedua pecahan
tersebut. Karena KPK dari 4 dan 6 adalah 12, maka
1 1 3 3 1 1 2 2
4  4  3 12 6  6  2  12
dan

E. Membandingkan Pecahan
Untuk membandingkan dua pecahan, kita dapat menggunakan Gambar 6 di bawah ini.

1⁄2

1⁄3

1⁄4

1⁄5

1⁄6

1⁄7

1⁄8

1⁄9

1⁄10
Gambar
6
Berdasarkan gambar di atas, kita dapat melihat bahwa
3 5
47
Membandingkan pecahan juga dapat dilakukan dengan mengubah pecahan-
peca- han tersebut menjadi pecahan senilai yang berpenyebut sama. Karena
KPK dari 4 dan 7 adalah 28, maka
3 3 7 21 5 5 4 20
4  4  7 28 dan 7  7  4  28
Setelah itu, kita bandingkan pembilang kedua pecahan tersebut. Karena 21 > 20,
maka
21 20
28  28
Secara umum, membandingkan dua pecahan dapat dilakukan dengan cara
berikut.
Konsep Membandingkan Pecahan
a c
Untuk sembarang pecahan dan , dimana b dan d positif,
b d
a c
 jika dan hanya jika ad < bc
b d
dan
a c
 jika dan hanya jika ad > bc
b d

F. Operasi-Operasi pada Pecahan


Penjumlahan Pecahan. Penjumlahan dua pecahan dapat diilustrasikan dengan
menggabungkan dua nilai. Perhatikan contoh berikut.
Antok belajar matematika selama ½ jam, dan dilanjutkan belajar
fisika 1⁄3 jam. Berapa jamkah Antok belajar matematika dan fisika?
Salah satu cara untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan menggunakan
gambar. Gambar 7 berikut ini menunjukkan pecahan ½ dan 1⁄3.

11
23

Gambar 7
Untuk memudahkan dalam penjumlahan pecahan, kita samakan penyebut dua
pecahan yang diberikan. KPK dari 2 dan 3 adalah 6, maka
1 1 3 2
2366
Selanjutnya kita ilustrasikan penjumlahan 3⁄6 dan 2⁄6 pada Gambar 8.

3 2

6 6 Gambar 8
Dari gambar tersebut kita dapat menuliskan
3 2 5
66 6
Sehingga, untuk menjumlahkan dua pecahan, pertama kita pastikan penyebut
kedua pecahan tersebut sama. Setelah itu kita jumlahkan pecahan tersebut
dengan menjumlahkan pembilang-pembilangnya, dan membiarkan penyebut
tetap.
Untuk menyamakan penyebut dua pecahan, kita juga dapat mengalikan penye-
but kedua pecahan tersebut. Hasil kali kedua penyebut tersebut tidak selalu
KPK dari kedua penyebut tersebut. Setelah dua pecahan tersebut memiliki
penyebut yang sama, kita tinggal menjumlahkan kedua pecahan tersebut.
Konsep Penjumlahan Pecahan
a c
Untuk sembarang dua pecahan dan ,
b d

a c ad bc ad  bc
b  d  bd bd bd

Pengurangan Pecahan. Pengurangan pecahan dapat dilakukan seperti dalam


penjumlahan pecahan. Pertama, jika perlu, samakan penyebut pecahan-pecahan
yang diberikan, kemudian kurangi pembilang-pembilang pecahan dan biarkan
penyebutnya tetap. Perhatikan contoh berikut.
Bintang diberi ¾ kg buah apel oleh tantenya. Karena dia memiliki
adik, maka dia memberikan 1⁄6 kg apel tersebut kepada adiknya.
Berapa kg sisa apel yang dimiliki oleh Bintang?
Untuk menentukan sisa apel yang dimiliki Bintang, kita cari hasil
3 1
46
Pengurangan kedua pecahan tersebut dapat diilustrasikan oleh Gambar 9 berikut.

3 1
46

Gambar 9
Berdasarkan gambar tersebut kita dapat melihat bahwa
3 1 9 2 7
4  6  12 12 12
Jadi, sisa apel yang dimiliki Bintang adalah 7⁄12 kg.
Konsep Pengurangan Pecahan
a c
Untuk sembarang dua pecahan dan ,
b d

a c ad bc ad  bc
b  d  bd bd bd
Perkalian Pecahan. Perkalian pecahan akan lebih mudah jika diilustrasikan
dengan menggunakan luas daerah. Misalkan kita akan menghitung
2 4
3 5
Untuk mengalikan kedua pecahan tersebut, pertama kita gambar pecahan 4⁄5.
Se- lanjutnya kita arsir 2⁄3 dari daerah 4⁄5. Perhatikan Gambar 10 berikut.

4 2 4 8
5 3 5 15 Gambar 10
Dari ilustrasi tersebut kita dapat melihat bahwa hasil kalinya dapat diperoleh
dengan mengalikan pembilang kedua pecahan, per hasil kali dari penyebut.
Konsep Perkalian Pecahan
a c
Untuk sembarang dua pecahan dan ,
b d
a c ac
b  d  bd

Pembagian Pecahan. Pembagian pecahan dapat dimaknai serupa dengan


pem- bagian bilangan cacah. Salah satu makna dalam pembagian bilangan
cacah dapat direpresentasikan dengan pengurangan berulang. Hal ini akan kita
gunakan un- tuk memaknai pembagian pecahan.

Gambar 11
Dari Gambar 11 tampak bahwa kita dapat mengurangi ¾ dengan 1⁄8 SEBANYAK 6
kali. Sehingga,
3 1
 6
48
Kemudian bagaimana jika nanti hasil baginya bukan berupa bilangan cacah.
Dengan kata lain, bagaimana jika nanti setelah dikurangi secara berulang akan
menghasilkan sisa? Untuk kasus ini, perhatikan ilustrasi yang ditunjukkan
Gam- bar 12.
Sisa

Pembagi

Gambar 12

Gambar di atas mengilustrasikan 56  1 . Ketika 5/6 dikurangi oleh 1/3 sebanyak


2 kali, maka akhirnya dihasilkan sisa. Jika kita bandingkan sisanya dengan
pem- baginya, maka kita dapat melihat bahwa sisa tersebut sama dengan
setengahnya pembagi. Sehingga,
5 1 1
6  3  22
Selain dengan menggunakan gambar, pembagian pecahan juga dapat dilakukan
dengan mengubah pembagian menjadi perkalian dengan membalik
pembaginya. Perhatikan contoh berikut.
1 1 1 3 3 1
2  3  2  1  2  12
Pembagian tersebut dapat diilustrasikan oleh Gambar 13 berikut.

Kedua
pecahan
kalikan
3

Gambar 13 Sehingga, ide dalam pembagian tersebut adalah membuat pembaginya menjadi
1. Dengan cara yang serupa kita dapat membagi pecahan seperti berikut.
Konsep Perkalian Pecahan
a c c
Untuk sembarang pecahan dan , dengan  0
b d d
a c a d
b d b c
PEMBELAJARAN PECAHAN

A. Permainan “Berbagi Cokelat”


Untuk membelajaran pecahan kepada siswa SMP, terdapat banyak macam pi-
lihan yang inovatif dan menarik. Salah satunya adalah dengan menggunakan
permainan “Berbagi Cokelat.” Permainan ini diambil dari artikel dengan
judul “Sweet Work with Fractions” oleh Vinogradova dan Blaine da-
lam Mathematics Teahing in the Middle School Vol. 18 No. 8,
April 2013.
Untuk melakukan permainan ini diperlukan 6 cokelat batang
dengan ukuran dan rasa yang sama, 3 meja, dan satu lembar
aktivitas (terlampir). Keenam cokelat tersebut diletakkan pada
setiap meja, sehingga pada meja pertama terdapat 1 cokelat, meja
kedua ada 2 cokelat, dan meja ketiga ada 3 cokelat. Selanjutnya
siswa secara bergilir diminta untuk memilih dan duduk di sekeliling
meja tersebut. Dalam memilih meja, siswa harus memilih meja agar dia
mendapatkan bagian cokelat yang maksimal. Selain itu, dia juga harus men-
ganggap bahwa dia merupakan siswa terakhir yang memilih meja tersebut.
B. Diskusi dalam Permainan
Perhatikan tabel di bawah ini untuk mengikuti penjelasan. Karena cokelat
dalam permainan ini memiliki ukuran sama, maka kita gunakan istilah batang
sebagai satuan cokelat. Siswa pertama memilih meja ketiga yang tersedia 3
cokelat. Siswa kedua akan memilih meja kedua yang berisi 2 cokelat. Dan
tamu keti- ga akan memilih meja ketiga. Pada kasus siswa ketiga ini, dia akan
membagi 3 cokelat kepada satu siswa sebelumnya, sehingga masing-masing
siswa akan mendapatkan 1 ½ batang.
Besarnya Cokelat yang Diterima
Tamu Nomor Meja 1 Meja 2 Meja 3
1 1 2 3
2 1 2 1 1⁄2
3 1 1 1 1⁄2
4 1 1 1
5 1⁄2 1 1
6 1⁄2 1 3⁄4
7 1⁄2 2⁄3 3⁄4
8 1⁄2 2⁄3 3⁄5
9 1⁄2 2⁄4 3⁄5
10 1⁄2 2⁄4 3⁄6
11 1⁄3 2⁄4 3⁄6
12 1⁄3 2⁄4 3⁄7
13 1⁄3 2⁄5 3⁄7
14 1⁄3 2⁄5 3⁄8
15 1⁄3 2⁄6 3⁄8
16 1⁄3 2⁄6 3⁄9
Pembelajaran Pecahan11

Siswa 4, 5, 6 Siswa keempat dapat memilih meja manapun karena di setiap


meja dia akan mendapatkan cokelat yang sama, yaitu satu batang. Kemudian
permainan ini dilanjutkan oleh siswa kelima dan keenam. Bagaimanapun
urutan meja yang dipilih oleh siswa kelima dan keenam, maka pilihan yang
akan diha- dapi oleh siswa ketujuh tetaplah sama.
Siswa 7 Siswa ketujuh akan mendapatkan ½ batang di meja pertama, 2⁄3
batang di meja kedua, dan 3/4 di meja ketiga. Meja mana yang akan dipilih
oleh meja ketujuh ini merupakan hal yang menarik. Mana yang lebih besar, ½,
2⁄3, atau ¾? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita dapat menganggap bahwa
ketiga pecahan tersebut sebagai pecahan yang kurang dari satu: ½ sama dengan
1 kurang seten- gah, 2⁄3 sama dengan 1 kurang 1⁄3, dan ¾ sama dengan 1
kurang ¼.
Sekarang yang akan kita bandingkan adalah ½, 1⁄3, dan ¼. Bayangkan ada 1
cokelat dibagi menjadi 2, 3, atau 4 bagian yang sama. Tentunya yang paling
besar adalah ketika cokelat tersebut dibagi menjadi 2 bagian. Kemudian lebih
kecil lagi jika cokelat tersebut dibagi menjadi 3, dan paling kecil ketika cokelat
tersebut dibagi menjadi 4 bagian. Sehingga kita peroleh ½ > 1⁄3 > ¼.
Selanjutnya yang kita bandingkan adalah sisa cokelat ketika dikurangi ½, 1⁄3,
dan ¼. Semakin besar pengurangnya, maka sisa cokelat semakin sedikit. Oleh
karena itu, kita dapat menyimpulkan bahwa ½ < 2⁄3 < ¾.
Siswa 8 sampai 12 Siswa 8 sampai 12 dapat membandingkan pecahan den-
gan menggunakan gambar. Misalkan, siswa ke-8 akan membandingkan 2⁄3 dan
3⁄5 karena kedua pecahan ini lebih besar dari ½. Gambar di bawah ini
menunjukkan bahwa 2⁄3 lebih besar dari ½ sejauh setengahnya 1⁄3. Sedangkan
3⁄5 lebih besar dari
½ sejauh setengahnya 1⁄5. Karena setengahnya 1⁄3 lebih besar dari setengahnya
1⁄5, maka siswa kedelapan akan memilih meja kedua.
0 1⁄2 1

1⁄3 1⁄3 1⁄3


0 1⁄2 1

1⁄5 1⁄5 1⁄5 1⁄5 1⁄5


LEMBAR AKTIVITAS

Nama : .............................................

BERAPA BAGIAN COKELAT YANG DIDAPAT?

Terdapat tiga meja dalam game “Berbagi Cokelat,” dan terdapat 1, 2, dan 3 batang cokelat
(dengan ukuran dan rasa yang sama) pada meja-meja tersebut. Perhatikan gambar di bawah.
Masing-masing tamu, memilih sebuah meja dan duduk. Ketika tamu terakhir duduk, cokelat
dari masing-masing meja dibagi secara merata kepada semua tamu yang duduk menghadap
meja tersebut.

Meja 1 Meja 2 Meja 3


Ketika Bapak/Ibu duduk, analisislah meja dengan menganggap bahwa Bapak/Ibu sebagai tamu
terakhir, untuk memaksimalkan cokelat yang diterima.
Lengkapilah tabel di bawah ini. Putuskan berapa banyak cokelat yang diperoleh pada mas-
ing-masing meja, dan lingkarilah bagian terbesar (jika banyaknya sama, pilih sesuka hati).
Banyaknya Cokelat yang Didapat
Tamu Nomor Meja 1 Meja 2 Meja 3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Anda mungkin juga menyukai