Anda di halaman 1dari 1

Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan

teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk
pada tata cara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban
jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil. Istilah teroris oleh para ahli
kontraterorisme dikatakan merujuk kepada para pelaku yang tidak tergabung dalam angkatan
bersenjata yang dikenal atau tidak menuruti peraturan angkatan bersenjata tersebut. Aksi
terorisme juga mengandung makna bahwa serang-serangan teroris yang dilakukan tidak
berperikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi, dan oleh karena itu para pelakunya
("teroris") layak mendapatkan pembalasan yang kejam.

Akibat makna-makna negatif yang dikandung oleh perkataan "teroris" dan "terorisme", para
teroris umumnya menyebut diri mereka sebagai separatis, pejuang pembebasan, militan,
mujahidin, dan lain-lain. Tetapi dalam pembenaran dimata terorisme : "Makna sebenarnya
dari jihad, mujahidin adalah jauh dari tindakan terorisme yang menyerang penduduk sipil
padahal tidak terlibat dalam perang". Padahal Terorisme sendiri sering tampak dengan
mengatas namakan agama. Di Indonesia, aksi teror bom sebetulnya bukan hal yang baru.
Dalam beberapa kurun waktu aksi terorisme memang terkesan mati suri. Tetapi, tanpa diduga
aksi teror bom tiba-tiba muncul di berbagai tempat. Menjelang perayaan hari-hari besar
keagamaan, aksi teror bom seringkali terjadi. Meski selama ini tidak sedikit terduga teroris
sudah ditangkap aparat, tetapi dari waktu ke waktu selalu muncul pengganti-pengganti baru
yang tak pernah putus. Memasuki era digital seperti sekarang ini, yang terjadi bukannya
masyarakat makin kritis menyikapi pengaruh radikalisme yang ditebar melalui media sosial
dan internet. Justru yang terjadi adalah sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai