Anda di halaman 1dari 48

PANDUAN DAN LAPORAN PRAKTIKUM

PENANGANAN HASIL PERIKANAN

Disusun oleh:

Dr. Ir. Kartini Zaelani, MS


Ir. Yahya, MP
Prof. Ir. Sukoso, M.Sc. Ph.D
Ir. M. Firdaus, MP
Tim Asisten Penanganan Hasil Perikanan 2013

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
PANDUAN DAN LAPORAN PRAKTIKUM
PENANGANAN HASIL PERIKANAN

NAMA : .............................................................................
NIM : .............................................................................
KELOMPOK : .............................................................................
ASISTEN : .............................................................................

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
LEMBAR ASISTENSI

NAMA : FOTO
NIM :
3X4
KELOMPOK :

Tgl Keterangan Nilai Paraf

Mengetahui,
Koordinator Asisten

Achmad Fathony
105080301111043
TATA TERTIB PRAKTIKUM

 Mahasiswa wajib datang 10 menit sebelum praktium dimulai


 Batas toleransi keterlambatan adalah 10 menit
 Wajib mengikuti seluruh kegiatan pratikum sesuai dengan yang dijadwalkan
 Wajib menggunakan jas lab/almamater, sepatu tertutup, baju berkerah, rapi,
dan sopan
 Wajib membawa buku panduanpraktikum, peralatan meulis,, buku catatan
dan peralatan lain yang harus dibawa selama praktikum
 Tidak boleh makan dan minum selama kegiatan praktikum berlangsung serta
ponsel di non-aktifkan
 Koordinator kelompok bertanggung jawab atas anggotanya
 Tidak diadakan INHOLE praktikum
 Peraturan yang belum ada diatas akan disesuaikan dengan kondisi lapang
MATERI 1
PENANGANAN PASCA PANEN HASIL PERIKANAN

1. Latar Belakang
Pada dasarnya, penanganan pasca tangkap dan pengolahan merupakan
pekerjaan atau usaha untuk mempertahankan atau merubah sifat hasil perikanan
agar tetap disukai oleh konsumen. Secara umum, penanganan pasca tangkap hasil
perikanan bertujuan menyediakan dan mempertahankan sifat segarnya dan
melakukan preparasi seperlunya untuk pengolahan lebih lanjut. Oleh karena hasil
perikanan ke banyakan dari laut,. Maka dua hal yang harus diperhatikan dalam
penanganan pasca tangkap adalah penanganan sewaktu masih berada di laut (di
kapal) dan penanganan sesudah ikan di daratkan (Hadiwiyoto, 1993).
Cara penanganan ikan setelah penangkapan dapat dilakukan dua cara, yaitu
menurunkan suhu ikan dan mempertahankan ikan tetap hidup. Keberhasilan teknik
penanganan dengan menurunkan suhu tergantung pada stabilitas suhu ikan selama
penanganan. Semakin rendah suhu ikan dapat diturunkan dan semakin stabil suhu
tersebut dipertahankan selama penanganan, maka mutu atau kualitas ikan akan
semakin baik (Junianto, 2003).
Hubungan pasca panen dengan bentukan ikan adalah dengan melakukan
bentukan ikan maka kesegarannya dapat lebih dipertahankan karena tempat
konsentrasi mikroorganisme pada ikan telah dibuang sehingga mutu ikan basah
dapat terpelihara (Murachman, 1987).
Macam-macam bentukan ikan antara lain adalah fillet, whole, gutted, steak,
dan split. Bentukan fillet menrut Fillet menurut Afrianto dan Liviawaty (1989),
merupakan bentukan ikan berupa sayatan daging dari bagian tulang belakang, salah
satu bagian dibiarkan menyatu sehingga dihasilkan bentuk lembaran tubuh ikan.
Whole fish menurut Murachman (1987) adalah ikan yang dibiarkan dalam
bentuk utuh. Utuh yang dimaksudkan adalah ikan tersebut memiliki lengkap
seluruh anggota tubuhnya dengan cara tidak mengubah sedikitpun bentuk ikan
selanjutnya dilakukan penanganan pembekuan.

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


Gutted menurut Afrianto dan Liviawaty (1989), merupakan bentuk ikan utuh
yang telah melalui proses penyiangan pada bagian tertentu. Proses ini dilakukan
untuk mengurangi pertumbuhan mikroba yang dapat merusak daging ikan. Bagian
tubuh yang dibuang pada produk ini adalah isi perut dan insang sebagai pusat
mikroba.
Split merupakan ikan yang telah mengalami proses pembelahan bagian dorsal
maupun ventral, kemudian dibuka dan dihilangkan bagian visceralnya. Menurut
Moeljanto (1982), perubahan-perubahan ikan selama pembekuan dan penyimpanan
beku adalah terjadinya perubahan fisik, perubahan biokimia, dan denaturasi
protein. Perubahan fisik meliputi pembentukan kristal-kristal es, kecepatan
pembekuan (freezing rate), pengeringan (dehydration=dessication), pengerasan
daging ikan (taugness), perubahan warna (diskoloration).
Steak menurut Afrianto dan Liviawaty (1989) merupakan bentuk ikan tanpa
kepala, ekor, isi perut dan semua sirip dihilangkan sehingga bentuk ikan seperti
pipa. Ditambahlkan penjelasan menurut Murachman (1987), Steak adalah
potongan-potongan melintang dari bagian tubuh ikan yang dipotong-potongan
antara kepala sampai ekor. Rendemen berupa potongan-potongan steak kira-kira
60%-75% dariberatikan.

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


2. Metodologi
2.1 Alat Praktikum
Alat- alat yang digunakan dalm praktikum ini antara lain: timbangan digital,
pisau, nampan, telenan, freezer, dan cool box, palu, stopwatch/jam, kamera.
2.2 Bahan Praktikum
Bahan- bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: ikan nila,
plastik, karet gelang, kertas label, tissue, es batu.
2.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum penanganan hasil perikanan materi ini adalah
pertama-tama 5 ekor ikan nila ditimbang dan dicatat sebagaiberat A, kemudian ikan
nila disiangi dan dicuci, lalu ikan nila dibuat bentukan Whole, gutted, fillet, steak,
dan split, dan dicuci dan ditimbang berat B, setelah itu dimasukan kedalam plastik,
dan difreezer selama 24 jam, lalu ikeluarkan dari plastik dan dithawing, serta
ditimbang sebagai berat C, setelah itu diamati tekstur dan bau serta diberi nilai
sesuai score sheet yang ada ( secara organoleptik) dan dihitung rendemen dan drip
yang terjadi.
Berikut ini adalah rumus perhitungan rendemen dan drip ikan:
Berat Akhir ( B)
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = X 100%
Berat Awal ( A)
Berat Sebelum di thawing−Berat Setelah dithawing
𝐷𝑟𝑖𝑝 = X 100%
Berat Sebelum di thawing

B−C
= X 100%
B

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


TABEL SCORE SHEET DAN TABEL PERHITUNGAN DATA UNTUK
MATERI 1

Nama Bentukan Ikan:


NO SCORE SHEET
1 BAU
Segar, bau spesifik menurut jenis 9
Segar, bau spesifik hilang 8
Tidak berbau netral 7
Bau susu, belum ada bau asam ada bau ikan asin, bau cold stronge 6
Bau asam asetat, bau sabun 4
Bau amoniak kuat, ada bau h2S 2
Bau busuk 1
2 TEKSTUR
Pada elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging dari 9
tulang belakang
Agak padat, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging 8
dari tulang belakang, kadang-kang agak lunak sesuai dengan
jenisnya
Agak lunak, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek dari 7
tulang belakang
Agak lunak, kurang elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek 6
daging dari tulang belakang
Agak lunak, kurang elastis bila ditekan dengan jari, agak mudah 5
menyobek dari tulang belakang
Lunak, bekas jari membekas jika ditekan,mudah menyobek daging 4
dari tulang belakang
Lunak, bekas jari terlhat bila ditekan dengan jari tetapi cepat hilang, 3
mudah menyobek daging dari tulang belakang
Lunak bekas jari terlihat kembali lama bila ditekan, mudah 2
menyobek daging dari tulang belakang.
Sangat lunak, bekas jari tidak mau hilang bila ditekan, mudah sekali 1
menyobek daging dari tulang belakang

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


PERHITUNGAN DATA
Sampel :

no panelis bau tekstur rerata (Xi-n) (Xi-n)


1
2
3
4
5
dst
∑𝑥𝑖 = ∑=

∑𝑥𝑖
𝑥=
𝑛
∑𝐼𝑥𝑖 − 𝑥𝐼 2
2
𝑠 =
𝑛−1
𝑠
P = {x-1,96 < µ < 𝑥 + 1,96 √𝑛𝑠 }= 96%
√𝑛
𝑥1+𝑥2
P = {x1<µ<x2} rerata = 2

Spesifikasi tingkat penerimaan produk dengan range :


>7,5 = baik sekali 4,6-5,5 = tidak layak
6,6-7,5 = baik 3,5-4,5 = jelek
5,6-6,5 = layak

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


MATERI 2
KEMUNDURAN MUTU IKAN SEGAR

1. Latar Belakang
Sesaat setelah ikan tertangkap dan diangkat dari dalam air akan segera mati
karena kekurangan oksigen untuk pernafasannya. Selanjutnya, tubuh ikan akan
mengalami serangkaian perubahan yang mengarah kepada kemunduran mutu atau
penurunan kesegaran, sampai akhirnya rusak atau busuk dan tidak dapat
dimanfaatkan untuk dikosumsi manusia (Sumardi,2000).
Proses perubahan pada tubuh ikan terjadi karena adanya aktivitas enzim,
mikroorganisme atau oksidasi oksigen. Setelah ikan mati, berbagai proses
perubahan fisik maupun kimiawi berlangsung lebih cepat. Semua perubahan ini
akan mengarah ke pembusukan. Seluruh permukaan tubuh ikan yang sedang
mengalami proses pembusukan dipenuhi oleh lendir (Afrianto dan Liviawaty,
1989).
Secara kronologis menurut Murniyati dan Sunarman (2000), karena
pembusukan itu berjalan melalui 4 tahap sebagai berikut: hyperaemia (prerigor),
rigormortis, autolysis, dekomposisi bakteri. Didukung oleh Buckle et al (1987),
salah satu penyabab dari keadaan kerusakan adalah tingginya pH akhir daging ikan
karena rendahnya cadangan glikogen dalam daging ikan. Lagipula ikan sukar
ditangkap dalam jumlah besar tanpa pergulatan yang selanjutnya mengakibatkan
turunnya ccadangan gikogen.
Menurut Junianto (2003), cara-cara penanganan ikan setalah penangkapan
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan menurunkan suhu ikan dan
mempertahankan ikan agar tetap hidup. Menurunkan suhu ikan yaitu usaha ini
untuk mempertahankan kesegaran ikan dengan teknik ini tergantung pada media
pendingin yang digunakan untuk menurunkan suhu ikan, juga tergantung pada
stabilitas suhu ikan selama penanganan. Mempertahankan ikan tetap hidup yaitu
penanganan dengan mempertahankan ikan tetap hidup sejak ditangkap sampai ke
tangan pembeli akan mendapatkan hasil tingkat kesegaran ikan yang maksimal.

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


2. Metodologi
2.1 Alat Praktikum
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum lapang ini antara lain adalah
kamera, termometer, dan alat tulis
2.2 Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah praktikan melakukan survey
kepasar tradisional yang ada dikota Malang, kemudian wawancara atau mengisi
quistioner, kemudian diamati tekstur, bau, dan kenampakan (mata dan insang) pada
ikan serta beri nilai sesuai score sheet yang ada (secara organoleptik) setelah itu
dilakukan pengolahan data.
Berikut ini adalah quisioner yang digunakan dalam praktikum materi
Kemunduran Mutu Ikan yang dilaksanakan di pasar tradisional:
a. Nama pasardan nama penjual?
b. Kapan ikan didatangkan dipasar?
c. Berapa perbandingan antara jumlah ikan dan es pada saat ikan datang?
d. Jenis ikan apa saja yang biasa dijual?
e. Berapa suhu awal ikan?
f. Dari mana ikan didatangkan?
g. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk distribusi ikan kepasar?
h. Bagaimanakah kondisi tempat penanganan ikan saat dipasar?
i. Apa yang dilakukan pada ikan yang tidak habis terjual?
j. Jelaskan prosedur penanganan ikan saat ikan tiba dipasar sampai ke tangan
konsumen?
k. Bagaimana kondisi pasar dan fasilitas apa saja yang tersedia dipasar?
l. Jelaskan prinsip-prinsip sanitasi yang digunakan dipasar?
m. Bagaimanakah tingkat kesegaran ikan setelah tiba dipasar?
n. Bagaimanakah cara pendinginan ikan setelah dipasar?
o. Apakah digunakan system rantai dingin dalam penanganan ikan sejak
dipanen hingga ditangan konsumen?
p. Bagaimana aliran pembuangan dipasar
q. Dokumentasi

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


TABEL SCORE SHEET DAN TABEL PERHITUNGAN DATA UNTUK
MATERI 2.

Nama Ikan ( Spesies):


NO SCORE SHEET
1 KENAMPAKAN MATA
Carah, bola mata menonjol, korne jernih 9
Cerah, bola mata rata, kornea jernih 8
Agak cerah, bola mata agak cekung, pupil agak keabu-abuan, 7
kornea agak keruh
Bola mata agak cekung, pupil berubah keabu-abuan, kornea 6
mata agak keruh
Bola mata agak cekung, pupil keabu-abuan, kornea agak 5
keruh
Bola mata cekung, pupil berubah menjadi putih, susu korne 4
keruh
Bola mata cekung, pupil putih susu, kornea keruh 3
Bola mata tenggelam, ditutup lendir kuning yang tebal 1
2 INSANG
Warna merah cemerlang, tanpa lendir 9
Warna merah kurang cemerlang, tanpa lendir 8
Warna merah agak kusam, sedikit lendir 7
Merah agak kusam, sedikit lendir 6
Mulai ada discoulorasi merah muda, merah coklat, sedikit 5
lendir
Mulai ada discoulorasi, sedikit lendir 4
Warna merah coklat, lendir tebal 3
Warna Merah coklat atau kelabu, lendir tebal 2
Warna putih coklat, lendir tebal sekali 1
3 BAU
Segar, bau spesifik menurut jenis 9

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


Segar, bau spesifik hilang 8
Tidak berbau netral 7
Bau susu, belum ada bau asam ada bau ikan asin, bau cold 6
stronge
Bau asam asetat, bau sabun 4
Bau moniak kuat, ada bau h2S 2
Bau busuk 1
4 KONSISTENSI
Pada elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging 9
dari tulang belakang
Agak padat, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek 8
daging dari tulang belakang, kadang-kang agak lunak sesuai
dengan jenisnya
Agak lunak, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek 7
dari tulang belakang
Agak lunak, kurang elastis bila ditekan dengan jari, sulit 6
menyobek daging dari tulang belakang
Agak lunak, kurang elastis bila ditekan dengan jari, agak 5
mudah menyobek dari tulang belakang
Lunak, bekas jari membekas jika ditekan,mudah menyobek 4
daging dari tulang belakang
Lunak, bekas jari terlhat bila ditekan dengan jari tetapi cepat 3
hilang, mudah menyobek daging dari tulang belakang
Lunak bekas jari terlihat kembali lama bila ditekan, mudah 2
menyobek daging dari tulang belakang.
Sangat lunak, bekas jari tidak mau hilang bila ditekan, mudah 1
sekali menyobek daging dari tulang belakang

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


PERHITUNGAN DATA
Sampel :
Kenampakan Insang
No Panelis Bau Kosistensi rerata (Xi-n) (Xi-n)
Mata
1
2
3
4
5
dst
∑𝑥𝑖 = ∑=

∑𝑥𝑖
𝑥=
𝑛
∑𝐼𝑥𝑖 − 𝑥𝐼 2
𝑠2 =
𝑛−1
𝑠
P = {x-1,96 < µ < 𝑥 + 1,96 √𝑛𝑠 }= 96%
√𝑛
𝑥1+𝑥2
P = {x1<µ<x2} rerata = 2

Spesifikasi tingkat penerimaan produk dengan range :


>7,5 = baik sekali 4,6-5,5 = tidak layak
6,6-7,5 = baik 3,5-4,5 = jelek
5,6-6,5 = layak

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


MATERI 3
UJI KUALITATIF FORMALIN

1. Latar Belakang
Formalin adalah nama dagang larutan formaldehida dalam air dengan kadar
30-40%. Dipasaran, formalin dapat diperoleh dengan bentuk yang sudah
diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 persen serta
dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing 5 gram. Formalin biasa
digunakan dalam industri tekstil, plastik kertas, cat, konstruksi, dan untuk
mengawetkan mayat.
Formaldehid merupakan aldehid, bentuknya gas yang rumus kimianya H2CO.
Formaldehid awalnya disintesa oleh kimiawan rusia Aleksander Butlerov tahun
1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Meskipun formaldehid
menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumya aldehid senyawa ini lebih reaktif
daripada aldehid lainnya. Formaldehid merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam
reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan senyawa aromatik serta bisa mengalami
reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Karena keadaannya katalis basa formaldehid
bisa mengalami reaksi menghasilkan asam format dan metanol. Formaldehid bisa
dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu larutan
formaldehi harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara. Dalam
udara bebas formaldehid berada dalam wujud gas, tapi bisa larut dalam air. Dalam
air formaldehid mengalami polimerisasi, sedikit sekali yang ada dalam bentuk
monomer H2CO (Wikipedia, 2006).
Sifat dari formalin adalah merupakan bahan yang mudah menguap, pada
temperatur kamar (bau merangasang yang tidak enak), dapat larut dalam air. Zat ini
dapat dioksidasi, direduksi, mengadisi dan dapat membentuk alkohol sekunder.
Pada pengawetan jenazah dia bersifat mengubah protein menjadi zat yang kenyal
dan padat (Tarigan, 2004).
Formaldehid murni (kadar 100%) sangat langka dipasar. Karena ia berwujud
gas tak berwarna dan berbau sangat tajam, dengan titik didih dan titik leleh -21 dan
-92OC (Nurrachman, 2005).

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


Di industri perikanan, formalin digunakan untuk menghilangkan bakteri yang
biasa hidup disisik ikan. Formalin diketahui sering digunakan dan efektif dalam
pengoobatan penyakit ikan akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir.
Meskipun demikian, bahan ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang batas
amnnya sangat rendah, sehingga terkadang ikan yang diobati malah mati akibat
formalin daripada akibat penyakitnya. Formalin banyak digunakan dalam
pengawetan specimen ikan untuk keperluan penelitian dan identifikasi.
Efek negatif formalin yang digunakan dalam pangan besifat menahun, apabila
tercemar dalam jumlah banyak. Pemakaian formalin dalam makanan dapat
menyebabkan keracunan pada organ fungsional. Formaldehid yang masuk kedalam
tubuh dapat mengganggu fungsi sel, bahkan dapat pula mengakibatkan kematian
sel. Dalam jangka pendek hal ini bisa mengakibatkan gejala berupa muntah, diare,
kencing bercampur darah dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan
peredaran darah. Didalam tubuh formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA
oleh protefur, sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal.
Dalam jumlah sedikit, formalin akan larut dalam air serta akan dibuang ke
luar bersama cairan tubuh. Sehingga formalin sulit dideteksi keberadaannya
didalam darah. Imunnitas tubuh sangat berperan dalam berdampak tidaknya
formalin didalam tubuh. Jika imunitas tubuh rendah atau mekanisme pertahanan
tubuh rendah, sangat mungkin formalin dengan kadar rendah pun bisa berdampak
buruk terhadap kesehatan. Secara mekanik integritas mukosa (permukaan) usus dan
perisstaltik (gerakan usus) merupakan pelindung masuknya zat asing masuk
kedalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan
menyebabkan denafurasi zat berbahaya tersebut. Secara imunologik sIgA (sekretori
Imunoglobin A) pada permukaan mukosa dan limfosit dapat menangkal zat asing
masuk kedalan tubuh. Pada sistem pertahanan tubuh yang lemah dapat gagal
berfungsi sebagai memudahkan bahan berbahaya masuk ke dalam tubuh dan sulit
untuk dikeluarkan. Hal ini juga akan lebih mengganggu pada penderita gangguan
saluran cerna yang kronis seperti pada penderita Autism, penderita alergi dan
sebagainya (Judarwanto, 2006).
Formaldehid yang masuk kedalam tubuh dapat menggangu fungsi sel, bahkan
dapat pula mengakibatkan kematian sel. Dalam jangka pendek, hal ini bisa

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


mengakibatkan gejala muntah diare, dan kencing bercampur darah dan kematian
yang disebabkan adanya kegagalan peredaran darah. Formalin bila menguap di
udara, berupa gas yang tidak beewarna, dengan bau yang tajam menyesakkan,
sehingga merangsang hidung, tenggorokan, dan mata. Sementara untu jangka
panjang, akumulasi formaldehid yang berlebih dapat mengakibatkan iritasi
lambung, gangguan fungsi otak dan sumsung tulang belakang. Bahkan, fungsinya
dapat mengakibatkan kanker (karsinogenik). Jika kandungannya dalam tubuh
terganggu, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel
sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan
keracunan pada tubuh. Sifat karsinogeni menyebabkan kanker dan bersifat mutagen
menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan (Widjaja,2006).
Sifat antimikrobial dari foramldehid merupakan hasil dari kemampuannya
menginaktivasi protein dengan cara mengkondensasi dengan asam amino bebas
dalam protein menjaid camputan lain. Kemampuan dari formaldehid meningkat
dengan peningkatan suhu. Mekanisme formalin sebagai pengawet adalah jika
formaldehid bereaksi dengan protein sehingga membentuk rangkaian-rangkaian
antara protein yang berdekatan akibat dari reaksi tersebu, protein mengeras dan
tidak dapat larut (Cahyadi, 2006).

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


2. Metodologi
2.1 Alat Praktikum
Alat-alat yang digunakan pada uji kualitatif formalin antara lain tabung
reaksi, rak tabung raksi, gelas ukur, spatula, talenan, washing bottle, pipet tetes,
timbangan digital, alu dan mortar, pisau, nampan, kamera, talenan dan stopwach.
2.2 Bahan Praktikum
Bahan-bahan yang digunakan pada uji kualitatif formalin antara lain ikan
segar, 2 macam produk hasil perikanan, tissue, reagen FMR (Formalin Mean
Reagen), air, formalin tes kit, plastik PP, plastik klip, dan kertas label.
2.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja uji kulitatif formalin adalah pertamama memasukkan
sampel sebanyak satu gram kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan dua
sampai tiga mililiter reagen FMR (formalin mean reagent), kemudian dikocok
campuran bahan-bahan tersebut selama tiga sampai lima menit dan didiamkan
selama sepuluh menit untuk mengetahui perubahan warna, apabila setelah proses
pengocokan terjadi perubahan warna menjadi merah muda, merah, ungu, atau biru,
maka dikatakan sampel tersebut mengandung formalin.

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


MATERI 1
PENANGANAN PASCA PANEN HASIL PERIKANAN

1. Pendahuluan
1.1 Maksud dan Tujuan

1.2 Waktu dan Tempat

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


2. Metodologi
2.1 Alat dan Fungsi

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


2.2 Bahan dan Fungsi

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


2.3 Skema Kerja

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


3. Data dan Perhitungan
3.1 Data Hasil Pengamatan

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


3.2 Perhitungan

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


4. Pembahasan
4.1 Analisa Prosedur

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


4.2 Analisa Hasil

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


5. Penutup
5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


LAMPIRAN

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


MATERI 2
KEMUNDURAN MUTU IKAN SEGAR

1. Pendahuluan
1.1 Maksud dan Tujuan

1.2 Waktu dan Tempat

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


2. Metodologi
2.1 Alat dan Fungsi

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


2.2 Bahan dan Fungsi

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


2.3 Skema Kerja

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


3. Data dan Perhitungan
3.1 Data Hasil Pengamatan

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


3.2 Perhitungan

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


4. Pembahasan
4.1 Analisa Prosedur

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


4.2 Analisa Hasil

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


5. Penutup
5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


LAMPIRAN

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


MATERI 3
UJI KUALITATIF FORMALIN

1. Pendahuluan
1.1 Maksud dan Tujuan

1.2 Waktu dan Tempat

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


2. Metodologi
2.1 Alat dan Fungsi

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


2.2 Bahan dan Fungsi

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


2.3 Skema Kerja

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


3. Data dan Pembahasan
3.1 Data Hasil Pengamatan

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


3.2 Analisa Prosedur

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


3.3 Analisa Hasil

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


4. Penutup
4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


LAMPIRAN

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013


ASISTEN PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013

NAMA NO.HP
ACHMAD FATHONY 087859895300
DYANTA PUTRI P 085746115755
PRAMEDIKA PUTRI G 085746515522
DWI YULI PUJI A. 085645389360
CHAMIM CHABIBI 085755598733
ASRIATI JONU 085253053515
AFIF ABDIAN 085655779236
SILVIA YULIANSYAH 089605735135
LULUS MUALIMIN 085735006602
SUYONO 085718722506
TRI WAHYU STELLASARI 085749881658
BAGUS SATRIO P 083831089245
NUR AZIZAH NASUTION 083834408284
DANANG EKO PURNOMO 085859925721

PRAKTIKUM PENANGANAN HASIL PERIKANAN 2013

Anda mungkin juga menyukai