Buku Panduan PHP 2013
Buku Panduan PHP 2013
Disusun oleh:
NAMA : .............................................................................
NIM : .............................................................................
KELOMPOK : .............................................................................
ASISTEN : .............................................................................
NAMA : FOTO
NIM :
3X4
KELOMPOK :
Mengetahui,
Koordinator Asisten
Achmad Fathony
105080301111043
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Latar Belakang
Pada dasarnya, penanganan pasca tangkap dan pengolahan merupakan
pekerjaan atau usaha untuk mempertahankan atau merubah sifat hasil perikanan
agar tetap disukai oleh konsumen. Secara umum, penanganan pasca tangkap hasil
perikanan bertujuan menyediakan dan mempertahankan sifat segarnya dan
melakukan preparasi seperlunya untuk pengolahan lebih lanjut. Oleh karena hasil
perikanan ke banyakan dari laut,. Maka dua hal yang harus diperhatikan dalam
penanganan pasca tangkap adalah penanganan sewaktu masih berada di laut (di
kapal) dan penanganan sesudah ikan di daratkan (Hadiwiyoto, 1993).
Cara penanganan ikan setelah penangkapan dapat dilakukan dua cara, yaitu
menurunkan suhu ikan dan mempertahankan ikan tetap hidup. Keberhasilan teknik
penanganan dengan menurunkan suhu tergantung pada stabilitas suhu ikan selama
penanganan. Semakin rendah suhu ikan dapat diturunkan dan semakin stabil suhu
tersebut dipertahankan selama penanganan, maka mutu atau kualitas ikan akan
semakin baik (Junianto, 2003).
Hubungan pasca panen dengan bentukan ikan adalah dengan melakukan
bentukan ikan maka kesegarannya dapat lebih dipertahankan karena tempat
konsentrasi mikroorganisme pada ikan telah dibuang sehingga mutu ikan basah
dapat terpelihara (Murachman, 1987).
Macam-macam bentukan ikan antara lain adalah fillet, whole, gutted, steak,
dan split. Bentukan fillet menrut Fillet menurut Afrianto dan Liviawaty (1989),
merupakan bentukan ikan berupa sayatan daging dari bagian tulang belakang, salah
satu bagian dibiarkan menyatu sehingga dihasilkan bentuk lembaran tubuh ikan.
Whole fish menurut Murachman (1987) adalah ikan yang dibiarkan dalam
bentuk utuh. Utuh yang dimaksudkan adalah ikan tersebut memiliki lengkap
seluruh anggota tubuhnya dengan cara tidak mengubah sedikitpun bentuk ikan
selanjutnya dilakukan penanganan pembekuan.
B−C
= X 100%
B
∑𝑥𝑖
𝑥=
𝑛
∑𝐼𝑥𝑖 − 𝑥𝐼 2
2
𝑠 =
𝑛−1
𝑠
P = {x-1,96 < µ < 𝑥 + 1,96 √𝑛𝑠 }= 96%
√𝑛
𝑥1+𝑥2
P = {x1<µ<x2} rerata = 2
1. Latar Belakang
Sesaat setelah ikan tertangkap dan diangkat dari dalam air akan segera mati
karena kekurangan oksigen untuk pernafasannya. Selanjutnya, tubuh ikan akan
mengalami serangkaian perubahan yang mengarah kepada kemunduran mutu atau
penurunan kesegaran, sampai akhirnya rusak atau busuk dan tidak dapat
dimanfaatkan untuk dikosumsi manusia (Sumardi,2000).
Proses perubahan pada tubuh ikan terjadi karena adanya aktivitas enzim,
mikroorganisme atau oksidasi oksigen. Setelah ikan mati, berbagai proses
perubahan fisik maupun kimiawi berlangsung lebih cepat. Semua perubahan ini
akan mengarah ke pembusukan. Seluruh permukaan tubuh ikan yang sedang
mengalami proses pembusukan dipenuhi oleh lendir (Afrianto dan Liviawaty,
1989).
Secara kronologis menurut Murniyati dan Sunarman (2000), karena
pembusukan itu berjalan melalui 4 tahap sebagai berikut: hyperaemia (prerigor),
rigormortis, autolysis, dekomposisi bakteri. Didukung oleh Buckle et al (1987),
salah satu penyabab dari keadaan kerusakan adalah tingginya pH akhir daging ikan
karena rendahnya cadangan glikogen dalam daging ikan. Lagipula ikan sukar
ditangkap dalam jumlah besar tanpa pergulatan yang selanjutnya mengakibatkan
turunnya ccadangan gikogen.
Menurut Junianto (2003), cara-cara penanganan ikan setalah penangkapan
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan menurunkan suhu ikan dan
mempertahankan ikan agar tetap hidup. Menurunkan suhu ikan yaitu usaha ini
untuk mempertahankan kesegaran ikan dengan teknik ini tergantung pada media
pendingin yang digunakan untuk menurunkan suhu ikan, juga tergantung pada
stabilitas suhu ikan selama penanganan. Mempertahankan ikan tetap hidup yaitu
penanganan dengan mempertahankan ikan tetap hidup sejak ditangkap sampai ke
tangan pembeli akan mendapatkan hasil tingkat kesegaran ikan yang maksimal.
∑𝑥𝑖
𝑥=
𝑛
∑𝐼𝑥𝑖 − 𝑥𝐼 2
𝑠2 =
𝑛−1
𝑠
P = {x-1,96 < µ < 𝑥 + 1,96 √𝑛𝑠 }= 96%
√𝑛
𝑥1+𝑥2
P = {x1<µ<x2} rerata = 2
1. Latar Belakang
Formalin adalah nama dagang larutan formaldehida dalam air dengan kadar
30-40%. Dipasaran, formalin dapat diperoleh dengan bentuk yang sudah
diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 persen serta
dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing 5 gram. Formalin biasa
digunakan dalam industri tekstil, plastik kertas, cat, konstruksi, dan untuk
mengawetkan mayat.
Formaldehid merupakan aldehid, bentuknya gas yang rumus kimianya H2CO.
Formaldehid awalnya disintesa oleh kimiawan rusia Aleksander Butlerov tahun
1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Meskipun formaldehid
menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumya aldehid senyawa ini lebih reaktif
daripada aldehid lainnya. Formaldehid merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam
reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan senyawa aromatik serta bisa mengalami
reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Karena keadaannya katalis basa formaldehid
bisa mengalami reaksi menghasilkan asam format dan metanol. Formaldehid bisa
dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu larutan
formaldehi harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara. Dalam
udara bebas formaldehid berada dalam wujud gas, tapi bisa larut dalam air. Dalam
air formaldehid mengalami polimerisasi, sedikit sekali yang ada dalam bentuk
monomer H2CO (Wikipedia, 2006).
Sifat dari formalin adalah merupakan bahan yang mudah menguap, pada
temperatur kamar (bau merangasang yang tidak enak), dapat larut dalam air. Zat ini
dapat dioksidasi, direduksi, mengadisi dan dapat membentuk alkohol sekunder.
Pada pengawetan jenazah dia bersifat mengubah protein menjadi zat yang kenyal
dan padat (Tarigan, 2004).
Formaldehid murni (kadar 100%) sangat langka dipasar. Karena ia berwujud
gas tak berwarna dan berbau sangat tajam, dengan titik didih dan titik leleh -21 dan
-92OC (Nurrachman, 2005).
1. Pendahuluan
1.1 Maksud dan Tujuan
5.2 Saran
1. Pendahuluan
1.1 Maksud dan Tujuan
5.2 Saran
1. Pendahuluan
1.1 Maksud dan Tujuan
4.2 Saran
NAMA NO.HP
ACHMAD FATHONY 087859895300
DYANTA PUTRI P 085746115755
PRAMEDIKA PUTRI G 085746515522
DWI YULI PUJI A. 085645389360
CHAMIM CHABIBI 085755598733
ASRIATI JONU 085253053515
AFIF ABDIAN 085655779236
SILVIA YULIANSYAH 089605735135
LULUS MUALIMIN 085735006602
SUYONO 085718722506
TRI WAHYU STELLASARI 085749881658
BAGUS SATRIO P 083831089245
NUR AZIZAH NASUTION 083834408284
DANANG EKO PURNOMO 085859925721