Anda di halaman 1dari 7

Resume Mentoring Agama Islam

Nama : Nur Muhammad ‘Ainul Yaqin

NRP : 5025201011

Departemen : Teknik Informatika

Kelompok/Gugus : 9/3

Mentor : Mas Fikri (Fikri Bayu Permana)

Materi 4

Ukhuwah, Makna dan Penerapannya


Pemateri : Ustadz Dr. Eng. R. Darmawan

Waktu : 7 Juni 2021, pukul 19.30 –20.30 WIB

Ukhuwah adalah ikatan jiwa yang melahirkan perasaan kasih sayang, cinta, dan
penghormatan yang mendalam terhadap setiap orang. Keterikatan jiwa tersebut disebabkan
oleh adanya kesamaan, seperti nasab (keturunan), kesamaan agama, kesamaan bangsa, dan
sesama manusia. Ukhuwah sesama muslim akan melahirkan rasa kasih saying, cinta, dan
penghormatan yang mendalam pada jiwa setiap muslim. Ukhuwah memberi dampak positif,
seperti muncul rasa untuk saling menolong, mengutamakan orang lain, menghargai orang lain,
sikap ramah, dan mudah untuk saling memaafkan. Landasan ukhuwah adalah keikhlasan,
ridho, dan iman (yang terwujud dalam akhlakul karimah). Jenis-jenis ukhuwah adalah ukhuwah
Islamiyah karena seagama Islam, ukhuwah Wathoniyah karena sesama manusia, dan ukhuwah
Basyariah karena sebangsa. Ukhuwah Islamiyah sendiri mendasari ukhuwah Wathoniyah dan
Basyariyah.

Dasar ukhuwah Islamiyah terdapat pada Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 10 yang
artinya, “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu, damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah kepada Allah, supaya kamu
mendapat rahmat.” Rasulullah bersabda, “Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya adalah
laksana bangunan yang saling menguatkan bagian satu dengan bagian yang lain.” (H.R.
Bukhari dan Muslim).
Ukhuwah Wathoniyah terdapat pada Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 48 yang berisi
tentang Al-Qur’an yang diturunkan untuk membawa kebenaran sebagai aturan untuk setiap
manusia dan Allah SWT menguji umatnya dengan karunia yang diberikan. Terkait ukhuwah
Wathoniyah telah dirumuskan pada Piagam Madinah oleh Rasulullah SAW saat memimpin
Madinah.

Ukhuwah Basyariah terdapat pada Al-Hujurat ayat 13 yang berisi tentang manusia
dibagi atas laki-laki dan perempuan, kemudian dijadikan kaum yang berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar saling mengenal dan juga orang yang paling mulia di sisi Allah SWT ialah
orang yang bertakwa. Ukhuwah Basyariah juga terdapat pada Al-Isra’ ayat 70 yang artinya,
“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat
dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas
banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna”.

Ukhuwah mempunyai beberapa manfaat, antara lain yaitu mendapatkan rasa manis dan
lezatnya iman. Terdapat tiga perkara supaya kita dapat merasakan manisnya iman, yaitu
mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya melebihi kecintaan kepada selain keduanya, mencintai
saudaranya dan dia tidaklah mencintainya melainkan karena Allah, serta dia membenci untuk
kembali kepada kekufuran sebagaimana dia membenci untuk dilemparkan ke dalam Neraka.
Manfaat ukhuwah selanjutnya adalah mendapat perlindungan dari Allah SWT di hari kiamat.
Dan yang ketiga adalah mendatangkan iman yang kuat yang akan menghantarkan ke dalam
Surga. Keempat, ukhuwah akan melahirkan akhlak yang mulia. Kelima, yaitu ukhuwah akan
memperkuat kekuatan kaum muslimin, keutuhan sebuah bangsa dan kedamaian antara
manusia, sehingga akan terwujud kejayaan Islam dalam bingkai kebangsaan yang utuh dan
kedamaian dunia.

Penerapan ukhuwah terdapat pada Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 71 yang berisi
tentang cara untuk menjalankan ukhuwah Islamiyah, yaitu dengan saling tolong menolong,
berbuat makruh dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan
taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Menurut Rasullah SAW, penerapan ukhuwah
Islamiyah dapat dilaksanakan dengan tidak saling hasad, tidak saling najasy, tidak saling
membenci dan tidak saling acuh tak acuh, tidak menjual di atas penjualan sebagian yang
lainnya, tidak saling menzalimi, tidak saling menghina, tidak saling mendusta, dan tidak
meremehkan orang lain.
Materi 5

Etika Bermedia Sosial


Pemateri : Ustadz Dieky Adzkiya

Waktu : 8 Juni 2021, pukul 19.30 –21.00 WIB

Etika bermedia sosial sangatlah penting untuk dilakukan dan dimulai sejak awal.
Seperti yang telah disebutkan pada Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 6 yang artinya, “Wahai
orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita,
maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan
(kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” Rasullah SAW juga
bersabda, “Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia.
Pendusta dipercaya, orang yang jujur didustakan, amanat diberikan pada pengkhianat, orang
yang jujur dikhianati, dan Ruwabidilah turut bicara. Lalu ditanyakan, Apakah ruwabidilah itu?
Beliau menjawab, orang-orang bodoh yang mengurusi urusan orang banyak (umat).” (HR. Ibnu
Majah).

Setidaknya ada 10 etika yang mesti diperhatikan agar tidak salah dalam menggunakan
media sosial. Pertama adalah muraqabah, yaitu selalu merasa diawasi oleh Allah SWT. Kedua,
ingat hisab, yaitu selalu mengingat akan adanya hisab di akhirat atas setiap perbuatan kita.
Ketiga, istifadah atau yakin menggunakan sarana yang ada untuk diambil manfaatnya.
Keempat, bertanggung jawab dan amanah atas semua yang diunggah ke publik saat
menggunakan media sosial. Kelima, menjaga batasan pergaulan terkhususnya antara pria dan
wanita. Keenam, memperhatikan pertemanan yaitu mempertimbangkan kebaikan dengan dasar
ajaran agama. Ketujuh, wasilah ilmiah yang artinya menjadikan media sosial sebagai sarana
atau wasilah mewujudkan manfaat dan kebaikan. Kedelapan, tidak lalai dan terlena hingga
waktu yang berharga terbuang begitu saja dan membuat diri kita rugi. Kesembilan, menjalin
persaudaraan dengan menggunakan media sosial. Dan yang terakhir, yaitu ikhlas dalam
bermedia sosial.

Faktor penggunaan bermedia sosial ada banyak, antara lain yaitu karena ingin
menunjukkan eksistensi, mendapatkan perhatian, mengungkapkan pendapat, menumbuhkan
citra, berkomunikasi dan sosialisasi, sebagai ajang untuk berprestasi, menambah wawasan,
serta mengeluarkan apa yang dirasakan.
Ada beberapa hal yang harus dihindari ketika bermedia sosial, yaitu curhat masalah
pribadi, merendahkan atau meremehkan pihak lain, serta mengunggah foto-foto yang tidak etis
dan mengandung unsur kekerasan.

Ada beberapa pegangan untuk muslim supaya menjadi lebih baik dan berakhlak ketika
menggunakan media sosial. Pertama, yaitu hati-hati dalam menyebarkan informasi pribadi ke
publik. Kedua, senantiasa menggunakan etika atau norma saat berinteraksi dengan siapa pun
di media sosial. Ketiga, teliti dan berhati-hati terhadap akun yang tidak dikenal. Keempat,
memastikan unggahan di media sosial tidak mengandung unsur SARA. Kelima, pastikan
mencantumkan sumber informasi yang benar ketika mengunggah suatu berita. Keenam, tidak
menyebarkan apa pun jika sumbernya belum jelas. Ketujuh, menggunakan media sosial sebagai
media pengembangan diri. Kedelapan, yaitu memanfaatkan media sosial untuk membangun
relasi agar nantinya dapat digunakan untuk membangun persaudaraan dan kerukunan.
Kesembilan, berpikir sebelum mengunggah postingan. Dan yang terakhir, yaitu tidak
mengunggah sesuatu hal yang bersifat pribadi milik orang lain termasuk aib dan privasi mereka
di publik.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat hendak ingin menyebarkan suatu
informasi yang ada di internet maupun media sosial. Yang pertama, tidak asal menyebarkan
suatu hal. Kedua, konfirmasi kebenaran suatu berita (crosscheck). Ketiga, tidak
mengatasnamakan diri sendiri terhadap karya orang lain. Dan yang keempat, yaitu tidak
mencari kesalahan orang dan menyebarkannya.

Kalam atau Quote:

• “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara


kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S.
Al-Hujurat: 10)
• "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, dan menjadikan berbangsa-bangsa,dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal."
(Q.S al hujuraat: 13)
• "Barangsiapa yang menemui saudaranya yang muslim dengan menampakan perkara yang
disukainya karena ingin membahagiakannya, maka ingin membahagiakannya, maka Allah
akan memberikan kebahagiaan kepada di hari kiamat." (H.R. Thabrani)
• "Indahnya kebersamaan, indahnya persaudaraan atas nama iman. Seiring sejalan saling
menanggung beban." (Yuni Ummu Wati)
Materi 6

Tazkiyatun Nafs
Pemateri : Ustadz Wahyudin

Waktu : 9 Juni 2021, pukul 19.30 – 21.00 WIB

Tazkiyah berarti pembersihan atau penyucian. Sedangkan Tazkiyatun Nafs berarti


upaya penyucian jiwa dari segala jenis penyakit dan cacat dari kotoran jiwa seta memperbaiki
jiwa melalui berbagai bentuk ibadah, perbuatan baik dan berbagai sifat-sifat terpuji yang
diridhoi oleh Alllah SWT. Pada Al-Qur’an surah Asy-Syam ayat 7-10 yang berisi, yaitu untuk
penyempurnaan jiwa setiap manusia maka diilhamkan pada dia jalan kejahatan dan ketakwaan.
Orang yang beruntung ialah orang yang menyucikan jiwanya sedangkan orang yang rugi ialah
orang yang mengotori jiwanya.

Manusia memiliki raga dan jiwa yang saling berkaitan. Ketika raga kita tidak sehat
maka hal itu akan berbahaya. Ketika jiwa saja yang sehat maka hal itu tidak dapat memberi
manfaat yang maksimal. Metafisika manusia terdiri dari nurani, ruh dan jiwa, hati, akal, dan
syahwat atau nafsu. Hal yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah akal. Akal
inilah yang menjadi pengontrol seorang manusia untuk mengatur hati, nurani, nafsu dan ruh.
Jika tidak bisa mengontrol akal, maka tidak ada bedanya mereka dengan hewan.

Dalam konteks proses Pendidikan, tujuan Tazkiyatun Nafs adalah agar para pelajar
menjaga batinnya supaya tidak tercemar oleh penyakit hati yang dapat menghalangi dirinya
memperoleh ilmu yang bermanfaat. Seperti yang diriwayatkan dalam Hadist Riwayat Muslim
yang membahas bahwa kita ini adalah segumpal daging. Apabila daging itu baik akan baiklah
seluruh jasadnya dan bila segumpal daging itu buruk akan buruklah jasadnya. Segumpal daging
tersebut adalah hati manusia.

Metode Tazkiyatun Nafs adalah dengan dibiasakan sejak kecil. Seperti yang dikatakan
oleh Al-Ghazali pada buku berjudul Ihya’Ulumuddin tahun 1983, pembiasaan dilakukan yaitu
dengan dibiasakan adat yang baik dan meninggalkan perbuatan jelek. Selama dibiasakan maka
ia akan menerima nikmat dengan perbuatan yang baik dan benci kepada perbuatan keji. Metode
ini bisa disebut dengan pembiasaan untuk membentuk pembiasaan.

Beberapa langkah Takiyatun Nafs menurut al-Ghazali dan ajaran para shufi lainnya
antara lain yang pertama adalah Ar-Riyadlah yaitu latihan spiritual agar dapat istiqamah dalam
menjalankan kebaikan dengan menjauhi larangan Allah SWT (Ijtinabul manhiyat),
melaksanakan kewajiban Allah SWT (Ada’ul wajibat), dan melaksanakan hal-hal yang
disunahkan Allah SWT (Ada’un nafilat). Kedua, yaitu dengan mujahadah, atau dengan kata
lain adalah berusaha dengan bersungguh-sungguh untuk membersihkan jiwa dari segala
kotoran hati dengan mengosongkan diri dari sifat tercela dan maksiat lahir dan batin, mengisi
dan menghiasi diri dengan sifat yang terpuji dan ketaatan secara lahir dan batik, dan meneladani
dan mengimplementasikan citra Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai