Anda di halaman 1dari 18

TUGAS INDIVIDU

FUNGSI PENGORGANISASIAN YANG SESUAI DENGAN


PRINSIP PENGORGANISASIAN

OLEH
COK ISTRI OKTIA DEWI
(203221138)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN NON-


REGULER
STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2021
KONSEP DASAR PENGORGANISASIAN
1.PENGERTIAN

Pengorganisasian adalah fungsi kedua dalam manajemen dan organisasi


didefinisikan sebagai proses pengorganisasian struktur organisasi sesuai dengan
tujuan, sumber daya dan lingkungannya. Hasil dari Pengorganisasian adalah struktur
organisasi. Pengorganisasian atau organizing adalah proses mengidentifikasi,
mengelompokkan, mengorganisir, dan membangun model hubungan kerja orang untuk
mencapai tujuan organisasi. Menurut Schermerhorn (1996: 218), Pengorganisasian
adalah proses mengatur orang dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan bersama.

2.TUJUAN

Tujuan Pengorganisasian adalah agar pembagian kerja dapat dilakukan dengan


penuh tanggung jawab. Pembagian tugas diharapkan dapat meningkatkan keterampilan
masing-masing anggota organisasi (spesialisasi) dalam mengelola tugas yang
ditugaskan. Jika organisasi dijalankan dengan kejam dan tidak sesuai dengan bidang
keahliannya, bukan tidak mungkin akan menyebabkan kesalahan dalam pelaksanaan
pekerjaan.

Berikut ini adalah beberapa tujuan dari pengorganisasian:

a. Membantu Koordinasi

Tetapkan unit kerja secara terkoordinasi sehingga tujuan organisasi dapat dicapai
dengan mudah dan efektif. Diperlukan koordinasi ketika memisahkan unit kerja yang
terpisah dan bukan dari jenis yang sama tetapi merupakan bagian dari suatu
organisasi.

b. Memperlancar Pengawasan

Dukung pengawasan dengan menunjuk anggota manajer yang kompeten di setiap unit
organisasi. Oleh karena itu, sebuah unit dapat ditempatkan di seluruh organisasi
sedemikian rupa sehingga tujuan kerjanya tercapai bahkan di posisi yang berbeda. Unit
kontrol yang identik dapat diintegrasikan dalam sistem pemantauan terintegrasi yang
identik.
c. Maksimalisasi Manfaat Spesialisasi

Membantu seseorang menjadi lebih berpengalaman dalam profesi tertentu. Spesialisasi


ahli memungkinkan produk berkualitas tinggi untuk diproduksi sehingga manfaat produk
memastikan kepuasan dan memenangkan kepercayaan dari komunitas pengguna.

d. Penghematan Biaya

Pertimbangan tentang peningkatan efisiensi. Oleh karena itu, para pelaku organisasi
akan berhati-hati setiap kali mereka menambahkan unit kerja baru yang juga mencakup
penambahan tenaga kerja yang membutuhkan jumlah tambahan upah yang relatif
besar. Penambahan unit kerja harus dipertimbangkan berdasarkan pada nilai kontribusi
pekerja baru untuk menekan upah yang berlebihan.

e. Meningkatkan Kerukunan Hubungan Antar Manusia

Setiap karyawan di antara unit-unit kerja dapat bekerja secara komplementer,


mengurangi kebosanan, mempromosikan perasaan saling menderita dan mengurangi
pendekatan materialistis. Untuk melakukan ini, manajer harus mampu mempertahankan
pendekatan sosial dengan menyampaikan rasa solidaritas dan berusaha memuaskan
dan menyelesaikan perbedaan individu.

3.PRINSIP PENGORGANISASIAN

Untuk menjalankan fungsi organisasi secara efektif, seorang manajer harus


memiliki beberapa pedoman sehingga ia dapat membuat keputusan dan bertindak
sesuai dengan keputusan yang dibuat. Berikut ini adalah prinsip-prinsip
Pengorganisasian yang dapat digunakan untuk secara efektif melakukan fungsi
organisasi dalam manajemen.

a. Prinsip Spesialisasi kerja (Work Specialization)

Prinsip ini sering disebut sebagai prinsip pembagian kerja, ada juga yang
menyebutnya Division of Labour dan yang dimaksud dengan spesialisasi pekerjaan
adalah pembagian tugas atau pekerjaan kompleks menjadi sub-sub pekerjaan yang
berbeda atau bagian untuk pembagian kerja mereka. Setiap karyawan dilatih untuk
melakukan tugas-tugas tertentu yang berkaitan dengan spesialisasi mereka untuk
memiliki kualifikasi dan keterampilan yang terkait dengan tugas-tugas yang ditugaskan.

Keuntungan dari spesialisasi atau pembagian kerja ini adalah untuk meningkatkan
produktivitas dan menyelesaikan pekerjaan secara efisien, karena setiap karyawan
melakukan pekerjaan yang sama setiap hari sehingga kecepatan dan kualitas
pekerjaan tetap terjaga. Di sisi lain, ketergantungan organisasi pada karyawan ini akan
sangat tinggi dan juga menyebabkan kebosanan dengan pekerjaan rutin dan berulang
yang sama.

b. Prinsip Otoritas (Authority)

Otoritas atau wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu, untuk membuat
keputusan, untuk memerintahkan orang lain, untuk melakukan sesuatu dan hak untuk
mengalokasikan sumber daya atas nama organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

Berdasarkan prinsip ini, semua fungsi, tugas, wewenang dan hubungan antara manajer
dan bawahan harus ditentukan dan didefinisikan dengan jelas. Mengklasifikasikan
laporan dan tanggung jawab pemerintah dapat membantu organisasi mencapai
koordinasi yang lebih baik dan lebih efektif.

c. Prinsip Rantai Komando (Chain of Command)

Rantai komando adalah konsep penting untuk membangun struktur organisasi yang
solid. Rantai komando atau Chain of Command dapat diartikan sebagai garis
wewenang terus-menerus yang membentang dari puncak manajemen ke level terendah
dari karyawan dan menjelaskan siapa yang harus bertanggung jawab dan siapa yang
harus melapor. Dalam praktiknya, dapat dikatakan bahwa rantai komando adalah aliran
hubungan. Misalnya, operator produksi harus melapor ke manajer produksi, manajer
produksi harus melapor ke manajer produksi, kemudian manajer produksi harus
melapor kepada direktur dan manajer produksi harus melapor ke manajer operasi.

Tanggung jawab dan garis wewenang yang tidak terputus ini didasarkan pada dua
prinsip penting yaitu unit komando dan rantai skalar. Berdasarkan prinsip unit komando,
karyawan hanya dapat menerima pesanan dari manajer dan hanya bertanggung jawab
untuk satu manajer. Ketika terlalu banyak eksekutif mengeluarkan perintah, karyawan
yang terkena kesulitan untuk membedakan antara prioritas. Ini juga menyebabkan
kebingungan dan tidak fokus pada tugas yang diberikan.

Sedangkan rantai skalar adalah garis otoritas vertikal dari atas ke bawah. Setiap
karyawan harus menyadari posisi mereka dalam hierarki organisasi. Garis otoritas ini
menunjukkan otoritas dan tanggung jawabnya.

d. Prinsip Pendelegasian Wewenang (Delegation)

Delegasi kekuasaan adalah salah satu hal terpenting dalam organisasi. Tanpa
pendelegasian wewenang, seorang manajer harus melakukan semua pekerjaan
sendirian. Keberhasilan seorang manajer pada dasarnya tergantung pada
kemampuannya untuk mendelegasikan wewenang dan bekerja untuk bawahannya.

Delegasi kekuasaan dapat diartikan oleh seorang manajer sebagai kekuatan


pendelegasian kepada bawahannya untuk melakukan sesuatu atau sebagai kekuatan
untuk membuat keputusan.

e. Prinsip Rentang Kendali (Span of Control)

Rentang Kendali atau sering juga disebut margin manajemen adalah jumlah karyawan
atau bawahan yang dapat dikontrol secara efektif oleh atasan atau bos yang ditunjuk
dapat menjadi atasan atau manajer.
STRUKTUR ORGANISASI DALAM KEPERAWATAN

RUMAH SAKIT TIPE A


STRUKTUR ORGANISASI DALAM KEPERAWATAN

RUMAH SAKIT TIPE B


STRUKTUR ORGANISASI DALAM KEPERAWATAN

RUMAH SAKIT TIPE C


STRUKTUR ORGANISASI DALAM KEPERAWATAN

PADA KLINIK
STRUKTUR ORGANISASI DALAM KEPERAWATAN

HEALTH MANAGEMENT ORGANIZATION

STRUKTUR ORGANISASI DALAM KEPERAWATAN

HOME HEALTH
STRUKTUR ORGANISASI DALAM KEPERAWATAN

PUBLIK HEALTH
PERBEDAAN BUDAYA DAN IKLIM ORGANISASI

Sebelum memahami pengertian dari budaya organisasi, kita perlu memahami


apa yang dimaksud dengan budaya dan organisasi. Budaya adalah seperangkat
pemahaman penting yang dimiliki, diyakini, serta diterapkan oleh anggota komunitas
yang sama. Budaya terdiri dari serangkaian nilai, ide-ide, persepsi, preferensi, konsep
moralitas, kode perilaku, yang nantinya akan menciptakan kekhasan di antara
kelompok manusia tersebut. Sedangkan, organisasi adalah suatu platform dimana
individu dari berbagai latar belakang bersatu dan bekerja sebagai unit kolektif untuk
mencapai tujuan bersama dan target tertentu. Jadi, apa yang dimaksud dengan budaya
organisasi? Budaya organisasi adalah sistem kepercayaan dan sikap bersama yang
berkembang dalam suatu organisasi dan membimbing perilaku para anggotanya. Selain
itu, budaya organisasi juga dapat didefinisikan sebagai filosofi, ideologi, nilai-nilai,
asumsi, kepercayaan, harapan, sikap dan norma-norma yang menyatukan suatu
organisasi serta disebarluaskan oleh para karyawannya. Cushway dan Lodge juga
memberikan definisi mereka terhadap budaya organisasi. Menurutnya, budaya
organisasi adalah sistem nilai yang dianut oleh anggota organisasi yang kemudian
mempengaruhi cara mereka dalam bekerja, berperilaku dan beraktivitas.

Iklim organisasi merupakan sekumpulan total tingkatan dan kualitas faktor-faktor


lingkungan yang mempengaruhi anggota organisasi, yang biasanya biasanya diukur
melalui melalui persepsi persepsi. Iklim organisasi atau ”suasana kerja” organisasi yang
dilihat, dipikir, dan dirasakan oleh para pekerja diharapkan dapat menimbulkan suasana
kerja yang kondusif, persuasif .
DIMENSI IKLIM ORGANISASI
Iklim organisasi oleh Litwin dan Stringer, dijabarkan atau diukur melalui lima
dimensi, yaitu:
1. Responsibility Responsibility (tanggung tanggung jawab )
2. Identity (identitas)
3. Warmth (kehangatan)
4. Support (dukungan)
5. Conflict (konflik)
FAKTOR –FAKTOR IKLIM
Menurut Higgins (1994:477-478) ada empat prinsip faktor-faktor yang
mempengaruhi iklim, yaitu :
1. Manajer/pimpinan
2. Prilaku karyawan
3. Prilaku kelompok kerja
4. Faktor eksternal organisasi

Keterkaitan Antara Keterkaitan Antara Iklim Organisasi Dengan Organisasi


Dengan Budaya Organisasi
Jika suatu organisasi memiliki ciri-ciri iklim yang sesuai dengan budaya
organisasi maka iklim yang terbentuk akan kondusif
Pada umumnya, iklim organisasi bersifat teknis atau sementara, sedangkan
budaya organisasi lebih kekal dan strategis

IMPLEMENTASI PENGORGANISASIAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT


DAN PUSKESMAS
KEWENANGAN KLINIK PERAWAT ( STRUKTUR ORGANISASI , TUPOKSI,
JOB DESK )
Uraian tugas masing – masing perawat di ruangan menurut MPKP antara lain :
a. Kepala ruangan
• Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan dan harian.
• Mengorganisir pembagian tim dan pasien.
• Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya.
• Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangannya.
• Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya.
• Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya,
kemudian menindak lanjutinya.
• Mewakili MPKP dalam koordinasi dengan unit kerja lainnya.
b. Wakil Kepala Ruangan
• Sebagai pembantu utama di ruangan dalam melaksanakan tugas
ketatausahaan, mengawasi serta mengendalikan keperawatan diruangan
yang menjadi tanggung jawabnya
• Mewakili Kepala ruangan bila kepala ruangan berhalangan
c. Perawat Primer (Primary Nurse)
• Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan dan harian.
• Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala
ruangan. 3) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
asuhan keperawatan bersama-sama anggota timnya.
• Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan.
• Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan.
• Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggung jawab timnya.
7) Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan.
d. Perawat Asosiet (Associate Nurse)
• Membuat rencana harian asuhan keperawatan yang menjadi
tanggungjawabnya.
• Melaksanakan asuhan keperawatan dengan melakukan interaksi dengan
pasien dan keluarganya. Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada
ketua tim

TUGAS DAN WEWENANG PERAWAT SESUAI DENGAN PERMENKES


26 TAHUN 2019 TENTANG TUGAS DAN WEWENANG PERAWAT
Pasal 29
. Dalam menyelenggarakan Praktik Keperawatan, Perawat bertugas
sebagai:
a. pemberi Asuhan Keperawatan;
b. penyuluh dan konselor bagi Klien;
c. pengelola Pelayanan Keperawatan;
d. peneliti Keperawatan;
e. pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
f. pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
2. Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan secara
bersama ataupun sendiri-sendiri.
3. Pelaksanaan tugas Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilaksanakan secara bertanggung jawab dan akuntabel.

Pasal 30

Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya


kesehatan perorangan, Perawat berwenang:

a. melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik;


b. menetapkan diagnosis Keperawatan;
c. merencanakan tindakan Keperawatan;
d. melaksanakan tindakan Keperawatan;
e. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan;
f. melakukan rujukan;
g. memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan
kompetensi;
h. memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter;
i. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling; dan
j. melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai dengan
resep tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.
2. Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang
upaya kesehatan masyarakat, Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan kesehatan masyarakat di tingkat
keluarga dan kelompok masyarakat;
b. menetapkan permasalahan Keperawatan kesehatan masyarakat;
c. membantu penemuan kasus penyakit;
d. merencanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
e. melaksanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
f. melakukan rujukan kasus;
g. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
h. melakukan pemberdayaan masyarakat;
i. melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat;
j. menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat;
k. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling;
l. mengelola kasus; dan
m. melakukan penatalaksanaan Keperawatan komplementer dan alternatif.

Pasal 31

1. Dalam menjalankan tugas sebagai penyuluh dan konselor bagi Klien, Perawat
berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik di tingkat individu dan
keluarga serta di tingkat kelompok masyarakat;
b. melakukan pemberdayaan masyarakat;
c. melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat;
d. menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat; dan
e. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.
2. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengelola Pelayanan Keperawatan,
Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian dan menetapkan permasalahan;
b. merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi Pelayanan
Keperawatan; dan
c. mengelola kasus.
3. Dalam menjalankan tugasnya sebagai peneliti Keperawatan, Perawat
berwenang:
a. melakukan penelitian sesuai dengan standar dan etika;
b. menggunakan sumber daya pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan atas izin
pimpinan; dan
c. menggunakan pasien sebagai subjek penelitian sesuai dengan etika
profesi dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 33

1. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf f merupakan penugasan Pemerintah
yang dilaksanakan pada keadaan tidak adanya tenaga medis dan/atau tenaga
kefarmasian di suatu wilayah tempat Perawat bertugas.
2. Keadaan tidak adanya tenaga medis dan/atau tenaga kefarmasian di suatu
wilayah tempat Perawat bertugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan setempat.
3. Pelaksanaan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikan kompetensi Perawat.
4. Dalam melaksanakan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Perawat berwenang:
a. melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam hal tidak terdapat
tenaga medis;
b. merujuk pasien sesuai dengan ketentuan pada sistem rujukan; dan
c. melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal tidak
terdapat tenaga kefarmasian.
Pasal 34
Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan wewenang Perawat diatur dengan
Peraturan Menteri.

Pasal 35

Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama, Perawat dapat


melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai dengan kompetensinya.

1.Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk


menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut.
1. Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan
yang mengancam nyawa atau kecacatan Klien.
2. Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Perawat
sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Anda mungkin juga menyukai