bermotif untuk mencari laba dan bertujuan untuk melayani ritual ibadah umat. Praktik pembukuan atau akuntansi yang ada masih menggunakan sistem tata buku tunggal (single entry) dan berbasis kas. Ritonga (2010) menyebutkan single entry memiliki kelemahan yaitu informasi yang dihasilkan tidak konprehensif dan tidak integral. Sehingga,informasi yang parsial (sepotong-potong) tidak memadai untuk pengambilan keputusan yang berguna. Pada umumnya siklus akuntansi pada organisasi nirlaba termasuk organisasi tempat ibadah, dikelompokkan menjadi tiga tahap, adalah sebagai berikut;
1. Tahap Pencatatan 2. Tahap Pengikhtisaran 3. Tahap Pelaporan
Sementara itu, basis kas memiliki kelemahan anatara lain:
Informasi yang lebih kompleks tidak dapat dihasilkan;
Hanya Terfokus pada aliran kas dan mengabaikan aliran sumber daya lain; Pertanggungjawaban kepada umat jadi terbatas hanya pada penggunaan kas dan tidak pada sumber daya yang lain;