Anda di halaman 1dari 3

Hukum dan Hak Asasi Manusia

Intervensi kemanusiaan adalah cara untuk mencegah atau menghentikan pelanggaran


HAM berat di suatu negara, di mana negara tersebut tidak mampu atau tidak mau melindungi
rakyatnya sendiri, atau secara aktif menganiaya mereka. Intervensi kemanusiaan dilakukan
dengan atau tanpa memerlukan persetujuan dari negara target. Tujuan intervensi kemanusiaan
adalah untuk menciptakan atau mempertahankan perdamaian, memberikan bantuan, keadilan,
dan mencegah atau menghentikan penderitaan manusia.

Dalam hal ini prinsip-prinsip HAM antara lain adalah,

1. Kesetaraan (Equality)
Konsep kesetaraan menekankan penghargaan terhadap martabat seluruh insan manusia.
Sebagaimana dinyatakan secara khusus dalam pasal 1 DUHAM yang menjadi dasar
HAM: “Semua insan manusia dilahirkan bebas dan setara dalam martabat dan hak-
haknya.
2. Non Diskriminasi
Hak Asasi Manusia harus dijamin tanpa diskriminasi atas dasar pertimbangan apapun.
Pelarangan terhadap diskriminasi adalah salah satu bagian dari prinsip kesetaraan. Jika
semua orang setara, maka seharusnya tidak ada perlakuan yang diskriminatif
3. Kewajiban Positif untuk Melindungi Hak-Hak Tertentu
Suatu negara tidak boleh secara sengaja mengabaikan hak-hak dan kebebasan-kebebasan.
Sebaliknya negara diasumsikan memiliki kewajiban positif untuk melindungi secara aktif
dan memastikan terpenuhinya hak-hak dan kebebasan-kebebasan. Hal ini didasarkan
bahwa setiap individu, patut untuk dihargai dan dijunjung tinggi, tanpa memandang usia,
budaya, kepercayaan, etnis, ras, gender, orientasi seksual, bahasa, ketidakmampuan atau
kelas sosial.

Berdasarkan pengertian dari intervensi kemanusiaan dan dikaitkan dengan prinsip-prinsip


HAM, maka intervensi kemanusiaan ini telah memenuhi dan sesuai dengan prinsip-prinsip HAM
tersebut dimana untuk melakukan intervensi kemanusiaan ini didasarkan karena adanya prinsip
kesetaraan yakni setiap orang dilahirkan bebas dan setara dalam martabat dan haknya, prinsip
non-diskriminasi yakni melakukan pelarangan terhadap diskriminasi, dan prinsip kewajiban
positif untuk melindungi hak-hak tertentu dimana negara memiliki kewajiban untuk menjamin
setiap hak dan kebebasan warga negaranya. Intervensi kemanusiaan ini juga dilakukan dalam
keadaan yang sangat eksepsional yakni sebagai kewajiban untuk melindungi setiap warga negara
dan menjamin penegakan HAM di dunia.

Namun, intervensi kemanusiaan ini tidak semata-mata dapat diterima oleh masyarakat
internasional karena apabila dilihat dari perspektif hukum internasional hal ini bertentangan
dengan kedaulatan negara dan prinsip non-intervensi.

Selain itu, intervensi kemanusiaan ini bisa saja disalahgunakan oleh negara-negara yang
memiliki kepentingan atau kekuatan besar yang dapat dengan mudah mengintervensi atau
menggulingkan pemerintah suatu negara dengan dalih negara tersebut tidak responsif.

Oleh karena itu, agar dapat dibenarkan dan dilaksanakan maka harus benar-benar
diperhatikan dan diberi batasan agar tidak disalahgunakan. Diantaranya adalah intervensi dapat
dilakukan apabila negara itu tidak mau atau tidak mampu mencegah atau melakukan tindakan
yang menyebabkan luka fisik atau kematian penduduknya. Artinya intervensi dapat dilakukan
apabila suatu negara memperlakukan warga negaranya dengan kejam dan melanggar HAM.
Karena apabila dikaitkan dengan prinsip HAM, negara yang memperlakukan warga negaranya
dengan kejam dan/atau melanggar HAM telah melanggar prinsip HAM ketiga yakni kewajiban
positif untuk melindungi hak-hak tertentu.

Masyarakat internasional dapat menjamin perlindungan HAM dengan cara


mengintervensi kedaulatan suatu negara harus memperhatikan beberapa parameter, yakni :

1. Terjadi pelanggaran HAM yang serius.


2. Tidak dilakukan untuk tujuan atau kepentingan tertentu.

Selain itu, beberapa pandangan juga menyebutkan bahwa intervensi kemanusiaan


dilakukan dengan berdasarkan ketentuan Bab VII Piagam PBB. Intervensi
kemanusiaan/humaniter yang sah harus mendapatkan otorisasi dari Dewan Keamanan PBB.

Intervensi kemanusiaan dapat dilakukan apabila dilaksanakan dengan cara yang benar
dan memperhatikan batasan-batasan dan dilakukan dengan seadil-adilnya baik sebelum
intervensi, yakni tujuan dilaksanakannya intervensi semata-mata untuk pembelaan diri atau
pelaksanaan HAM yang dalam pelaksanaannya telah menempuh seluruh upaya damai namun
tetap menemui jalan buntu. Maupun saat melaksanakan intevensi, yakni dalam melaksanakan
intervensi haruslah menjunjung tinggi standar kemanusiaan minimum yaitu adanya suatu
perlindungan yang memadai terhadap manusia.

Namun, pada akhirnya sulit untuk menilai ataupun mengevaluasi terkait intervensi
kemanusiaan ini, apakah hal ini didasari oleh suatu kepentingan atau tidak. Kesulitan ini terdapat
pada adanya ketidakjelasan mengenai kriteria evaluasi terhadap intervensi atas nama
kemanusiaan itu, siapa yang berhak melakukan evauasi terkait intervensi kemanusiaan ini, dan
kesulitan mengukur sejauh mana intervensi kemanusiaan itu telah memberikan manfaat atau
berguna bagi penduduk yang diselamatkan.

Dengan demikian, perlu adanya batasan-batasan khusus agar dalam pelaksanaan


intervensi kemanusiaan ini tidak mengeksploitasi manusia demi kepentingan politik ataupun
ekonomi, melainkan benar-benar ditujukan untuk tujuan kemanusiaan.

Referensi :

https://pusham.uii.ac.id/ham/8_Chapter2.pdf

Priyono, Joko. Intervensi Kemanusiaan Dalam Perspektif Pemikiran Kosmopolit, MMH Jilid 40
No. 3. Juli 2011.

Heriyanto, Dodik Setiawan Nur. Solusi Intervensi Kemanusiaan Sebagai Penyelesaian Konflik
Yang Terjadi, Pasca Kudeta Presiden Mursi Di Mesir. UNISIA, Vol. XXXIV No. 78
Januari 2013

Anda mungkin juga menyukai