Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima asas
dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan
Pancasila. Ketetapan ini kemudian dicabut dengan Tap MPR no. I/MPR/2003 dengan 45 butir
Pancasila.
Sila pertama
Sila kedua
o Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
o Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit dan sebagainya.
o Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
o Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
o Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
o Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
o Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
o Berani membela kebenaran dan keadilan.
o Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
o Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Sila ketiga
Sila keempat
o Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
o Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
o Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
o Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
o Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
o Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
o Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
o Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
o Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran
dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
o Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.
Sila kelima
Fungsi Pancasila
Fungsi pokok Pancasila adalah sebagai Dasar Negara. Selain fungsi pokok Pancasila sebagai
Dasar Negara ada fungsi yang lainnya yaitu:
Pandangan Hidup Bangsa Indonesia yaitu yang dijadikan pedoman hidup bangsa
Indonesia dalam mencapai kesejahteraan lahir dan batin dalam masyarakat yang
heterogen (beraneka ragam).
Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, artinya Pancasila lahir bersama denganlahirnya
bangsa Indonesia dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam sikap mental maupun
tingkah lakunya sehingga dapat membedakan dengan bangsa lain.
Perjanjian Luhur artinya Pancasila telah disepakati secara nasional sebagai dasar negara
tanggal 18 Agustus 1945 melalui sidang PPKI (Panitia Persiapan kemerdekaan
Indonesia).
Sumber dari segala sumber tertib hukum artinya; bahwa segala peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia harus bersumberkan Pancasila atau tidak
bertentangan dengan Pancasila.
Cita- cita dan tujuan yang akan dicapai bangsa Indonesia, yaitu masyarakat adil dan
makmur yang merata materiil dan spiritual yang berdasarkan Pancasila
Sifat Pancasila
Kedudukan Pancasila
Sumber Hukum sendiri terdiri dari Sumber Hukum Formal, yakni bentuk atau
kenyataan dimana kita dapat menemukan hukum yang berlaku. Jadi karena bentuknya
itulah yang menyebabkan hukum berlaku umum, diketahui, dan ditaati. Misalnya, UU,
Konvensi, Yurisprudensi, Traktat,& Doktrin.
Sedangkan yang dimaksud Sumber Hukum Material, yakni suatu keyakinan/ perasaan
hukum individu dan pendapat umum yang menentukan isi hukum. Dengan demikian
keyakinan/ perasaan hukum individu (selaku anggota masyarakat) dan juga pendapat
umum yang merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan hukum.
Misalnya, hubungan sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomis, tradisi,
hasil penelitian ilmiah, perkembangan internasional, keadaan geografis.
Setiap bangsa di mana pun pasti selalu mempunyai pedoman sikap hidup yang
dijadikan acuan di dalam hidup bermasyarakat. Demikian juga dengan bangsa Indonesia.
Bagi bangsa Indonesia, sikap hidup yang diyakini kebenarannya dinamakan Pancasila.
Nilai-nilai yang terkandung di dalam sila-sila Pancasila tersebut berasal dari budaya
masyarakat bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itu, Pancasila sebagai inti dari nilai-
nilai budaya Indonesia maka Pancasila dapat disebut sebagai cita-cita moral bangsa
Indonesia. Cita-cita moral inilah yang kemudian memberikan pedoman, pegangan atau
kekuatan rohaniah kepada bangsa Indonesia di dalam hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Pancasila di samping merupakan cita-cita moral bagi bangsa Indonesia,
juga sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia. Pancasila sebagaimana termuat dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah hasil kesepakatan bersama bangsa
Indonesia yang pada waktu itu diwakili oleh PPKI. Oleh karena Pancasila merupakan
kesepakatan bersama seluruh masyarakat Indonesia maka Pancasila sudah seharusnya
dihormati dan dijunjung tinggi.
Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Indonesia
Di dalam Pancasila telah tertuang cita-cita, ide-ide, gagasan-gagasan yang ingin dicapai
bangsa Indonesia. Oleh karena itu Pancasila dijadikan Ideologi Bangsa. Ideologi Pada dasarnya
ideologi terbagi dua bagian, yaitu Ideologi Tertutup dan Ideologi Terbuka. Ideologi Tertutup
merupakan suatu pemikiran tertutup. Sedangkan Ideologi Terbuka merupakan suatu sistem
pemikiran terbuka
Ideologi tertutup dapat dikenali dari beberapa ciri khasnya. Ideologi itu bukan cita-cita
yang sudah hidup dalam masyarakat melainkan merupakan cita-cita suatu kelompok orang yang
mendasari suatu program untuk mengubah dan memperbarui masyarakat. Sedangkan Ideologi
Terbuka memiliki ciri khas yaitu nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar,
melainkan digali dan diambil dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat sendiri.
Ideologi terbuka tidak diciptakan oleh Negara, melainkan digali dan ditemukan dalam
masyarakat itu sendiri.
Pancasila sebagai suatu Ideologi tidak bersifat tertutup dan kaku, tetapi bersifat
reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa Ideologi pancasila besifat aktual,
dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek), serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat.
Sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka maka secara structural Pancasila memiliki
tiga dimensi sebagai berikut:
A. Dimensi idealis
Merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila bersifat sistematis dan rasional
yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila Pancasila : Ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
B. Dimensi normatif
Merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu dijabarkan dalam suatu
sistem normatif, sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 yang memilki
kedudukan tinggi yang di dalamnya memuat Pancasila dalam alinea IV.
C. Dimensi realitas
Merupakan suatu Ideologi harus mampu mencerminkan realitas yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu, selain memiliki dimensi nilai-nilai ideal
dan normative, pancasila juga harus mampu dijabarkan dalam kehidupan bermasyarakat
secara nyata, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam penyelenggaraan Negara.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin dan menyadarkan
manusia akan harkat, martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan
mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Cita-cita, gagasan, konsep dan ide tentang sesuatu
adalah wujud kebudayaan sebagai sistem nilai. Oleh karena itu, nilai dapat dihayati atau
dipersepsikan dalam konteks kebudayaan, atau sebagai wujud kebudayaan yang abstrak. Nilai
sosial berorientasi kepada hubungan antarmanusia dan menekankan pada segi-segi kemanusiaan
yang luhur, sedangkan nilai politik berpusat pada kekuasaan serta pengaruh yangterdapat dalam
kehidupan masyarakat maupun politik. Disamping teori nilai diatas, Prof.Notonogoro membagi
nilai dalam 3 kategori, yaitu sebagai berikut:
1) Nilai material
yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
2) Nilai vital
yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melakukan aktivitas.
3) Nilai kerohanian
yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian dapat dirinci
sebagai berikut:
a. Nilai kebenaran, yaitu bersumber pada unsur rasio manusia, budi dan cipta.
b. Nilai keindahan, yaitu bersumber pada unsur rasa atau intuisi.
c. Nilai moral, yaitu bersumber pada unsur kehendak manusia atau kemauan (karsa-etika)
d. Nilai religi, yaitu bersumber pada nilai ketuhanan, merupakan nilai kerohanian yang
tertinggi dan mutlak. Nilai ini bersumber kepada keyakinan dan keimanan
manusiakepada Tuhan