Anda di halaman 1dari 54

MANAGEMEN PEMBINAAN KEPALA SEKOLAH MELALUI RAPAT

BULANAN GURU UNTUK MENINGKATKAN LULUSAN YANG


BERAKHLAK BAIK DI SMKN 6 GARUT

PROPOSAL TESIS

Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara


Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Manajemen
Pendidikan

Oleh
ATEP GUNARDI
NIS. 21030901901422

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Berdasarkan tujuan Pendidikan Nasional yang termuat dalam UU no 20
tahun 2003 pasal 3 yakni Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Usaha untuk mencapai tujuan pendidikan di atas bukanlah sesuatu yang
mudah untuk di lakukan oleh seluruh penyelenggara pendidikan, namun
diperlukan upaya yang optimal dalam penyelenggaraan pendidikan agar dapat
menghasilkan lulusan yang berkualitas, berakhlah baik, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjagi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Kualitas dan kuantitas pendidikan yang dilakukan pada saat ini akan
menentukan lulusan – lulusan yang berkualitas dan akan menentukan ketersediaan
sumber daya manusia (SDM) di masa yang akan datang.
Masalah yang seringkali muncul sekarang ini, masih banyak sekolah atau
lembaga pendidikan lain yang masih berorientasi hanya pada aspek kecerdasan
saja. Namun, semua itu belum mewakili dalam pembentukan akhlak mulia bagi
peserta didiknya. Apalagi di tengah persaingan sekarang ini, banyak sekolah yang
mengunggulkan lembaga pendidikannya, alias sebagai sekolah unggulan. Seperti
misalnya ada yang menggungulkan sarana dan prasarana, tenaga pendidik, hingga
kurikulum. (Kompas, 2018:22)
Selain itu masih banyak peserta didik yang kerap kali tidak sopan, tidak
menghormati guru, orang tua dan orang yang lebih tua darinya serta kurangnya
rasa menghargai kepada temannya atau seorang yang lebih muda darinya. Tentu
ini menjadi permasalahan serius pada anak zaman sekarang ini, di sebabkan
dengan teknologi yang dengan sangat masifnya. Hal ini menyebabkan budaya–
1
budaya asing masuk dan di konsumsi secara kurang baik oleh peserta didik,
sehingga perilaku – perilaku asing cenderung di contoh oleh anak zaman
sekarang.
Dalam menanggapi masalah ini tentu peran orang tua, masyarakat dan
khususnya lembaga pendidikan di tantang untuk menciptakan lulusan – lulusan
yang berakhlak baik dan dapat di terapkan oleh peserta didik tersebut dalam
realitas kehidupan nantinya.
Pendidikan akhlak harus di tekankan kepada peserta didik untuk di
implementasikan dalam kehidupan. Tidak hanya secara teoretis tapi juga secara
praktis. Bahkan, berhasil atau tidaknya pendidikan akhlak di lihat dari perbuatan
yang dilakukan peserta didik tersebut dalam kehidupannya sehari –hari, baik
dalam kehidupan individu maupun sosial.
Untuk menciptakan lulusan - lulusan yang berakhlak baik tentu seorang
Guru menjadi faktor yang sangat dominan dalam pemberian pendidikan akhlak
pada peserta didik. Keberhasilan untuk menciptakan lulusan yang berkualitas
sangat ditentukan pada kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya
melalui kegiatan belajar mengajar. Namun demikian posisi strategis guru dalam
membina peserta didik sangat dipengaruhi kemampuan profesional guru dan mutu
kinerjanya. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki seperangkat
kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan perilaku), yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.
(Udin Saefudin, 2006:49)
Guru memegang peran penting dalam pendidikan akhlak, karena guru
merupakan ujung tombak untuk menjalin perluasan dan pemerataan akses,
peningkatan mutu dan relevansi serta tata pemerintahan yang baik, akuntabilitas
pendidikan dan pencitraan publik yang mampu menghadapi tantangan sesuai
dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, rasional dan global di bawah binaan
dan bimbingan kepala sekolah. Untuk itu guru perlu bantuan dari semua pihak,
terutama dari kepala sekolah dalam mengembangkan kompetensinya. Dalam Pasal
8 UU Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005, tentang guru dan dosen di
jelaskan bahwa guru mempunyai empat kompetensi yaitu pertama kompetensi
2
pedagogik, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, sekurang-kurangnya
meliputi pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap
peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi
pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kedua kompetensi kepribadian mencakup berakhlak mulia, arif dan
bijaksana, mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, mampu menjadi teladan
bagi peserta didik dan masyarakat, secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri,
dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. Ketiga kompetensi
sosial, kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat,sekurang-kurangnya
meliputi berkomunikasi lisan, tulisan, dan isyarat, menggunakan teknologi
komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang
tua/wali peserta didik, bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, dan menerapkan prinsip-
prinsip persaudaraan dan semangat kebersamaan.
Keempat kompetensi profesional kemampuan guru dalam menguasai
pengetahuan bidang ilmu, teknologi, dan seni yang sekurang-kurangnya meliputi
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar isi program
satuan pendidikan, mata pelajaran, kelompok mata pelajaran yang diampunya,
konsep-konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan
yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan kelompok mata pelajaran yang diampu.
Guru sebagai tenaga profesional yang bekerja melaksanakan tugas di
sekolah haruslah memiliki kompetensi agar mampu melaksanakan tugasnya
dengan baik, kompetensi sangat diutamakan demi mutu dan peningkatan
profesional guru itu sendiri sesuai dengan Pasal 8 UU Nomor 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen disebutkan: guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu Rendahnya
3
kompetensi guru harus dilihat secara luas oleh kepala sekolah agar dapat
melakukan tindakan pembinaan atau kebijakan lain yang bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi guru, sehingga akan memberi konstribusi bagi
peningkatan mutu pendidikan. Menurut Mulyasa, suatu lembaga pendidikan
dikatakan bermutu jika memiliki ciri-ciri antara lain: peserta didik menunjukkan
kadar penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas belajar (learning tasks) seperti
yang telah dirumuskan dalam tujuan dan sasaran pendidikan.(E.Mulyasa,
2003:79)
Hasil pendidikan peserta didik haruslah sesuai dengan tuntutan kebutuhan
peserta didik dalam kehidupannya, sehingga selain mengetahui tentang sesuatu
juga mampu melakukan sesuatu secara fungsional bagi kehidupan, dan hasil
pendidikan peserta didik sesuai dengan kebutuhan lingkungan khususnya menjadi
warga Negara yang berakhlak baik dan dapat berinteraksi di dalam masyarakat
dengan baik. Karena itu relevansi menjadi salah satu indikator mutu.
Salah satu komponen sekolah yang diharapkan dukungannya untuk
peningkatan kinerja guru adalah seorang kepala sekolah. Sebagai seorang
pimpinan tertinggi di sekolah, kepala sekolah sangat berpengaruh dan menentukan
dalam peningkatan kinerja guru. Untuk itu dibutuhkan seorang kepala sekolah
yang benar-benar bisa memimpin atau membina para guru supaya kinerja mereka
bisa meningkat. Kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai suatu peranan dan
juga merupakan suatu proses untuk memengaruhi orang lain. Pemimpin adalah
anggota dari suatu perkumpulan yang diberi kedudukan atau amanah yang
diharapkan dapat bertindak sesuai dengan kedudukannya. (Undang Ahmad
Kamaludin & Muhammad Alfan, 2010:22)
Sebagai pimpinan tertinggi di sekolah, kepala sekolah harus mampu
mengelola waktu secara efisien, baik untuk tugas-tugas sendiri maupun untuk
sekolah secara keseluruhan. Sehingga keseluruhan kegiatan proses belajar
mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Kepala Sekolah adalah
pemimpin di Sekolah, memimpin merupakan suatu seni (art), kesanggupan
(ability) atau teknik (technique) untuk membuat sekelompok bawahan dalam
organisasi formal atau para pengikut atau simpatisan dalam organisasi informal
4
dalam mengikuti atau mentaati segala apa yang dikehendakinya, membuat
bawahan begitu antusias, atau bahkan mungkin berkorban untuknya. (Ngalim
Poerwanto, 2010:26)
Untuk membuat para guru mentaati kepala sekolah sebagai seorang
pemimpin tentu dibutuhkan pendekatan dan cara-cara yang tepat. Seorang kepala
sekolah tidak bisa dengan semena-mena atau sekehendak hati memberikan
perintah kepada para guru. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai
manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan
tenaga kependidikan melalui kerja sama atau Kooperatif. Hal ini dilakukan agar
para guru tidak merasa terpaksa dalam melaksanakan tugasnya. Jika seorang
Kepala Sekolah bisa menjalankan fungsinya dengan baik, tentu ini akan
berpengaruh kepada peningkatan kinerja guru sehingga nantinya diharapkan
bermuara kepada peningkatan kualitas pendidikan itu sendiri. (E.Mulyasa,
2007:101)
Kepemimpinan pendidikan berkaitan dengan masalah kepala sekolah dalam
meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan
para guru dalam situasi yang kondusif. Dalam hal ini, perilaku kepala sekolah
harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat,
dekat, dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu maupun
sebagai kelompok. Perilaku kepala sekolah yang positif dapat mendorong,
mengarahkan, dan memotivasi seluruh warga sekolah untuk bekerja sama dalam
mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah. (E.Mulyasa, 2012:17)
Keberhasilan manajemen suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada
kepemimpinan kepala sekolah. Sebagai pemimpin di sebuah lembaga, maka dia
harus mampu membawa lembaga tersebut ke arah tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan, dia harus mampu melihat adanya perubahan serta mampu melihat
masa depan dalam kehidupan globalisasi yang lebih baik. Kepala sekolah harus
bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan semua urusan pengaturan
dan pengelolaan sekolah secara formal kepada atasannya dan secara informal
kepada masyarakat yang telah menitipkan anak didiknya. Kepala sekolah sebagai
seorang pendidik, administrator, pemimpin dan supervisor, diharapkan dengan
5
sendirinya dapat mengelola lembaga pendidikan ke arah perkembangan yang lebih
baik dan dapat menjanjikan masa depan.
Sementara itu efektivitas kualitas dan perilaku kepala sekolah dapat dinilai
dari kinerjanya dalam mengaktualisasikan fungsi dan perannya sebagai kepala
sekolah, meliputi: pendidik (edukator), manajer, administrator, supervisor,
pemimpin (leader), inovator, motivator dan kewirausahaan. Kepala sekolah
memiliki tanggung jawab yang besar di dalam merencanakan, mengorganisir,
membina, melaksanakan serta mengendalikan sekolah dan sumber daya
manusia yang ada di dalamnya.
Seorang kepala sekolah yang memanejemen sekolah tanpa pengetahuan
manajemen pendidikan tidak akan bekerja secara efektif dan efesien, jauh dari
mutu, dan keberhasilannya tidak akan meyakinkan. Pengetahuan dan atau teori
tentang manajemen pendidikan sangat dibutuhkan dan harus dipahami oleh
seorang kepala sekolah karena tanpa teori manajemen seorang kepala sekolah
akan melakukan pekerjaannya dengan terkaan dan pendapatnya saja.(Rohati,
2008:15)
Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah mempunyai tanggung jawab
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Untuk mewujudkan sebuah
sekolah yang melahirkan lulusan-lulusan yang berkualitas dan berkompeten sesuai
dengan standar kelulusan nasional, maka sudah di pastikan dibutuhkan pula
kepala sekola yang berkualitas pula. Harus memiliki berbagai keterampilan yang
diperlukan sebagai modal dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya. Kepala
sekolah harus memiliki visi dan misi serta strategi managemen pendidikan secara
utuh dan berorientasi kepada mutu pendidikan.
Kepala sekolah sebagai seorang manager di lembaga pendidikan harus
memiliki tiga kecerdasan pokok, yaitu kecerdasan professional, kecerdasan
personal dan kecerdasan manajerial agar dapat bekerjasama dan mengerjakan
sesuatu dengan orang lain. (Wahab & Umiarso, 2011:115)
Dengan kemampuan manajemen kepala sekolah yang profesional
diharapkan dapat menyusun program sekolah yang efektif, menciptakan iklim
sekolah yang kondusif serta membina dan meningkatkan kompetensi guru
6
Peran kepala sekolah dalam merencananakan, mengorganisasikan,
mengarahkan, membina serta memanfaatkan semua potensi atau sumber daya
yang ada sangat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah.
Kepala sekolah harus dapat membina dan mengarahkan para guru untuk dapat
menggunakan kompetensinya. Salah satunya melalui rapat bulanan guru, kepala
sekolah dapat menggunakan fungsinya agar dapat membina dan mengarahkan
para guru, untuk mencapai mutu pendidikan yang lebih baik dengan menciptakan
lulusan yang sesuai dengan standar kelulusan nasional lebih utamanya berakhlak
baik.
Pentingnya masalah ini diteliti adalah guna mengetahui bagaimanakah
kompetensi kepala sekolah sebagai manajer ini, dalam membina kompetensi
pedagogik guru, guna menciptakan lulusan-lulusan yang berakhlak baik. Atas
dasar pemikiran tersebut, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian
berjudul “MANAGEMEN PEMBINAAN KEPALA SEKOLAH MELALUI
RAPAT BULANAN GURU UNTUK MENINGKATKAN LULUSAN YANG
BERAKHLAK BAIK DI SMKN 6 GARUT”.

B. PERUMUSAN DAN PEMBATASAN MASALAH


1. Perumusan Masalah
Penulis menyadari benar bahwa perkembangan pembiasaan akhlakul
karimah siswa di lingkungan sekolah masih sangat memprihatinkan dan
jauh dari nilai kesopanan yang kita harapkan. Tentunya masih terdengarnya
bahasa yang kasar, bahasa preman, bahasa terminal bahkan masih banyak
pula yang menggunakan bahasa binatang yang sudah tidak aneh lagi di
lingkungan sekolah. Di tambah lagi dengan mutu kinerja guru yang belum
sepenuhnya menekankan pendidikan akhlak yang baik bagi peserta didik
dan masih banyak nya guru yang hanya mengajar tetapi belum sepenuhnya
dapat mendidik. Selain itu, juga masih adanya kepala sekolah yang belum
sepenuhnya mengerti terhadap managemen pendidikan yang seharusnya

7
dapat di gunakan sebagaimana fungsinya dalam membina para guru, Hal ini
dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya:
a. Pengaruh bahasa yang digunakan orang tua, guru, lingkungan
masyarakat, teman pergaulan, dan pengaruh dari tekanan
psikologis siswa serta pengaruh makanan dan minuman yang di
makannya
b. Guru yang kurang mengepankan pembinaan disiplin siswa dan
pendidikan akhlak
c. Kepala sekolah yang berperan sebagai manager kurang aktif
dalam menggunakan fungsinya sebagai pemimpin dalam
membina para guru yang berkompeten dan professional.
d. Kurangnya evaluasi kepala sekolah kepada guru – guru
2. Pembatasan Masalah
Mengingat sangat luasnya faktor dalam penelitian masalah ini dan
untuk lebih terarahnya pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis
membatasi permasalahan yaitu tentang pengelolaan pembinaan disiplin
siswa pada proses : (a). Pembiasaan, (b).pemberian tugas, (c). pemberian
dorongan dan (d). pemberian informasi, juga selain itu tentang peningkatan
hasil belajar setelah di terapkan dengan teknik-teknik disiplin siswa dengan
dorongan aktivitas dan dorongan partispatif serta pengembangan pembinaan
disiplin yang di terapkan sekolah pada siswa dalam menanamkan akhlak
yang baik pada siswa di SMKN 6 Garut.
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN.
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
• Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang
pentingnya managemen kepala sekolah dalam pembinaan guru dalam
menciptakan lulusan yang berakhlak baik.
b. Tujuan Khusus
• Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen
kepala sekolah dalam pembinaan guru di SMKN 6 Garut, Untuk
8
mengetahui keberhasilan manajemen yang dilakukan kepala sekolah di
SMKN 6 Garut dan Untuk mengertahui faktor pendukung dan penghambat
manajemen kepala sekolah SMKN 6 Garut.

2. Manfaat Penelitian
• Secara teoretis diharapkan agar hasil penelitian dapat memberikan
sumbangsih ilmiah dalam pengembangan bidang manajemen Pendidikan.
• Secara Praktis diharapkan dapat memberikan kontribusi positif
terhadap Lembaga Pendidikan SMKN 6 Garut.
D. ASUMSI DAN PERTANYAAN PENELITIAN
1. Asumsi Penelitian
Pendidikan akhlak sangatlah penting bagi setiap peserta didik, sejarah
menunjukan bahwa suatu bangsa akan kokoh apabila akhlaknya kokoh dan
sebaliknya akan runtuh apabila akhlaknya rusak. Oleh karena itu,
pendidikan akhlak haruslah menjadi komponen terdepan dalam menciptakan
generasi penerus bangsa.
Pertanyaan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengadakan penelitian di SMKN 6
Garut untuk dapat menjawab pertanyaan dari masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana manajemen kepala sekolah dalam pembinaan guru
di SMKN 6 Garut?
2. Bagai mana keberhasilan system manajerial yang dilakukan
kepala sekolah di SMKN 6 Garut?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam sistem manajerial
di SMKN 6 Garut?

E. METODOLOGI PENELITIAN.

1. Metodologi Penelitian
Dalam tesis ini penulis menggunakan metodologi penelitian kualitatif
deskriptif disesuaikan dengan masalah yang akan di bahas dan cara
mengumpulan data yang akan dijadikan data dalam penelitian ini.

9
Metodologi adalah ilmu-ilmu/cara yang digunakan untuk memperoleh
kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam
menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang dikaji.
Metodologi merupakan bagian epistemologi yang mengkaji perihal
urutan langkah-langkah yang di tempuh supaya pengetahuan yang di
peroleh memenuhi ciri – ciri ilmiah. Metodologi juga dapat di pandang
sebagai bagian dari logika yang mengkaji kaidah penalaran yang tepat.
(Sylvia saraswati, 2009:61)
Penelitian adalah riset. Riset berasal dari bahasa inggris research,
research yang berasal dari kata re (kembali) dan search (mencari). Secara
etimologi penelitian berarti "mencari kembali" yaitu mencari fakta-fakta
baru yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah teori untuk
memperdalam dan memperluas ilmu tertentu. Setiap ilmuwan baik eksakta
maupun sosial dalam melakukan penelitian harus didasari dengan adanya
rasa keingintahuan. Rasa ingin tahu itu dapat menimbulkan keinginan
mereka dalam melakukan penelitian untuk memperdalam dan memperluas
ilmu yang ditekuni. Menurut Sugiono (2006:1) menyebutkan bahwa
Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu.
Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk
meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang
sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang
memerlukan jawaban. Hakekat penelitian dapat dipahami dengan
mempelajari berbagai aspek yang mendorong penelitian untuk melakukan
penelitian. Setiap orang mempunyai motivasi yang berbeda, di antaranya
dipengaruhi oleh tujuan dan profesi masing-masing. Motivasi dan tujuan
penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa penelitian
merupakan refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha untuk
mengetahui sesuatu. Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan
pengetahuan merupakan kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi
motivasi untuk melakukan penelitian.
10
Sementara itu, menurut Sugiono (2009: 15), metode penelitian
kualitatif adalah: “metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositifsime, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, pengambilan sample sumber dan data dilakukan secara
purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan data dilakukan dengan
triangulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi.”

Menurut faisal (1990:24), Metode Penelitian Kualitatif adalah :


“Sebuah metode penelitian konteks permasalahan fenomena social, budaya
dan tingkah laku manusia”. Selanjutnya Bogdan & Taylor (2000:3)
mengatakan bahwa “Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang yang dapat di amati”. Ary, Jacobs & Sorensen (2010)
mengatakan bahwa “Sebuah penelitian kualitatif tidak lepas kaitannya
dengan persoalan konteks dan makna”. Penelitian kualitatif juga di artikan
sebagai proses penelitian untuk memahami tradisi metodologi penelitian
tertentu dengan cara menyelidiki masalah social atau manusia. Peneliti
membuat gambaran konteks bersifat holistik, menganalisis kata-kata,
melaporkan pandangan-pandangan para informan secara rinci, dan
melakukan penelitian dalam situasi alamiah. ( Rohayati, 2016:120)

2. Tempat Penelitian
Peneliti dalam penelitiannya memilih tempat di Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 6 Garut yang berlokasi di Jln. Raya Limbangan KM 1,
Desa. Cijolang, Kecamatan Blubur Limbangan Kabupaten Garut Provinsi
Jawa Barat, 44186 dengan menggunakan kurikulum 2013 dan program
keahliannya antara lain:
a. Program keahlian Busana Butik (BB),
b. Program keahlian tehnik Komputer Jaringan (TKJ),
11
c. Program keahlian tehnik sepeda motor,
d. Program keahlian Akutansi.
e. Program Keahlian Administrasi Perkantoran (AP)
3. Sumber Data
Sumber data adalah sumber informasi. Dalam penelitian lapangan di
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 6 Garut, yang dijadikan sumber data
atau sumber informasi.
Pengertian Sumber data menurut Suharsimi Arikunto (2010:172)
disebutkan bahwa “Sumber data yang di maksud dalam penelitian adalah
subjek dari mana data dapat di peroleh”
Ada dua macam yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Sugiyono (2014:224) menjelaskan data primer adalah “data
yang di peroleh secara langsung dari sumber data dengan observasi
langsung” Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan
informasi lansung tentang bagaimana Managemen Kepala Sekolah
dalam Membina Guru dan effeknya bagi peserta didik di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 6 Garut yaitu dengan cara wawancara
terhadap kepala sekolah, wakil kepala bidang kurikulum dan
kesiswaan, guru BK, guru agama islam dan siswanya.
b. Data sekunder
Sugiyono (2012:141) Mendefinisikan data sekunder adalah “
Data yang di peroleh dengan cara membaca, mempelajari dan
memahami melalui media lain yang bersumber dari literature, buku-
buku, serta dokumen” Data sekunder adalah data-data yang didapat
dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri
dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat perkumpulan,
sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah.
Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari
berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti
kementerian-kementerian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, studi
12
histories, dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini
untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah
dikumpulkan melalui wawancara lansung dengan kepala sekolah,
wakil kepala bidang kurikulum dan kesiswaan, guru BK, guru agama
islam dan siswanya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting
dalam penelitian, karena itu seorang peneliti harus terampil dalam
mengumpulkan data agar mendapatkan data yang valid. Menurut
Sugiyono (2016:193) Menjelaskan bahwa “Teknik Pengumpulan Data
adalah suatu langkah yang dinilai strategis dalam penelitian, karena
mempunyai tujuan yang utama dalam memperoleh data”.
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan.Teknik pengumpulan data yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi
langsung dan studi dokumentasi.
5. Analisis Data
Menurut Sugiyono (2010:335), yang dimaksud dengan Analisis
Data adalah “Proses mencari data, menyusun secara sistematis data
yang di peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan kedalam unit-unit melakukan sistesis,
menyusun kedalam pola memilih mana yang penting dan yang akan di
pelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah di pahami oleh
diri sendiri maupun orang lain”.
Analisis data dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif
interpretatif. Analisis data dilakukan secara terus menerus sejak awal
hingga akhir penelitian. Analisis data dilakukan secara kualitatif, yaitu
data yang berupa kalimat atau pernyataan/wawancara, catatan-catatan,
alat perekam audio video yang diinterpretasikan untuk mengetahui

13
makna serta untuk memahami keterkaitan dengan permasalahan yang
sedang diteliti.

F. Kajian Pustaka
Terkait dengan rencana teori yang di gunakan dalam penyelasaian
masalah Proposal Tesis ini, penulis akan mengutip beberapa teori dan bahan
dalam beberapa buku, makalah dan jurnal. Di antaranya :
1. Resume Buku Karangan Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. & Dr. H.
Diding Nurdin, M.Pd. berjudul Managemen Pendidikan Berbasis
Nilai, terbitan PT. Refika Aditama.

A. Definisi managemen
Paker (Usman, 2009:5) menyatakan bahwa managemen adalah seni
melaksanakan pekerjaan melalui orang – orang (the art getting think
things done through people).
Meskipun banyak definisi managemen yang telah di ungkapkan
para ahli sesuai dengan pandangan dan pendekatannya masing – masing,
seperti Barnard (1938), Terry (1960), Gray (1982), Mannulang (1083),
Gitosudarmo (1984), Sukiswa (1986), Siregar dan Samadhi (1997), Hitt
et al. (1989), Schemercon (1996), wrigth dan Noe (1996), Fattah (1996),
Matteson dan ivanevich (1996), Handoko (2003), Gibson (2003),
Dressler (2003), dan casio (2003), namun tidak satupun yang
memuaskan. Walaupun demikinan, esensi managemen dapat di pandang,
baik sebagai proses (fungsi) maupun sebagai tugas (task).
a. Konsep Managemen
Pall (Nasution, 2005:91) menyatakan bahwa konsep managemen
proses berkaitan dengan kualitas, mengidentifikasi enam komponen yang
penting untuk managemen proses, yaitu :
1) Kepemilikan menugaskan tanggung jawab untuk desain,
operasi, dan perbaikan proses.

14
2) Perencanaan, menetapkan suatu pendekatan terstruktur dan
disiplin untuk mengerti, mendefinisikan dan
mendokumentasikan semua komponen utama dalam proses dan
hubungan antar komponen utama.
3) Pengendalian dan menjamin efektifitas, di mana semua output
dapat di perkirakan dan konsisten dengan harapan pelanggan.
4) Pengukuran, menetapkan performansi atribut terhadap
kebutuhan pelanggan dan menetapkan criteria untuk akurasi,
presisi, dan frekuensi perolehan data.
5) Perbaikan atau peningkatan, meningkatkan efektivitas dari
proses melalui perbaikan – perbaikan yang di definisikan
secara tetap.
6) Optimisasi, meningkatkan efisiensi dan produktivitas melalui
perbaikan – perbaikan yang di identifikasi secara tetap.
b. Fungsi Managemen
Fayol (Robbins dan Judge, 2015:2) menyatakan bahwa
fungsi Managemen terdapat lima komponen, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, komanda, koordinasi, dan pengendalian.
c. Perencanaan
Perencanaan pada hakikatnya merupakan suatu rangkaian
proses kegiatan menyiapkan keputusan mengenai apa yang di
harapkan menjadi (peristiwa, keadaan, suasana, dan sebagainya
dan apa yang akan di lakukan (intensifikasi, eksistensifikasi, revisi,
renovasi, substitusi, kreasi dan sebagainya). Rangkaian proses
kegiatan itu dilaksanakan agar harapan tersebut dapat terwujud
menjadi kenyataan di masa yang akan dating, yaitu dalam jangka
waktu tertentu (1, 3, 5, 10, 15, 25, 40 atau 50 tahun) yang akan
dating (Sa’ud, 2009:5).
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan agenda penting setelah
perencanaan, perencanaan tanpa adanya pelaksanakan seperti suatu
15
isi yang tidak ada bungkusnya, yang perlakuannya akan
serampangan dan tidak tentu arah yang harus di lakukannya.
Pelaksanaan tanpa rencana bagaikan perahu tanpa nahkoda yang
berjalan tanpa tujuan yang jelas. Pelaksanaan yang dikerjakan
dengan skema dan mekanisme yang dibuat sebelumnya akan
berdampak pada keseriusan untuk menuntaskan pekerjaan secara
maksimal.
e. Pengawasan
Pengawasan ini lebih cenderung di gunakan sebagai fungsi
managemen yang penting, agar setiap proses pelaksanaan berjalan
sesuai dengan perencanaan pengawasan sebaiknya di lakukan dari
mulai perencanaan ittu di buat sampai kepada proses pelaksanaan
itu berlangsung. Tentu akan efektif jika di mulai dari proses
bagaimana input, proses itu sendiri , dan output yang di peroleh.

B. Model implementasi kepemimpinan Nilai


Kepemimpinan merupakan dasar bagi setiap orang dalam
memberikan penghargaan kepada oran lain, memberikan pengaruh
dan kontribusi dalam menggerakan sebuah organisasi atau
kelompok – kelompok yang di harapkan dapat mencapai tujuan
bersama.
1. Teori Kepemimpinan Tradisional
Teori yang dikembangkan berdasarkan historis
kepemimpinan teori sudah selayaknya untuk dikembangkan
derdasarkan tuntutan zaman dan sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak mungkin sebuah
kajian tanpa melihat perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sesuai dengan kondisi zaman. Tentunya hal ini
penting agar tidak kaku dan bias digunakan dengan fleksibel.
2. Teori kepemimpinan modern

16
Luthans (2006:686) menyatakan bahwa peneliti
kepemimpinan terkenal, house dan podsakoff, telah
meringkas perilaku dan pendekatan para pemimpin besar
yang mereka ambil dari teori modern (contoh karismatik
dan transfornasional) dan riset dasar menemukan hal hal
sebagai berikut :
a). Vision
b). Gairah dan pengorbanan diri sendiri
c). Percaya diri
d). Membangun Citra Diri
e). Model Peran
f). Refresentasi eksternal
g). harapan dan percaya terhadap pengikut
h). Selektif menggerakan Motif
i). menyelaraskan diri dengan perubahan
j). Komunikasi Inpirasional

3. Kepemimpinan Nilai perspektif Islam


“Auf bin malik ra berkata : Saya mendengar Rasullullah SAW
bersabda : “ Pemimpin kalian yang paling baik adalah
pemimpin kalian yang paling kalian cintai dan mereka pun
mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka pun
mendoakan kalian. Sementara pemimpin yang paling jahat
adalah orang yang paling kalian benci dan mereka pun
membenci kalian, kalian mengutuk mereka dan mereka pun
mengutuk kalian, Auf bin Malik berkata : Kami para sahabat
bertanya: “ Ya Rasullulah, bolehkah kami menentang mereka
? Beliau menjawab : “ jangan, selama mereka tetap
menjalankan shalat. “ (HR Muslim)

17
C. Tinjauan Objektif
Hasil penelitian menunjukan bahwa di antara generasi muda
banyak terjadi pelanggaran nilai-nilai social, tawuran,
penyalahgunaan obat-obatan terlarang, pergaulan bebas, tidak disiplin
kurang empati, berbahsa tidak santun (madjid, 2000:95; Moedjiarto,
1998:77; Syarief, 1999:4 dan Sauri, 2003:35).
D. Pendidikan Nilai dan Sistem Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan Nasional itu merupakan rumusan mengenai
kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap
sauna pendidikan. Oleh karena itu rumusan tujuan pendidikan
Nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa.
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian
seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan
yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang,
berpikir, bersikap dan bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada
orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan
karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu,
pengembangan karakter bangsa hanya bias dilakukan melalui
pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi karena
manusia hidup dalam lingkungan social dan budaya tertentu, maka
pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan
dalam lingkungan social dan budaya yang bersangkutan. Artinya,
pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan
dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik
dari lingkungan social, budaya masyarakat, dan budaya bangsa.
Lingkungan social dan budaya bangsa adalah pancasila, jadi
pendidikan budaya dan karakter bangsa harusl;ah berdasarkan nilai
nilai pancasila. Dengan kata lain, mendidik budaya dan karakter
bangsa adlah mengembangkan nilai nilai pancasila pada diri peserta
didik melalui pendidikan hati, otak dan fisik.
18
Atas dasar pemikiran itu, penmgembangan pendidikan budaya
dan karakter sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan
bangsa di masa mendatang. Pengembangan itu harus dilakukan
melalui perencanaan yang baik, pendekatan yang sesuai, dan metode
belajar serta pembelajaran efektif. Sesuai dengan sifat suatu nilai,
pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah usaha bersama
sekolah, oleh karena nya harus dilakukan secaa bersama oleh semua
guru dan pemimpin sekolah, melalui semua pelajaran, dan menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari budaya sekolah.

E. Tripusat pendidikan sebagai jalur pendidikan nilai


Dalam mewujudkan cita-cita pembentukan manusia utuh atau
setidaknya manusia dengan karakter sebagaimana yang di jelaskan
dalam UU No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang fungsi dan
tujuan pendidikan nasional diperlukan gerakan kolektif dari ketiga
jalur pendidikan tersebut. Dalam istilah Najib Sulham (2010), antara
sekolah dan orang tua /keluarga serta masyarakkat harus satu bahsa.
Di antara ketiganya, harus membangun kebersamaan dan membangun
komunikasi yang efektif.
Undang – undang (UU) Republik Indonesia No. 20 Tahun
2003 tentang system pendidikan nasional Pasal 54 ayat (1)
mengungkapkan bahwa peran serta masyarakat dalam pendidikan
meliputi peran serta perorangan, kelompok , keluarga, organisasi
profesi, pengusaha dan oraganisasi kemasyarakatan dalam
menyelenggarakan dan pengendalian mutu pada satuan pendidikan.
Adapun ayat 2 nya mengungkapkan bahwa mmasyarakat adapat
berperan serta sebagai sumber pelaksanaan dan pengguna hasil
pendidikan.
Lalu hubungannya dengan peranan strategis sekolah, Abdul
Latif (2007) berpendapat bahwa sekolah memiliki 8 fungsi sebagai
berikut :
19
1) Sekolah menyiapkan anak untuk suatu pekerjaan
2) Sekolah memberikan keteramplan dasar
3) Sekolah membuka kesempatan untuk memperbaiki
nasib
4) Seklah menyediakan tenaga pembangunan
5) Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah
social
6) Sekolah mentrnmisikan kebudayaan
7) Sekolah membentuk manusia yang social
8) Sekolah merupakan alat transformasi kebudayaan

F. Harmonisasi nilai dengan sekolah


Secara historis hubungan antara nilai dengan sekolah dapat
dikatakan sejak sekolah dipandang sebagai institusi yang menyandang
tugas sebagai lembaga pendidikan. Hal itu bukan hanya sekedar
praduga, melainkan berdasarkan fakta bahwa dalam buku Republic
Karya Plato, muatan etika telah dibahas secara mendalam. Sebagai
ilustrasi bagaimana persoalan inilai moral di ajarkan, di awali dengan
pertanyaan Meno terhadap Socrates dalam buku tersebut yang banyak
dikutip oleh buku buku pendidikan nilai atau pendidikan moral,
seperti yang dikemukakan Endang Sumantri (1998), sebagai berikut :
1. Socrates, apakah moral itu bisa di ajarkan atau hanya bisa
di capai lewat praktik kehidupan sehari – hari ?
2. Seandainya lewat pengajaran dan rktik tidak bisa di capai,
apakah nilai moral itu bisa di capai secara alamiah atau
dengan cara lain?
Persoalannya, apakah sekolah akan mencerminkan sebagai
lembaga pendidikan atau lembaga pengajaran? Atau dengan kata
lain, apabila sekolah hanya akan mengajarkan tentang nilai atau
membina dan mengembangkan manusia yang bernilai? Lebih jelas
lagi dapat di pertegas, apakah pengajaran tentang nilai otomatis
20
akan menjadikan seseorang menjadi manusia yang bernilai, atau
sebaliknya, mendidik seorang menjadi manusia yang bernilai akan
manambah wawasan orang itu tentang nilai?
Tampaknya 2 pertanyaan tersebut menyangkut strategi
pengajaran dan pendidikan nilai, meskipun pertanyaan ini belum
terjawab, namun di sepakati bahwa sekolah tidak bisa menghindari
dari misinya sebagai lembaga pendidikan dan pengembang nilai.
Menurut Dewey dalam Sofyan Sauri (2006), bahwa sekolah
sebagai pusat pendidikan di mana, “Karakter moral analk harus di
kembangkan dalam alam, sementara lingkungan sekolah harus jadi
lingkungan yang mengembangkan moral anak, karena spirit inilah
lembaga pendidikan dikembangkan.”
Pendidikan nilai memiliki tujuan untuk menjadikan peserta
didik sebagai manusia utuh, manusia sempurna (insan kamil).
Tercapainya kesempurnaan di tunjukan oleh terbentuknya pribadi
yang berakhlak al-karimah. Pribadi yang berakhlak adalah pribadi
yang memiliki kemampuan untuk mengelola hidupnya sesuai
dengan nilai-nilai (baik ilahiyah maupun insaniyah). Kemampuan
seperti itu ada pada kekuatan pribadi dalam melaksanakan ikhtiar
tazkiyat al-nafs melalui riyadhah dan mujahadah, sehingga terjadi
internalisasi nilai. Segala usaha yang bertujuan untuk membina
pribadi harus harus di arahkan agar peserta didik mempunyai
kepekaan dan penghayatan atas nilai nilai.

G. Dimensi pendidikan nilai di sekolah.


Terkait dengan pendidikan berbasis karakter, Koesoema
(2010) mengemukakan bahwwa pendidikan karakter hanya akan
menjadi sekadar wacana jika tidak difahami secara lebih utuh dan
menyeluruh dalam kontek pendidikan nasional kita. Bahkan,
pendidikan karakter yang difahami secara parsial dan tidak tepat
sasaran, justru mallah bersifat kontaproduktif bagi pembentukan
21
karakter anak didik, pendekatan parsial yang tidak di sadari
pendekatan pedagogi yang kokoh, alih-alih menanamkan nilai –
nilai keutamaan dalam diri anak, malah menjerumuskan mereka
pada perilaku kurang bermoral.
Lebih lanjut, KOesoema (2010) memberikan formula
bahwa pendidikan karakter jika inginefektif dan utuh harus
menyertakan tiga basis desain dalam pemogramannya.
1. Desain pendidikan karakter berbasis kelas
2. Desain pendidikan karakter berbasis kelas
3. Desain pendidikan karakter berbasis komunitas.

H. Pendekatan – pendekatan pendidikan nilai di sekolah


Djahiri (1992), mengemukakan delapan pendekatan dalam
pendidikan nilai atau budi pekerti sebagai berikut:
1. Evocation, yaitu pendekatan agar peserta didik diberi
kesempatan dan keleluasaan untuk secara bebas
mengekpresikan respon efektifnya terhadap stimulus yang
diterimanya.
2. Inculcation, yaitu pendekatan agar peserta didik menerima
stimulus yang di arahkan menuju kondisi siap.
3. Moral reasoning, yaitu pendekatan agar terjadi transaksi
intelektual tansonomik tinggi dalam mencari pemecahan suatu
masalah.
4. Value clarification, yaitu pendekatan melalui stimulus terarah
agar siswa di ajak mencari kejelasan isi peran keharusan nilai
moral.
5. Value analysis, yaitu pendekatan agara siswa dirangsang
untuk melakukan analisis nilai moral
6. Moral awareness, yaitu pendekatan agar siswa menerima
stimulus dan di bangkitkan kesadarannya akan nilai tertentu.

22
7. Commitmen approach, yaitu pendekatan agar siswa sejak awal
di ajak menyepakati adanya suatu pola piker dalam proses
pendidikan nilai.,
8. Union approach, yaitu pendekatan agar pesereta didik di
arahkan untuk melaksanakan secara ril dalam suatu
kehidupan.
I. Karakteristik guru yang dibutuhkan bagi optimalnya pendidikan
nilai di sekolah
Menurut Masnur muslich (2010) bahwa guru adalah profesi
yang mulia, mendidik, dan mengajarkan pengalaman baru bagi anak
didiknya. Apa yang membuat guru dikatakan hebat ? kualitas apa
yang di harapkan diri pada seorang guru menurut orang tua dan
siswa? Berikut adalah beberapa tips bagaimana menjadi guru
berkarakter yang hebat.
1. Mencintai anak
2. Bersahabat dengan anak dan menjadi teladan bagi anak
3. Mencintai pekerjaan guru
4. Luwes dan mudah beradaptasi dengan perubahan, tidak
pernah berhenti belajar.

2. Resume Buku Karangan Prof. Dr. H. E. Mulyasa, M.Pd., berjudul


Managemen & Kepemimpinan kepala sekolah, terbitan PT. Bumi
Aksara.

Mulyasa (2009) Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan


tingkat satuan pendidikan, yang harus bertanggung jawab terhadap maju
mundurnya sekolah yang di pimpinnya. Tidak jarang kepala sekolah
menerima ancaman, jika dia tidak dapat ,memajukan sekolahnya maka
akan di mutasikan atau di berhentikan dari jabatannya. Oleh karena itu,
kepala sekolah di tuntut untuk memiliki berbagai kemampuan, baik
berkaitan dengan masalah managemen maupun kepemimpinan, agar dapat
23
mengembangkan memajukan sekolahnya secara efektif, efisien, mandiri,
produktif, dan akuntabel. Kondisi tersebut menuntut berbagai tugas yang
harus di kerjakan oleh para tenaga kependidikan sesuai dengan peran dan
fungsinya masing – masing, mulai dari level makro sampai pada level
mikro, yakni tenaga kependidikan tingkat sekolah.
Manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah yang dikaji di
dalam buku ini berkaitan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan yang
tercermin dalam kualitas sekolah, dengan mengkaji berbagai factor yang
mempengaruhinya. Hal ini terutama di maksudkan agar setiap kepala
sekolah dapat mengelola dan mengembangkan berbagai potensinya secara
optimal dalam kaitannya dengan managemn sekolah, baik potensi peserta
didik, potensi tenaga kependidikan, maupun potensi masyarakat yang
dapat di gali di sekitar sekolah. Managemn dan kepemimpinan kepala
sekolah, perlu berangkat dari pemahamn tentang kondisi sekolah yang
ada. Kebijakan – kebijakan yang berlaku, strategi implementassi yang
efektif dan efisien, serta harapan harapan dari sekolah terhadap proses
pendidikan yang dilaksanakan. Dalam hal ini di perlukan pula informasi
dan data tentang poisis satuan pendidikan dan sekolah dalam kaitannya
dengan kekuatan, peluang, kelemahan dan tantangan (SWOT) terhadapa
managemen dan kepemimpinan kepala sekolah.
Buku ini membahas berbagai hal yang berkaitan dengan
managemen dan kepemimpinan kepala sekolah, yakni kunci sukses
kepemimpinan kepala sekolah, menciptakan sekolah efektif, manajemen
iklim dan budaya sekolah, kepemimpinan era otonomi daerah, manajemen
strategi peningkatan mutu pendidikan, managemen kewirausahaan di
sekolah, managemen suvervisi; serta aspek kepemimpinan kepala sekolah
yang tak kalah pentingnya, yakni managemen konflik dan stress. Topic
topic tersebut di bahsa secara proporsional dan professional dalam setiap
bab;untuk memberikan pemahaman yang utuh dan menyeluruh. Sehingga
dapat menerapkannya dalam memimpin dan mengembangkan sekolah,
dalam rangka mewujudkan sekolah efektif dan produktif, Yng Mmpu
24
menghasilkan sumber-sumber daya manusia yang berkualitas serta siap
menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan yang semakin rumit dan
kompleks.

Kepemimpinan pendidikan berkaitan dengan masalah kepa sekolah


dalam meningkatkan kesemptan untuk mengadakan pertemuan secara
efektif dengan para guru dengan situasi yang kondusif. Dalam hal ini.
Perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan
menunjukan rasa bersahabat, dekat dan penuh pertimbangan terhadap para
guru. Baik sebagi individu maupun sebagai kelompok. Perilaku
instrumental kepala sekolah merupakan tugas tugas yang d orientasikan
dan secara langsung di klarifikasi dalam peranan dan tugas tugas para
guru, sebagai individu dan kelompok. Perilaku kepala sekolah yang positif
dapat mendorong, mengarahkan dan memotivasi seluruh warga sekolah
untuk bekerja sama dalam mewujudkan visi,misi dan tujuan sekolah.
Kinerja kepemimpinan kepa sekolah merupakan upaya yang
dilakukan dan hasil yang dapat di capai oleh kepala sekolah dalam
mengimplementasikan menajemen sekolah utuk mewujudkan pendidikan
secara efektif dan efisien., produktif, dan akuntabel. Oleh Karena itu,
kepala sekolah memiliki posisi yang sangat penting dalam menggerakan
manajemen sekolah agar dapat berjalan sesuai dengan tuntutan masyarakat
dan perkembangan kebutuhan zaman. Khususnya kemajuan ilmu
pengetahuan, tekonologi, budaya dan seni.
1. Harapan guru terhadap kepa sekolah
Sebagai kepala sekolah, kepala sekolah harus sadar bahwa
keberhasilannya bergantung pada orang lain, seperti guru dan tenaga
kependidikan. Oleh karena itu, karakteristik pribadi kepala sekolah
memainkan peran pentingnya dan merupakan bagian dalam
keberhasilan atau kegagalannya.
Kepala sekolah yang bijaksana mengetahui apa yang di harapkan
tenaga kependidikan kepadanya. Sekolompok guru di universitas
25
menggunakan teknik “brainstorming”nuntuk menjawab pertanyaan
apakah yang di harapkan guru kepada kepala sekolah yang kompeten?
Mereka menyimpulkan jawaban bahwa kepala sekolah seharusnya
• Mampu bersikap tanggap
• Memiliki sikaf positif dan optimis
• Jujur dan transfaran
• Berpegang teguh kepada keputusan yang di ambil
• Pengertian dan tepat waktu dalam mengunjungi kelas
• Menerima perbedaan pendapat
• Memiliki rasa humor
• Terbuka, mau mendengar, dan menjawab pertanyaan
• Memahami tujuan pendidikan
• Dapat diterima oleh guru
• Memiliki pengetahuan tentang metode mengajar
• Memiliki hubunganyang baik dengan masyarakat
• Tanggap terhadap kemampuan guru dan member kebebsan
kerja
• Manusiawi (Stoop and jonson, 1997)
2. Pengembangan guru dan staff
Keberhasilan pendidikan di sekolah sengat di tentukan oleh
keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola dan memberdayakan seluruh
warga sekolah, termasuk pengembangan guru dan staff. Dalam hal ini,
peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan
meningkatkan perilaku warga sekolah melalui aplikasi konsep dan teknik
manajemen personalia modern.
Pengembangan guru dan staff mencakup : (1) Perencanaan, (2)
pengadaan (3) pembinaan dan pengembangan (4) promosi dan mutasi (5)
pemberhentian (6) kompensasi (7) penilaian. Semua itu harus dilakukan
dengan benar agar semua harapan dapat tercapai.

26
3. Pengembangan peserta didik
Pengembangan peserta didik atau managemen kesiswaan
merupakan salah satu bidang oprasional sekolah. Pengembangan peserta
didik bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan pembelajaran di sekolah
dapat berjalan lancer, tertib dan teatur serta mencapai tujuan pendidikan
sekolah. Sutisna (1985) menjabarkan tanggun jawab kepal sekolah dalam
mengelola bidang kesiswaan berkaitan dengan hal hal beiku ini :
a). kehadiran peserta didik di sekolah dengan berbagai permasalhan
b). penerimaa, orientasi, klarifikasi, dan penempatan peserta didik di kelas
dan program studi
c). evaluasi dan kemajuan belajar
d). program supervise bagi peserta didik yang mempunyai kelainan, seperti
pembelajaran remedial dan pembelajaran luar biasa.
e). pengendalian disiplin peserta didik
f). program bimbingan dan penyuluhan
g). program kesehatan dan keamanan
h). penyesuaian pribadi, social dan emosional.

4. Pelibatan orang tua dan masyarakat


Pelibatan orang tua dan masyarakat dalam program seklah bertujuan antara
lain untuk :
a). memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan peserta didik
b). memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan
penghidupan masyarakat
c). menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungandengan sekolah.
5. Pengembangan kurikulum dan pembelajaran
Pengembangan kurikulum dan program pembelajaran merupakan
bagian dari manajemn sekolah. Pengembangan kurikulum dan program
pembelajaran mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
kurikulum. Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional pada
umumnya telah dilakukan oleh departemen pendidikan nasional pada
27
tingkat pusat. Karena itu level sekolah yang paling penting adalah
bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum (standar
kompetensi dan kompetensi dasar/SKKD) tersebut dengan kegiatan
pembelajaran. Di samping itu sekolah juga bertugas dan berwewenang
untuk mengembangkan kurikulum muatan lokaldan life skill sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat.
Kepala sekolah merupakan seorang manager di sekolah. Ia harus
bertanggung jawab tyerhadap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
perubahan atau perbaikan program pembelajaran di sekolah. Untuk
kepentingan tersebut sedikitnya terdapat empat langkah yang harus
dilakukan, yaitu menilai kesesuaian program yang ada dengan tuntutan
kebudayaan dan kebutuhan peserta didik, meningkatka perencanaan
program, serta menilai perubahan program.

6. Kepala sekolah sebagai supervisor


Kepala sekolah sebagai supervisor harus di wujudkan dengan kemampuan
meyusun, dalam melaksanakan program supervise pendidikan, serta
memanfaatkan hasilnya. Dalam pelaksanaannya, kepala sekolah sebagai
supervisor harus memperhatikan prinsip-prinsip :
• Hubungan konsultatif, kolegial dan buka hierarkis
• Dilaksanakan secara demokratis
• Berpusat kepada tenaga kependidikan guru
• Dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan guru
• Merupakan bantuan profesioanl

3. Resume Buku Karangan Dr. Helmawati, S.E., M.Pd.I. berjudul


Meningkatkan kinerja kepala sekolah/madrasah melalui managerial
skiils, terbitan Rineka Cipta.

Kepala sekolah sebagai Pemimpin harus mempunyai kemampuan


manajerial yang cukup untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik
28
dalam mengelola semua sumber daya yang ada di lembagannya. Banyak
di antara pimpinan seklah/madrasah yang bekerja tanpa bekal keahlian
manajerial. Hal ini tentu menjadi salah satu penyebab kegagalan
kinerjanya. Kegagalan ini berakibat pada ketidak puasan dari tenaga
kependidikan, tidak berkembangnya proses pendidikan yang kondusif
saaat kegiatan belajar mengajar, kurangnya dukungan sarana prasarana,
dan lainnya. Ketidak mampuan mengatur mengakibatkan menurunnya
pencapaian tujuan organisasi meupun tujuan pendidikan itu sendiri.
Minimnya keahlian – keahlian manajerial pada pimpinan
berdampak pada organisasi atau lembaga pendidikan yang di pimpinnya.
Sehingga banyal sekolah/madrasah yang hanya berjalan di tempat tanpa
ada perubahan kea rah kemajuan dan peningkatan kualitas. Bahkan
banyak di antaranya yang mengalami kemunduran baik dari segi kualitas
maupun kuantitas. Hal ini tentunya tidak b oleh dibiarkan begitu saja,
harus segera di atasi.
Kepala sekolah atau kepal madrasah dalam mewujudkan tujuan
lembaga yang di pimpinnnya tentu tidak dapat bekerja seorang diri.
Semua sumber daya yang ada di lembaga pendidikan hgarus mendukung
program kerja yang telah dirancang dalam periode kepemimpinannya.
Untuk m,enggerakan semua sumber daya, kepala sekolah atau kepala
madrasah sangat memerlukan keahlian sehingga sumber daya tersebut
dapat di kerahkan secara optimal.
Keahlian manajerial adalah kemampuan yang mendalam mengenai
urusan kepemimpinan.
Untuk menjadi kepala sekolah yang berhasil, Moorhead & Griffin
(1995) mengajukan 4 keahlian manajerial yaitu keahlian teknis, keahlian
interpersonal, keahlian konseptual dan keahlian diagnostic. Selanjutnya
Griffin, Mengutip Katz (1974) Menyetakan mahwa kunci keahlian
manajerial bagi seorang pemimpin di antaranya adalah keahlian teknis,
interpersonal, konseptual, diagnostic dan keahlian analisis. Sementara itu,
hendri fayol yang mengembangkan konsep Katz mengidentifikasi tiga
29
macam keahlian atau keterampilan dasar, dimana setiap manager atau
pemimpin memerlukan ketigannya, yaitu t: teknis, manusiawi dan
konseptual.

4. Resume Buku Karangan. Dr. Mamat Supriatna, M.Pd. berjudul


Bimbingan dan konseling berbasis kompetensi, terbitan PT. Raja
Grafindo Persada.

• Evaluasi Program
Penilaian merupakan langkah penting dalam managemen program
bimbingan. Tanpa penilain tidak mungkin kita dapat mengetahui dan
mengidentifikasi keberhasilan pelaksanaan program bimbingan yang
telah di rencanakan. Penilaian program bimbingan merupakan usaha
untuk menilai sejauh mana pelaksanaan program itu mencapai tujuan
yang telah di tetapkan. Dengan kata lain bahwa keberhasilan program
dalam pencapaian tujuan merupakan suatu kondisi hendak di lihat dlewat
kegiatan penilaian.
• Fungsi Evaluasi
1. Memberikan umpan balik (feddback) kepada guru bimbingan untuk
memperbaiki atau mengembangkan program bimbingan dan
konseling.
2. Memberikan informasi kepada pihak pimpinan sekolah, dan orang tua
peserta didik tentang perkembangna sikap dan perilaku atau timgkat
ketercapaian tugas tugas perkembangan pesert adidik agar secara
bersinergi atau berkolaborasi meningkatkan kualitas implementasi
program sekolah.

5. Resume Buku Karangan Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd. berjudul


Kemampuan professional guru dan tenaga kependidikan, terbitan
Alpabeta CV.

30
Tenaga pendidik sebagai profesi
Guru sebagai pendidik adalah tokoh yang paling banyak bergaul
dan berinteraksi dengan murid dibandingkan dengan personel lainnya di
sekolah. Guru bertugas merencanakan dan melaksankan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan
pelatihan, melakukan penelitian dan pengkajian, dan membuka
komunikasi dengan masyarakat.

A. Standar yang di isyaratkan menjadi guru yang professional


Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 8 menyatakan guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasioanl. Kemudian pasal 9 menyatakan kualifikasi
akademik sebagaimana di maksud dalam pasal 8 di peroleh melalui
pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.

B. Guru professional senantiasa meningkatkan kualitasnya


Tugas dan kewajiban guru baik yang terkait langsung dengan
proses belajar mengajar maupun tidak terkait langsung, sengatlah
banyak dan berpengaruh pada hasil belajar mengajar, bila peserta
didik mendaptkan nilai tinggi, maka guru mendapat pujian. Pastas
menjadi guru, dan harus di pertahankan, walaupun tetap di sebut
sebagi pehalwan tanpa tanda jasa. Tetapi jika terjadi sebaliknya yakni
para peserta didik mendapatkan nilai yang rendah, maka serta merta
kesalaha juga ditumpahkan kepada sang guru. Predikat guru bodoh,
tidak bisa mengajar, tidak memiliki kemampuan menjalankan
tugasnya sebagai guru, lebih baik beralih fungsi menjadinkaryawan
atau tata usaha juga di alamatkan kepada guru.oleh karena itu perlu di
perhatikan secara sungguh – sungguh bagaimana memberikan
prioritas yang tingi kepada guru.

31
C. Kompetensi guru
Guru wajib menguasai 4 kompetensi dasar yaitu kompetensi
pedagogic, kompetensi social, kompetensi kepribadian, kompetensi
professional.

D. Konsep dasar manajemen pendidikan


Dikatakan bahwa managemen adalah sebagai ilmu oleh Luther
Gulick karena manajemen di pandang sebagai suatu bidang
pengetahuan yang secara sistematik derusaha memahami mengapa
dan bagaimana orang bekerja sama.
Gibson, Ivancevich, & Donnely (1982) mengatakan bahwa
managemen adalah suatu tindakan, kegiatan atau kegiatan dengan
tujuan tertentu melaksanakan pekerjaan manajerial dengan tiga fungsi
utama yaitu perencanaan, pengoorganisasian, dan pengendalian.
Konsep menagemen adalah suatu aktivitas atau seni mengatur dan
mengetahui secara tepat apa yang ingin dikerjakan melalui proses
perencanaan, pengoorganisasian, penggerakan, dan pengawasan
dalam rangka mencapai tujuan yang telah di tetapkan.

6. Resume Buku Karangan Dr. Rohiat, M.Pd. berjudul Managemen


sekolah, terbitan PT. Refika Aditama.

A. Manajemen sebagai ilmu dan seni


Pada mulanya managemen belum dapat dikatakan sebagai teori
kerena teori harus terdiri atas konsep – konsep yang secara sistematis
dapat menjelaskan dan meramalkan apa yang akan terjadi dan
membuktikan ramalan itu berdasarkan penelitian.
Dikemukakan Henry M. Botinger dalam stoner (1986), manajemen
sebagai suatu sebi membutuhkan tiga unsure, yaitu pandangan,
pengetahuan teknis, dan komunikasi. Ketiga unsure tersebut terkandung

32
dalam managemen. Oleh karena itu, keterampilan managemen perlu
dikembangkan melalui pelatihan seperti yang dilakukan para seniman.

B. Keterampilan Manager
Melakukan managemen secara efektif dapat di mungkinkan jka
manager itu memiliki keterampilan managemen yang baik. Keterampilan
itu dimaksudkan agar dapat mengelola sumber daya yang dimiliki
organisay baik sumber daya manusia maupun sumber daya lain secara
efisien dan efektif. Selain, sumber sumber tersebut tidak selalu dalam
organisasi sehingga harus ada usaha usaha manager untuk
mengadakannya atau mencari alternative pemecahan masalah berkenaan
dengan sumber daya itu. Untuk itulah keterampilan managemen di
perlukan.
Keterampilan managemen ada 4 macam yaitu :
1. Keterampilan konseptual (conceptual skill)
2. Keterampilan manusiawi (human skill)
3. Keterampilan teknik (technical skill)
4. Keterampilan desain ( desain skill)

C. Fungsi managemen pendidikan


Fungsi managemn sebagai suatu karakteristik dari pendidikan
muncul dari kebutuhan untuk memberikan arah kaepada perkembangan,
baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan oprasional sekolah.
Kerumitan yang meningkat karena luas dan banyak program telah
mendorong banyak nya usaha untuk memerinci dan mempraktikan
prosedur administrasi dengan sistematis. Usaha ini telah menghasilkan
uraian tentang prakttik –praktik yang berhasil dan perangkat perangkat
asa yang konstruktiv.

33
D. Garapan managemen sekolah
Dalam melaksanakan kegiatannya, sekolah memiliki beberapa
garapan. Oleh karena itu, di perlukan keter aturan dalam melaksanakan
keggiatan kegiatan tersebut sehingga kegiatan itu termasuk kedalam
bidang garapan yang sesuai. Managemen memiliki garapan sebagai
berikuit ;
1. Managenem kurikulum
2. Menagemen kesiswaan
3. Menagemen personil/anggota
4. Menagemen sarana dan prasarana
5. Managemen keuangan
6. Managemen hubungan sekolah dan masyarakat
7. Mangemen layanan khusus.

7. Resume Jurnal Karangan Dedi Lazwardi. berjudul Peran kepala


sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru,

Peran utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan adalah


menciptakan situasi belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar
dan murid-murid dapat belajar dengan baik. Dalam melaksanakan peran
tersebut, kepala sekolah memiliki tanggung jawab ganda yaitu
melaksanakn administrasi sekolah sehingga tercipta situasi belajar
mengajar yang baik, dan melaksanakan supervisi sehingga guruguru
bertambah dalam menjalankan tugas-tugas pengajaran dan dalam
membimbing pertumbuhan murid-murid.
Kepala sekolah yang mampu menjalankan fungsi sebagai pendidik,
manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator dengan
baik dapat dikatakan kepala sekolah memiliki kemampuan memimpin
yang baik Guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas
pendidikan. Profesionalisasi keguruan mengandung arti peningkatan

34
segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan
yang akan diberikan kepada masyarakat.
Untuk meningkatkan kompetensi guru, perlu dilakukan suatu
sistem pengujian terhadap kompetensi guru. Sejalan dengan kebijakan
otonomi daerah, beberapa daerah telah melakukan uji kompetensi guru,
mereka melakukannya terutama untuk mengetahui kemampuan guru di
daerahnya, untuk kenaikan pangkat dan jabatan, serta untuk mengangkat
kepala sekolah dan wakil kepala sekolah.
Kepala sekolah adalah seorang guru yang diangkat untuk
memduduki jabatan struktural di sekolah yang ditugaskan untuk
mengelola sekolah. Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala
sekolah (Wahyosumidjo. 2001:82).
Kepala sekolah memegang peranan penting dalam mempengaruhi
dan mengarahkan porsenil sekolah yang ada, agar dapat bekerja sama
dalam mencapai tujuan sekolah. Kinerja guru dalam suatu wujud
pelaksanaan tugas mendidik para peserta didik ditentukan oleh motivasi
kerja. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang efektif mempengaruhi
kerja guru.
Peran kepala sekolah sebagai pemimpin mencerminkan tanggung
jawab kepala sekolah untuk menggerakkan sumber daya yang ada di
sekolah. Fungsi kepemimpinan amat penting sebeb disamping sebagai
penggerak juga berperan sebagai kontrol segala aktifitas guru (dalam
rangka peningkatan profesional mengajar), staff, siswa dan sekaligus
untuk meneliti persoalan-persoalan yang timbul di lingkungan sekolah
(Wahyosumidjo. 2001:90).

8. Resume Buku Karangan Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd.. berjudul


membangun karakter bangsa melalui pembinaan profesionalisme guru
berbasis pendidikan nilai.

35
Guru mempunyai peran dan kedudukan yang sangat strategis
dalam pembangunan nasional khususnya dalam bidang pendidikan.
Dalam UU tersebut guru didefinisikan sebagai pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Dengan ditegaskannya
sebagai pekerjaan professional, otomotis menuntut adanya prinsip
profesionalitas yang selayaknya dijungjung tinggi dan dipraktekan oleh
para guru, seorang guru hendaknya memiliki kualifikasi, kompetensi dan
sertifikasi yang jelas.
Faktor kompetensi sebagai seorang pendidik sangatlah penting,
terlebih objek yang menjadi sasaran pekerjaanya adalah peserta didik
yang diibaratkan kertas putih, gurulah yang akan menentukan apa yang
hendak dituangkan dalam kertas tersebut, berkualitas tidanya tergantung
kepada sejauhmana guru bisa menempatkan dirinya sebagai pendidik
yang memiliki kapasitas dan kompetensi professional dalam
mengarahkan individu-individu menjadi sosok yang memiliki karakter
dan mentalitas yang bisa diandalkan dalam proses pembangunan bangsa.
Dalam tataran normatif betapa mulia dan strategisnya kedudukan
guru. Namun, dalam realitas dilapangan tidak sedikit guru yang tidak
mencerminkan peran strategisnya sebagai guru, bahkan ia jauh dari garis
jati diri keguruannya, penyimpangan-penyimpangan moral, tampilan
kepribadian yang tidak sewajarnya, landasan penguasaan norma-norma
agama yang lemah dan sejumlah patologi sosial lainya tidak jarang kita
temukan, banyak faktor tentunya yang memengaruhi hal tersebut terjadi,
yang jelas jika dibiarkan hal ini dapat memberikan ekses buruk bagi dunia
pendidikan, khususnya terhadap kualitas lulusan dan output pendidikan
serta karakter masyarakat sebagai objek pendidikan yang dimotori para
guru. Proses pendidikan akan jauh dari tujuanya, sehingga menjadi sangat
urgen untuk dilakukan sebuah upaya strategis dalam mempersiapkan
sosok guru yang mampu menjadi panutan dan melaksanakan profesinya
secara professional sehingga ia bisa diandalkan untuk memberikan
36
peranan optimalnya dalam upaya membentuk karakter manusia Indonesia
khususnya dan karakater bangsa pada umumnya.
Berangkat dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa guru sebagai
entitas strategis dalam upaya membentuk karakter bangsa yang memiliki
jati diri dan bermartabat ditengahtengah bansga lainnya sangat diperlukan
paranannya. Disis lain pembinaan profesionalisme guru menjadi hal yang
sangat urgen dan mendesak untuk dikembangkan dengan
mengintegrasikan pendidikan nilai sebagai pondasi arah pembinaan.
Sebagai pekerjaan profesional, guru memiliki ragam tugas, baik
yang terkait dengan tugas kedinasan maupun di luar dinas, dalam bentuk
pengabdian. Jika dikelompokan, terdapat tiga jenis tugas guru, yakni
tugas dalam bentuk profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang
kemasyarakatan. Guru merupakan profesi yang memerlukan keahilian
khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang di luar bidang kependidikan, walaupun kenyataanya
tidak sedikit dilakukan oleh orang diluar kependidikan, sehingga oleh
karenanya jenis profesi ini paling mudah terkena pencemaran.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan
melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai
hidup serta mengembangkan karakter individu. Mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan
pada individu yang menjadi peserta didik. Adapun tugas guru dalam
bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai
orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga menjadi idola
para peserta didiknya. Pelajaran apa pun yang diberikan, hendaknya dapat
menjadi motivasi bagi peserta didiknya dalam belajar. Bila dalam
penampilanya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia
tidak akan dapat menanamkan benih pengajaranya itu kepada para peserta
didiknya, mereka akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik.

37
Guru pada hakikatnya merupakan komponen strategis yang
memiliki peran penting dalam proses pembangunan suatu bangsa. Bahkan
keberadaan guru merupakan faktor condisio sine quanon yang tidak
mungkin digantikan oleh komponen manapun dalam kehidupan bangsa
sejak dulu, terlebih pada era kontemporer ini. Keberadaan guru bagi suatu
bangsa sangatlah penting, terlebih bagi keberlangsungan hidup bangsa di
tengahtengah lintasan perjalanan zaman dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang kian mutakhir dan mendorong perubahan di segala ranah
kehidupan, termasuk perubahan tata nilai yang menjadi pondasi karakter
bangsa.
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, berdasarkan UU
No 14 tahun 2005 pasal 20, maka guru berkewajiban untuk:

a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran


yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran

b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan


kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetauan, teknologi dan seni

c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan


jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu atau latar
belakang keluarga dan status sosial ekonomi peserta didik dalam
pembelajaran

d. Menjungjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode


etik guru serta nilai-nilai agama dan etika

e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa


Sedangkan peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar-
mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh
Adams & Decey dalam Basic Principles of Student Teaching, antara lain
guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur
lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, superpisor, motivator, dan
konselor. Yang akan dikemukakan di sini adalah peranan yang dianggap
38
paling dominan sebagaimana dikemukakan oleh Usman (2001:9-11)
sebagai berikut.
1. Guru Sebagai Demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar,
guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang
akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti
meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilkinya karena hal
ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
2. Guru Sebagai Pengelola Kelas
Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager),
guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta
merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.
Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah
kepada tujuan pendidikan.
Kualitas dan kuantitas belajar siswa di dalam kelas tergantung pada
banyak faktor, antara lain adalah guru, hubungan pribadi antara siswa di
dalam kelas serta kondisi umum dan suasana di dalam kelas.Tujuan umum
pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas
untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai
hasil yang baik. Sedangkan tujuan khusunya ialah mengembangkan
kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan
kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta
membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Sebagai manager guru bertanggung jawab memelihara lingkungan
fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan
mengarahkan proses-proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya.
Dengan demikian guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar, tetapi
juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif di
kalangan siswa.Tanggung jawab yang lain sebagai manager yang penting
bagi guru ialah membimbing pengalaman-pengalaman siswa sehari-hari ke
arah Self Directerd Behavior.
39
Salah satu menagemen kelas yang baik adalah menyediakan
kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit mengurangi
ketergantungannya para guru sehingga mereka mampu membimbing
kegiatannya sendiri. Siswa harus belajar melakukan self control dan self
activity melalui proses bertahap. Sebagai manager guru hendaknya mampu
memimpin kegiatan belajar yang efektif serta efisien dengan hasil optimal.
Sebagai manager lingkungan belajar, guru hendaknya mampu
mempergunakan pengetahuan tentang teori belajar dan teori
perkembnagan sehingga kemungkinan untuk menciptakan situasi belajar-
mengajar yang menimbulkan kegiatan belajar pada siswa akan mudah
dilaksanakan dan sekaligus memudahkan pencapaian tujuan yang
diharapkan.
3. Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media
pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses
belajar-mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakn dasar
yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian
integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Sebagai fasilitator, guru hendaknya mampu mengusahakan sumber
belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses
belajar mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah,
internet, atau pun surat kabar.
4. Guru Sebagai Evaluator
Dalam proses belajar-mengajar yang dilakukan, guru hendaknya
menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum,
dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan
tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.
Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian
tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau
40
keefektifan metode belajar. Tujuan lain dari penilaian diantaranya ialah
untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya.
Dengan penilaian guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang siswa
termasuk kelompok siswa yang pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di
kelasnya, jika dibandingkan dengan teman-temannya.
Satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan ketika melakukan
proses pembinaan ke empat kompetensi utama tersebut adalah proses
pembinaan yang berbasis pendidikan nilai. Pendidikan nilai merupakan
proses penanaman dan pengembangan nilainilai pada diri seseorang.
Dalam pengertian yang hampir sama, Mardiatmadja dalam Mulyana
(2004:119) mendefinisikan pendidikan nilai sebagai bantuan terhadap
peserta didik agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta
menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidupnya. Pendidikan
nilai tidak hanya merupakan program khusus yang diajarkan melalui
sejumlah mata pelajaran, akan tetapi mencakup keseluruhan program
pendidikan.
Pembinaan profesionalisme guru yang berfokus kepada ke empat
kompetensi utama sebagaimana disebutkan di atas harus terintegrasi
dengan konsepsi pendidikan nilai. Dalam hal pengembangan kompetensi
pedagogik misalnya, maka selain guru harus menguasai karakteristik
peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional
dan intelektual, serta guru menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik, guru juga harus dibekali bagaimana
melakukan proses pendidikan atau pembelajaran yang berbasis pendidikan
nilai, berbagai pendekatan dalam pendidikan nilai seperti pendekatan
penanaman nilai, pendekatan perkembangan kognitif, pendekatan analisis
nilai, pendekatan klarifikasi nilai, dan pendekatan pembelajaran berbuat
harus dikuasai oleh guru, sehingga ia tidak sebatas melaksanakan fungsi
formalnya, melainkan jauh dari itu sampai kepada upaya-upaya nyata
dalam mengembangkan peserta didik yang berkarakter sebagaimana yang

41
diamanahkan UU No 20 tahun 2003 bab II pasal 3 tentang fungsi dan
tujuan pendidikan nasional.
Penerapan konsep-konsep pendidikan nilai yang diterapkan pada
sebuah lembaga pendidikan di Thailand, yaitu di sekolah dan Institute of
Sathya Sai Education yang didirikan oleh Dr.Art-Ong Jumsai Na-Ayudha,
Bahkan beliau pernah datang ke Indonesia untuk mengisi sebuah seminar
internasional yang bertema "Membangun Bangsa melalui Pendidikan
Hati" yang diselenggarakan atas kerjasama Prodi Pendidikan
Umum/Pendidikan Nilai dengan Yayasan Pendidikan Sthya Sai Indonesia
bisa menjadi model bagi guru dalam mengembangkan pendidikan nilai di
persekolahan.

9. Resume Buku Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. dan Prof. Dr. H.
Ahmad Tafsir berjudul filsafat dan teosafat akhlak terbitan Rizqi
Press.

Dalam buku ini pun terdapat uraian hasil penerungan dan inkisyaf
dari para sufi. Contohnya, sepuluh dasar perbuatan akhlak. Ternyata agar
seseorang berakhlaqul karimah, maka orang itu dilatihkan secara
riyadhoh untuk menjalankan ke10 dasar akhlak itu. Jika ke-10 dasar
akhlak ini telah dijalankan dengan sungguh-sungguh, maka orang yang
menjalankannya itu akan mempunyai akhlak yang baik dalam berbagai
bidang. Ini tentu merupakan temuan baru yang perlu kita lakukan dengan
cara riyadhoh dan riyalat. Pokoknya, silakan baca uraian-uraian lainnya.
Ternyata buku ini lain daripada yang lain!
Imam Ghazali mengatakan bahwa akhlak ialah suatu keadaan yang
tertanam di dalam jiwa yang menampilkan perbuatan-perbuatan dengan
senang tanpa memerlukan pemikiran dan penelitian. Apabila perbuatan
yang keluar itu baik dan terpuji menurut syara’ dan akal, maka perbuatan
itu dinamakan akhlak yang mulia. Sebaliknya apabila keluar perbuatan
yang buruk, ia dinamakan akhlak yang buruk.
42
Sebagai “ilmu”, akhlak adalah ilmu yang membahas perbuatan
yang dinilai baik atau buruk, menyangkut tatanilai, hukumhukum dan
prinsip-prinsip tertentu untuk mengenal dengan pasti sifat-sifat yang baik,
benar, dan utama, serta mengenal dengan pasti sifat-sifat yang buruk,
salah, dan tercela untuk dijauhi dengan tujuan membersihkan jiwa
(tazkiyatun nafsi) dan membeningkan hati (tashfiyatul qolbi) untuk
mencapai keridhaan Allah (ridwaanullah).
Kedudukan Akhlak, Akhlak merupakan dimensi ke tiga dari ajaran
islam setelah aqidah dan syariah. Akidah menyangkut masalah-masalah
diimani dan diyakini oleh manusia sebagai sesuatu yang hakiki. Syariah
menyangkut ketentuan-ketentuan berbuat dalam menata hubungan dengan
Allah dan dengan sesama makhluk. Sedangkan akhlak menyangkut
masalah-masalah kehidupan yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan
dan ukuran-ukuran baik buruk atau benar salahnya suatu perbuatan.

10. Resume Jurnal karangan Amirudin, berjudul Upaya Kepala Sekolah


dalam Mengembangkan Kompetensi Guru untuk Meningkatkan Mutu
Pendidikan pada SMA Negeri di Kota Banda Aceh

Pasal 8 UU Nomor 14 tahun 2005 guru mempunyai empat


kompetensi yaitu pertama kompetensi pedagogik, kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran, sekurang-kurangnya meliputi
pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap
peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus, perancangan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis,
pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
Kedua kompetensi kepribadian mencakup berakhlak mulia, arif
dan bijaksana, mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, mampu menjadi
teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara objektif mengevaluasi
43
kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara mandiri dan
berkelanjutan.
Ketiga kompetensi sosial, kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat,sekurang-kurangnya meliputi berkomunikasi lisan, tulisan, dan
isyarat, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta
didik, bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, dan menerapkan
prinsip-prinsip persaudaraan dan semangat kebersamaan.
Keempat kompetensi profesional kemampuan guru dalam
menguasai pengetahuan bidang ilmu, teknologi, dan seni yang sekurang-
kurangnya meliputi penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam sesuai standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran,
kelompok mata pelajaran yang diampunya, konsepkonsep dan metode
disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan yang secara
konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan,
mata pelajaran, dan kelompok mata pelajaran yang diampu. Guru sebagai
tenaga profesional yang bekerja melaksanakan tugas di sekolah haruslah
memiliki kompetensi agar mampu melaksanakan tugasnya dengan baik,
kompetensi sangat diutamakan demi mutu dan peningkatan profesional
guru itu sendiri sesuai dengan Pasal 8 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang
guru dan dosen disebutkan: guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
Upaya kepala sekolah dalam mengembangkan kompetensi guru
untuk peningkatan mutu pendidikan telah membawa dampak kinerja guru,
perubahan yang terjadi akibat penyesuaian kurikulum, penggunaan buku
pelajaran dan PBM yang disesuaikan menurut tuntutan kurikulum yang
sedang berlaku (meskipun membutuhkan waktu untuk penyesuaian),
metode yang digunakan, teknik mengajar maupun sikap yang serasi ketika
44
berada di ruang kelas secara profesional. Berbagai upaya telah dilakukan
oleh pemerintah untuk mengembangkan kompetensi guru, kenyataannya
kompetensi guru secara keseluruhan masih rendah, sehingga prestasi
belajar pun belum mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini
merupakan suatu masalah yang sangat merugikan sistem pendidikan
terutama untuk mempersiapkan peserta didik sesuai standar yang berlaku.

11. Resume Buku Dr. H. Asep Fathurrohman, Lc., M.Ag. Berjudul


Prinsip – prinsip interaksi pendidikan II, terbitan CV. Kencana Utama.

A. Interaksi pendidikan di lakukan dengan metode teladan (uswah


Hasanah)
Metode teladan adalah suatu metode pendidikan dengancara
memberikan contoh yang baik kepada para peserta didik, baik dalam
ucapan maupun perbuatan.
Metode keteladanan merupakan metode paling ampuh untuk menarik
simpati dan di ikuti oleh para peserta didik. Sebab pendidikan selain iya
di gugu dan di tiru, iya juga menjadi panutan tempat berkeluh kesah
mengemukakan problem – problem yang di hadapi oleh peserta didik.
(konselor). Seorang pendidik tidak akan di gugu dan di tiru kalau iya
tidak mempunyai wibawa melalui kepribadian yang baik sebagai karakter
yang patut untuk di teladani, jika apa yang di sampaikan oleh seorang
pendidik bertolak belakang dengan perbuatan dan tindakannya, maka
sering kali menjadi cemoohan peserta didik, sehingga iya tidak di hormati
dan cenderung di lecehkan.
Oleh karena itu, maslah keteladanan menjadi faktor penting dalam
menentukan baik buruknya anak. Adlah suatu yang sanagt mudah bagi
pendidik yaitu menagjari anak dengan berbagai materi pendidikan, akan
teteapi adalah hal sulit bagi anak untukl melaksanakannya ketika melihat

45
orang yang memberikan pe ngerahan dan Bimbingan kepadanya tidak
mengamalknannya.

B. Interaksi pendidikan dilakukan dengan metode pahala.


Metode pahala juga dapat di sebut targhib (reward) atau
rangsangan yaitu strategi atau cara untuk meyakinkan seseorang terhadap
kebenaran Allah melalui janji janjinya yang di sertai dengan bujukan dan
rayuan untuk melakukan amal sholeh.
Dalam dunia penelitian, metode ini paling banyak di pakai seperti
yang dilakukan oleh ditjen Pendis Kementrian Agama dan dikti
Kementrian pendidikan Nasional dalam setiap tahunnya. Dua
kementerian ini mengeluarkan data puluhan sampai ratusan milyar
sebagai reward (pahala) bagi peneliti yang memiliki kompetensi sesuai
denmgan profesinya masing – masing. Mulai dari penelitian individu
samapi dengan kolektif dan pedamping ikut menarik program dengan
reward yang cukup besar.
Ke istimewan metode terghib ini ialah dapat mempengaruhi jika
seseorang termasuk peserta didik. Dalam dunia pendidikan dalam meraih
sesuatu, karena adanhaya rangsangan dengan kecintaan, keindahan,
kemudahan, kebanggan, kenikmatan dan kesenangan hiudp.
Selain itu, metode tardhib apat memberikan dampak intruktional secara
langsug pada kejiwaan peserta didik, sehingga dapat di mungkinkan
terjadinya perubahan pola pikir dan tingkah laku si peserta didik, juga
berdanpak bagi :
1. Meninghkatkan kesadaran diri.
2. Meningkatkan rasa optimis.
3. Menumbuhkan rasa kehati hatin dalam melakukan perbuatan.
4. Penanaman rasa takut kepada Allah
5. Menimbulkan radaa takut terhadap akibat yang buruk bila iya
melakukan kesenangan yang tidak dibenarkan oleh hukukm
agama.
46
6. Menimbulkan perasaan Rabbaniah yakni Hauf (takut) khusus
(tunduk) hub (cinta) dalam kurun pada Allah .
7. Menimbulkan keseimbangan antara kesan dan perasaan.
8. Mengundang Siswa untuk merealisasikan. Kebenaran dalam
sikap perbuatan baik secara langsung maupun tidak langsung.

G. Jadwal Penelitian
Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary yang menyetakan
bahwa penelitian merupakan “Penyedikan atau pemeriksaan bersungguh
– sungguh, khususnya investigasi atau eksperimen yang bertujuan
menemukan dan menafsirkan fakta, revisi atas teori atau dalil yang telah
di terima”.
Ilmuan lain yang bernama Woddy memberikan gambaran bahwa
penelitian adalah “Metode menumukan kebenaran yang dilakukan dengan
berpikir kritis (critical Thinking).
Kelau ada pertanyaan “ Untuk apa penelitian perlu dilakukan
mungkin beberapa jawabannya adalah :
1. Untuk memecahkan atau menyelesaikan permasalahan yang di
hadapi
2. Untuk menemukan, mengembangkan dan memperbaiki teori
3. Menemukan, mengembangkan dan memperbaiki metode kerja.
Selanjutnya salah satu bagian penting sebagai tahap awal dari suatu
penelitian dalam penyusunan proposal. Secara umum ada beberapa
pertanyaan penting yang muncul sehubungan dengan pembuatan
suatu proposal :
1. Kenapa judul yang di ajukan dalam proposal tersebut penting
atau berguna ?
2. Apa yang akan di teliti, di rencanakn dan/atau di analisis ?
sejauh mana batasan penelitian dan analisis tersebut?
3. Teori apa yang mendukung atau penelitian/perencanaan apa
saja yang di ajukan ?
47
4. Bagaimana caara atau proses pelaksanaan penelitian
perencanaan atau analisisnya ?
5. Apa perkiraan hasil yang di harapkan ?
6. Berapa lama target waktu untuk melakukan penelitian,
perencanaan atau analisisnya ?
7. Apakah sumber daya untuk penulisan dapat di penuhi?

Selanjutnya dalam hal ini penulis pertama–tama membuat jadwal


rencana kerja terlebih dahulu mengenai sesuatu yang berhubungan
dengan pembuatan proposal tesis ini, di antaranya :

NO KEGIATAN YANG DI LAKUKAN BULAN

1 Menentukan tema dan judul


2 Konsultasi tema dan judul ke - 1

3 Revisi topik dan penulisan latar belakang


4 merumuskan masalah dan tujuan penelitian
merumuskan manfaat penelitian teoritis dan ke- 2
5
praktis
Menulis asumsi penelitian, menulis ruang
6 lingkup dan keterbatasan penelitian dan
definisi istilah ke-3
Merancang kepustakaan merumuskan
7
metodologi penelitian
pengumpulan buku - buku, jurnal - jurnal dan
8
maklah – makalah
ke-4
konsultasi kepustakaan dan metodologi
9
penelitian menulis pustaka acuan
10 seminar proposal
ke-5
11 merevisi proposal

48
12 ke-6
proposal yang telah di revisi siap di tindak lanjuti

DAFTAR PUSTAKA

A. SUMBER BUKU

Ahmadi, Abu, 2005, Memahami Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta,


Rineka Cipta.
Sauri. S, Nurdin D, 2019, Manajemen Pendidikan Berbasis Nilai,
Bandung, PT. Refika Aditama
Sauri, 2002, Nilai Kearifan Pesantren, Bandung, Rizqi Press.
Sauri, Membangun karakter bangsa melalui pembinaan Profesionalisme
guru berbasis Nilai
Sagala S. 2013, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga
Kependidikan, Bandung, CV Alfabeta.
Rohiat, 2010, Manajemen Sekolah, Bandung, PT Revika Aditama.
Helmawati, 2015, Sistem Informasi Manajemen pendidikan Agama Islam,
Bandung, PT Remaja Rosdakarya.
Helmawati, 2014, Meningkatkan kinerja kepala sekolah/Madrasah
Melalui Managerial Skills, Jakarta, PT Rineka Cipta.
Mulyasa, 2019, Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta,
PT Bumi Aksara.
Fathurrohman, Aan, 2017, Metode Penelitian Pendidikan Agama Islam¸
Bandung, CV Kencana Utama.
Fathurrohman, 2019, Prinsip – Prinsip Interaksi Pendidikan II, Bandung,
CV Kencana Utama.
Saraswati S, 2009, Cara Mudah Menyusun Proposal, Skripsi, Tesis
Disertasi, Jogjakarta, Ar Ruzz Media Group.

Al-Marahgi, A. Mustopa, 1943, Tarjamah Tafsir Al-Maraghi, Semarang,


Toha Putra.

49
An-Nahlawi, Abdurrahman, 1995, Prinsip-Prinsip dan Metoda
Pendidikan Islam, Bandung, CV Diponegoro.
Budiningsih, A. 2004, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional, 2005, Kamus Bahasa Indonesia,
Jakarta, Balai Pustaka.
Gaffar, Fakry. 2005, Perencanaan Pendidikan, Jakarta, Depdikbud.
Hasanah, Aan, 2011, Pendidikan Karakter Berbasis Islam, Bandung, PT
Remaja Rosdakarya
Helmawati, 2015, Sistem Informasi Manajemen PAI, Bandung, Remaja
Rosdakarya.
Helmawati. (2014). Meningkatkan Kinerja Kepala Sekolah. Jakarta:
Rineka Cipta.
Herdiansyah, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika
Indrawan, Rully, 2014, Metodologi Penelitian, Bandung, Refika Aditama
Cipta.
Koesoema, Doni , 2007, Pendidikan Karakter Sebagai Strategi Mendidik
Anak di Zaman Global, Jakarta, Grasindo.
Megawangi, Ratna, 2004, Pendidikan Karakter, Jakarta, Indonesia
Hertage Fondation.
Moleong, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja
Rosdakarya.
Muhaimin, 2002, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung, PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2013, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013,
Bandung, PT Remaja Rosdakarya.
Nasir, Muhammad, 1986, Metode Penelitian, Jakarta: PT. Ghalia
Indonesia.
Nasution, Noehi, 1996, Materi Pokok Evaluasi Proses dan Hasil Belajar
Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Depag RI.

50
Nata, Abudin, 1996, Manajemen Pendidikan (Mengatasi Kelemahan
Pendidikan di Indonesia), Jakarta, Kencana Prenada Media Group.
Noeng, Muhajir, 1993, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial Suatu
Teori Pendidikan, Yogyakarta, Rake Sarasin.
Nurmila, Nina, 2/13/2015, Paradigma, Metodologi dan Metode,
Bandung, Materi Kuliah.
Nurmila, Nina, 2/27/2015, Metodologi Penelitian, Bandung, Materi
Kuliah.
Nurmila, Nina, 3/13/2015, Etika Penelitian, Bandung, Materi Kuliah.
Poerwadarminta, 1993, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta,
Departemen Pendidikan Nasional.
Purwanto, Ngalim, 1995, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung,
PT Remaja Rosdakarya
Rochaety, Eti, 2005, Sistem Manajemen Pendidikan, Jakarta, Bumi
Aksara.
Santoso, Arief S, 2014, Urgensi Pendidikan Karakter Untuk Masa
Depan Indonesia, Jakarta, Bumi Aksara.
Sanusi, Achmad. 2014, Pembaharuan Strategi pendidikan, Nuansa
Cendikia
Sauri, S. 2006. Pendidikan Berbahasa Santun. Bandung: Genesindo.
Sauri, S. 2013. Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam. Bandung:
Rizqi Press.
Sauri, S. 2013, Filsafat dan Teosofat Akhlak, Bandung, Genesindo.
Sugiyono, 2009, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta, Raja Grafindo
Persada.
Supriadi, Dedi. 1998, Educational Research in Practice, Bandung, IKIP
Bandung Press.
Supriatna, Mamat, 2014, Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi,
Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Syafaat, Aat, 2008, Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah

51
Kenakalan Remaja, Jakarta, Rajawali Press
Syah, Muhibbin, 2013, Psikologi Belajar, Jakarta, Raja Grafindo
Persada.
Tafsir, A. 2005. Filsafat Ilmu, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Thomas Lickona, 2003, Mendidik untk Membentuk Karakter, Jakarta:
Bumi Aksara
Tim Penyusunan Pedoman, Buku Pedoman Penulisan Tesis dan Disertai
Program Pascasarjana, Bandung. UNINUS.

B. SUMBER ARTIKEL JURNAL ATAU MAKALAH


Arafit, H. Fachruddin, Syaukani, 2017. Manajemen Kepala sekolah
dalam pembinaan kompetensi guru di sekolah menengah pertama (SMP)
Namira medan, 1: (4).
Mamlukhah,2014. Strategi Kepala sekolah dalam meningkatkan mutu
pembelajaran pendidikan agama islam di MA Al-Amriyah Blok Agung
Tegalsari Banyuwangi, VI (1): 140-161
Amiruddin, 2018. I Upaya kepala sekolah dalam pengembangan
kompetensi guru untuk meningkatkan mutu pendidikan pada SMA Negeri di
kota Banda Aceh, (1):182-204.
Sandi. Aji,W.U, 2015, Manajemen kepala sekolah dalam
meningkatkan kompetensi guru di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta.
Muhaemin Y. 2014. Strategi kepala sekolah dalam mengimpolementasikan
Manajemen berbasis sekolah di smp Negeri 2 Tombolo PAO Kab. Gowa.

C. SUMBER INTERNET
(http://www.hanckey.pbwiki.com,
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem,
http://www.jugaguru.com/column/
http://www.pendidikankarakter.org/

file:///E:/PROPOSAL%20TESIS/adoc.pub_teknik-penyusunan-karya-

52
tulis-ilmiah-berbasis-pend.pdf (di unduh tagl 25 Desember 2020)

53

Anda mungkin juga menyukai