Anda di halaman 1dari 5

Nama : Yustin Benselina Lewikinta

Nim : 1912041005
Kelas : Pendidikan Fisika A
Dosen Pembimbing : Dr. Khaeruddin,S.Pd, M.Pd
Andi Sri Astika, S.Pd, M.Pd
1. Biografi Ki Hadjar Dewantara

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang lebih dikenal dengan nama Ki
Hajar Dewantara yang lahir di Yogyakarta, tanggal 2 Mei 1889 bertempat tinggal di
Yogyakarta adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang
memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk mendapat hak pendidikan seperti
halnya piayi atau orang-orang belanda.
Ki Hajar Dewantara dibesarkan di lingkungan keluarga keratin Yogyakarta, saat
usianya genap 40 tahun tepatnya di Tahun Caka, Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
berganti nama dengan Ki Hajar Dewantara yang sampai saat orang mengenal beliau
dengan nama itu. Dan semenjak saat itu juga, Ki Hajar Dewantara tidak lagi
menggunakan gelar kebangsawannya di depan namanya.
Hal ini karena Ki Hajar Dewantara ingin bebas dekat dengan rakyat atau bahkan
ingin lebih dekat dengan rakyat. Wafat tanggal 26 April 1959 di umur 69 tahun.

2. Jenjang Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Ki Hajar Dewantara menamatkan sekolah dasarnya di ELS (Sekolah Dasar


Belanda), dan melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi ke STOVIA (Sekolah
Dokter Bumiputera) namun lantaran beliau sakit, jadi sekolahnya tidak bisa dilanjutkan
kembali sampai selesai.

3. Alasan Disebut Bapak Pendidikan

Seperti kita ketahui, Ki Hajar Dewantara adalah sosok yang peduli akan
pendidikan bangsa ini. Gelar Bapak Pendidikan Nasional pun disematkan pada dirinya.
Karena kepedulian yang sangat tinggi pada jamannya, ia mendirikan Taman Siswa.
Taman Siswa sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar
mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Di
tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Taman Siswa, ia
juga tetap rajin menulis. Tema adalah pendidikan dan kebudayaan berwawasan
kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah, ia berhasil
meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.
Setelah zaman kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hajar Dewantara bukan
saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (Bapak Pendidikan
Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi
juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional.

4. Jenjang Karir Ki Hadjar Dewantara

Ki Hajar Dewantara bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain
Sedyotomo, Midden Java dll. Ki Hajar Dewantara selama hidupnya diwarnai perjuangan
serta pengorbanan maupun pengabdian kepada Negara demi kepentingan bangsa. Ki
Hajar Dewantara pada masa itu terkenal sebagai penulis yang handal. Tulisan-tulisan
yang beliau tulis sangat komunikatif, tajam, patriotic, dan cerdas sehingga dapat
membangkitkan semangat para pembacanya. Ki Hajar Dewantara sebagai wartawan
muda ia sangat ulet sekali. Ia juga sangat aktif dalam bidang keorganisasiannya dan
dalam bidang politik. Tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk
mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada masa itu demi
pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara.
Kemudian, bersama Douwes Dekker dan Dr. Cipto Mangunkusumo yang dikenal
sebagai Tiga Serangkai, Ki Hajar mendirikan Indische Partij sebagai partai politik
pertama beraliran nasionalisme Indonesia. Mereka berusahan mendaftarkan organisasi
yang didirikan kepada badan hokum pemerintahan colonial belanda, tetapi pemerintahan
colonial Belanda menolaknya melalui Gubernur Jendral Idenburg tanggal 11 Maret 1913
karena pemerintahan Belanda menganggap kalau organisasi ini dapat membangkitkan
rasa nasionalismenya dan rasa kesatuan rakyat untuk menentang colonial Belanda
tersebut.
Kemudian dari peristiwa itu Ki Hajar Dewantara tidak pernah patah semangat,
lalu beliau mendirikan Komite Bumipoetra bertujuan melancarkan kririk pemerintahan
colonial belanda. Salah satu aksinya beliau menerbitkan tulisan berjudul Als Ik Eens
Netherlander (Seandainya aku seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen Een
(Satu untuk semua, tetapi semua untuk satu Juga) kedua tulisan itu masih sangat terkenal
sampai saat ini. Kemudian tulisan yang berjudul “Seandainya Aku Seorang Belanda”
diterbitkan dalam surat kabar de Express milik Douwes Dekker.
Akibat dari tulisannya itu, Ki Hajar Dewantara dijatuhkan hukuman pengasingan
oleh Pemerintahan Kolonian Belanda. Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo
sebagai rekan seperjuangannya merasa tidak adil atas perlakuan Pemerintahan Kolonian
Belanda terhadap Ki Hajar Dewantara, lalu kemudian mereka berdua menerbitkan tulisan
yang bernadakan membela Ki Hajar Dewantara. Setelah mengetahui hal itu Pemerintahan
Kolonian Belanda menjatuhkan hukuman pengasingan bagi keduanya. Douwes Dekker
diasingkan di Kupang dan Cipto Mangunkusumo diasingkan di pulau Banda.
Tapi merekan menghendaki hukumannya itu untuk dibuang ke Negeri Belanda,
karena disana mereka mempelajari banyak hal dibandingkan di daeran terpencil. Pada
akhirnya mereka diijinkan ke Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari
pelaksanaan hukuman yang dijatukan kepada mereka. Kesempatan itu di pergunakan
untuk mendalami ilmu pengajaran serta ilmu pendidikan, sehingga pada akhirnya Ki
Hajar Dewantara berhasil mendapat Europeesche Akte. Tahun 1918, Ki Hajar Dewantara
kembali ke Tanah air.
Kembalinya Ki Hajar Dewantara semakin mencurahkan perhatian kepada bangsa
dan Negara di bidang pendidikan demi meraih sebua Kemerdekaan. Ki Hajar Dewantara
bersama teman seperjuangannya mendirikan sebuah Perguruan yang bercorak nasional
yang diberi nama Nationaal Onderwijs Institut Taman Siswa (Perguruan Nasional Taman
Siswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekan kan pendidikan rasa kebangsaan
kepada peserta didik agar lebih mencintai bangsa dan tanah air untuk memperoleh
kemerdekaan. Pemerintahan Kolonial Belanda coba merintaginya dengan mengeluarkan
Ordonasi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932.
Tapi pada akhirnya Ordonasi itu dicabut, karena kegigihan beliau
memperjuangkan haknya. Selama mencurahkan semua perhatiannya dalam bidang
pendidikan di Perguruan Taman Siswa beliau masih rajin menulis, semua tulisan beliau
beralih kepada nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan.
Melalui tulisannya itu beliau berhasil meletakan dasar-dasar pendidikan nasional bagi
bangsa Indonesia. Kegiatan menulisnya berlangsung hingga zaman Pendudukan Jepang.
Tahun 1943, terbentuklah PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) yang pada waktu
masih dalam Ke Pemerintahan Jepang. Ki Hajar Dewantara dirujuk oleh Ir.Soekarno,
Drs.Moh Hatta dan K.H Mas Mansur menjadi salah seorang pemimpin. Setelah
kemerdekaan Indonesia berhasil direbut dan stabilitas pemerintahan sudah mulai
terbentuk. Beliau pun di percaya oleh Presiden Ir.Soekarno sebagai menteri Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan yang pertama di Indonesia pada saat ke Pemimpinan
Presiden Ir.Soekarno. Pada Tahun 1957 beliau mendapat gelar Doktor Honori Klausa dari
Universitas Gajah Mada di Yogyakarta.
Dua tahun setelah beliau mendapatkan gelar Doktor Honori Klausa dari
Universitas Gajah Mada di Yogyakarta beliau menghembuskan nafas terakhirnya
tepatnya tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta, dan jasad beliau dimakamkan di Taman
Wijaya Brata Yogyakarta. Nama Ki Hajar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai
seorang tokoh dan Pahlawan Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara juga mendapat
julukan sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Lalu bukan hanya itu tanggal 2 Mei hari
kelahiran beliau juga ditetapkan sebagai hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan
sebagai pahlawan pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305
Tahun 1959, tanggal 28 November 1959.
Prinsip-prinsip dari ajaran beliau kini menjadi pedoman di Taman Siswa antara
lain sebagai berikut :

1. Ing Ngarsa sung tuladha (yang didepan memberikan teladan)


2. Ing Madya Mangun Karsa (yang di tengah membangun semangat)
3. Tut Wuri Handayani (dari belakang member dukungan)

Ajaran-ajaran tersebut akan selalu menjadi dasar pendidikan di Indonesia. Pihak


Penerus perguruan Taman Siswa mendirikan museum Dewantara Kirti Griya untuk
mengenang semua jasa-jasa dan melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan beliau.

Dalam museum ini terdapat benda-benda dan karya-karya beliau sebagai pendiri
Perguruan Taman Siswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum itu
berupa karya tulis dan risalah-risalah penting serta data surat menyurat semasa hidup
beliau sebagai Journalism, Pendidika, Budayawan dan sebagai seniman yang direkam
dalam microfilm dan dilaminasi oleh Badan Arsip Nasional.

“Selain ajarannya di bidang pendidikan, Ki Hadjar juga meninggalkan pesan yang


sangat balk diteladani. Pesan tersebut kini dapat dilihat pada Museum Sumpah Pemuda di
JI. Kramat Raya, Jakarta. “Aku hanya orang biasa yang Bekerja untuk bangsa lndonesia
dengan cara Indonesia. Namun, yang penting untuk kalian yakini, sesaat pun aku tak
pernah mengkhianati tanah air dan bangsaku, lahir maupun batin aku tak pernah
mengkorup kekayaan negara.”

Bangsa ini sangat perlu mewarisi sifat dan cara pemikiran beliau di bidang
Pendidikan untuk tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara secara keseluruhan
tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status Sosial dan
Ekonomi. Yang masih harus didasari nilai Hak Asasi dan yang telah tercantum dalam
Undang-Undang.

5. Hal-Hal Yang Patut Di Teladani

Sebagai warga Indonesia tentu kita mengenal sosok Ki Hajar Dewantara. Hari
lahirnya yang jatuh pada tanggal 2 Mei dijadikan Hari Pendidikan Nasional. Hal ini tentu
saja bukan tanpa alasan, bila Negara kita menjadikan hari kelahiran Bapak Pendidikan ini
sebagai hari besar nasional. Sepak terjang beliau dalam memperjuangkan
kemerderdekaan Indonesia melalui jalur pendidikan patut kita hargai dan kita teladani.
Berikut hal-hal yang dapat kita teladani dari Ki Hadjar Dewantara :
1) Tekun belajar dalam keadaan apa pun
2) Tidak terpuruk dalam kegagalan
3) Aktif dalam kegiatan bermasyarakat (bersosialisasi)
4) Pandai memanfaatkan situsi untuk mencari peluang
5) Belajar dari Semboyan Ki Hajar Dewantara

Anda mungkin juga menyukai