B.Hakikat Bahasa
Maksudnya bahwa bahasa tersebu terdiri dari unsur-unsur atau komponen teratur dan menurut
pola tertentu.
Contohnya:
Saya = sistematis dan memiliki makna
Yasa = tidak sistematis dan tidak
memiliki makna.
Aasy = tidak sistematis dan tidak
memiliki makna.
Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya
atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional.
Hambatan dalam penyandian/symbol, hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan
tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim
dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit. Hambatan ini yang akan
sering terjadi jika terdapat perbedaan bahasa yang digunakan oleh pengirim dan penerima pesan.
Oleh karena itu dibutuhkan bahasa yang mudah dimengerti dan bahasa ndonesia merupakan
bahasa yang mudah dimengerti di Negara ini.
Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya
gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima
Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima
/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih
lanjut.
Hambatan dalam memberikan umpan balik. Umpan balik yang diberikan tidak menggambarkan
apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan
sebagainya.
b. Hambatan Fisik. Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan
alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan
sebagainya.
Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} berubah menjadi fonem /n/ kalau dasar kata yang
mengikutinya berawal dengan fonem /d,s,t/. Perlu kita catat di sini bahwa fonem /s/ hanya
khusus bagi sejumlah dasar kata yang berasal dari bahasa asing. Apabila kita mencoba berbicara
bahasa atau dialeg asing, kemungkinan kita akan menggganti fonem-fonemnya dengan fonem-
fonem yang paling mirip dalam bahasa atau dialeg kita sendiri
misalnya :
meN- + daki = mendaki
. Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} berubah menjadi /n/ apabila kata dasar yang mengikutinya
berawal dengan /c,j,s/.
Misalnya :
meN- + cabut = mencabut
Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} berubah menjadi /ng/ apabila dasar kata
yangmengikutinyaberfonem /g,h,k,x/, dan vokal.
Misalnya :
meN- + ganti = mengganti
Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan makna dan atau mempunyai
makna. Morfem dapat berupa imbuhan (misalnya me-, –an, me-, -kan) dan klitika[2]/partikel
(misalnya -lah, -kah).
Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat dilakukan dengan menggabungkan
morfem dengan kata yang mempunyai arti leksikal. Jika penggabungan menghasilkan makna
baru, unsur yang digabungkan dengan dasar itu adalah morfem.
Menurut bentuk dan maknanya, morfem ada dua macam yaitu:
a. Morfem Bebas, yaitu morfem yang dapat terdiri dari segi makna tanpa harus dihubungkan
dengan morfem yang lain. Semua kata dasar tergolong sebagai morfem bebas.
Contoh.
1. Makan
2. Tidur
3. Main
b. Morfem terikat, yaitu morfem yang tidak dapat berdiri dari satu makna. Maknanya baru jelas
setelah dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua imbuhan awalan, sisipan, akhiran,
kombinasi awalan dan akhiran, partikel –ku, -lah, -kah dan bentuk- bentuk lain yang tidak dapat
berdiri sendiri termasuk morfem terikat.
Contoh : - berperang = morfem terikat ber-
- memakai = morfem terikat me-
Prof. Ramlan mengemukakan enam perinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan
pengenalan morfem[3]
1. Prinsip 1 Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik dan arti leksikal atau arti
gramatik yang sama merupakan suatu morfem.
2. Prinsip 2 Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda merupakan suatu
morfem apabila satuan-satuan itu mempunyai arti leksikal atau arti gramatik yang sama, asal
perbedaan itu dapat dijelaskan secara fonologik[4]
4. Prinsip 4 Apabila dalam deretan struktur, suatu satuan berpararel dengan suatu kekosongan,
maka kekosongan itu adalah morfem, ialah yang disebut morfem zero.
5. Prinsip 5 Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama mungkin merupakan
satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda.
Kata
Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dari segi makna.
Seperti kata sepeda, ambil, dingin, kuliah. Empat kata ini diakui sebagai kata karena setiap kata
mempunyai makna. Berbeda dengan adepes, libma, ningid, hailuk bukan diakui kata karena tidak
mempunyai makna.
Frasa
Frasa adalah kelompok kata (gabungan dua kata atau lebih) yang tidak mengandung predikat
dan belum membentuk klausa atau kalimat. Seperti langit biru, baju batik, penyakit yang sangat
berbahaya. Cakupan makna yang dibentuk oleh frasa masih di sekitar makna lesikal kata
pembentuknya karena hakikat frasa adalah kata yang diperluas dengan memberinya keterangan,
inti maknanya tetap. Berbeda dengan (langit batik, biru baju, yang berbahaya sangat
penyakit) ini tidak dinamakan frasa karena tidak mempunyai kesatuan makna[6]
Susunan kata dalam frasa bersifat tegar (fixed), tidak tergoyahkan, dan tidak boleh dibalik
seperti: haus kekuasaan, siap tempur, temu wicara; bukan kekuasaan haus, tempur siap, wicara
temu. Jika posisinya berpindah, kelompok kata itu berpindah secara utuh. seperti:-hari ini akan
diadakan jumpa pers.
-jumpa pers akan diadakan hari ini.
Frasa di kelompokan menjadi 5 macam
1) frasa verbal (artinya sama dengan arti kata kerja)
asyik belajar (intinya: belajar)
sedang berpikir keras (intinya: berpikir)
harus menulis kembali (intinya: menulis)
2) frasa adjektiva (artinya sama dengan arti kata sifat)
sudah baik, sangat malu, harus tidak kotor, benar sekali
3) frasa adverbial (artinya sama dengan arti kata keterangan)
pada zaman jepang, dengan kereta api cepat, sebelum subuh, pada akhir pertunjukan itu
4) frasa nominal (artinya sama dengan arti kata benda)
penyakit yang sangat berbahaya, lembar jawaban ujian akhir semester, pembawa acara yang
kocak, lima lembar kuitansi tanda bukti pembayaran
5) frasa preposisional (artinya sama dengan arti kata tugas, misalnya preposisi dan konjungsi)
dari atas, oleh karena (itu), sampai dengan, dari muka, akan tetapi, ke tengah
Rangkuman Materi Kelompok 6
Materi : Kalimat Efektif
1. Kesepadanan, ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang
dipakai. Kesepadanan kalimat, ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan
kepaduan pikiran yang baik.
2. Keparalelan, adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya,
kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba,
bentuk kedua juga menggunakan verba.
3. Ketegasan, ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah
kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan
pada penonjolan itu.
4. Kehematan, adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap
tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat
menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan
terhadapkata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
5. Kecermatan adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dan tepat
dalam pilihan kata.
6. Kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga
informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
7. Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai
dengan ejaan yang berlaku
Struktur Kalimat
Kalimat tanya adalah kalimat yang di maksud untuk mendapat jawaban berupa informasi,
penjelasan atau pertanyaan.
Kalimat bernalar ialah satuan kalimat informasi yang berjalan selaras antara yang disampaikan
oleh pihak pertama dapat diterima dengan “utuh” oleh pihak kedua.
Kalimat suruh (perintah) merupakan pernyataan untuk mengerjakan sesuatu, menyatakan syarat
kejadian, tafsiran bermakna ejekan atau sindiran dan mencegah atau melarang.
Kalimat sederhana dibagi atas dua bagian, yaitu kalimat yang tak berklausa dan kalimat
berklausa satu.
Kalimat luas adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih.
Kalimat luas adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih.
Kalimat luas setara adalah struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua
kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal disebut kalimat luas
setara.
Kalimat luas bertingkat adalah kalimat yang mengandung satu kalimat dasar yang merupakan
inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur
kalimat inti itu misalnya keterangan, subjek, atau objek dapat disebut sebagai kalimat luas
bertingkat jika diantara kedua unsur tersebut digunakan sebagai konjungtor.
Kalimat luas yang tidak setara klausa yang satu merupakan bagian dari klausa lainnya.