Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS DENGAN HIPERGLIKEMIA


A. Definisi
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat defisiensi insulin
atau resistensi insulin. (Suyono, 2018).
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripoada rentang
kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 – 160
mg /100 ml darah . (Elizabeth J. Corwin, 2001 dalam Misdawati, 2014).
B. Klasifikasi
Menurut Rudijanto (2014) klasifikasi Diabetes melitus menurut American Diabetes
Association, yaitu :
1. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes tipe ini terjadi akibat kerusakan pankreas yang menyebabkan terjadinya
defisiensi insulin yang absolut dan seringkali didiagnosa pada usia anak-anak atau
remaja. Kerusakan tersebut disebabkan oleh proses autoimun dan proses yang tidak
diketahui (idiopatik). Kelangsungan hidup bagi diabetisi tipe 1 ini memerlukan
asupan insulin dari luar.
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Sekitar 95% penyandang diabetes merupakan penyandang diabetes melitus tipe 2.
Tingginya kadar glukosa darah disebabkan karena penurunan produksi insulin oleh
pankreas dengan latar belakang resistensi insulin. Pada tipe ini terkadang diperlukan
pemberian insulin dari luar apabila produksi insulin oleh pankreas sudah sangat
menurun, sehingga glukosa darah tidak dapat lagi dikendalikan dengan pengaturan
pola hidup sehat bersama pemberian obat-obatan yang diminum (obat anti diabetes
oral)
3. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes gestasional merupakan kelompok para ibu dengan peningkatan kadar
glukosa darah yang abnormal pada saat kehamilan dan akan kembali normal setelah
melahirkan. Tipe ini merupakan faktor risiko terjadinya diabetes melitus pada masa
mendatang.
C. Patofisiologi
Menurut Brunner dan Suddarth (2002) dalam Nuari (2017) pada DM tipe I terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel pankreas telah dihancurkan
oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam
hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial
(sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut
diekskresikan dalam urine (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotic. Pasien
mengalami peningkatan dalam berkemih (polyuria) dan rasa haus (polidipsi).
Pada DM tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat
dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam
sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel,
dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa
oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan.
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi
insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal
atau sedikit meningkatkan. Namun jika sel-sel tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
Sedangkan pada diabetes gestasional terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes
sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormon-
hormon plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang
menderita diabetes gestasional akan kembali normal.
D. Patogenesis
Menurut Suyono (2018), Patogenesis diabetes melitus, dibagi menjadi dua yaitu :
1. Patogenesis diabetes tipe 1
Diabetes ini terjadi karena adanya reaksi autoimun sehingga produksi insulinnya
tidak ada. Pada individu dengan diabetes tipe 1, terdapat adanya ICA (Islet Cell
Antibody) yang meningkat kadarnya oleh karena beberapa faktor pencetus seperti
infeksi virus, contohnya virus rubella, herpes, dll hingga timbulnya peradangan pada
sel beta (insulitis) yang akhirnya menyebabkan kerusakan permanen sel beta. Namun
yang diserang hanya pada sel beta, sel alfa dan delta tetap utuh.
2. Patogenesis diabetes tipe 2
Diabetes tipe ini ditandai dengan adanya resistensi insulin. Pada stadium prediabetes,
mula-mula timbul resistensi insulin yang kemudian disusul oleh peningkatan sekresi
insulin untuk mengkompensasi resistensi insulin tersebut agar kadar glukosa darah
tetap normal. Namun, lama kelamaan sel beta tidak sanggup lagi mengkompensasi
resistensi insulin itu hingga kadar glukosa darah meningkat dan fungsi sel beta makin
menurun. Saat itulah diagnosis diabetes melitus ditegakkan. Penurunan sel beta
berlangsung progresif sampai akhirnya sama sekali tidak mampu lagi mengeksresi
insulin sehingga kadar glukosa darah semakin meningkat.
E. Tanda dan gejala (Manifestasi)
Menurut Hasdianah (2014) tanda dan gejala diabetes melitus dapat digolongkan menjadi
gejala akut dan gejala kronis, yaitu :
1. Gejala akut
Gejala penyakit diabetes melitus dari satu penderita ke penderita lain sangat
bervariasi dan mungkin tidak menunjukkan gejala apapun sampai saat tertentu.
a. Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (poly), yaitu :
1) Banyak makan (poly phagia)
2) Banyak minum (poly dipsia)
3) Banyak kencing (poly uria)
b. Bila keadaan tersebut tidak segera diobati akan timbul gejala :
1) Nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun cepat (turun 5-10 kg
dalam waktu 2-4 minggu)
2) Mudah lelah
3) Bila tidak lekas diobati akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh
koma (koma diabetik)
2. Gejala kronik
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita diabetes melitus adalah sebagai
berikut :
a. Kesemutan
b. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum
c. Rasa tebal di kulit
d. Kram
e. Lelah
f. Mudah mengantuk
g. Pandangan kabur
h. Gatal disekitar kemaluan
i. Gigi mudah goyah dan lepas
j. Pada ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan berat badan bayi ≥ 4 kg.
F. Data penunjang
Menurut Wijawanti (2016) ada beberapa data penunjang diabetes melitus dengan
hiperglikemia yaitu :
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2
jam setelah pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum : meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5. Elektrolit : Na normal atau meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan
semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6. Gas darah arteri : menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7. Trombosit darah : Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8. Ureum/kreatinin : meningkat atau normal
9. Insulin darah : menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi (Tipe II)
10. Urine : gula dan aseton positif
11. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi
luka.
G. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes Melitus) digolongkan
sebagai akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007 dalam Wijayanti, 2016)
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari
glukosa darah
a. Hipoglikemia / Koma Hipoglikemia
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah yang
normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai keadaan. Salah satu bentuk
dari kegawatan hipoglikemik adalah koma hipoglikemik. Pada kasus spoor atau
koma yang tidak diketahui sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu
hipoglikemik dan merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma
hipoglikemik biasanya disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat pula
disebabkan oleh karana terlambat makan atau olahraga yang berlebih.
b. Hiperglikemik
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripoada rentang
kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 –
160 mg /100 ml darah. Hiperglikemia dapat disebabkan defisiensi insulin yang
dapat disebabkan oleh proses autoimun, kerja pancreas yang berlebih, dan
herediter. Insulin yang menurun mengakibatkan glukosa sedikit yang masuk
kedalam sel. Hal itu bisa menyebabkan lemas dengan kadar glukosa dalam darah
meningkat.
c. Ketoasidosis Diabetic (KAD)
DM Ketoasidosis adalah komplikasi akut diabetes mellitus yang ditandai dengan
dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Tidak adanya insulin atau tidak
cukupnya  jumlah insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh :
1) Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi
2) Keadaan sakit atau infeksi
3) Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak
diobati.
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah terdiagnosa menderita diabetes
melitus.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner,
vaskular perifer dan vaskular serebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati)
dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau
menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d. Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih
e. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik
H. Manajemen DM
Menurut Mahmudin (2012) tujuan utama terapi diabetes adalah dengan
menormalkan aktivitas insulin dan kadar gula darah dalam upaya untuk mengurangi
terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Merujuk pada hasil konsensus
PERKENI tahun 2011 menyebutkan 5 pilar manajemen DM tipe 2, meliputi :
1. Manajemen diet
2. Latihan fisik
3. Pemantauan kadar glukosa darah dan HbA1c
4. Terapi
5. Edukasi Kesehatan DM
I. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada penderita ulkus DM khususnya penderita setelah


menjalani tindakan operasi debridement yaitu termasuk tindakan perawatan dalam
jangka panjang.
a. Medis
Menurut Sugondo (2009 )penatalaksaan secara medis sebagai berikut :
1) Obat hiperglikemik Oral
2) Insulin
a) Ada penurunan BB dengan drastis
b) Hiperglikemi berat
c) Munculnya ketoadosis diabetikum
d) Gangguan pada organ ginjal atau hati.
3) Pembedahan
Pada penderita ulkus DM dapat juga dilakukan pembedahan yang
bertujuan untuk mencegah penyebaran ulkus ke jaringan yang masih
sehat, tindakannya antara lain :

a) Debridement : pengangkatan jaringan mati pada luka ulkus diabetikum.


b) Neucrotomi
c) Amputasi
b. Keperawatan
Menurut Sugondo (2009), dalam penatalaksaan medis secara keperawatan
yaitu :
1) Diet
Diet harus diperhatikan guna mencegah terjadinya hiperglikemia,
Makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes diantaranya ayam
tanpa kulit, ikan, putih telur, daging tidak berlemak. Sumber protein
nabati yang dianjurkan diantaranya tempe, tahu, kacang hijau, kacang
merah, kacang tanah, kacang kedelai, sayuran yang diperbolehkan
diantaranya kangkung, daun kacang, oyong, ketimun, Semua jenis
karbohidrat seperti nasi, bubur, roti, mie, kentang, singkong, ubi, sagu,
gandum, sereal dan kentang diperbolehkan namun dibatasi sesuai
kebutuhan. Langkah makan sehat bagi penderita diabetes diantaranya :
a. Makan tiga kali sehari dan jangan lewatkan waktu makan
b. Lengkapi setiap porsi makan dengan makanan karbohidrat yang
lebih kompleks meliputi roti gandum, oat, dan kentang.
c. Makan lebih banyak buah dan sayuran. Makan 3 – 5 porsi sayur
sehari secara perlahan namun teratur.
d. Kurangi gula dan makanan manis. Diet bebas gula tidak perlu benar-
benar dipatuhi dengan ketat, gula dapat dipakai sebagai salah satu
bahan didalam makanan, misalnya didalam sereal sarapan gandum
utuh. Konsumsi maksimum gula sebesar 5% dari total kebutuhan
energi sehari. Minuman manis dapat diganti dengan minuman bebas
gula.
e. Kurangi garam dengan membatasi jumlah asupan makanan olahan
serta garam tambahan. Rempah dan bumbu dapat digunakan sebagai
alternatif
f. Dalam melaksanakan diet, penderita DM tipe 2 harus mengikuti
anjuran 3J, yaitu jumlah makanan, jenis makanan dan jadwal
makanan
2) Latihan
Latihan pada penderita dapat dilakukan seperti olahraga kecil, jalan –
jalan sore, senam diabetik untuk mencegah adanya ulkus.
3) Pemantauan
Penderita ulkus mampu mengontrol kadar gula darahnya secara mandiri dan
optimal.
4) Terapi insulin
Terapi insulin dapat diberikan setiap hari sebanyak 2 kali sesudah
makan dan pada malam hari.
5) Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan dilakukan bertujuan sebagai edukasi bagi
penderita ulkus dm supaya penderita mampu mengetahui tanda gejala
komplikasi pada dirinya dan mampu menghindarinya.
6) Nutrisi
Nutrisi disini berperan penting untuk penyembuhan luka debridement,
karena asupan nutrisi yang cukup mampu mengontrol energy yang
dikeluarkan.
7) Stress Mekanik
Untuk meminimalkan BB pada ulkus. Modifikasinya adalah seperti
bedrest, dimana semua pasin beraktifitas di tempat tidur jika diperlukan.
Dan setiap hari tumit kaki harus selalu dilakukan pemeriksaan dan
perawatan (medikasi) untuk mengetahui perkembangan luka dan
mencegah infeksi luka setelah dilakukan operasi debridement tersebut.
(Smelzer & Bare, 2005)
8) Tindakan pembedahan
Fase pembedahan menurut Wagner ada dua klasifikasi antara
lain : Derajat 0 : perawatan local secara khusus tidak
dilakukan atau tidak ada.
Derajad I – IV : dilakukan bedah minor serta pengelolaan medis, dan
dilakukan perawatan dalam jangka panjang sampai dengan luka
terkontrol dengan baik. (Smelzer & Bare, 2005).
J. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam pengkajian perlu di
data biodata pasiennya dan data-data lain untuk menunjang diagnosa. Data-data tersebut harus
yang seakurat-akuratnya, agar dapat di gunakan dalam tahp berikutnya. Misalnya meliputi
nama pasien, umur, keluhan utama, dan masih banyak lainnya.
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala :  Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan. Kram otot, tonus otot menurun.
Gangguan tidur/ istirahat.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktivitas. Letargi/ disorientasi, koma. Penurunan kekuatan otot.
2. Sirkulasi
Gejala :  Adanya riwayat hipertensi ; IM akut. Klaudikasi, kebas, dan kesemutan
pada ekstremitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : Takikardia. Perubahan tekanan darah postural ; hipertensi. Nadi yang
menurun / tak ada. Distritmia. Krekels ; DVJ (GJK). Kulit panas, kering, dan
kemerahan ; bola mata cekung.
3. Integritas ego
Gejala :  Stres; tergantung pada orang lain. Masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.
Tanda : Ansietas, peka rangsang.
4. Eliminasi
Gejala :  Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia. Rasa nyeri / terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru / berulang. Nyeri tekan abdomen. Diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning ; poliuri (dapat berkembang menjadi oliguria /
anuria jika terjadi hipovolemia berat). Urine berkabut, bau busuk (infeksi). Abdomen
keras, adanya asites. Bising usus lemah dan menurun ; hiperaktif (diare).
5. Makanan / Cairan
Gejala :     Hilang nafsu makan. Mual / muntah. Tidak mengikuti diet ; peningkatan
masukan glukosa / karbohidrat. Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa
hari / minggu. Haus. Penggunaan diuretik (tiazid).
Tanda :     Kulit kering / bersisik, tugor jelek. Kekakuan / distensi abdomen, muntah.
Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula
darah). Bau halotosis / manis, bau buah (napas aseton).
6. Neurosensori
Gejala :     Pusing / pening. Sakit kepala. Kesemutan, kebas kelemhan pada otot.
Parestesia. Gangguan penglihatan.
Tanda :     Disoreantasi; mengantuk, letargi, stupor / koma (tahap lanjut). Gangguan
memori (baru, masa lalu); kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD) menurun
(koma). Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang / berat).
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi ; tampak sangat berhati-hati
8. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi / tidak).
Tanda : Lapar udara. Batuk, dengan / tanpa sputum purulen (infeksi). Frekuensi
pernapasan.
9. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal ; ulkus kulit.
Tanda : Demam, diaforesis. Kulit rusak, lesi / ulserasi. Menurunnya kekuatan
umum / rentang gerak. Parestesia /paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika
kadar kalium menurun dengan cukup tajam).
10. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi). Masalah impoten pada pria ; kesulitan
orgasme pada wanita.
11. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala :  Faktor resiko keluarga ; DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi.
Penyembuhan yang lambat. Penggunaan obat seperti steroid, diuretik (tiazid);
Dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau
tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan.
Pertimbangan : DRG (kelompok diagnosis yang berhubungan) menunjukan rerata
lama dirawat : 5,9 hari.
Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diet,
pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien yang mengalami penyakit diabetes
militus:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan keseimbangan
insulin, makanan dan aktivitas jasmani.
2. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d kurang pengetahuan tenatang
manajemen diabetes
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah ke perifer, proses
penyakit (DM).
4. Resiko kekurangan volume cairan b.d diuresis osmotik.
5. Keletihan b.d metabolism fisik untuk produksi energi berat akibat kadar gula darah tinggi.
6. Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan (nekrosis luka gengrene).
7. Nyeri akut b.d kerusakan jaringan akibat hipoksia perifer.
8. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes mellitus).
9. Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan b.d
kurangnya informasi
10. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya
3. Intervensi

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan Manajemen Nutrisi
nutrisi, kurang dari tubuh Definisi : menyediakan dan meningkatkan intake nutrisi
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan nutrisi
yang seimbang
pasien terpenuhi. Aktivitas :
Status Nutrisi 1. Instruksikan kepada pasien mengenai kebutuhan nutrisi
Asupan makanan dan cairan dari skala 2 (banyak 2. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
menyimpang dari rentang normal) ditingkatkan menjadi dibutuhkan oleh pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi
skala 4 (sedikit menyimpang dari rentang normal) 3. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat
mengkonsumsi makanan
Perilaku patuh : diet yang disarankan 4. Monitor kalori dan asupan makanan pasien
1. Memilih makanan yang sesuai dengan diet yang 5. Monitor kecenderungan terjadinya kenaikan atau
ditentukan dari skala 2 (jarang menunjukkan) penurunan berat badan pada pasien
ditingkatkan menjadi skala 4 (sering menunjukkan)
2. Memilih minuman yang sesuai dengan diet yang
ditentukan dari skala 2 (jarang menunjukkan)
ditingkatka menjadi skala 4 (sering menunjukkan)
Pengetahuan : diet yang sehat
1. Intake nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan individu
dari skala 2 (pengetahuan terbatas) ditingkatkan
menjadi skala 4 (pengetahuan banyak)
2 Resiko ketidakstabilan Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah Manajemen Hiperglikemi
kadar glukosa darah Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan 1. Monitor kadar gula daraah, sesuai indikasi
ketidakstabilan kadar glukosa darah normal. 2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemi: poliuria,
Kadar glukosa darah polidipsi, polifagi, kelemahan, latergi, malaise,
Glukosa darah dari skala 2 (deviasi yang cukup besar dari pandangan kabur atau sakit kepala.
kisaran normal) ditingkatkan menjadi skala 4 (deviasi 3. Monitor ketourin, sesuai indikasi.
ringan sedang dari kisaran normal) 4. Brikan insulin sesuai resep
Keparahan Hiperglikemia 5. Dorong asupan cairan oral
Peningkatan glukosa darah dari skala 2 (berat) ditingkatkan 6. Batasi aktivitas ketika kadar glukosa darah lebih dari
menjadi skala 4 (ringan) 250mg/dl, khusus jika ketourin terjadi
Manajemen diri : diabetes 7. Dorong pemantauan sendiri kadar glukosa darah
Memantau glukosa darah dari skala 2 (jarang 8. Intruksikan pada pasien dan keluarga mengenai
menunjukkan) ditingkatkan menjadi skala 4 (sering manajemen diabetes
menunjukkan) 9. Fasilitasi kepatuhan terhadap diet dan regimen latihan
Pengajaran: Peresepan Diet
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien mengenai diet yang
disarankan
2. Kaji pola makan pasien saat ini dan sebelumnya,
termasuk makanan yang di sukai
3. Ajarkan pasien membuat diary makanan yang
dikonsumsi
4. Sediakan contoh menu makanan yang sesuai
5. Libatkan pasien dan keluarga
3 Ketidakefektifan Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer Pengecekan Kulit
perfusi jaringan perifer Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer pasien dapat berkurang. 1. Gunakan alat pengkajian untuk mengidentifikasi pasien
Status sirkulasi yang berisiko mengalami kerusakan kulit.
1. Parestesia dari skala 2 (cukup berat) ditingkatkan 2. Monitor warna dan suhu kulit
menjadi skala 4 (ringan) 3. Periksa pakaian yang terlalu ketat
2. Asites dari skala 2 (cukup berat) ditingkatkan menjadi 4. Monitor kulit dan selaput lendir terhadap area
skala 4 (ringan) perubahan warna, memar, dan pecah.
5. Ajarkan anggota kelurga/pemberi asuhan mengenai
Perfusi jaringan : perifer tanda-tanda kerusakan kulit, dengan tepat.
Parestsia dari skala 2 (cukup berat) ditingkatkan menjadi Manajemen Sensasi Perifer
skala 4 (ringan) 1. Monitor sensasi tumpul atau tajam dan panas dan dingin
Koagulasi darah (yang dirasakan pasien)
Pembentukan bekuan dari skala 2 (deviasi cukup besar dari 2. Monitor adanya Parasthesia dengan tepat
kisaran normal) ditingkatkan menjadi skala 4 (deviasi 3. Intruksikan pasien dan keluarga untuk memeriksa kulit
ringan dari kisaran normal) setiap harinya
Tanda-tanda vital 4. Letakkan bantalan pada bagian tubuh yang terganggu
Suhu tubuh dari skala 2 (deviasi cukup besar dari kisaran untuk melindungi area tersebut
normal) ditingkatkan menjadi skala 4 (deviasi ringan dari
kisaran normal) Perawatan Kaki
1. Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai
perawatan kaki rutin
2. Anjurkan pasien dan keluarga mengenai pentingnya
perawatan kaki
3. Periksa kulit untuk mengetahui adanya iritasi, retak,
lesi, dll
4. Keringkan pada sela-sela jari dengan seksama
4 Keletihan Keletihan Manajemen Energi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan 1. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan
keletihan pada pasien dapat dikurangi. 2. Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secaraverbal
Konservasi energy mengenai keterbatasan yang dialami
Mempertahankan intake nutrisi yang cukup dari skala 2 3. Tentukan persepsi pasien/orang terdekat dengan pasien
(jarang menunjukkan) ditingkatkan menjadi skala 4 (sering mengenai penyebab kelelahan
menunjukkan) 4. Pilih intervensi untuk mengurangi kelelahan baik secara
Toleransi terhadap aktivitas farmakologis maupun nonfarmakologis
1. Kekuatan tubuh bagian atas dari skala 2 (banyak Manajemen Nutrisi
terganggu) ditingkatkan menjadi skala 4 (sedikit 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien
terganggu) untuk memenuhi kebutuhan gizi
2. Kekuatan tubuh bagian bawah dari skala 2 (banyak 2. Intruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
terganggu) ditingkatkan menjadi skala 4 (sedikit 3. Atur diet yang diperlukan
terganggu) 4. Anjurkan pasien mengenai modifikasi diet yang
Tingkat kelelahan diperlukan
1. Kelelahan dari skala 2 (cukup besar) ditingkatkan 5. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk
menjadi skala 4 (ringan) kondisi sakit.
2. Kehilangan selera makan dari skala 2 (cukup besar)
ditingkatkan menjadi skala 4 (ringan)
Keletihan : efek yang menganggu
1. Penurunan energi dari skala 2 (cukup besar)
ditingkatkan menjadi skala 4 (ringan)
2. Perubahan status nutrisi dari skala 2 (cukup besar)
ditingkatkan menjadi skala 4 (ringan)
5 Kerusakan integritas Kerusakan integritas jaringan Pengecekan kulit
jaringan Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan 1. Gunakan alat pengkajian untuk mengidentifikasi pasien
kerusakan integritas jaringan dapat berkurang. yang berisiko mengalami kerusakan kulit.
Status sirkulasi 2. Monitor warna dan suhu kulit
1. Kekuatan nadi dorsal pedis kanan dari skala 2 (deviasi 3. Periksa pakaian yang terlalu ketat
cukup besar dari kisaran normal) ditingkatkan menjadi 4. Monitor kulit dan selaput lendir terhadap area
skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal) perubahan warna, memar, dan pecah.
2. Kekuatan nadi dorsal pedis kiri dari skala 2 (deviasi 5. Ajarkan anggota kelurga/pemberi asuhan mengenai
cukup besar dari kisaran normal) ditingkatkan menjadi tanda-tanda kerusakan kulit, dengan tepat.
skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal)
Perfusi jaringan : perifer
1. Pengisian kapiler jari dari skala 2 (deviasi yang cukup
besar dari kisaran normal) ditingkatkan menjadi skala 4
(deviasi ringan dari kisaran normal)
2. Pengisian kapiler jari-jari kaki dari skala 2 (deviasi yang
cukup besar dari kisaran normal) ditingkatkan menjadi
skala 4 (deviasi ringan dari kisaran normal)
Integritas jaringan : kulit dan membran mukosa
1. Perfusi jaringan dari skala 2 (banyak terganggu)
ditingkatkan menjadi skala 4 (sedikit terganggu)
2. Integritas kulit dari skala 2 (banyak terganggu)
ditingkatkan menjadi skala 4 (sedikit terganggu)
Penyembuhan luka : primer
Memperkirakan kondisi tepi luka dari skala 2 (terbatas)
dotingkatkan menajdi skala 4 (besar)
6. Nyeri Akut Nyeri akut Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan nyeri Definisi : Pengurangan atau reduksi nyeri sampai pada
akut pada pasien berkurang. tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.
Kontrol nyeri Aktivitas :
1. Mengenali kapan nyeri terjadi dari skala 2 (jarang 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
menunjukkan) ditingkatkan menjadi skala 4 (sering terhadap pasien
menunjukkan) 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
2. Menggambarkan faktor penyebab dari skala 2 (jarang ketidakanyamanan
menunjukkan) ditingkatkan menjadi skala 4 (sering 3. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai
menunjukkan) nyeri
Kepuasan klien : Manajemen nyeri 4. Evaluasi pengalaman nyeri pasien di masa lalu yang
1. Nyeri terkontrol dari skala 2 (agak puas ) ditingkatkan meliputi riwayat nyeri kronik pasien ataupun keluarga
menjadi skala 4 (sangat puas ) 5. Tentukan kebutuhan frekuensi untuk melakukan
2. Tingkat nyeri dipantau secara reguler dari skala 2 (agak pengkajian ketidaknyamanan pasien
puas ) ditingkatkan menjadi skala 4 (sangat puas ) 6. Kurangi faktor yang dapat meningkatkan nyeri pada
pasien
7. Gunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri pada
pasien bertambah berat
8. Dukung pasien untuk istirahat atau tidur untuk
menurunkan rasa nyeri
7 Resiko infeksi Resiko infeksi Kontrol Infeksi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan tidak Definisi: Meminimalkan Infeksi
terjadi infeksi pada pasien. 1. Ganti peralatan perawatan per pasien sesuai protokol
Deteksi risiko institusi
1. Mengenali tanda dan gejala yang mengindikasikan risiki 2. Anjurkan pasien mengenai teknik mencuci tangan
dari skala 2 (jarang mnunjukkan) ditingkatkan menjadi dengan tepat
skala 4 (sering menunjukkan) 3. Pastikan penanganan aseptik dari semua saluran IV
2. Memonitor perubahan status kesehatan skala 2 (jarang Perlindungan Infeksi
mnunjukkan) ditingkatkan menjadi skala 4 (sering Definisi: Pencegahan dan deteksi dini infeksi pada pasien
menunjukkan) beresiko
Kontrol risiko 1. Monitor kerentanan terhadap infeksi
1. Mengidentifikasi faktor risiko dari skala 2 (jarang 2. Berikan perawatan klit yang tepat Periksa kulit dan
mnunjukkan) ditingkatkan menjadi skala 4 (sering selaput lendir untuk adanya kemerahan, kehangatan
menunjukkan) ektrim, atau drainase
2. Mengenali faktor risiki skala 2 (jarang mnunjukkan) 3. Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana cara
ditingkatkan menjadi skala 4 (sering menunjukkan) menghindari infeksi
8 Defisiensi Defisiensi pengetahuan Fasilitasi Pembelajaran
pengetahuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan 1. Tekankan pentingnya mengikuti evaluasi medik, dan
pengetahuan pasien mengenai diabetes mellitus tipe 2 kaji ulang gejala yang memerlukan pelaporan segera ke
bertambah. dokter
Pengetahuan : manajemen diabetes 2. Diskusikam tanda/gejala DM, contoh polidipsia,
1. Pencegahan hiperglikemia dari skala 2 (pengetahuan poliuria, kelemahan, penurunan berat badan
terbatas) ditingkatkan menjadi skala 4 (pengetahuan 3. Gunakan bahasa yang umum digunakan
banyak) 4. Berikan informasi yang sesuai dengan lokus kontrol
2. Prosedur yang harus diikuti dalam mengobati pasien
hoperglikemia dari skala 2 (pengetahuan terbatas) 5. Berikan informasi sesuai tingkat perkembangan pasien
ditingkatkan menjadi skala 4 (pengetahuan banyak) Modifikasi Perilaku
Perilaku patuh : diet yang sehat 1. Tentukan motivasi pasien untuk perubahan perilaku
Mencari informasi tenyang panduan nutrisi baku dari skala 2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi kekuatan
2 (jarang dilakukan) ditingkatkan menjadi skala 4 (sering 3. Dukung untuk mengganti kebiasaan yang tidak
dilakukan) diinginkan dengan kebiasaan yang diinginkan
Perilaku patuh : diet yang disarankan 4. Tawarkan penguatan yang positif dalam pembuatan
1. Menggunakan informasi gizi pada label untuk keputusan mandiri pasien
menentukan pilihan dari skala 2 (jarang menunjukkan)
ditingkatkan menjadi skala 4 (sering menunjukkan)
2. Mengikuti rekomendasi untuk jumlah makanan per hari
dari skala 2 (jarang menunjukkan) ditingkatkan
menjadi skala 4 (sering menunjukkan)
Perilaku patuh : aktivitas yang disarankan
Membahas aktivitas rekomendasi dengan profesional
kesehatan dari skala 2 (jarang menunjukkan) ditingkatkan
menjadi skala 4 (sering menunjukkan)
9 Ansietas Ansietas Pengurangan kecemasan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan ansietas Definisi: Mengurangi tekanan, ketakutan, firasat, maupun
pasien berkurang. ketidaknyamanan terkait dengan sumber-sumber bahaya
Tingkat kecemasan yang tidak teridentifikasi
1. Tidak dapat beristirahat dari skala 2 (cukup berat) Akivitas:
ditingkatkan menjadi skala 4 (ringan) 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
2. Perasaan gelisah dari skala 2 (cukup berat) ditingkatkan 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien
menjadi skala 4 (ringan) 3. Pahami situasi krisis yang terjadi dari perspektif klien
3. Gangguan tidur dari skala 2 (cukup berat) ditingkatkan 4. Berikan informasi faktual tekait diagnosa, perawatan
menjadi skala 4 (ringan) dan prognosis
Memproses informasi 5. Berada disisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan
Menunjukkan proses pikir yang terorganisir dari skala 2 mengurangi ketakutan
(banyak terganggu) ditingkatkan menjadi skala 4 (sedikit 6. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara
terganggu) yang tepat
Kepuasan klien : perawatan psikologis 7. Berikan objek yang menunjukkan perasaan aman
1. Informasi di berikan tentang perjalanan penyakit dari 8. Puji/kuatkan perilaku yang baik secara tepat
skala 2 (agak puas) ditingkatkan menjadi skala 4 9. Identifikasi saat terjadinya perubahan tingkat
(sangat puas) kecemasan
2. Informasi di berikan mengenai respon emosional yang 10. Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu
biasa terhadap penyakit dari skala 2 (agak puas) kecemasan
ditingkatkan menjadi skala 4 (sangat puas) 11. Dukung penggunaan mekanisme koping yang sesuai
12. Pertimbangkan kemampuan klien dalam mengambil
keputusan
13. Intruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
14. Kaji untuk tanda verbal dan non verbal kecemasan
Peningkatan koping
Definisi : Fasilitasi usaha kognitif untuk meneglola stressor
yang dirasakan, perubahan, atu ancaman yang mengganggu
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan peran
Aktivitas:
1. Bantu pasien dalam memecah tujuan kompleks menjadi
lebih kecil, dan langkah yang dapat dikelola
2. Dukung sikap pasien terkait dengan harapan yang
realistis sebagai upaya untuk mengatasi perasaan
ketidakberdayaan
3. Cari jalan untuk memahami prespektif pasien terhadap
situasi
4. Kenali latar belakang budaya/spiritual pasien
5. Dukung pasien untuk mengklarifikasi kesalahpahaman
DAFTAR PUSTAKA

Amalia rizki. 2017. “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Melitus Tipe II”.
Jurnal Kesehatan
Hasdianah. 2014. Mengenal Diabetes Melitus Pada Orang Dewasa Dan Anak-Anak Dengan
Solusi Herbal. Nuha Medika : Yogyakarta.
Mahmudin amir. 2012. “Evaluasi Manajemen Mandiri Karyawan Penyandang Diabetes
Mellitus Tipe 2 Setelah Mendapatkan Edukasi Kesehatan Di Pt Indocement Tunggal
Prakarsa Plantsite Citeureup”. Jurnal Kesehatan
Misdawati. 2014. “Asuhan Keperawatan Hiperglikemia” Jurnal Kesehatan
Nuari Nian Afrian. 2017. Strategi Manajemen Edukasi Pasien Diabetes Mellitus.
Deepublish : Yogyakarta.
Rudijanto Achmad, 2014. Keterangan Ringkas Tentang Diabetes Melitus (Kencing Manis).
UBMedia : Malang.
Suyono Slamet et al, 2018. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Balai Penerbit
FKUI : Jakarta.
Wijayanti Dhea Imas. 2016. “Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus” Jurnal Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai