Anda di halaman 1dari 49

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

GAMBARAN PELAKSANAAN PATIENT MEDICATION RECORD (PMR)


DI APOTEK DI KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA PADA
PERIODE TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh:
Ryan Oktavianus Wilson
NIM : 148114016

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

GAMBARAN PELAKSANAAN PATIENT MEDICATION RECORD (PMR)


DI APOTEK DI KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA PADA
PERIODE TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh:
Ryan Oktavianus Wilson
NIM : 148114016

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

“SELAMA KITA MASIH PUNYA TEKAD YANG TERPELIHARA


DALAM SEMANGAT, MAKA TIADA KATA TERLAMBAT UNTUK
MEMULAI SEBUAH AWAL YANG BARU”

Hanya dengan kasih dan rahmat Tuhan yang Maha Esa, dapat kupersembahkan
karya ini untuk :
Papa, Mama, Kakak, dan Abangku dan seluruh keluarga, kerabat yang tercinta,
yang selalu memberikanku motivasi dan semangat serta Alamamaterku
Universitas Sanata Dharma.

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala berkat,rahmat, dan limpahan kasih-Nya yang tak terbatas, sehingga penulis
dapat menyelesaikan naskah skripsi yang berjudul “Gambaran Pelaksanaan
Patient Medication Record (PMR) Di Apotek Di Kabupaten Sleman,
Yogyakarta Pada Periode Tahun 2017” sebagai syarat memperoleh gelar
sarjana farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak
baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :

1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt., selaku Ketua Program Studi Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Dr. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak memberikan tambahan ilmu, meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran untuk berdiskusi dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Ibu T.B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D., Apt., selaku dosen penguji atas
semua kritik, saran dan dukungan yang membangun.
5. Ibu Putu Dyana Christasani, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji atas semua
kritik, saran dan dukungan yang membangun.
6. Pemerintahan daerah kabupaten Sleman, Yogyakarta yang telah memberikan
ijin sehingga dapat dilaksanakannya penelitian ini dengan baik dan lancar.
7. Responden (Apoteker Pengelola Apotek, maupun Apoteker Pendamping) di
Apotek di Kab.Sleman Yogyakarta yang bersedia meluangkan waktu untuk
mengisi kuisioner sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan
lancar.
8. Keluarga tercinta, Bapak Hin Lung, Ibu Serifah, serta kakak dan abang saya,
dr. Viona dan Hengky Wilson yang telah menyemangati saya dan
memberikan dukungan serta motivasi dalam membimbing dari awal hingga
berakhirnya penulisan skripsi ini.
9. Cindy Laura yang telah menemani saya dan selalu memberikan semangat,
mulai dari awal hingga berakhirnya penulisan skripsi ini, serta dukungan dan
motivasi yang tak henti-hentinya diberikan kepada saya.
10. Teman-teman seluruh angkatan FSM 2014 yang telah berdinamika, baik
panitia maupun perkuliahan.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis yang telah
membantu selama proses penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan
serta jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir kata,
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa,
lingkungan akademis, masyarakat serta dapat memberikan sumbangan kecil
bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang ilmu farmasi.

Yogyakarta, 9 Januari 2018


Penulis

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
HALAMAN PERSEMBAHAN v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vii
PRAKATA viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR LAMPIRAN xii
DAFTAR GRAFIK xiii
DAFTAR TABEL xiv
ABSTRAK xv
ABSTRACT xvi
PENDAHULUAN 1
METODE PENELITIAN 2
Rancangan dan Subjek Penelitian 2
Alat dan Bahan Penelitian 3
Jalannya Penelitian 4
Analisis dan Interpretasi Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Karakteristik Responden 7
1. Usia Responden 7
2. Lama Bekerja di Apotek 7
3. Posisi Responden di Apotek 8
4. Pekerjaan Lain 8
5. Waktu Kerja dalam Seminggu 9
6. Waktu Kerja dalam Satu Hari 10
Hasil Pelaksanaan Dokumentasi Patient Medication Record 11
KESIMPULAN 16

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SARAN…………………………………………………………………….. 16
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 19
BIOGRAFI PENULIS 33

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Consent Uji Pemahaman Bahasa 19
Lampiran 2. Informed Consent Uji Reliabilitas 20
Lampiran 3. Informed Consent Pengambilan Sampel/Data 21
Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas 22
Lampiran 5. Prosedur PMR yang terdapat dalam CPFB-GPP 23
Lampiran 6. Kuisioner Penelitian 24
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian 26
Lampiran 8. Hasil Pengambilan Data di Apotek di Kab.Sleman 27
Lampiran 9. Hasil Jawaban Responden dalam Kuisioner Penelitian 29
Lampiran 10. Panduan dan Ringkasan Hasil Wawancara Responden 31

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Usia Responden 7
Gambar 2. Posisi Responden di Apotek 8
Gambar 3. Waktu Kerja Responden dalam Seminggu 9

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL
Tabel I. Kategori Penilaian Hasil Jawaban Kuisioner 6
Tabel II. Lama Responden Bekerja di Apotek 7
Tabel III. Pekerjaan Lain Responden Selain Apoteker di Apotek 8
Tabel IV. Waktu Kerja Responden dalam Satu Hari 10
Tabel V. Scoring Hasil Pengisian Kuisioner 11

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Abstrak

Catatan Pengobatan Pasien / Patient Medication Record (PMR)


merupakan salah satu dokumen dari pelayanan kefarmasian yang dilakukan
apoteker di apotek berdasarkan Permenkes no.73/2016 dan merupakan bagian
dalam Good Pharmacy Practice. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran pelaksanaan dokumentasi PMR di apotek di wilayah Kab.Sleman,
Yogyakarta. Kriteria responden pada penelitian ini yakni Apoteker Pengelola
Apotek (APA) atau Apoteker Pendamping (APING) yang menjalankan praktek di
Apotek di wilayah Kab.Sleman, Yogyakarta dan bersedia mengisi kuisioner
penelitian. Proses pengumpulan data dilakukan pada hari yang sama saat
kuisioner dibagikan kepada responden atau 7 hari setelah kuisioner dibagikan
kepada responden. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan cara
menggambarkan data menggunakan tabel dan grafik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60% dari 30 responden telah
memahami pelaksanaan dokumentasi Patient Medication Record (PMR) dan tidak
ditemukan bukti fisik dokumentasi Patient Medication Record (PMR). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Patient Medication Record (PMR) di Apotek
di Kab.Sleman, Yogyakarta pada tahun 2017 belum dilaksanakan.

Kata Kunci : Patient Medication Record, Cara Pelayanan Kefarmasian yang


Baik, Apotek.

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Abstract

Patient Medication Record (PMR) is one of the documents of pharmacy


services conducted by pharmacists at pharmacies based on Permenkes no.73 /
2016 and is part of Good Pharmacy Practice. This study aims to get a picture of
the implementation of PMR documentation in pharmacies in the region of
Kab.Sleman, Yogyakarta. Criteria of respondents in this study were Apoteker
Pengelola Apotek (APA) or Apoteker Pendamping (APING) who practiced in
Apotek in Kab.Sleman, Yogyakarta and had been willing to fill out a research
questionnaire. The data collection process was conducted on the same day when
the questionnaire was distributed to the respondents or after 7 days when the
questionnaire was distributed to the respondents. Data analysis is done
descriptively by describing data using tables and graphs.
The results showed that 60% of 30 respondents had understood the
implementation of Patient Medication Record (PMR) documentation and there
was no physical document of Patient Medication Record (PMR). So it can be
concluded that Patient Medication Record (PMR) in Apotek in Kab.Sleman,
Yogyakarta in 2017 has not been implemented.

Keywords : Patient Medication Record, Good Pharmacy Practice, Pharmacy.

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENDAHULUAN
Catatan pengobatan pasien (Patient Medication Record) adalah
dokumentasi penggunaan obat dari pelayanan kefarmasian yang diberikan oleh
seorang apoteker. Tujuan dari PMR adalah untuk melakukan pencatatan sejarah
penyakit dan pengobatan pasien. Efek dari tidak dilaksanakannya PMR yakni
dapat menurunkan waktu dari keberhasilan terapi serta dapat meningkatkan
terjadinya efek samping obat yang merupakan efek yang tidak diinginkan pada
dosis terapi dikarenakan tidak adanya riwayat pasien, seperti alergi, penyakit lain
yang dialami pasien, serta rekonsiliasi obat pasien (Mashuda, 2011).
Apoteker dalam menjalankan tugas kefarmasian diwajibkan untuk selalu
membuat catatan pengobatan pasien (resep/non resep), apoteker yang melayani
obat non resep atau pelayanan swamedikasi harus memberikan edukasi kepada
pasien yang memerlukan obat non resep untuk penyakit ringan dengan
memilihkan obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai (Depkes RI, 2016).
Pekerjaan kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan,
kemanusiaan, keseimbangan, dan perlindungan serta keselamatan pasien atau
masyarakat yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang memenuhi standar dan
persyaratan keamanan, mutu, dan kemanfaatan (Kementerian Kesehatan, 2009).
Oleh karena itu, setiap pelayanan kefarmasian yang dilaksanakan di apotek
seharusnya wajib dilengkapi dengan dokumentasi berupa PMR untuk mendukung
terlaksananya pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien (patient
oriented).
Menurut kepmenkes RI nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 medication
record adalah catatan pengobatan pasien. Pencatatan setiap pasien ini bertujuan
apabila sewaktu-waktu dibutuhkan informasi mengenai riwayat pengobatannya
dan sumber bagi apoteker untuk melaksanakan pelayanan residensial (home care).
Hasil penelitian di Apotek Kota Yogyakarta pada tahun 2007
menunjukkan bahwa sebesar 60,87% apoteker tidak selalu melakukan pengisian
medication record dan terdapat 39,13 % apoteker yang selalu melakukan
pengisian medication record. Hal yang menyatakan apoteker tidak selalu
melakukan pengisian medication record dikarenakan hanya mendokumentasi

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pada pasien tertentu, seperti pasien lansia dan pasien dengan penyakit tertentu
seperti TBC,diabetes (Sukmajati, 2007).
Hasil penelitian di Apotek kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta pada
tahun 2008, menunjukkan hanya 33% apoteker yang selalu melakukan pengisian
medication record dan selebihnya sebesar 67% apoteker tidak selalu melakukan
pengisian medication record. Alasan yang dikemukakan adalah keterbatasan
waktu dan tenaga. Dengan semakin banyaknya pasien dan keterbatasan tenaga
pengisian, Medication record tidak dilakukan lagi (Isdaryatmo, 2008).
Patient Medication Record (PMR) merupakan bagian yang harus
dijalankan oleh apoteker dalam menjalankan praktek kefarmasiannya (Depkes RI,
2016)., karena perlunya penerapan dokumentasi ini, maka peneliti ingin
mengetahui apakah PMR sudah diterapkan dengan baik dan benar sesuai
ketentuan yang berlaku di Apotek di Kab. Sleman, Yogyakarta pada tahun periode
2017. Mengingat berdasarkan beberapa penelitian penerapan dokumentasi ini
sangat jarang dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau Apoteker
pendamping (APING) padahal dokumentasi ini sangat penting untuk menunjang
keberhasilan terapi serta dapat menghindari terjadinya medication error pada
pasien karena segala informasi pengobatan pasien tercatat di dokumentasi
tersebut. Hal-hal yang disebutkan di atas merupakan hal yang mendukung
dilakukannya penelitian ini.

METODE PENELITIAN
Rancangan dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di apotek-apotek di Kab.Sleman, Yogyakarta dari
bulan September sampai dengan bulan Desember 2017, Penelitian ini termasuk
dalam jenis penelitian non ekperimental dengan rancangan penelitian Case Series.
Case Series adalah suatu rancangan penelitian yang menggambarkan sekelompok
kasus dengan masalah yang sama.
Subyek dalam penelitian ini adalah Apoteker Pengelola Apotek (APA)
atau Apotek Pendamping (APING) yang sedang bekerja di apotek yang berada di
wilayah Kab.Sleman, Yogyakarta, jumlah apotek yang diambil sebagai subyek

2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sebanyak 30 apotek yang berada di wilayah Kab.Sleman, Yogyakarta; Apoteker


Pengelola Apotek (APA) atau Apotek Pendamping (APING) sebagai responden
yang bersedia mengisi kuisioner penelitian serta dilakukan proses wawancara
serta tepat waktu dalam melakukan pengisian kuisioner yang diberikan yakni
selama 7 hari dari penyerahan kuisioner, jika APA atau APING yang
bersangkutan meminta kuisioner untuk ditinggal.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat penelitian dalam penelitian ini adalah kuisioner yang berisi 20 butir
pertanyaan tentang Patient Medication Record (PMR) dan diberikan 2 pilihan
jawaban, yakni Ya dan Tidak; 20 butir pertanyaan kuisioner terdiri dari 10
favorable dan 10 unfavorable.
Proses pembuatan kuisioner melewati tahapan pengujian kuisioner mulai
dari uji validitas konstruk dan expert judgment yakni seorang yang ahli dalam
bidang komunitas farmasi, sebuah instrumen dikatakan valid jika instrumen
tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur dalam penelitian ini hendak
mengukur gambaran pelaksanaan dokumentasi Patient Medication Record (PMR)
di wilayah Kab.Sleman, Yogyakarta sesuai dengan prosedur CPFB/GPP. Adapun
uji validitas perlu dilakukan guna mengukur sah atau tidaknya suatu instrumen
pengujian validitas mengacu kepada konsep dari pedoman CPFB khususnya
bagian PMR dan selajutnya diuji oleh seorang ahli atau expert dalam bidang yang
diteliti, selanjutnya sebelum kuisioner dibagikan kepada responden terlebih
dahulu dilakukan Uji Pemahaman Bahasa dan Uji Reliabilitas, sebanyak 5
kuisioner disebarkan untuk dilakukan Uji Pemahaman Bahasa dan sebanyak 5 dari
5 apotek dengan responden APA atau APING sudah mengerti dan paham secara
keseluruhan tentang pertanyaan yang terdapat pada kuisioner sehingga tidak ada
pertanyaan tentang pertanyaan kuisioner yang membingunkan responden dengan
itu semua responden dapat mengerti secara keseluruhan pertanyaan yang terdapat
dalam kuisioner penelitian, dan untuk Uji Reliabilitas, sebanyak 30 apotek
dibagikan kuisioner dan APA atau APING sebagai responden dilakukan uji
reliabilitas untuk mengetahui konsistensi dari kuisioner yang telah dibuat tersebut,
proses uji reliabel jika r > 0,60 pengujian reliabel dilakukan setelah 30 kuisioner

3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sudah diisi oleh responden dengan sebelumnya responden telah menyetujui inform
consent untuk bersedia mengisi kuisioner dan dijadikan tahapan untuk
dilakukannya uji reliabilitas. Pengujian reliabilitas ini dilakukan di perpustakan
Universitas Sanata Dharma kampus 3 paingan Yogyakarta dengan program
Microsoft excel menggunakan metode Split half KR20 (Kuder-Richardson)
ganjil,genap dan hasil pengujian reliabel dengan menggunakan metode Split half
KR20 (Kuder-Richardson) ganjil, genap yang didapatkan yakni r = 0,88.
Kuisioner dikatakan reliabel karena r > 0,60, yakni 0,88 > 0,60. Dengan melewati
tahapan pengujian kuisioner yang telah disebutkan diatas maka instrumen
kuisioner sudah siap dipakai dalam penelitian ini.

=(
= 1.05 x 0.835
= 0.88

Jalannya Penelitian
Penyusunan kuisioner yang digunakan untuk pengambilan data dilakukan
dan dikembangkan sesuai dengan prosedur-prosedur literatur CPFB (Cara
Pelayanan Kefarmasian yang Baik)/ Good Pharmacy Practice (GPP), pedoman
CPFB yang dibuat menjadi sebuah kuisioner hanya pada bagian prosedur
dokumentasi pengobatan Patient Medication Record (PMR). Pemilihan responden
yang melakukan pengisian kuisioner yakni, Apoteker Pengelola Apotek (APA)
atau Apoteker Pendamping (APING) yang sedang bekerja pada apotek-apotek
yang berada di wilayah Kab.Sleman, Yogyakarta yang sudah di sampling dengan
metode simple random sampling dari jumlah total apotek di wilayah Kab.Sleman
Yogyakarta sebanyak 296 apotek. Tahap berikunya yakni, meminta surat ijin
penelitian dari pemerintah daerah Kab.Sleman Yogyakarta untuk dapat

4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dilaksanakannya penyebaran kuisioner ke apotek-apotek di Kab.Sleman


Yogyakarta yang sudah di sampling.
Tahap berikunya yakni, meminta surat ijin penelitian dari pemerintah
daerah Kab.Sleman Yogyakarta (Bappeda) untuk dapat dilaksanakannya
penyebaran kuisioner ke apotek-apotek di Kab.Sleman Yogyakarta yang sudah di
sampling tersebut. Sebelum responden mengisi kuisioner yang telah disebarkan
tersebut, terlebih dahulu responden mengisi inform consent yang sudah disediakan
oleh peneliti dengan isi persetujuan yakni kesediaan responden untuk mengisi
kuisioner yang telah disepakati oleh kedua pihak, dalam hal ini kesepakatan antara
peneliti dan responden, sehingga dalam proses pengisian kuisioner dapat berjalan
sesuai dengan sebagai semestinya dan tidak merugikan kedua belah pihak. Isi dari
inform consent yang diberikan antara lain, berisi mengenai penjelasan mengenai
informasi penelitian yang dilakukan, persetujuan kesediaan responden untuk ikut
berpartisipasi dalam pengisian kuisoner yang diberikan oleh peneliti, responden
dapat membatalkan isi perjanjian apabila dikemudian hari terdapat hal yang tidak
sesuai dengan kesepakatan awal, serta kontraprestasi yakni ucapan terima kasih
peneliti kepada responden dalam kesediaan memberikan waktunya dalam proses
pengisian kuisoner tersebut.

Analisis dan Interpretasi Data


Dalam penelitian ini, hasil data jawaban kuisioner responden dianalisis
secara deskriptif. Analisis data dilakukan dengan menghitung score total jawaban
benar kuisioner berdasarkan tabel pengelompokan score yang telah dibuat
peneliti. Dikatakan telah melaksanakan dokumentasi Patient Medication Record
(PMR) di Apotek apabila persentasenya > 50% yang mendapatkan akumulasi
score benar 11-20 atau masuk dalam kategori sangat paham dan paham , dengan
kode A yang menunjukkan score 16-20 mendapatkan nilai A masuk dalam
kategori sangat paham sedangkan untuk score B berkisar dari 11-15 yang
menunjukkan nilai 75 masuk dalam kategori paham hasil akumulasi score
dibandingkan dengan nilai standar (nilai standar ≥ 75) dan jika kurang ≤ 50%
yang mendapatkan akumulasi score benar dibawah 11 dengan kategori cukup

5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

paham dan kurang paham, kategori cukup paham yakni dengan score 6-10 dengan
nilai yang didapatkan 50 sedangkan yang dimaksudkan dengan kategori kurang
paham yakni dengan score 0-5 dengan nilai yang didapatkan 25 maka dikatakan
belum melaksanakan Dokumentasi Patient Medication Record (PMR).
Tabel I. Kategori penilaian hasil jawaban kuisioner
No. Score Nilai Kode Kategori
1. 16-20 100 A Sangat Paham
2. 11-15 75 B Paham
3. 6-10 50 C Cukup Paham
4. 0-5 25 D Kurang Paham

6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Hasil dan Pembahasan

Hasil pengisian kuisioner dari 30 responden kemudian diolah dengan


menggunakan metode analisis-deskriptif dimana jawaban yang sama
dikelompokkan dan dihitung persentasenya kemudian hasilnya disajikan dalam
bentuk tabel atau gambar (diagram). Berikut hasil dari rekapitulasi data.
A. Karakteristik Responden
1. Usia Responden
Gambar dibawah menunjukkan sebagian besar responden yaitu sebanyak
70% responden berusia 23-30 tahun dan sebanyak 20% responden berusia 31-40
tahun serta sebanyak 10% responden berusia diatas 40 tahun.
Gambar mengenai usia responden dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

10%
23-30 th
20%
31-40 th
70% > 40 th

Gambar 1. Usia Responden


2. Lama Kerja di Apotek
Data yang diperoleh menunjukkan 30% responden telah bekerja di Apotek
selama kurang dari satu tahun; 53,3% responden telah bekerja antara 1-5 tahun di
Apotek; 13,3% responden telah bekerja antara 6-10 tahun di Apotek; 3,3%
responden telah bekerja lebih dari sepuluh tahun di Apotek. Tabel mengenai lama
bekerja di Apotek dapat dilihat pada Tabel II berikut.
Tabel II. Lama Kerja Responden di Apotek
No Lama Kerja di Apotek Jumlah Persentase (%) n=30
1 < 1 th 9 30
2 1-5 th 16 53,3
3 6-10 th 4 13,3
4 >10 th 1 3,3
Total 30 100

7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Posisi Responden di Apotek


Dari 30 responden, 63% bekerja sebagai Apoteker Pengelola Apotek
(APA) dan 37% lainnya bekerja sebagai Apoteker Pendamping (APING) di
Apotek. Adanya responden yang bekerja sebagai Apoteker Pendamping di Apotek
karena Apoteker Pendamping (APING) yang menggantikan tugas Apoteker
Pengelola Apotek bersedia untuk menjadi responden menggantikan Apoteker
Pengelola Apotek. Selain itu penelitian ini pun sebenarnya tidak hanya ditujukan
kepada Apoteker Pengelola Apotek saja melainkan seluruh Apoteker yang bekerja
di Apotek di wilayah Kab.Sleman, Yogyakarta, jadi baik Apoteker Pengelola
Apotek maupun Apoteker Pendamping merupakan populasi dalam penelitian ini.
Gambaran mengenai posisi responden di Apotek, dapat dilihat pada
gambar 2 di bawah ini.

37% APA
APING
63%

Gambar 2. Posisi Respoden di Apotek


4. Pekerjaan lain selain sebagai Apoteker
Tabel III berikut memberikan gambaran mengenai jumlah responden yang
memiliki pekerjaan lain selain Apoteker di Apotek yang bersangkutan.
Tabel III. Pekerjaan Responden Selain Sebagai Apoteker di Apotek
No Pekerjaan lain selain Jumlah Persentase (%) n = 30
sebagai Apoteker
1 Memiliki 6 20
2 Tidak memiliki 24 80
Total 30 100

Dari Tabel III terlihat bahwa sebanyak 80% responden tidak memiliki
pekerjaan lain selain sebagai Apoteker di Apotek yang bersangkutan. Pada

8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

umumnya, responden ini merupakan apoteker-apoteker yang baru saja


menyelesaikan Pendidikan program profesi apoteker. Dengan kondisi demikian,
diharapkan mereka dapat berkonsentrasi pada tugas dan tanggung jawab di
Apotek sehingga Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek khususnya pada
bagian Patient Medication Record (PMR) dapat dilakukan secara optimal.
Dari Tabel III juga memperlihatkan sebanyak 20% responden memiliki
pekerjaan lain sebagai Apoteker di Apotek yang bersangkutan. Pekerjaan lain
yang digeluti antara lain sebagai wiraswasta, pegawai negeri.
5. Waktu Kerja di Apotek dalam Seminggu
Gambar 3 dibawah menunjukkan bahwa sebagian besar, yaitu sebanyak
90% responden berada di apotek dalam seminggu. Hal ini sesuai dengan
Permenkes no.73 tahun 2016 bahwa Apoteker harus berada di Apotek selama
apotek dibuka. Selain itu, menurut pasal 77 Undang-undang RI Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan dengan ketentuan waktu kerja adalah 7 (tujuh) jam
1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja
dalam 1 (satu) minggu dan sebagaian besar responden bekerja 6-7 hari sehingga
dapat disimpulkan bahwa responden telah memenuhi ketentuan yang berlaku di
Indonesia.
Gambar 3 juga memperlihatkan bahwa sebanyak 10% responden berada di
apotek selama 4-5 hari dalam kurun waktu satu minggu. Hal ini menunjukkan
bahwa ada hari-hari tertentu dimana apoteker tidak berada di apotek. Tetapi tugas
apoteker tersebut digantikan oleh rekan kerja yang lain dan berstatus Apoteker
pendamping.

10%
4-5 hari
6-7 hari

90%

Gambar 3. Waktu Kerja Responden di Apotek dalam Seminggu

9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Waktu Kerja di Apotek dalam Satu Hari


Menurut pasal 77 ayat 2 Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003
tentang ketenagakerjaan, ketentuan waktu kerja adalah 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari
dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1
(satu) minggu. Dari tabel dibawah dapat dilihat bahwa kehadiran responden sudah
memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dengan
waktu kerja tujuh jam satu hari dalam 1 minggu.
Tabel IV. Waktu Kerja Responden di Apotek dalam Satu Hari
No Waktu Kerja Responden di Apotek Jumlah Persentase (%)
dalam Satu hari n=30
1 6-7 jam 18 60
2 >7 jam 12 40
Total 30 100

10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Hasil Pelaksanaan Catatan Pengobatan Pasien / Patient Medication Record


(PMR) di Apotek di Wilayah Kab.Sleman Yogyakarta pada Tahun
Periode 2017
Hasil pelaksanaan catatan pengobatan pasien/ Patient Medication Record
(PMR) di Apotek di Wilayah Kab.Sleman Yogyakarta pada Tahun periode 2017
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel V. Jumlah Score Hasil Pengambilan Data Sampel
No. Score Nilai Kode Kategori Jumlah Persentase
1. 16-20 100 A Sangat paham 3 10%
2. 11-15 75 B Paham 15 50%
3. 6-10 50 C Cukup paham 10 33%
4. 0-5 25 D Kurang paham 2 7%
TOTAL 30 100%

Hasil pelaksanaan pengambilan data sampel terkait dokumentasi Patient


Medication Record (PMR) di Apotek di Kab.Sleman Yogyakarta didapatkan hasil
yang dapat dilihat pada Tabel V diatas. Jumlah responden yang mendapatkan
score 16-20 dengan nilai 100 dan mendapatkan kode A berkategori sangat paham
berjumlah 3 responden yang bekerja di Apotek di Kab.Sleman Yogyakarta
menunjukkan persepsi sangat sering dilakukannya Dokumentasi Patient
Medication Record. Kenyataannya dilapangan bahwa 3 respoden tersebut belum
melaksanakan pencatatan pengobatan pasien / Patient Medication Record (PMR)
walaupun hasil dari pengisian kuisioner didapatkan hasil yang sangat baik.
Berikut isi ringkasan kutipan wawancara peneliti dengan salah satu responden
“Mengapa anda belum melaksanakan dokumentasi PMR di tempat apotek
anda bekerja?” responden menjawab “Waduh, belum ada waktu mas kalau untuk
lengkap sesuai prosedur, kita sudah melakukan tapi ya sebatas dari resep dokter
itu, lagian tenaga kerja kita disini juga sedikit, jadi saya rasa belum mampu
mengikuti prosedur yang ada, tapi saya paham sih kalau PMR itu penting untuk
dilaksanakan di apotek”.

11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dapat dikatakan bahwa persepsi tidak sesuai dengan kenyataan di


lapangan dalam melaksanakan dokumentasi PMR. Menurut hasil wawancara
dengan

responden tersebut, bahwa sebagian besar dari mereka memahami prosedur-


prosedur dalam melakukan PMR namun karena keterbatasannya waktu, dan
tenaga kerja, serta banyaknya jumlah pasien maka mereka tidak melakukan PMR
dengan baik dan benar, mereka hanya melakukan PMR melalui resep dari dokter
dan pelaksanaan PMR secara sederhana, tidak ada bukti lembaran kerja PMR
yang memang disediakan oleh ketiga responden yang mendapatkan kode A
tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketiga responden tersebut mengerti serta
memahami pentingnya PMR namun dalam pelaksanaannya masih kurang dan
tidak sepenuhnya mengikuti prosedur-prosedur PMR yang sesuai dengan CPFB
(Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik).

Sementara responden yang mendapatkan score 11-15 dengan nilai 75 dan


mendapatkan kode B berkategori paham berjumlah 15 responden yang bekerja di
Apotek di Kab.Sleman Yogyakarta menunjukkan persepsi sering dilakukannya
Dokumentasi Patient Medication Record. Kenyataannya di lapangan bahwa 15
responden tersebut belum melaksanakan pencatatan pengobatan pasien / Patient
Medication Record (PMR) walaupun hasil dari pengisian kuisioner didapatkan
hasil yang baik. Berikut isi ringkasan kutipan wawancara peneliti dengan salah
satu responden
“Mengapa anda belum melaksanakan dokumentasi PMR di tempat apotek
anda bekerja?” responden menjawab “memang benar kami belum melakukan
dokumentasi PMR dengan baik dan benar, khususnya apotek kami hanya
melakukan dokumentasi untuk pasien-pasien tertentu saja contohnya pasien
dengan penyakit kronis, padahal prosedur yang berlaku mewajibkan untuk
melaksanakan dokumentasi terhadap semua pasien yang membeli obat di apotek,
untuk saat ini kami mengakui belum melakukan dokumentasi PMR sesuai dengan
prosedur yang berlaku, mengingat sepertinya masih kurang efektif jika dilakukan
di apotek saat ini, tapi saya akan terus berbenah untuk dapat melaksanakan
dokumentasi PMR sesuai dengan prosedurnya dan pasien yang datang ke apotek
kami juga akan merasa nyaman tentunya karena data informasi pasien selalu
kami simpan dan akan terus memantau kondisi kesehatannya dalam pembeliaan
obat pada apotek kami, itu yang apotek kami inginkan kedepannya”.

12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dikatakan bahwa persepsi tidak sesuai dengan kenyataan dilapangan


dalam melaksanakan dokumentasi PMR. Menurut hasil wawancara dengan
responden tersebut, bahwa sebagian besar dari mereka memahami dan mengetahui
prosedur-prosedur dalam melaksanakan dokumentasi PMR namun karena
menurut responden dokumentasi PMR masih kurang efektif jika dilaksanakan di
Apotek pada saat ini maka mereka hanya sekedar mengetahui tanpa
melaksanakannya di praktek sehari-hari dengan lembaran prosedur-prosedur yang
jelas untuk dilaksanakannya PMR, bagi responden ini mereka menganggap bahwa
PMR penting jika untuk pasien kronis, contohnya penyakit degeneratif karena
harus secara rutin mengonsumsi obat, namun mereka melakukan PMR tersebut
hanya sekedar dari resep dokter sehari-hari tanpa memiliki catatan tersendiri
untuk melakukan PMR tersebut. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa 15
responden tersebut mengerti serta memahami pentingnya PMR namun dalam
pelaksanaannya masih kurang dan tidak sepenuhnya mengikuti prosedur-prosedur
PMR yang sesuai dengan CPFB (Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik).

Responden yang mendapatkan score 6-10 dengan nilai 50 dan


mendapatkan kode C berkategori Cukup paham berjumlah 10 responden yang
bekerja di Apotek di Kab.Sleman Yogyakarta menunjukkan persepsi jarang
dilakukannya Dokumentasi Patient Medication Record. Pada kenyataannya,
sesuai dengan persepsi yakni responden tersebut jarang melakukan dokumentasi
PMR namun responden memahami pentingnya PMR namun tidak secara detail
apa saja yang harus dicatat dalam prosedur-prosedur PMR, dalam artian mereka
jarang melakukan dokumentasi PMR namun mereka pernah melakukannya pada
pasien-pasien yang datang dengan penyakit kronis tetapi mereka melakukan PMR
tidak secara mendetail sesuai dengan prosedur-prosedur PMR yang berlaku dalam
CPFB. Responden tersebut mengisi sesuai pada kenyataan praktek mereka di
lapangan sehingga responden hanya dapat nilai cukup dalam pengisian kuisioner
dikarenakan mereka kurang mengerti apa saja yang harus dilakukan dokumentasi
catatan pengobatan pasien, berikut hasil ringkasan kutipan peneliti dengan salah
satu responden

13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“Mengapa anda belum melaksanakan dokumentasi PMR di tempat apotek


anda bekerja?” responden menjawab “Kami sudah pernah melaksanakan PMR
itu sendiri, tetapi bisa dihitung dengan jari, sangat jarang sekali, alasannya kami
tidak sepenuhnya mengetahui secara detail apa saja yang harus dicatat dalam
prosedur dokumentasi PMR itu, sehingga kuisioner yang saya diberikan saya isi
sesuai dengan kenyataan yang kami lakukan dilapangan, dan dengan ini saya
mendapatkan hal-hal yang baru yang sangat penting untuk kami kedepannya bisa
melaksanakan dokumentasi PMR itu sendiri dengan baik dan benar”.

Selanjutnya untuk responden yang mendapatkan score 0-5 dengan nilai 25


dan mendapatkan kode D berkategori kurang paham berjumlah 2 responden yang
bekerja di Apotek di Kab.Sleman Yogyakarta menunjukkan persepsi tidak
dilakukannya Dokumentasi Patient Medication Record. Pada kenyataannya,
sesuai dengan persepsi yakni responden tersbut tidak pernah melakukan
dokumentasi PMR dan responden tersebut kurang memahami makna pentingnya
PMR tersebut. Responden tersebut hanya mengerti arti dari PMR yakni catatan
pengobatan pasien selebihnya dengan hasil wawancara responden tersebut
mengatakan bahwa PMR tidak dilakukan di apotek namun hanya dilakukan di
rumah sakit. Oleh karena itu, responden tidak pernah melakukan dokumentasi
PMR pada praktek mereka sehari-hari di apotek, berikut hasil ringkasan kutipan
peneliti dengan salah satu responden

“Mengapa anda belum melaksanakan dokumentasi PMR di tempat apotek


anda bekerja?” responden menjawab “Oh iya, yang saya tahu itu dokumentasi
PMR hanya dilakukan di rumah sakit saja, untuk di apotek saya belum pernah
tahu itu kalau dokumentasi PMR harus dilakukan, jadinya di apotek kami ya tidak
pernah sekali pun melaksanakan dokumentasi PMR, ada pasien beli obat ya kita
layani dengan semestinya dan kayak konseling itu kita laksanakan, tapi untuk
dokumentasinya kami tidak laksanakan di apotek kami ini”.

Hasil dari pembahasan diatas bahwa responden tidak melaksanakan


dokumentasi PMR di Apotek tempat mereka melakukan praktek sehari-hari, dan
responden lebih berfokus pada pelayanan konseling, pelayanan resep, serta
pelayanan informasi obat (PIO) yang menurut responden untuk saat ini lebih
penting dan wajib untuk dilakukan di apotek. Dari keterangan yang didapat
ditemukan beberapa faktor yang menghambat responden untuk melaksanakan
dokumentasi Patient Medication Record (PMR) antara lain tidak ada waktu untuk

14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

melaksanakan dokumentasi PMR, kurangnya tenaga kerja, dan responden tidak


memiliki acuan tentang prosedur pelaksanaan dokumentasi PMR yang baik dan
benar menurut CPFB/GPP.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi tidak sesuai dengan
pelaksanaan dokumentasi Patient Medication Record (PMR) sehari-hari di
Apotek. Terkait dengan persepsi terhadap pentingnya PMR di Apotek yang
mendapatkan nilai A dan B lebih dari 50% dikatakan telah melaksanakan
dokumentasi PMR tetapi dengan hasil kenyataan pengambilan data/riset
menunjukkan 60% responden yang bekerja di Apotek mendapatkan nilai A dan B,
Namun hal ini tidak dapat dikatakan telah melaksanakan dikarenakan bukti-bukti
serta prosedur-prosedur PMR belum diterapkan sesuai dengan peraturan-peraturan
CPFB secara baik dan benar, hanya saja responden sudah mengerti serta paham
arti dari dilaksanakannya PMR tersebut dan mereka belum melaksanakannya
secara mendetail terkait prosedur PMR itu sendiri. Oleh karena itu, dibutuhkan
penelitian secara lanjut oleh peneliti lainnya mengenai pelaksanaan dokumentasi
PMR dikemudian hari untuk mengetahui kembali terkait pelaksanaannya sudah
berjalan dengan baik atau masih perlu perbaikan tentang pelaksanaan PMR itu
sendiri.

15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KESIMPULAN
Patient Medication Record (PMR) di apotek di wilayah Kab.Sleman,
Yogyakarta pada periode tahun 2017 belum dilaksanakan sesuai dengan
Permenkes no. 73 tahun 2016 dan Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik
(CPFB) / Good Pharmacy Pratice (GPP) dan tidak diperoleh bukti-bukti fisik
Patient Medication Record (PMR) di Apotek.

SARAN
Dengan pemahaman yang sangat baik terhadap pentingnya dan cara
pelaksanaan PMR, dapat disarankan untuk segera merealisasikannya.

16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA
Alfianika, N., 2015. Buku Ajar Metode Penelitian Pengajaran Bahasa Indonesia,
Deepublish, 21.
Alwi, I., 2015. Kriteria Empirik Dalam Menentukan Ukuran Sampel Pada
Pengujian Hipotesis Statistika Dan Analisis Butir, Universitas
Indraprasta PGRI Jakarta, 2(2), 141.
Anonim, 1996. Peraturan Pemerintah no.32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan, Jakarta.
Anonim, 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan, Depkes RI, Jakarta.
Anonim, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan no.1027/Kep/IX/2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Boone, H. N. and Boone, D. A., 2012. Analyzing Likert Data. Journal of
Extension, 50(2), 3.
Brown, J. D. (2001). Statistics Corner. Questions and answers about language
testing statistics: Can we use the Spearman-Brown prophecy
formula to defend low reliability? Shiken: JALT Testing & Evaluation
SIG Newsletter, 4 (3), 7-9.
Depkes RI, 2016. Permenkes RI Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek, Direktorat Bina Farmasi Komunitas
Dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan.
Harianti, A., Veronica, M.S., Nur, Setiawan, S., dan Iskandar, D., 2012. Statistika
II, Andi Offset, 13.
Hartini, YS dan Sulasmono, 2007. Apotek; Ulasan Beserta Naskah Peraturan
Perundang-undangan terkait Apotek Termasuk Naskah dan Ulasan
Permenkes tentang Apotek Rakyat, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Hartini, Y. S., Sulasmono, Sukmajati, M., dan Kurniawan, A., 2016. Pelaksanaan
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek di Sleman dan Yogyakarta.
IAI (Online), https://www.ikatanapotekerindonesia.net/news/pharma-

17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

update/pelaksanaan-standar-pelayanan-kefarmasian-di-apotek-di-
sleman-dan-yogyakarta diakses pada tanggal 28 Mei 2017.

Isdaryatmo, Y.B.T., 2008, Kajian Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian


Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 Di Apotek-
Apotek Kabupaten Gunungkidul (Skripsi), Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
Kementerian Kesehatan, 2009, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
51 Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, Kementerian Kesehatan
RI, Jakarta.
Latif, Misno, 2000, Teknik Analisa Data Kuantitatif, Makalah Diklat Action
Research Mahasiswa STAIN, Jember.
Mashuda, A., 2011, Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB),
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Sastroasmoro, Sudigdo, dan Sofyan Ismael, 2010. Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis edisi ketiga. In: Pemilihan Subyek Penelitian dan Desain
Penelitian. Jakarta: Sagung Seto, 78-100.
Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Bisnis, Edisi ke-1, Alfabeta, Bandung.
Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung, hal. 119.
Sukmajati, A.M., 2007, Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 Di Kota
Yogyakarta (Skripsi), Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Suryabrata, S., 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis, Andi Offset,
Yogyakarta.

18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed Consent Uji Pemahaman Bahasa

19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2. Informed Consent Uji Reliabilitas

20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3. Informed Consent Uji Pengambilan Data/Sample

21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4. Hasil uji Reliabilitas

22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5. Standar Prosedur Operasioal Pembuatan PMR yang terdapat


dalam CPFB/GPP

23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 6. Kuisioner
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Saya menyimpan data dan informasi yang berkaitan
dengan pasien yang sifatnya terbuka dan dapat
diakses oleh semua orang.
2 Saya memahami medication error merupakan akibat
dari kurangnya pelaksanaan dokumentasi catatan
pengobatan pasien.
3 Saya memasukkan data pasien secara detail ke
blanko dokumentasi catatan pengobatan pasien
(nama lengkap, alamat, umur, jenis kelamin).
4 Saya mengabaikan kebiasaan pasien mengkonsumsi
minuman keras/rokok/teh/kopi dalam pemilihan
obat.
5 Saya mendokumentasikan indikasi obat yang dibeli
pasien di apotek.
6 Saya mendokumentasikan secara detail obat yang
dikonsumsi pasien selama setahun terakhir atau
lebih.
7 Saya mengarsipkan blanko dokumentasi catatan
pengobatan pasien secara acak.
8 Saya melakukan dokumentasi catatan pengobatan
saat obat yang dibeli pasien tergolong mahal.
9 Saya mendokumentasikan reaksi alergi atau
hipersensitivitas pasien terhadap obat tertentu.
10 Saya mendokumentasikan informasi ketergantungan
obat tertentu terkait pengobatan pasien.
11 Melaksanakan dokumentasi catatan pengobatan
pasien akan menyita waktu saya.
12 Saya melaksanakan dokumentasi catatan pengobatan

24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pada setiap pasien.


13 Saya mendokumentasikan indikasi dan pengobatan
pasien untuk mengidentifikasi efek samping yang
potensial.
14 Saya melakukan dokumentasi catatan pengobatan
apabila saya memiliki waktu luang.
15 Saya mendokumentasikan adanya kesulitan pasien
untuk mengkonsumsi bentuk sediaan tertentu.
16 Saya memberikan data dokumentasi catatan
pengobatan pasien kepada dokter yang
bersangkutan.
17 Saya mendokumentasikan adanya efek samping atau
adanya interaksi obat.
18 Blanko dokumentasi catatan pengobatan pasien
hanya dibuat satu kali saat pertama kali kedatangan
pasien tersebut.
19 Saya melakukan dokumentasi catatan pengobatan
apabila penyakit pasien kronis.
20 Dokumentasi Patient Medication Record (PMR)
bukan merupakan tanggung jawab apoteker.

25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian

26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 8. Uji Pengambilan Data PMR di Apotek-apotek Kab.Sleman,


Yogyakarta
Subyek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1
2 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0
3 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0
4 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0
7 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0
8 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
9 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
10 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0
11 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0
12 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1
13 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
15 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1
16 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
17 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0
18 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0
19 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0
20 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1
21 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1
22 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0
23 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1
24 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1
25 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0
27 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0
28 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1
29 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0
30 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1

27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16 17 18 19 20 Score Kode
0 1 0 0 1 13 B
1 0 1 1 0 10 C
1 0 1 1 1 11 B
1 1 0 0 0 7 C
0 1 0 0 0 16 A
0 1 1 1 1 15 B
1 1 0 0 1 11 B
0 1 1 0 1 16 A
0 1 1 0 0 5 D
1 1 0 0 1 9 C
1 0 1 1 0 8 C
1 1 1 0 1 12 B
1 1 1 0 1 14 B
0 1 1 0 1 17 A
0 1 0 0 0 10 C
1 0 0 0 1 5 D
0 1 0 0 1 10 C
1 0 0 1 0 10 C
0 1 0 1 1 13 B
1 1 0 1 1 13 B
1 0 1 1 0 11 B
1 1 0 0 1 13 B
1 1 0 1 1 9 C
1 1 1 0 1 14 B
1 1 1 0 1 7 C
0 1 0 1 0 11 B
1 0 0 1 1 9 C
0 1 1 0 1 13 B
1 0 0 1 1 12 B
0 1 1 0 0 15 B

Kode Jumlah Persepsi No. Score Nilai Kode Kategori


A 3 SANGAT SERING Sangat
1 16-20 100 A
B 15 SERING Baik
C 10 JARANG 2 11-15 75 B Baik
D 2 TIDAK PERNAH 3 6-10 50 C Cukup
4 0-5 25 D Kurang
Tabel kategori penilaian hasil jawaban kuisioner

28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 9. Hasil Jawaban Responden di Kuisioner Pengambilan Data

29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 10. Panduan dan Hasil Wawancara Responden


Panduan Wawancara
Faktor-Faktor Penghambat
1. Pedoman apa yang anda gunakan dalam melaksanakan Patient Medication
Record ?
2. Mengapa anda belum melaksanakan dokumentasi Patient Medication Record ?
3. Kapan saja anda melaksanakan dokumentasi Patient Medication Record ?
Ringkasan Hasil Wawancara dengan salah satu Responden
(P) : Peneliti
(R) : Responden
P : Menurut Anda, apakah pengertian dari medication record ?
R : Medication Record itu data atau catatan yang memuat tentang data-data
pasien
P : Setiap pasien atau hanya pasien tertentu saja ?
R : Setiap pasien yang datang ke apotek ini.
P : Keterangan apa saja yang terdapat dalam medication record ?
R : Data pribadi pasien; nama; usia; jenis kelamin; tempat tinggal; terus obat
yang dikonsumsi; data dokter; pemberian obat; efek samping obat. Tetapi
untuk saat ini kami tidak melakukan secara full, karena keterbatasan tenaga
dan juga saya rasa untuk dokumentasi ini belum sangat perlu dilaksanakan di
apotek-apotek, tetapi ya kita juga catat data pasien tapi nggk punya prosedur
acuan yang kita pakai disini, hanya sekedar itu tadi.
P : Oh berarti menurut anda, dokumentasi PMR itu tidak begitu penting untuk
dilaksanakan ?
R : Bukan tidak penting, tapi belum aja kalau untuk sekarang, mungkin
dikemudian hari memang ini sangat diperlukan dan membantu dalam
pengobatan pasien, soalnya saya juga rasa kebanyakan apotek disini juga pada
belum melaksanakannya.
P : Apakah PMR ini membuang waktu anda saat berpraktek disini kalau
dilaksanakan ?

31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

R : Membuang waktu sih saya rasa kadang-kadang iya, kadang juga nggk,
soalnya kalau ramai saya kwalahan mau catat-catat segala soalnya asisten
apoteker juga kurang paham mengenai beginian, jadi juga keterbatasan tenaga
itu tadi
P : Oh baiklah, terima kasih atas waktu yang diberikan untuk saya wawancara
kepada anda.

32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Ryan Oktavianus
Wilson, dilahirkan Pada Tanggal 02 Oktober
1996 di Sintang, Kalimantan Barat. Anak Ketiga
dari Pasangan Suami Istri Bapak Hin Lung dan
Ibu Serifah. Pada Tahun 2008 lulus SD Panca
Setya 2 Sintang, Tahun 2011 lulus SMP Panca
Setya 2 Sintang dan Tahun 2014 lulus dari SMA
Negeri 3 Sintang. Pada Tahun 2014 penulis
menempuh Pendidikan sarjana di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma. Semasa
kuliah penulis aktif terlibat dalam berbagai
organisasi, kepanitiaan tingkat fakultas dan kegiatan non akademik lainnya.
Pada Tahun 2017 Penulis berhasil mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa
dan menjadi Ketua dari PKMM POSKO ESKIMO yang didanai oleh
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.
Penulis juga memiliki pengalaman kerja sebagai asisten dosen pada mata
kuliah Praktikum Kimia Dasar, Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia,
Praktikum Biokimia, Praktikum Biofarmasetika-Farmakokinetika, Praktikum
Komunikasi.

33

Anda mungkin juga menyukai