Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

TEKNIK-TEKNIK PENGOMPOSAN PADA TPST 3R MULYOAGUNG

Disusun oleh:

M. Fauzy Dwi I. (175090301111018)

Satria Pamungkas Panji K (175090301111019)

Reza Anindhitya (175090301111020)

M. Choirul Iqbal (175090301111021)

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 3
1. 1 Latar Belakang ............................................................................................................. 3
1. 2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
1. 3 Tujuan .......................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................. 5
METODOLOGI PEMBUATAN ................................................................................................ 8
3. 1 Tempat Pelaksanaan Praktikum ................................................................................... 8
3. 2 Hari dan Tanggal Pelaksanaan Praktikum ................................................................... 8
3. 3 Teknik Pembuatan Kompos ......................................................................................... 8
3. 4 Pengumpulan dan Pencincangan Bahan ...................................................................... 8
3. 5 Pencampuran dan Pengomposan ................................................................................. 9
3. 6 Pengemasan dan Penyimpanan .................................................................................... 9
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................ 10
4.1 Pemanfaatan Kompos ................................................................................................ 10
4.2 Perbedaan Pupuk Kompos dan Pupuk Anorganik ..................................................... 10
PENUTUP ................................................................................................................................ 11
5. 1 Kesimpulan ................................................................................................................ 11
5. 2 Saran .......................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 12

2
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Sampah merupakan sisa hasil pembuangan dari kegiatan manusia, mulai dari
sampah pada rumah tangga, pasar, industry, dll. Selama ini sampah menjadi masalah di
lingkungan masyarakat. Selain mengotori lingkungan, sampah juga mengakibatkan
kerusakan lingkungan seperti dapat menurunkan pH yang mengakibatkan tingakat
keasaman tanah, tidak hanya itu sampah juga dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit.

Pertumbuhan penduduk pada suatu lingkungan berbanding lurus dengan


meningkatnya jumlah sampah pada suatu lingkungan. Namun, kesadaran masyarakat
mengenai penanganan sampah masih sangat rendah, salah satunya penanganan sampah
rumah tangga yang merupakan salah satu sumber terbesar dari sampah. Oleh sebab itu,
penting bagi masyarakat untuk lebih mengenal cara mengolah sampah agar tidak
mencemari lingkungan sekitar.

Selama ini masyarakat membuang sampah hanya sekadar membuang ke tempat


sampah tanpa mengelompokkan tiap jenis sampah, seharusnya masyarakat memilah
terlebih dahulu sebelum membuangnya. Oleh sebab itu, penting bagi masyarakat untuk
mengetahui jenis-jenis sampah agar sampah-sampah tersebut dapat mudah diolah. Selama
ini masyarakat hanya mengenal sampah hanya terdiri dari sampah organik dan anorganik,
namun dari kedua jenis sampah tersebut masih terbagi lagi menjadi berbagai jenis lagi.
Pada anorganik terdiri dari sampah plastik, kertas, styrofoam, kaca, dan logam.

Masyarakat pada umumnya masih menganggap sampah adalah suatu hal yang tidak
berguna. Apabila masyarakat mengenal 3R (Reduce, Reuse, Recycle), masyarakat dapat
mengolah sampah tersebut menjadi sesuatu yang bernilai, seperti pada sampah anorganik
yang masih dapat diolah kembali menjadi benda-benda beranfaat seperti pembalut yang
dapat digunakan kembali untuk mengisi pot karena sifatnya yang dapat menyerap air
dengan baik, sehingga cocok untuk bahan pengisi pot. Kemudian pada sampah organik
seperti daun-daunan yang dapat diolah menjadi pupuk organik. Dengan adanya manfaat
yang dihasilkan dari sampah-sampah tersebut dapat menjadikan masyarakat sadar akan

3
pentingnya pengolahan sampah. Selain mengolah dapat membantu mengurangi sampah,
pengolahan sampah juga dapat menjadikan masyarakat lebih produktif karena barang
tersebut memiliki nilai jual.

1. 2 Rumusan Masalah
Bagaimana teknik-teknik pengomposan yang dilakukan di TPST 3R Mulyoagung?

1. 3 Tujuan
Mengetahui cara pengolahan sampah anorganik memelalui pembuatan kompos
organic pada TPST 3R Mulyoagung.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kompos menurut Djuarmani et al. (2005) merupakan hasil fermentasi atau hasil
dekomposisi bahan organik seperti tanaman, hewan, atau limbah organik. Secara ilmiah,
kompos dapat diartikan sebagai partikel tanah yang bermuatan negatif sehingga dapat
dikoagulasikan oleh kation dan partikel tanah untuk membentuk granula tanah. Kesuburan
tanah dapat ditingkatkan dan dipertahankan dengan penggunaan pupuk kompos melalui
perbaikan sifat kimia, fisik, dan biologinya.

Pupuk kompos menurut Santoso (1998) memilki kandungan teringgi yaitu Kalium.
Kandungan kalium yang tinggi pupuk kompos cocok untuk tanaman holtikultura seperti
sayuran dan buah-buahan.

Tabel 1. Kandungan zat-zat hara pada pupuk kandang dan kompos

No Jenis Pupuk Zat hara dalam 10 ton bahan (kg)


N P2O5 K2O
1 Pupuk kandang 24 30 27
2 Kompos jerami + air 22 4 43
3 Kompos jerami + kalium 28 5 49
(kapur) + N
4 Kompos sampah kota 40 30 50
Sumber: Badan Pengendali Bimas, Departemen Pertanian, 1977

Menurut Murbandono (2009) pada bukunya menyatakan bahwa pada dalam


pembuatan kompos terjadi penguraian. Penguraian yang terjadi saat proses pengomposan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut:

1. Kandungan lignin, malam (wax), damar, dan senyawa sejenis dalam bahan asal
Bahan-bahan tersebut jika konsentrasinya pada bahan kompos tinggi, maka proses
penguraian akan semakin cepat dan bagian yang menjadi kompos akan semakin banyak.
2. Sifat dan ukuran bahan asal

5
Peruraian akan berlangsung cepat dan menghasilkan kompos yang banyak apabila
bahan bakunya berukuran kecil, karena bidang permukaan bahan baku yang terkena
bakteri akan semakin luas.
3. Kandungan Nitrogen (N) bahan asal
Bahan baku akan cepat terurai apabila kandungan senyawa nitrogen semakin banyak,
hal tersebut dikarenakan senyawa nitrogen diperlukan oleh jasad-jasad renik pengurai
untuk perkembangannya.
4. Kadar pH pada timbunan kompos
Peruraian bahan akan semakin cepat apabila pH pada timbunan semakin tinggi
5. Air dan udara (O2)
Kelembaban pada timbunan harus dijaga seimbang karena jika terlalu kering timbunan
akan mudah bercendawan yang mengakibatkan peruraian menjadi lambat dan tidak
sempurna, namun jika terlalu basah keadaan pada timbunan akan menjadi anaerob yang
mana tidak menguntunngkan bagi kehidupan jasad renik pengurai.
6. Suhu
Suhu ideal pada proses pengomposan yaitu pada sekitar 30o-45oC

Pengelolaan sampah untuk menjadi kompos menurut Sumatri (2010) dapat dilakukan
secara biologis dan berlangsung dalam keadaan aerobik dan anaerobic. Proses dekomposisi
sampah dengan bantuan bakteri akan menghasilkan kompos atau humus. Proses dekomposisi
yang sifatnya and anaerobik berlangsung dengan sangat lambat dan menghasilkan bau tetapi
dekomposisi aerobik berlangsung relatif lebih cepat dari dekomposisi anaerobik dan kurang
menimbulkan bau. Dalam prooses pembuatan kompos terdapat dua metode yaitu secara alami
dan secara mekanis.

Proses pembuatan kompos secara alami menurut Yulianto et al. (2007) dapat dilakukan
baik secara tradisional maupun secara sederhana. Untuk pengelolaan kompos secara alami,
bahan organik dihancurkan tanpa bantuan udara, yaitu dengan meletakkan tumpukan sampah
di dalam lubang tanpa udara di tanah dan dibiarkan beberapa saat pembuatan kompos. Metode
ini memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan kompos selain dapat menimbulkan bau
akibat pembentukan gas H2S dan NH3. Pembuatan kompos dengan metode sederhana dilakukan
dengan cara mengaduk atau membolak-balikkan sampah atau dengan menambahkan material
yang berupa lumpur atau kotoran binatang ke dalam sampah. Sedangkan dalam pembuatan
kompos secara mekanis dilakukan di pabrik untuk menghasilkan kompos dalam waktu yang
singkat. Sampah organik yang telah dipisahkan dari sampah anorganik, seperti karet, plastik
6
dan logam, dipotong kecil-kecil dengan alat pemotong. Potongan sampah tersebut kemudian
digunakan dimasukkan ke dalam digester stabilisator agar terjadi di komposisi. Dalam digester
ini dilakukan pengaturan suhu udara dan pengadukan sampah. Setelah 3-5 hari kompos sudah
dapat dihasilkan dan ke dalamnya dapat dialiri bahkan zat kimia tertentu untuk keperluan
tanaman semisal karbon nitrogen fosfor sulfur dan sebagainya.

Menurut Santoso (1998) pupuk kompos memiliki keuntungan diantaranya yaitu:

1. Mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah baik fisik,
khemik, maupun biologik.
2. Mempercepat dan mempermudah penyerapan unsur nitrogen oleh tanaman karena telah
diadakan perlakuan khusus sebelumnya.
3. Mencegah infeksi yang disebabkan oleh biji-biji tumbuhan perngganggu.
4. Dapat disediakan secara mudah, murah, dan relatif cepat.

7
BAB III
METODOLOGI PEMBUATAN

3. 1 Tempat Pelaksanaan Praktikum


Praktikum fisika lingkungan ini dilakukan di TPST 3R Mulyoagung, kecamatan
Dau, Malang, jawa Timur.

3. 2 Hari dan Tanggal Pelaksanaan Praktikum


Pelaksanaan ini dilakukan pada tanggal Sabtu, 5 Oktober 2019 pukul 07.00 WIB –
15.00 WIB.

3. 3 Teknik Pembuatan Kompos


Pembuatan kompos yang dilakukan di TPST 3R Mulyoagung sendiri terdapat 3
proses yaitu pengumpulan dan pencincangan bahan, pencampuran dan pengomposan,
pengemasan dan penyimpanan. Bahan kompos berasal dari daun-daun kering yang sudah
dihancurkan serta bahan organik lainnya.

3. 4 Pengumpulan dan Pencincangan Bahan


Daun-daun kering dipisahkan dari sampah anorganik. Kemudian daun-daun
tersebut dicincang menjadi kecil-kecil. Setelah daun-daun tersebut dicincang, kemudian
dimasukkan ke alat penyortir. Alat penyortir akan memisahkan daun-daun yang sudah
tercacah halus, kurang halus, dan tidak halus. Daun yang kurang halus dan tidak halus
akan dicincang ulang dan dimasukkan kembali ke alat penyortir hingga halus.

8
3. 5 Pencampuran dan Pengomposan
Setelah daun yang halus didapatkan, daun tersebut dicampur bakteri, air, dan obat
untuk proses pengomposan daun. Setelah dicampur dengan bahan pengompos, daun-daun
disimpan di dalam wadah tertutup dan ditunggu sekitar 27-30 hari. Selama masa
pengomposan, daun-daun dipantau tingkat kelembapannya. Kelembapan diatur pada 3%
agar bakteri tetap hidup dan proses pengomposan tetap berjalan. Kelembapan diatur
dengan cara menambahkan air dan obat ketika kompos mulai kehilangan kelembapan.

3. 6 Pengemasan dan Penyimpanan


Setelah proses pengomposan selesai, kompos dikemas pada kemasan plastik
dengan bobot 10 Kg. Setelah dikemas, kompos disimpan pada tempat yang kering dan
tidak terpapar sinar matahari langsung agar kelembapan tidak berkurang secara drastis.
Kompos yang disimpan memiliki batas kadaluarsa. Ketika kompos akan masuk ke masa
kadaluarsa, kompos dikeluarkan dari plastik dan dicampur dengan air dan obat agar
bakteri tetap hidup dan kelembapan kompos terjaga.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemanfaatan Kompos


Kompos yang sudah jadi akan dijual kepada petani-petani yang membutuhkan
pupuk organik. Petani yang biasa membeli pupuk ini adalah petani tanaman sayur dan
buah non-kayu. Pupuk ini cocok untuk tanaman tersebut karena tanaman tersebut lebih
banyak membutuhkan pupuk daripada tanaman kayu. Selain itu, sebenarnya pupuk
kompos ini cocok digunakan untuk semua jenis tanaman tanpa efek samping negatif.

4.2 Perbedaan Pupuk Kompos dan Pupuk Anorganik


Pupuk kompos tentunya memiliki perbedaan dengan pupuk organik. Contohnya
adalah banyaknya kandungan zat hara. Pada pupuk kompos, zat hara yang terkandung
lebih sedikit, namum lebih lengkap dibandingkan dengan pupuk anorganik. Dengan
kandungan zat hara yang lengkap, pupuk kompos cenderung memperbaiki struktur tanah
menjadi lebih baik. Pada penggunaan awal pupuk kompos, memang efek yang diberikan
kurang terlihat. Tetapi, setelah satu kali masa panen, keuntungan yang diberikan akan
sangat terlihat, bahkan bisa bertahan untuk beberapa kali masa panen. Sedangkan pupuk
anorganik menambah zat hara yang dibutuhkan tanaman dengan spontan, tanpa
memperbaiki struktur tanah. Penggunaan pupuk anorganik berlebih akan membuat tanah
menjadi asam dan panas.

10
BAB V
PENUTUP

5. 1 Kesimpulan
Praktikum fisika lingkungan ini dilakukan di TPST 3R Mulyoagung, Malang. Pada TPST
ini menyediakan cara pengelolaan sampah menjadi kompos yang dapat dipakai untuk tanaman
warga sekitar. Sampah yang dipakai untuk menjadi kompos merupakan sampah organik.
Metode yang digunakan merupakan metode mekanis atau anaerobik dimana kompos diberi
siraman air kotoran hewan untuk menjaga kelembapan dan suhu kompos tersebut.

5. 2 Saran
Sebaiknya promosi kompos dilakukan secara lebih luas, bisa dengan sosialisasi
khususnya pada masyarakat sekitar TPST 3R Mulyoagung agar masyarakat bisa beralih dari
pupuk kimia ke pupuk organik, sehingga tanah yang dipakai bertanam tidak rusak.

11
DAFTAR PUSTAKA

Djuarnani, N., Kristian., dan B. S. Setiawan., 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Agromedia
Pustaka: Jakarta.
Murbandono, L. 2009.Membuat Kompos. Penebar Swadaya: Jakarta.
Santoso, Hieronymus Budi. 1998. Pupuk Kompos Dari Sampah Rumah Tangga. Kanisius:
Yogyakarta.
Sumatri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan Edisi Keempat. Kencana: Depok.

Yulianto., Adi., Budi, dkk.2007. Buku Pedoman Pengolahan Sampah Terpadu: Konversi
Sampah Pasar Menjadi Kompos Berkualitas Tinggi.Yayasan Danamon Peduli: Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai