Disusun oleh:
JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 3
1. 1 Latar Belakang ............................................................................................................. 3
1. 2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
1. 3 Tujuan .......................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................. 5
METODOLOGI PEMBUATAN ................................................................................................ 8
3. 1 Tempat Pelaksanaan Praktikum ................................................................................... 8
3. 2 Hari dan Tanggal Pelaksanaan Praktikum ................................................................... 8
3. 3 Teknik Pembuatan Kompos ......................................................................................... 8
3. 4 Pengumpulan dan Pencincangan Bahan ...................................................................... 8
3. 5 Pencampuran dan Pengomposan ................................................................................. 9
3. 6 Pengemasan dan Penyimpanan .................................................................................... 9
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................ 10
4.1 Pemanfaatan Kompos ................................................................................................ 10
4.2 Perbedaan Pupuk Kompos dan Pupuk Anorganik ..................................................... 10
PENUTUP ................................................................................................................................ 11
5. 1 Kesimpulan ................................................................................................................ 11
5. 2 Saran .......................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 12
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Sampah merupakan sisa hasil pembuangan dari kegiatan manusia, mulai dari
sampah pada rumah tangga, pasar, industry, dll. Selama ini sampah menjadi masalah di
lingkungan masyarakat. Selain mengotori lingkungan, sampah juga mengakibatkan
kerusakan lingkungan seperti dapat menurunkan pH yang mengakibatkan tingakat
keasaman tanah, tidak hanya itu sampah juga dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit.
Masyarakat pada umumnya masih menganggap sampah adalah suatu hal yang tidak
berguna. Apabila masyarakat mengenal 3R (Reduce, Reuse, Recycle), masyarakat dapat
mengolah sampah tersebut menjadi sesuatu yang bernilai, seperti pada sampah anorganik
yang masih dapat diolah kembali menjadi benda-benda beranfaat seperti pembalut yang
dapat digunakan kembali untuk mengisi pot karena sifatnya yang dapat menyerap air
dengan baik, sehingga cocok untuk bahan pengisi pot. Kemudian pada sampah organik
seperti daun-daunan yang dapat diolah menjadi pupuk organik. Dengan adanya manfaat
yang dihasilkan dari sampah-sampah tersebut dapat menjadikan masyarakat sadar akan
3
pentingnya pengolahan sampah. Selain mengolah dapat membantu mengurangi sampah,
pengolahan sampah juga dapat menjadikan masyarakat lebih produktif karena barang
tersebut memiliki nilai jual.
1. 2 Rumusan Masalah
Bagaimana teknik-teknik pengomposan yang dilakukan di TPST 3R Mulyoagung?
1. 3 Tujuan
Mengetahui cara pengolahan sampah anorganik memelalui pembuatan kompos
organic pada TPST 3R Mulyoagung.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kompos menurut Djuarmani et al. (2005) merupakan hasil fermentasi atau hasil
dekomposisi bahan organik seperti tanaman, hewan, atau limbah organik. Secara ilmiah,
kompos dapat diartikan sebagai partikel tanah yang bermuatan negatif sehingga dapat
dikoagulasikan oleh kation dan partikel tanah untuk membentuk granula tanah. Kesuburan
tanah dapat ditingkatkan dan dipertahankan dengan penggunaan pupuk kompos melalui
perbaikan sifat kimia, fisik, dan biologinya.
Pupuk kompos menurut Santoso (1998) memilki kandungan teringgi yaitu Kalium.
Kandungan kalium yang tinggi pupuk kompos cocok untuk tanaman holtikultura seperti
sayuran dan buah-buahan.
1. Kandungan lignin, malam (wax), damar, dan senyawa sejenis dalam bahan asal
Bahan-bahan tersebut jika konsentrasinya pada bahan kompos tinggi, maka proses
penguraian akan semakin cepat dan bagian yang menjadi kompos akan semakin banyak.
2. Sifat dan ukuran bahan asal
5
Peruraian akan berlangsung cepat dan menghasilkan kompos yang banyak apabila
bahan bakunya berukuran kecil, karena bidang permukaan bahan baku yang terkena
bakteri akan semakin luas.
3. Kandungan Nitrogen (N) bahan asal
Bahan baku akan cepat terurai apabila kandungan senyawa nitrogen semakin banyak,
hal tersebut dikarenakan senyawa nitrogen diperlukan oleh jasad-jasad renik pengurai
untuk perkembangannya.
4. Kadar pH pada timbunan kompos
Peruraian bahan akan semakin cepat apabila pH pada timbunan semakin tinggi
5. Air dan udara (O2)
Kelembaban pada timbunan harus dijaga seimbang karena jika terlalu kering timbunan
akan mudah bercendawan yang mengakibatkan peruraian menjadi lambat dan tidak
sempurna, namun jika terlalu basah keadaan pada timbunan akan menjadi anaerob yang
mana tidak menguntunngkan bagi kehidupan jasad renik pengurai.
6. Suhu
Suhu ideal pada proses pengomposan yaitu pada sekitar 30o-45oC
Pengelolaan sampah untuk menjadi kompos menurut Sumatri (2010) dapat dilakukan
secara biologis dan berlangsung dalam keadaan aerobik dan anaerobic. Proses dekomposisi
sampah dengan bantuan bakteri akan menghasilkan kompos atau humus. Proses dekomposisi
yang sifatnya and anaerobik berlangsung dengan sangat lambat dan menghasilkan bau tetapi
dekomposisi aerobik berlangsung relatif lebih cepat dari dekomposisi anaerobik dan kurang
menimbulkan bau. Dalam prooses pembuatan kompos terdapat dua metode yaitu secara alami
dan secara mekanis.
Proses pembuatan kompos secara alami menurut Yulianto et al. (2007) dapat dilakukan
baik secara tradisional maupun secara sederhana. Untuk pengelolaan kompos secara alami,
bahan organik dihancurkan tanpa bantuan udara, yaitu dengan meletakkan tumpukan sampah
di dalam lubang tanpa udara di tanah dan dibiarkan beberapa saat pembuatan kompos. Metode
ini memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan kompos selain dapat menimbulkan bau
akibat pembentukan gas H2S dan NH3. Pembuatan kompos dengan metode sederhana dilakukan
dengan cara mengaduk atau membolak-balikkan sampah atau dengan menambahkan material
yang berupa lumpur atau kotoran binatang ke dalam sampah. Sedangkan dalam pembuatan
kompos secara mekanis dilakukan di pabrik untuk menghasilkan kompos dalam waktu yang
singkat. Sampah organik yang telah dipisahkan dari sampah anorganik, seperti karet, plastik
6
dan logam, dipotong kecil-kecil dengan alat pemotong. Potongan sampah tersebut kemudian
digunakan dimasukkan ke dalam digester stabilisator agar terjadi di komposisi. Dalam digester
ini dilakukan pengaturan suhu udara dan pengadukan sampah. Setelah 3-5 hari kompos sudah
dapat dihasilkan dan ke dalamnya dapat dialiri bahkan zat kimia tertentu untuk keperluan
tanaman semisal karbon nitrogen fosfor sulfur dan sebagainya.
1. Mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah baik fisik,
khemik, maupun biologik.
2. Mempercepat dan mempermudah penyerapan unsur nitrogen oleh tanaman karena telah
diadakan perlakuan khusus sebelumnya.
3. Mencegah infeksi yang disebabkan oleh biji-biji tumbuhan perngganggu.
4. Dapat disediakan secara mudah, murah, dan relatif cepat.
7
BAB III
METODOLOGI PEMBUATAN
8
3. 5 Pencampuran dan Pengomposan
Setelah daun yang halus didapatkan, daun tersebut dicampur bakteri, air, dan obat
untuk proses pengomposan daun. Setelah dicampur dengan bahan pengompos, daun-daun
disimpan di dalam wadah tertutup dan ditunggu sekitar 27-30 hari. Selama masa
pengomposan, daun-daun dipantau tingkat kelembapannya. Kelembapan diatur pada 3%
agar bakteri tetap hidup dan proses pengomposan tetap berjalan. Kelembapan diatur
dengan cara menambahkan air dan obat ketika kompos mulai kehilangan kelembapan.
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
BAB V
PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
Praktikum fisika lingkungan ini dilakukan di TPST 3R Mulyoagung, Malang. Pada TPST
ini menyediakan cara pengelolaan sampah menjadi kompos yang dapat dipakai untuk tanaman
warga sekitar. Sampah yang dipakai untuk menjadi kompos merupakan sampah organik.
Metode yang digunakan merupakan metode mekanis atau anaerobik dimana kompos diberi
siraman air kotoran hewan untuk menjaga kelembapan dan suhu kompos tersebut.
5. 2 Saran
Sebaiknya promosi kompos dilakukan secara lebih luas, bisa dengan sosialisasi
khususnya pada masyarakat sekitar TPST 3R Mulyoagung agar masyarakat bisa beralih dari
pupuk kimia ke pupuk organik, sehingga tanah yang dipakai bertanam tidak rusak.
11
DAFTAR PUSTAKA
Djuarnani, N., Kristian., dan B. S. Setiawan., 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Agromedia
Pustaka: Jakarta.
Murbandono, L. 2009.Membuat Kompos. Penebar Swadaya: Jakarta.
Santoso, Hieronymus Budi. 1998. Pupuk Kompos Dari Sampah Rumah Tangga. Kanisius:
Yogyakarta.
Sumatri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan Edisi Keempat. Kencana: Depok.
Yulianto., Adi., Budi, dkk.2007. Buku Pedoman Pengolahan Sampah Terpadu: Konversi
Sampah Pasar Menjadi Kompos Berkualitas Tinggi.Yayasan Danamon Peduli: Jakarta.
12