Anda di halaman 1dari 9

Diagnosis Dan Penatalaksanaan Diare

LAPORAN Persisten Dengan Gizi Buruk Dan Anemia


KASUS Rosi Indah Pratama1, Dara Marissa Widya Purnama1, I
Made Afryan Susane L.1, Roro Rukmi Windi Perdani2
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, Lampung
2
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung, Lampung

ABSTRAK
Pendahuluan: Diare merupakan perubahan konsistensi tinja yang terjadi secara tiba-tiba
akibat jumlah air di dalam tinja meningkat melebihi normal dan frekuensi defekasi
meningkat lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Diare merupakan penyebab kedua kematian
pada anak dibawah usia lima tahun di dunia. Diare persisten atau kronis merupakan salah
satu masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi tingkat kematian anak di dunia.
Ilustrasi Kasus: Seorang anak perempuan berusia 2 tahun dengan keluhan buang air
besar cair sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit. 1,5 bulan sebelumnya pasien pernah
mengalami hal serupa dan sempat di rawat di Intensive Care Unit.
Pemeriksaan Fisik: Mata sedikit cekung, konjungtiva anemis, bibir kering dan pucat, serta
turgor kulit kembali lambat.
Pemeriksaan Penunjang: Didapatkan albumin 2,5, Hb 8 g/dl, hematokrit 29%, trombosit
945.000/ul, kalsium 7,5. Kesan hipoalbuminemia, anemia hipokrom mikrositer diagnosis
banding defisiensi besi, trombositosis dan hipokalsemia. Hasil kultur feses ditemukan
bakteri batang gram negatif (Enterobacter sp) sensitif amikasin, meropenem dan
netilimicin.
Penatalaksanaan: Pemberian oralit, tablet zinc selama 10 hari berturut-turut, meneruskan
makan, antibiotik secara selektif dan nasihat pada ibu/keluarga.
Diskusi: Diare terjadi sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit meskipun telah
mendapatkan perawatan di rumah sakit. Episode tersebut mendukung diagnosis diare
persisten. Gizi buruk merupakan faktor risiko diare persisten. Kurangnya penyerapan
nutrisi termasuk besi dan feses membawa banyak cairan dan elektrolit sehingga
mengakibatkan anemia dan ketidakseimbangan elektrolit pasien. Kurangnya asupan
nutrisi menyebabkan pemecahan protein dan lemak untuk kebutuhan energi sehingga
dapat terjadi hipoalbumin. Pemberian antibiotik sesuai dengan hasil kultur feses.

Kata Kunci: Anemia, Diare, Gizi Buruk, Persisten

ABSTRACT
Introduction: Diarrhea is the changing of feces consistency in a sudden time due to
amount of water in feces increase more than normal and the frequency of defecation is
more than 3 times in 24 hours. Diarrhea is second cause of mortality of children less than
five years old in the world. Persistent or chronic diarrhea is one health problems that
influence child mortality level in the world.
Ilustration case: a 2 years old girl with major complaint of watery faces 7 days before go
to hospital. 1,5 months ago, had the same history and had been treated in intensive care
unit.
Physical Examination: had sunken eyes, anemi conjunctiva, dry and pale lip, and turgor
turn back slower.
Laboratrium Examination: albumin 2,5, Hb 8g/dl, hematocrit 29%, thrombosit 945.000/ul,
Calsium 7,5. Conclusion: hypoalbuminemia, microcytic hypochromic anemiar dd deficiency
of Fe, thrombocytosis dan hypocalcemia. The results of feces cultur found gram negative
bacteria that sensitive with amikasin, meropenem and netilimicyn.
Management: Administration of Oralit, zinc tablets for 10 consecutive days, continuing to
eat, antibiotics selectively and advice on mother / family.

JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018


13
Discussion: Diarrhea occurs 2 months before admission to hospital despite
hospitalization. The episode supports the diagnosis of persistent diarrhea. Malnutrition is a
risk factor for persistent diarrhea. Lack of absorption of nutrients including iron and feces
carry a lot of fluids and electrolytes resulting in anemia and electrolyte imbalances of
patients. Lack of nutrient intake causes the breakdown of protein and fat for energy needs
so that hypoalbumin can occur. Provision of antibiotics in accordance with the results of
feses culture.

Keyword: Anemia, Diarrhea, Malnutrition, Persistent

1. PENDAHULUAN 2. ILUSTRASI KASUS


Diare merupakan perubahan
konsistensi tinja yang terjadi secara tiba- 2.1 Identitas Paien
tiba akibat jumlah air di dalam tinja Nama (Inisial) : An. AK
meningkat melebihi normal dan jumlah Umur : 2 tahun
frekuensi defekasi meningkat lebih dari 3 Jenis Kelamin : Perempuan
kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang Agama : Islam
dari 14 hari untuk diare akut, 14 hari atau Alamat : Lampung Utara
lebih untuk diare persisten. Faktor risiko Pembiayaan : BPJS
terjadinya diare persisten adalah usia Pasien dirawat di ruang Anak RS Abdoel
kurang dari 6 bulan, lahir prematur, Moelok (RSAM) Provinsi Lampung mulai
kondisi malnutrisi, tidak mendapatkan tanggal 24 Oktober 2017, Pukul 13.00
ASI, penyakit komorbid dan anemia.[1] WIB.
Diare merupakan penyebab utama
kedua kematian pada anak dibawah usia 2.2 Anamnesis (Alloanamnesis
lima tahun di dunia. Jumlah kematian dengan Ibu Pasien, Tanggal 30
yang terjadi berkisar 1,5 juta anak setiap Oktober 2017, Pukul 09.00 WIB)
tahun yang berarti hampir sama dengan
satu dari lima kematian anak secara 2.3 Keluhan Utama
global.[1,3] Angka kejadian diare persisten Buang air besar cair
atau kronis pada beberapa negara
berkembang berkisar antara 7-15% 2.4 Riwayat Perjalanan Penyakit
setiap tahun dan mengakibatkan 7 hari sebelum masuk rumah sakit
kematian berkisar antara 36-54% dari pasien lemas, malas beraktivitas dan
keseluruhan kematian akibat diare. berat badannya tidak kunjung naik (7 Kg)
Keadaan tersebut memperlihatkan bahwa sehingga orang tua pasien membawa
diare persisten atau kronis merupakan pasien ke bidan untuk kontrol berat
salah satu masalah kesehatan yang badan. Kemudian bidan menyarankan
dapat mempengaruhi tingkat kematian untuk pergi ke Rumah Sakit. 5 hari
anak di dunia. Prevalensi diare persisten sebelum masuk rumah sakit pasien
atau kronis di Indonesia adalah sebesar mengalami buang air besar cair >3 kali
0,1% dengan kejadian terbesar pada usia sehari. Feses cair disertai ampas tidak
6-11 bulan.[4,5] ada lendir dan juga darah, feses berbau
Diare lebih banyak menjadi busuk dan berwarna kuning, feses keluar
penyebab kematian dibandingkan dengan menyemprot, perut kembung. Setiap
gabungan AIDS, malaria dan campak. [2] buang air besar banyaknya sekitar
Kebanyakan anak meninggal karena setengah gelas. Selain itu, orang tua
banyak kehilangan cairan, terutama pasien mengeluhkan bahwa anaknya
terjadi pada anak balita dan anak-anak lemas, malas beraktivitas, rewel. Selama
dengan kurang gizi atau dengan diare pasien sulit minum dan makan jika
gangguan kekebalan tubuh. Diare masih diberi minum pasien tidak tampak
menjadi masalah kesehatan masyarakat kehausan, batuk, pilek, demam, mual dan
di negara berkembang termasuk muntah tidak dirasakan pada pasien.
Indonesia.[3,6] Orang tua pasien membawanya ke RSUD
dan pasien dirawat di RS tersebut. Saat di
RSUD pasien didiagnosa anemia dan
diberikan obat tablet tambah darah.
Selama dirawat pasien tidak mengalami

JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018


14
perubahan, BAB tetap cair dengan sedikit
ampas, frekuensi bertambah >5 kali 2.8 Riwayat Perkembangan
sehari, tidak berlendir dan tidak berdarah, Saat ini pasien sudah dapat berjalan.
pasien tampak lemas dan berat badan Pasien bisa mengikuti instruksi yang
tidak naik. Kemudian pasien di rujuk ke diberikan seperti membuka mulut,
RSAM untuk mendapatkan penanganan mengangkat tangan. Pasien juga bisa
lebih lanjut. Saat dilakukan anamnesis berbicara beberapa patah kata. Kesan:
dikatakan oleh orang tuanya pasien BAB Tidak ada gangguan perkembangan.
dengan frekuensi >10 kali per hari,
volume antara 60-120 cc, bau khas feces, 2.9 Riwayat Makanan
warna kuning pucat, darah (-), mual (-), ASI diberikan sejak lahir dan lanjut
muntah (-), demam (-). hingga saat ini. Susu formula mulai
diberikan sejak usia 6 bulan. Saat ini
2.5 Riwayat Penyakit Dahulu pasien kurang suka minum susu formula.
1,5 bulan yang lalu pasien BAB cair Nasi tim lembek mulai diberikan saat
selama 1 bulan, dirawat di RSUD 1 pasien berusia 9 bulan, sebanyak 3 kali
minggu dan dirujuk ke ICU RSAM, dirawat sehari. Makanan sehari-hari yang sering
selama 1 minggu karena dehidrasi berat. dikonsumsi yaitu tempe, telur, ikan, sayur
tumis. Saat ini pasien sulit untuk makan
2.6 Riwayat Penyakit dan lebih suka makan biskuit atau wafer.
Keluarga/Lingkungan Sekitar
Saat ini tidak ada keluarga yang 2.10 Riwayat Imunisasi
sedang menderita diare, 1 bulan yang lalu Menurut keterangan dari ibu pasien,
kakak pasien mengalami BAB cair dan pasien mendapatkan imunisasi dasar
sembuh setelah pergi ke bidan. Orang tua lengkap sesuai dengan jadwal di
pasien mengatakan tinggal di pondok Puskesmas. Saat lahir pasien langsung
pesantren yang dihuni 300 santri. diimunisasi di rumah bidan dan imunisasi
Makanan didapatkan dari dapur berikutnya selalu dilakukan di
pesantren yang dimasak bersama-sama
Puskesmas. Imunisasi dasar lengkap
dan minuman berasal dari galon isi ulang.
yang diberikan meliputi imunisasi
Dirumahnya sudah memiliki MCK sendiri
dan air berasal dari sumur bor pesantren. Hepatitis B, BCG, DPT1, HB Combo1,
Polio1, DPT2, HB Combo2 dan Polio2.
2.7 Riwayat Kehamilan dan Kelahiran DPT3, HB Combo3, Polio3 dan
Merupakan kehamilan dan kelahiran Campak dan Polio4.
ke-2 dengan usia ibu saat melahirkan 24
tahun. Ibu pasien tidak pernah dirawat di
rumah sakit karena penyakit tertentu
selama masa kehamilan. Tidak ada
riwayat demam atau panas tinggi,
bengkak di kaki, tangan, atau wajah
disertai sakit kepala atau kejang, batuk
lama, keputihan, bercak-bercak merah di
tubuh, kontak dengan hewan peliharaan
dan kotoran hewan semua disangkal.
Konsumsi obat-obatan dan jamu-jamuan
selama kehamilan disangkal. Ibu pasien
tidak memiliki tekanan darah tinggi dan
diabetes melitus. Ibu pasien rajin
memeriksakan kehamilannya ke bidan.
Pasien lahir di rumah bidan. Lahir
spontan, cukup bulan, langsung
menangis, pucat (-), biru (-), kuning (-),
kejang (-), BL 3500 gr, PL 50 cm.

JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018


15
3. HASIL PEMERIKSAAN jantung I-II reguler,
murmur (-), gallop (-)
3.1 Status Generalikus Paru : simetris, ekspansi
dada simetris statis-
Keadaan : tampak sakit dinamis, retraksi
umum sedang dan dinding dada (-),
kurus penggunaan otot
Kesadaran : compos mentis bantu napas (-), Sonor
Frekuensi : 112x/menit, +/+
nadi reguler, isi cukup, Abdomen : cembung, bising usus
ekual di keempat 5x/menit, timpani,
ekstremitas supel, hati dan limpa
Frekuensi : 25x/menit, tidak teraba, nyeri
nafas ireguler, tekan (-), turgor
kedalaman kembali lambat,
cukup, tipe massa (-)
abdominal, Genitalia : sekret (-), OUE
Suhu : 36,8ºC aksila hiperemis (-)
Berat badan : 10 kg Ekstremitas : akral hangat
awal Superior deformitas (-/-), CRT
Berat badan : 7 kg <2 dtk, edema (-/-)
sekarang Anus : eritema natum (+)
Tinggi badan : 75 cm Ekstremitas : Akral hangat,
Lingkar : 11,5 cm Inferior deformitas (-/-), CRT
lengan <2dtk, edema (-/-),
Baggypants (-/-),
Lingkar : 41 cm
muscle wasting (-/-)
kepala
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
3.2 Status gizi
Pada pasien ini dilakukan
BB/U : <-3 SD
pemeriksaan penunjang secara berkala.
PB/U : -3SD
Pada hasil pemeriksaan penunjang hari
Lingkar : <-3 SD
Sabtu tanggal 28 Oktober 2017
lengan/U
didapatkan hasil albumin 2,5gr/dl, natrium
BB/TB : -3SD
141, kalium 4,6 mEq/L, kalsium 6,8 mg/dl
Kesan : Gizi Buruk, sangat kurus
dan klorida 110 mEq/L. Hasil tersebut
dan perawakan pendek
memberikan kesan hipoalbuminemia,
hipokalsemia. Pemeriksaan feses
3.3 Keadaan Spesifik
maksroskopis didapatkan warna abu-abu,
konsistensi cair, bau khas, lendir (+),
Mata : Sedikit cekung
darah (-), dan mikroskopis didapatkan
Telinga : Tidak ada kelainan
eritrosit 4-7, leukosit 10-15, epitel 4-8 dan
Hidung : Terpasang NGT,
sisa tumbuhan (+).
secret minimal,
Hari Selasa tanggal 31 Oktober
hiperemis (-), polip (-),
2017, Hasil kultur feses Ditemukan bakteri
cuping hidung (-)
batang gram negatif (Enterobacter sp)
Mulut : Bibir kering dan pucat
yang sensitif terhadap amikasin,
Leher : Tidak ada kelainan
meropenem dan netilimicin.
Thoraks : simetris, bentuk
Pada hasil pemeriksaan penunjang
Inspeksi normal, retraksi (-)
hari Senin, 6 November 2017 didapatkan
Jantung : iktus kordis tidak
Hb 8 g/dl, Leukosit 4.900/Ul (4800-
terlihat, iktus kordis
10.800), Eritrosit 4,3 juta/ul, Hematokrit
teraba di sela iga V
29%, Trombosit 945.000/ul (150.000-
linea midklavikula
450.000), MCV 67 (79-99), MCH 19 (27-
sinistra, batas jantung
31), MCHC 28 (26-34),
sulit dinilai, bunyi
Basofil/eosinofil/batang/segmen/limfosit/
monosit/LED: 0/3/0/60/25/12/15, Natrium

JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018


16
140 (135-145), Kalium 5,0 (3,5-5,0), 6. PEMBAHASAN
kalsium 7,5 (8,6-10), klorida 106 (96-
Diare merupakan perubahan
106). Hasil tersebut memberikan kesan
konsistensi tinja menjadi lebih lembek
anemia hipokrom mikrositer diagnosis
atau cair diikuti dengan frekuensi defekasi
banding defisiensi besi, trombositosis,
yang meningkat. Tinja yang keluar
dan hipokalsemia. Hasil pemeriksaan
tersebut dapat atau tanpa disertai lendir
darah lengkap pada hari Selasa tanggal 7
dan darah.[2,3] WHO mendefinisikan diare
November 2017 dalam batas normal.
sebagai keluarnya tinja encer dengan
Hasil kultur feses ditemukan bakteri
frekuensi 3 atau lebih dalam periode 24
batang gram negatif (Enterobacter sp)
jam.[5] Episode diare dibedakan menjadi
dan dilakukan uji resistensi bakteri
akut dan persisten berdasarkan
terhadap antibiotika didapatkan hasil
durasinya. Diare akut terjadi secara tiba-
sensitif terhadap amikasin, meropenem
tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari.
dan netilmisin serta intermediate terhadap
Diare persisten didefinisikan sebagai
sulbactam/ cefoperazone.
diare akut dengan atau tanpa darah dan
berlangsungi lebih dari 14 hari.[1] Pada
5. TATALAKSANA
kasus ini, pasien sudah mengalami diare
Medikamentosa: sejak 2 bulan SMRS, meskipun diare
hilang timbul dikarenakan pasien sudah
IVFD Kaen 3B + KCL 1 ml (2 mEq) / tetes
berobat ke rumah sakit. Sehingga
per menit makro
berdasarkan episode diare yang terjadi
Injeksi Amikasin 100 mg/24 jam
mendukung untuk menegakkan diagnosis
Probiotik 1 saset/8 jam
diare persisten.
Zinc 1 cth/24 jam
Oralit 50-100 ml/BAB Terkait dengan faktor risiko,
Non-medikamentosa: Malnutrisi, defiensi mikronutrien dan
1. Memberikan informasi kepada defiensi status imun pasca infeksi atau
keluarga pasien bahwa penyakit trauma menyebabkan terlambatnya
yang diderita merupakan penyakit perbaikan mukosa usus, sehingga
infeksi yang lama dan dibutuhkan menjadi kontribusi utama terjadinya diare
kesabaran dalam perawatan persisten. Kejadian diare persisten
2. Memberikan informasi kepada sangat terkait dengan pemberian ASI dan
keluarga pasien bahwa penyakit makanan. Penderita diare persisten rata-
yang diderita dapat kambuh jika tidak rata tidak mendapatkan ASI eksklusif.
merubah pola hidup bersih dan sehat Pemberian makan pendamping terlalu
serta tidak memperhatikan asupan dini juga meningkatkan risiko
nutrisi pasien kontaminasi. Oleh karena itu, kejadian
3. Diet makanan lembek dan berserat diare persisten dapat dicegahan dengan
pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan,
5.1 Prognosis pemberian makanan tambahan yang
higienis, dan manajemen yang tepat pada
Quo Ad vitam : ad bonam diare akut sehingga kejadian diare tidak
Quo Ad fungsionam : ad bonam berkepanjangan. Manajemen diare akut
Quo Ad sanationam : dubia ad bonam yang tepat meliputi pemberian
manajemen nutrisi dan suplementasi
5.2 Diagnosis Kerja zink.[1,3]
Berdasarkan riwayat penyakit
1. Diare Persisten Dengan Gizi Buruk keluarga dan lingkungan sekitar. Saat ini
Dan Anemia tidak ada keluarga yang sedang diare,
2. Diare Persisten dengan dehidrasi namun 1 bulan yang lalu kakak pasien
ringan. mengalami BAB cair dan sembuh setelah
3. Diare Persisten perbaikan pergi berobat. Orang tua pasien
4. Gizi buruk mengatakan tinggal di pondok pesantren
5. Anemia yang dihuni 300 santri. Makanan
6. Hipoalbuminemia didapatkan dari dapur pesantren yang
7. Elektrolit imbalance perbaikan dimasak bersama-sama dan minuman
(Hipokalsemia) berasal dari galon isi ulang. Dirumahnya
sudah memiliki MCK sendiri dan air

JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018


17
berasal dari sumur bor pesantren. perkembangan anak. Selain itu, pada
Keadaan tersebut menjadi kemungkinan keadaan diare akan terjadi hipermotilitas
faktor risiko terjadinya diare persisten usus dan peningkatan sekresi mucus
pada pasien. yang akan menghambat absorbsi
Pada saat pertama kali dilakukan makanan sehingga menyebabkan
pemeriksaan didapatkan keadaan umum gangguan suplai nutrisi ke organ terutama
dengan sakit sedang dan kurus, tingkat zat besi. Pada keadaan normal besi akan
kesadaran compos mentis atau dalam diserap secara optimal dalam saluran
tingkat kesadaran penuh, tidak terlihat pencernaan. Akan tetapi karena terjadi
ada tanda-tanda penurunan kesadaran inflamasi dalam saluran pencernaan
seperti mengantuk atau tertidur, pasien maka penyerapan zat besi menjadi tidak
juga tampak lemas namun rewel. Pada efisien sehingga kadar zat besi menurun.
pemeriksaan kepala didapatkan Zat besi merupakan komponen
konjungtiva anemis, disertai mata sedikit pembentuk sel darah yang berfungsi
cekung, mukosa mulut baik dengan lidah mengantarkan oksigen ke jaringan
pucat. Lalu dilakukan pemeriksaan turgor sebagai fungsi pertumbuhan dan
kulit didapatkan turgor kembali lambat. metabolisme energi. Diare menyebabkan
Dari pemeriksaan diatas didapatkan jumlah zat besi dalam sirkulasi menjadi
keadaan diare dengan dehidrasi ringan- menurun, sehingga menimbulkan anemia
sedang dikarenakan adanya kelainan dengan keluhan lemas, letih, lesu dan
pada bagian mata yang tampak sedikit rewel.[11]
cekung dan turgor kulit yang kembali Pemeriksaan laboratorium
lambat saat ditarik. dikerjakan secara rutin pada kasus diare,
Dari hasil pemeriksaan untuk mengevaluasi gangguan darah dan
anatropometri didapatkan pasien memiliki elektrolit pada pasien yang dapat
gizi buruk, yaitu dengan lingkar lengan memperberat kondisi pasien. Pada
atas 11,5cm dan BB/U <-3 SD.[7] Pasien pemeriksaan darah rutin hanya
tidak tampak edema dan juga sangat didapatkan anemia normokromik
kurus. Gizi buruk yang terjadi pada pasien normositer namun tidak ditemukan
diakibatkan karena kurangnya asupan adanya leukositosis. Pada pemeriksaan
nutrisi yang dibutuhkan, menurunnya elektrolit didapatkan natrium dalam batas
nafsu makan, makanan yang selalu keluar normal (137 mmol/L), hipokalemia (2,1
bersamaan dengan feses, peningkatan mmol/L), hipokalsemia (6,7 mg/dL),
katabolisme dan kehilangan cairan serta hiperklorida (110 mmol/dL). Pada pasien
elektrolit yang cukup banyak menjadi diare akan terjadi pengeluaran berlebih
faktor utama kurangnya nutrisi. Malnutrisi feses dengan konsistensi cair, feses yang
dan diare memiliki hubungan timbal balik, keluar saat diare cair akan banyak
diare dapat menyebabkan malnutrisi, mengandung elektrolit penting bagi tubuh.
sementara malnutrisi dapat juga Pada keadaan ini semakin banyak cairan
menyebabkan diare. Diare merupakan yang keluar dari tubuh pada saat diare
faktor risiko terjadinya malnutrisi. Karena akan menimbulkan penurunan jumlah
kurangnya asupan nutrisi sementara tetap cairan dan elektrolit dalam tubuh
dibutuhkannya energi sehingga sehingga terjadi ketidakseimbangan
menyebabkan terjadinya pemecahan cairan yang berpotensi tinggi untuk
protein dan lemak untuk memenuhi terjdinya dehidrasi.
kebutuhan energi, oleh sebab itu dapat Pemeriksaan feses digunakan
menyebabkan terjadinya hipoalbumin untuk diare tanpa penyebab yang jelas
pada darah, hal ini diperkuat dengan hasil dan tidak mengalami perubahan setelah
pemeriksaan albumin yang memberikan pemberian antibiotik. Tes pemeriksaan
hasil hipoalbuminemia.[8,9,10] feses dilakukan untuk mengetahui
Dari anamnesis, pasien patogen penyebab diare pada pasien.
mengalami diare selama 1,5 bulan dan Pemeriksaan feses makroskopis
sempat dirawat di ICU. Pada proses didapatkan warna abu-abu, konsistensi
terjadinya pengeluaran feses secara cair, bau khas, lendir (+), darah (-), dan
berlebih dengan konsistensi cair akan mikroskopis didapatkan eritrosit 4-7,
terjadinya pengeluaran elektrolit, ampas leukosit 10-15, epitel 4-8 dan sisa
makanan dan berbagai macam zat-zat tumbuhan (+).
yang berfungsi untuk pertumbuhan dan

JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018


18
Pada pemeriksaan didapatkan feses lingkungan, persisten atau penyelamatan
berwarna abu-abu, hal ini menandakan jiwa pada diare infeksi, diare pada
adanya lendir pada feses yang pelancong dan pasien
menyebabkan hilangnya warna feses immunocompromised. Pemberian
pada anak-anak yang mengalami diare antibiotik dapat secara empiris, tetapi
persisten. Lalu ditemukan konsistensi cair antibiotik spesifik diberikan berdasarkan
dengan adanya lendir, keadaan ini kultur dan resistensi kuman.[13] Seperti
mengindikasikan adanya diare dengan yang telah dilakukan pada pasien,
infeksi namun tidak disertai dengan berdasarkan hasil kultur dan resistensi
perdarahan yang berarti tidak disertai kuman diputuskan penggunaan amikasin
kerusakan dari mukosa usus pada pasien. sebagai antibiotik spesifik. Dosis
Selain itu dilakukan pemeriksaan ronsen Amikasin 15 mg/KgBB/hari. Dengan BB 7
toraks. Pada keadaan ini sesuai dengan kg maka amikasin dapat diberikan
keadaan diare persisten yang diderita 105mg/hari. Pada kasus ini diberikan
pasien 100mg/hari. Amikasin berfungsi
Pada pasien diberikan terapi menghambat sintesis protein atau
medikamentosa dan nonmedikamentosa. merusak dinding bakteri.[12]
Pada terapi medikamentosa yang Defiensi zinc pada diare persisten
diberikan adalah pertama, pemberian atau kronis diakibatkan karena asupan
cairan. Terapi cairan yang diberikan nutrisi yang tidak adekuat dan
pasien ini menggunakan ka-en 3B. Ka-en pembuangan mikronutrien melalui
3B merupakan larutan rumatan untuk defekasi yang berlebihan. WHO
menyalurkan atau memelihara merekomendasikan suplementasi zinc
keseimbangan air dan elektrolit untuk untuk anak berusia <6 bulan sebesar 10
mengganti ekskresi harian pada keadaan mg (1/2 tablet) dan untuk anak berusia >6
asupan makanan per oral yang tidak bulan sebesar 20 mg (1 tablet), dengan
mencukupi atau tidak mungkin diberikan. masa pemberian 10-14 hari. Pemberian
Pada 1L ka-en 3B terdapat Na 50 mEq, K zinc menurunkan probablitas
20 mEq, Cl 50 mEq, laktat 20 mEq, dan pemanjangan diare akut dan mencegah
glukosa 27 gr.[12] Pada kasus ini sudah kegagalan terapi diare persisten. Zinc
tepat dalam pemberian ka-en 3B karena berperan dalam penguatan sistem imun,
pada kasus diare terjadi kehilangan cairan menjaga keutuhan epitel usus,
yang banyak melalui feses dan akan menghambat sintesis nitrite oxide dan
mengakibatkan ketidakseimbangan sebagai anti oksidan.[5,14] Pada kasus ini
elektrolit. Berdasarkan perhitungan usia pasien adalah 2 tahun. Sehingga
kebutuhan cairan dengan rumus Holiday dosis yang digunakan adalah 20 mg/hari
Segar, pada kasus ini dengan berat badan diberikan selama 10 hari. Medikamentosa
pasien 7 kg sehingga kebutuhan keempat yang diberikan pada pasien
cairan/hari 7 kg x 100 ml/kgBB = 700 adalah zinc sirup dengan dosis 1 cth/hari,
ml/hari, sehingga tetesan permenit yang dalam 1 cth atau 5 ml terdapat 20mg zinc.
dibutuhkan pasien adalah 10 tetes makro. Kelima, pemberian probiotik.
Pada kasus sudah diberikan IVFD ka-en Probiotik merupakan bakteri hidup yang
3B X tetes permenit makro dan itu sesuai berbentuk suplemen makanan dan
dengan perhitungan berdasarkan teori. berguna dalam menyeimbangkan
Kedua, diberikan tambahan KCL 1 mikroflora di dalam usus. Bakteri tersebut
ml (2 meq). Tiap 1 ml mengandung KCl digolongkan kedalam mikroba asam laktat
74,6 mg, dosis KCL pada anak adalah 1- dan bekerja dengan mempertahankan
2 meq/BB dan 1 meq = 39.10 mg. kesehatan inang. Bakteri probiotik berasal
Sehingga dosis yang dibutuhkan adalah dari manusia, tidak bersifat patogen,
antara 39,1-78,2 mg. Sehingga, dosis tahan kepada kerusakan waktu proses
yang diberikan pada pasien sudah sesuai. pencernan, tahan terhadap asam
Ketiga, diberikan terapi injeksi Amikasin lambung dan empedu, mampu melakukan
100mg/24 jam. Tidak semua kasus diare kolonisasi pada saluran pencernaan,
memerlukan antibiotik. Antibiotik hanya dapat melekat pada epitel usus dan
diberikan jika terdapat indikasi gejala dan melakukan kolonisasi serta memproduksi
tanda diare infeksi, seperti demam, feses substansi antimikrobial.[15,16] Probiotik
berdarah, leukosit pada feses, berfungsi sebagai pelindung saluran
mengurangi ekskresi dan kontaminasi cerna, sekresi IgA dan deskuamasi epitel,

JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018


19
serta memiliki pengaruh penting dalam yang dibawa bersama dengan feses.
perlekatan patogen.[17] Terapi tersebut diberikan untuk
Keenam, pemberian oralit. Oralit menghindari terjadinya dehidrasi dan
merupakan campuran garam elektrolit, ketidakseimbangan elektrolit yang dapat
seperti natrium klorida (NaCl), Kalium merusak organ dalam tubuh. Pemberian
klorida (KCl) dan trisodium sitrat hidrat, antibiotik lebih baik diberikan
serta glukosa anhidrat. Oralit diperlukan
berdasarkan hasil kultur feses dan
untuk mengganti cairan dan elektrolit
sensitivitas
yang hilang bersama dengan feses yang
keluar. Campuran glukosa dan garam DAFTAR PUSTAKA
yang terdapat pada oralit mampu diserap
dengan baik oleh usus penderita diare. 1. Pudjiadi AH, Hegar B, Hardyastuti
Cara pemberian oralit adalah pada anak S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati
<1th diberi 20-100 cc cairan oralit setiap ED, Penyunting. Pedoman pelayanan
kali buang air besar, anak >1th diberi 100- medis Ikatan dokter anak Indonesia
200 cc cairan oralit setiap kali buang air (IDAI). Jakarta: Badan Penerbit IDAI;
besar.[18] Pada kasus ini usia pasien 2 2011.
tahun, sehingga pemberian oralit 100-200
cc setiap kali BAB. Pada kasus ini 2. World Health Organization.
pemberiannya 50-100 cc setiap kali BAB. Diarrhoea Disease Fact Sheet. Available
Terapi non-medikamentosa at
dilakukan konseling dan pemberian http://www.who.int/mediacentre/factsheet
informasi mengenai penyakit yang s/fs330/en/index.html#. Geneva, 2009.
diderita kepada keluarga pasien. 3. Wyllie R. Clinical manifestations
of gastrointestinal disease. Dalam:
7. SIMPULAN Kliegman RM, Behrman RE, Stanton
BMD, Geme JS, Schor N, penyunting.
Diare masih menjadi masalah Nelson’s textbook of pediatrics. Edisi 19.
kesehatan masyarakat negara Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011.
berkembang termasuk di Indonesia. Diare
persisten menjadi salah satu masalah 4. Walker-smith J, Barnard J, Bhutta
kesehatan yang dapat mempengaruhi Z et al. Chronic diarrhea and
tingkat kematian anak di dunia. Penyebab malabsorption Working Group Report Of
kematian pada diare adalah karena the first World Congress of pediatric
hilangnya banyak cairan dalam tubuh dan gastroenterology, hepatology, and
menyebabkan dehidrasi hingga keadaan nutrition.
syok pada pasien.
Penegakan diagnosis perlu 5. Journal of Pediatric
dilakukan dengan anamnesis, Gastroenterology and nutrition. 2002; 33.
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
6. Juffie M, Arief S, Rosalina I.
penunjang. Mencari faktor risiko yang
Gastroenterohepatologi. Dalam: Yati
mengakibatkan diare pada pasien,
Soenarto. Buku Ajar Gatroenterologi-
sehingga bisa menghilangkan atau
Hepatologi. Ikatan Dokter Anak
meminimalkan hal – hal yang tidak
Indonesia. Penerbit IDAI. Jilid 1. 2010. Hal
diinginkan. Pemeriksaan fisik dan
121-132.
penunjang mendukung juga dalam terapi
yang akan diberikan. 7. Sastroasmoro S, penyunting.
Faktor risiko terbesar yang masih Panduan Pelayanan Medis departemen
dapat menyebabkan diare adalah Ilmu Kesehatan Anak RSCM. Jakarta:
higienitas lingkungan dan asupan nutrisi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. 2007.
pada sebagian besar anak-anak.
Keadaan malnutrisi dan kejadian diare 8. Kementerian Kesehatan RI
merupakan sebuah lingkaran yang harus Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
dihentikan dengan cara memberikan Kesehatan Ibu dan Anak.Standar
kecukupan nutrisi dan menjaga Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
kebersihan lingkungan tempat tinggal. 2011
Terapi utama dalam diare adalah dengan
terapi cairan. Menggantikan cairan hilang

JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018


20
9. Yudith SE, Dwi P, Lesje MS, Yati 19. Departemen Kesehatan RI
S. A Correlational study between Direktorat Jenderal pengendalian
Nutritional Status and Severity of penyakit dan penyehatan Lingkungan.
Rotavirus Diarrhea in children under five Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas
years in Bandung, Indonesia. Diare. 2011
gastroenterology and hepatology
research J. 2017;6(6):P2490-4
10. Faruque ASG, Das SK, Chisti MJ,
Afroze F, Ashraf H, Hossain MI, Islam
MM, Ahmed T. Childhood Diarrhea and
Severe Malnutrition. 2014. Chapter 13.
Diakses tanggal 28 Mei 2018
https://www.researchgate.net/publication/
275770896
11. Aslam N.Protein-Losing
Enteropathy. Editor Cagir B. 2017.
Diakses tanggal 28 Mei 2018.
https://emedicine.medscape.com/article/1
82565-overview
12. Gulec S, Anerson GJ, Collins JF.
Mechanistic and regulatory aspects of
intestinal iron absorption. American
journal of physiology. 2014;(307)4:p397-
409
13. Djuanda A, Azwar A, Ismael S,
Almatser M, Firmansyah R, Sani A,
Handaya, editor. Mims petunjuk
konsultasi. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
2014
14. Amin LZ. Tatalaksana diare akut.
Continuing medical education.
2015;(42)7:p504-508
15. Bajait C, Thawani V. Role of zinc
in pediatric diarrhea. Indian journal of
pharmacology. 2011;(43)3:p232-235
16. Sudarmo SM, Ranuh RG, Djupri
LS, Suparto P. Peranan prebiotik dan
probiotik dalam upaya pencegahan diare
pada anak. Dalam: Soegijanto S. Pediatri
Pencegahan Mutakhir I, Continuing
Education Ilmu Kesehatan Anak.
Surabaya: FK Unair: 2000. Hlm.45-55.
17. Sudarmo SM. Peranan Probiotik
dan Prebiotik Dalam Upaya Pencegahan
dan Pengobatan Diare Pada Anak.
Dalam: Kongres Nasional II BKGAI.
Bandung: BKGAI, 2003. Hlm.115-131.
18. Canani RB, Cirillo P, dan Terrin
G. Probiotics for treatment of acute
diarrhea in children: randomized clinical
trial of five different preparations.
BMJ.2007;335(1):340-5.

JIMKI Volume 6 No.2 | Mei- September 2018


21

Anda mungkin juga menyukai