Anda di halaman 1dari 69

ANALISIS AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI PEMERINTAH

DESA DALAM PENGELOLAAN DANA DESA

PROPOSAL

Oleh:

PERIANTO
STB : E1 17 006

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
SULAWESI TENGGARA
2020

HALAMAN PERSETUJUAN
Judul : Analisis Akuntabilitas dan Transparansi Pemerintah Desa
Dalam Pengelolaan Dana Desa

Nama : Perianto

NIM : E1 17 006

Jurusan : Akuntansi

Pembimbing I Pembimbing II

Rafidah Bangki, SE., M.Ak., Ak. CA. Ahmad Taufiq Soepardy, SE., M.Si.,
NIDN. 0901018504 NIDN. 0923057803

Mengetahui
Mengetahui/Mengesahkan
Ketua Program Studi Akuntansi

Rafidah Bangki, SE., M.Ak., Ak. CA.


NIDN. 0901018504

DFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................... 7
1.4. Batasan Masalah.......................................................................... 7
1.5. Manfaat Penelitian....................................................................... 8
1.6. Ruang Lingkup Penelitian........................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Keuangan................................................................. 9
2.2. Kinerja Keuangan........................................................................ 12
2.3. Laporan Keuangan....................................................................... 19
2.4. Analisis Laporan Keuangan........................................................ 25
2.5. Penelitian Terdahulu.................................................................... 27
2.6. Keragka Pikir Penelitian.............................................................. 31
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 34
3.2. Jenis dan Sumber Data................................................................ 34
3.3. Teknik Pengumpulan Data Kuantitatif........................................ 35
3.4. Analisis Data............................................................................... 35
3.5. Definisi Operasional.................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan desa merupakan salah proses penyediaan fasilitas dan

kebutuhan masyarakat di desa. Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional

dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan

mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam perjalanan ketatanegaraan

Republik Indonesia, Desa telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga

perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan

demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam

melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil,

makmur, dan sejahtera.

Desa dalam susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan perlu diatur tersendiri dengan undang-undang. Dalam pasal 1

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, menyebutkan bahwa

Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau

hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Bagian ini membuktikan bahwa desa adalah

wilayah yang memiliki pemerintahan tersendiri.

Berkaitan dengan pembangunan desa, maka desa membutuhkan

anggaran pembangunan yang saat ini dikemas dalam bentuk dana desa. Dana

Desa adalah dana yang dialokasikan dalam APBN yang diperuntukkan

bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan


pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan

pemberdayaan masyarakat.

Dengan disahkannya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,

diharapkan segala kepentingan dan kebutuhan masyarakat desa dapat

diakomodir dengan lebih baik. Pemberian kesempatan yang lebih besar bagi

desa untuk mengurus tata pemerintahannya sendiri serta pemerataan

pelaksanaan pembangunan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan

kualitas hidup masyarakat desa, sehingga permasalahan seperti kesenjangan

antar wilayah, kemiskinan, dan masalah sosial budaya lainnya dapat

diminimalisir. UU Nomor 6 Tahun 2014 beserta peraturan pelaksanaanya telah

mengamanatkan pemerintah desa untuk lebih mandiri dalam mengelola

pemerintahan dan berbagai sumber daya alam yang dimiliki, termasuk di

dalamnya pengelolaan keuangan dan kekayaan milik desa. Dalam APBN-P

2015 telah dialokasikan Dana Desa sebesar ± Rp 20,776 triliun kepada seluruh

desa yang tersebar di Indonesia. Jumlah desa yang ada saat ini sesuai

Permendagri 39 Tahun 2015 sebanyak 74.093 desa. Selain Dana Desa, sesuai

UU Desa pasal 72, Desa memiliki Pendapatan Asli Desa dan Pendapatan

Transfer berupa Alokasi Dana Desa; Bagian dari Hasil Pajak dan Retribusi

Kabupaten/Kota; dan Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi/ Kabupaten/Kota

Peran besar yang diterima oleh desa, tentunya disertai dengan tanggung jawab

yang besar pula. Oleh karena itu pemerintah desa harus bisa menerapkan

prinsip akuntabilitas dalam tata pemerintahannya, dimana semua akhir kegiatan

penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan. Dalam hal keuangan desa,
pemerintah desa wajib menyusun Laporan Realisasi Pelaksanaan APB Desa

dan Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa. Laporan

ini dihasilkan dari suatu siklus pengelolaan keuangan desa, yang dimulai dari

tahapan perencanaan dan penganggaran; pelaksanaan dan

Akuntabilitas dan transparansi adalah.prinsip dari pemerintahan yang

baik. Dalam artian bahwa penyelenggaraan pemerintahan harus akuntabel

(bertanggung jawab) dalam setiap pekerjaan dan pelaksanaan pelayanan

kepada masyarakat, selain itu penyelenggaraan pemerintahaan harus transparan

(keterbukaan) artinya bahwa tidak diskirmiasi dalam bekerja dan

mementingkan kelompok tertentu sertia tidak melaksanaan pekerjaan

sebagaimana mestinya (Usman, 2004).

Pelaksanaan pekerjaan dalam pemerintahan tidak saja pada pelayanan

administrasi tetapi juga pada pelayanan program kerja dan keuangan yang

disalurkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada pemerintahan. Upaya

peningkatan pelayanan publik hingga ke pemerintahan desa, pemerintah

melalui kementrian desa melaksanakan program bantuan dana desa.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka

penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang Analisis Akuntabilitas dan

Transparansi Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Dana Desa di Desa

Mataiwoy Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:


1. Bagaimana akuntabilitas pengelolaan dana desa di Desa Mataiwoy

Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara ?

2. Bagaimana kualitas laporan keuangan pemerintah desa di Desa Mataiwoy

Kecamata molawe Kabupaten Konawe Utara ?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis

sebagai berikut:

1. Mengetahui pengelolaan akuntabilitas pengelolaan dana desa di Desa

Mataiwoy Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara.

2. Mengetahui kualitas laporan keuangan pemerintah desa di Desa Mataiwoy

Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain:

1.4.1. Manfaat Teoritis

1. Sebagai sumber rujukan untuk mempelajari akuntansi keuangan yang

berhubungan dengan keuangan desa.

2. Sebagai referensi konsep keuangan untuk Menyusun laporan keuangan

desa.

3. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan

penelitian ini.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Sebagai masukkan bagi pemerintah desa dalam mengelola keuangan

dana desa di desa.


2. Sebagai masukkan bagi mahasiswa dalam memahami dan mengetahui

pengelolaan dana desa

3. Sebagai masukan bagi pemerintah untuk meningkatkan pengelolaan

dana desa secara professional.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibahas dan dibatasi dalam lingkup penelitian tentang

Analisis Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa Dalam Meningkatkan Kualitas

Laporan Keuangan Pemerintah Desa (Studi Desa Mataiwoy Kecamatan

Molawe Kabupaten Konawe Utara)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dalam penelitian ini adalah penelitian yang relevan

dengan tujuan penelitian ini yang antara lain:

1. Muh. Tahir (2018) meneliti Analisis Pengelolaan Keuangan Dana Desa Di

Desa Bululoe Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengelolaan keuangan anggaran desa di Desa

Bululoe Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto. Penelitian ini merupakan

jenis penelitian kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

laporan pengelolaan keuangan anggaran di desa Bululoe beserta semua

dokumen yang mendukungnya dan sampel penelitian ini adalah dokumen-

dokumen pendukung pengelolaan keuangan tahun 2017. Pengumpulan data

menggunakan teknik desktop, observasi, wawancara dan dokumentasi. .

Teknik analisis data tersebut sejalan dengan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa dan

Sesuai Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan desa di Desa Bululoe

Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto belum sesuai dengan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan

Keuangan Desa dan Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Persamaan

dengan penelitian ini adalah mengkaji laporan keuangan dana desa,

sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian Siswadi Muh. Tahir (2018)

fokus pada Analisis Laporan Keuangan Desa, Penelitian ini berjudul analisis

laporan keuangan dana desa, sementara itu penelitian ini fokus pada

akuntabilitas pengelolaan dana desa.


2. Siswadi Sululing (2018) meneliti Analisis Laporan Keuangan Desa,

Penelitian ini berjudul analisis laporan keuangan desa, sedangkan tujuan

penelitian untuk mengetahui laporan keuangan desa terdiri dari komponen-

komponen apa saja. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Metode analisis

yang digunakan adalah akuntansi keuangan desa, yang dimulai dari

transaksi pencatatan transaksi, penggolongan, posting ke buku besar, neraca

saldo, ayat jurnal penyesuaian dan laporan keuangan desa. Hasil penelitian

adalah setiap transaksi keuangan desa yang terjadi harus dicatat dengan

menggunakan buku kas umum, buku kas harian pembantu, buku bank, buku

pajak, buku inventaris desa, buku persediaan, buku modal, buku piutang,

dan buku hutang dengan benar dan seimbang, sehingga menghasilkan

laporan keuangan desa yang terdiri dari dari laporan, laporan realisasi

anggaran, laporan kekayaan milik desa awal, neraca desa dan catatan atas

laporan keuangan. Persamaan dengan penelitian ini adalah mengkaji

laporang keuangan desa, sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian

Siswadi Sululing (2018) fokus pada Analisis Laporan Keuangan Desa,

Penelitian ini berjudul analisis laporan keuangan desa, sementara itu

penelitian ini fokus pada akuntabilitas pengelolaan dana desa.

3. Ika Asmawati (2019) meneliti akuntabilitas pengelolaan dana desa. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis akuntabilitas

pengelolaan keuangan desa terutama berkaitan pengelolaan Dana Desa pada

Desa Dore Bima. Hasil penelitian ini menunjukkan akuntabilitas keuangan

pemerintah Desa tidak berfungsi dengan baik. Masih diperlukan perbaikan

kemampuan dan kompetensi aparat desa melalui pelatihan atau kursus untuk
aparat desa serta penyediaan media sebagai alat untuk

mempertanggungjawabkan pengelolaan dana desa sehingga akuntabilitas

pengelolaan keuangan pemerintah desa dapat lebih optimal. Persamaan

kedua penelitian ini adalah meneliti akuntabilitas pengelolaan dana desa.

Sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian Ika Asmawati (2019) lebih

fokus pada akuntabilitas pengelolaan keuangan desa, sementara itu pada

penelitian ini fokus pada laporan keuangan.

4. Dian Fawzy Ilmiah (2020) meneliti Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana

Desa Di Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui akuntabilitas perencanaan, pelaksanaan dan

penatausahaan, dan pelaporan dan pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa

di Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2018. Teknik pengambilan

sampel pada penelitian ini adalah random sampling dengan menggunakan

sampel sebanyak 3 desa di Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.

Sedangkan untuk teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu menggunakan teknik analisis tematik. Berdasarkan hasil pengujian

analisis tematik akuntabilitas perencanaan alokasi dana desa dilakukan

secara transparan dan partisipatif. Akuntabilitas pelaksanaaan dan

penatausahaan berjalan dengan transparan, patisipatif, akuntabel, tertib dan

disiplin anggaran. Sedangkan untuk akuntabilitas pelaporan dan

pertanggungjawaban berjalan dengan transparan, akuntabel, tertib dan

disiplin anggaran. Persamaan kedua penelitian ini adalah meneliti

akuntabilitas pengelolaan dana desa. Sedangkan perbedaannya adalah pada

penelitian Ika Dian Fawzy Ilmiah (2020) lebih fokus pada akuntabilitas
perencanaan, pelaksanaan dan penatausahaan, dan pelaporan dan

pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa, sementara itu pada penelitian ini

fokus pada laporan keuangan.

2.2 . Konsep Akuntansi

Akuntansi pada sebuah pengetahuan akan diketahui dengan dua istilah

asing yaitu, accountancy dan accounting. Dari segi termiologi istilah itu

diartikan dalam bahasa Indonesia menjadi akuntansi (Sadeli, 2008). Untuk

lebih mendekatkan arti dari kedua istilah diatas, perlunya mengetahui

pengertian dan kedudukan atas masing-masing dalam pengetahuan akuntansi.

Akuntansi (accountancy) adalah suatu metodologi dan sekumpulan

pengetahuan yang berhubungan dengan sistem informasi dari satuan-satuan

ekonomi bagaimanapun bentuknya, terbagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Accounting merupakan sebuah pengetahuan yang berhubungan dengan

proses terlaksananya pembukuan dalam arti yang luas.

2. Auditing merupakan sebuah pengetahuan atau ilmu yang berhubungan

dengan suatu pemeriksaan dan menilai (evaluasi) atas hasil dari proses

dari pembukuan tersebut.

Menurut Sadeli (2008), nama akuntansi (accountancy) lebih lebar meliputi

bidang teori, proses pembukuan, penerapan atau praktik, serta pemeriksaan dan

penilaian. Sedangkan istilah accounting hanya menunjukan bidang teori.

Akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, dan

pelaporan informasi ekonomi dengan memungkinkan adanya sebuah penilaian

dan pengambilan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang

menggunakan informasi tersebut (Lantip, 2016). Akuntansi adalah sistem yang


menginformasikan suatu ukuruan aktivitas bisnis, mengolah data menjadi

laporan, dan pengkomunikasian hasil kepada para pengambil keputusan

aktivitas bisnis (Jusup,2011).

Beberapa pengertian yang tercantum diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa, akuntansi itu merupakan sebuah sistem informasi yang bersangkutan

dengan suatu pemeriksaan atau penilaian (evaluasi) terhadap hasil proses dari

terlaksananya pembukuan yang menghasilkan suatu laporan kepada pihak yang

berkepentingan mengenai kegiatan ekonomi dan kondisi perusahaan.

Akuntansi lebih sering mendapat julukan sebagai bahasa bisnis (the

language of bussines). Masyarakat telah mengalami perubahan yang cepat

membuat semakin kompleksnya bahasa tersebut, yang digunakan untuk

mencatat, meringkas, melaporkan, menginterprestasikan data dasar ekonomi

untuk kepentingan perorangan, perusahaan, pemerintah, dan anggota

masyarakat lainnya (Sadeli : 2008).

Akuntansi bisa juga diartikan sebagai proses mengidentifikasi, mengukur

dan melaporkan informasi ekonomi untuk membuat perhitungan dan

mengambil keputusan yang tepat bagi pemakai informasi tersebut yang

disampaikan pada AAA (American Accounting Assosiation) oleh Sadeli

(2008). Pandangan secara umum, akuntansi bisa juga diartikan sebagai sistem

informasi yang memiliki hasil sebuah laporan kepada seluruh pihak yang

mempunyai kepentingan mengenai kegiatan ekonomi dan keadaan perusahaan

(Warren, Reeve, dan Fees : 2006)

American Institute of Certified Public Accountans atau AICPA dalam

Ahmed Riahi dan Belkaoui (2006) mengungkapkan pendapatnya bahwa


akuntansi merupakan sebuah seni. Sebuah seni mencatat, mengklasifikasikan

dan mengiktisiarkan dalam cara yang signifikan dalam sebuah satuan mata

uang, transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian yang paling tidak sebagian

diantaranya, memiliki sifat keuangan dan selanjutnya menginterprestasikan

hasilnya. Laporan akuntansi sangat penting digunakan oleh pihak-pihak yang

berkepentingan sebagai sumber informasi utama sebagai pertimbangan untuk

pengambilan keputusan. Pihak-pihak yang berkepentingan juga menggunakan

informasi lain untuk pengambilan keputusan mengenai perusahaan.

Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (Bussines

Stakeholder) merupakan perorangan atau entitas yang mempunyai kepentingan

dalam menentukan kinerja perusahaan (Warren, Reeve dan Fees : 2006). Dapat

ditarik sebuah kesimpulan dari beberapa definisi akuntansi diatas bahwa

akuntansi merupakan sebuah proses pengidentifikasian, pengukuran, dan

pelaporan informasi ekonomi atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian

dalam perusahaan yang kegiatannya dapat diukur dengan satuan mata uang

untuk membuat pertimbangan dan pengambilan keputusan oleh pihak-pihak

yang berkepentingan dalam perusahaan (Bussines Stakeholder).

Warren, Reeve, dan Fess (2006) menjelaskan bahwa akuntansi

merupakan suatu sistem informasi yang dapat memberikan sebuah laporan

kepada pihak-pihak berkepentingan mengenai kegiatan ekonomi dan kondisi

perusahaan.

2.3. Akuntansi Keuangan

Akuntansi Keuangan adalah akuntansi dengan tujuan utama

menghasilkan laporan keuangan untuk kepentingan pihak luar. Pihak luar


adalah pihak – pihak di luar manajemen perusahaan, seperti investor, kreditur,

badan pemerintah dan pihak luar lainnya (Yusuf, 2011).

Akuntansi keuangan merupakan proses dalam pelaporan keuangan oleh

akuntan dengan laporan keuangan yang sesuai standar akuntansi untuk

kepentingan pihak ketiga (Kieso,2013). Dengan dua kutipan diatas penulis

menyimpulkan bahwa Akuntansi Keuangan adalah proses dalam menghasilkan

dokumen bisnis berupa laporan keuangan yang sesuai standar akuntansi yang

berlaku dan berguna bagi beberapa pihak.

Fungsi utama dari akuntansi keuangan memberikan informasi terkait

keuangan perseorangan, organisasi ataupun perusahaan. Informasi ini dapat

digunakan untuk melihat keadaan keuangan dan apa saja yang telah terjadi

didalamnya. Selain itu bagi pihak manajemen informasi ini sangat berguna

untuk pengambilan keputusan yang tepat (Kieso,2013) Selain fungsi utama di

atas ada juga beberapa fungsi dari akuntansi keuangan ini diantaranya adalah:

a. Mengetahui dan menghitung laba yang diperoleh.

b. Memberi informasi berguna bagi manajamen.

c. Dapat menentukan hak dari berbagai pihak yang terlibat baik internal

maupun eksternal.

d. Mengawasi dan mengendalikan aktivitas dalam perusahaan.

e. Membantu mencapai target yang telah ditetapkan.

Menurut Suwaldiman (2005) akuntansi memiliki beberapa tujuan sebagai

berikut :

a. Memberi informasi keuangan yang secara handal bisa dipercaya mengenai

kewajiban, modal dan sumber ekonomi.


b. Memberi informasi yang terpercaya tentang perubahan yang ada pada

sumber–sumber ekonomi sebuah perusahaan yang muncul karena adanya

kegiatan usaha.

c. Menginformasi keuangan yang bisa membantu penggunanya dalam

memperkirakan potensi perusahaan dalam mendapatkan laba.

d. Menginformasi informasi penting yang lain tentang perubahan perubahan

pada sumber ekonomi dan kewajiban.

e. Menyampaikan sedalam mungkin informasi lain yang masih berkaitan

dengan laporan keuangan yang masih relevan untuk digunakan oleh

pengguna laporan keuangan.

2.4. Konsep Laporan Keuangan

Menurut Sugiri dan Riyanto (2014) laporan keuangan adalah hasil akhir

dari suatu siklus akuntansi yang menyajikan informasi untuk para pemilik

kepentingan sebagai pertimbangan pengambilan keputusan.

Menurut Hery (2014:3) Pengertian laporan keuangan merupakan

produk hasil dari serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran data

transaksi bisnis. Menurut Susilawati (2013:1) laporan keuangan merupakan

ringkasan dari transaksi - transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku

yang bersangkutan. Menurut Kasmir (2013:66), laporan keuangan merupakan

salah satu cara untuk mengetahui kinerja perusahaan dalam suatu periode.

Laporan ini digunakan berbagai pihak internal dan eksternal untuk menilai

suatu keberhasilan perusahaan.

Laporan keuangan memiliki tujuan untuk menyediakan sebuah

informasi keuangan yang dibutuhkan oleh berbagai pihak, baik itu internal
maupun eksternal erat kaitannya dengan pengambilan keputusan. Informasi

akuntansi ini disajikan melalui laporan keuangan. Memiliki karakteristik

kualitatif untuk membuat sebuah informasi dalam laporan keuangan yang lebih

berguna bagi semua pemakai dalam membuat suatu keputusan yang bernilai

ekonomis merupakan ciri khas dari laporan keuangan. Laporan keuangan

memiliki tujuan untuk menyediakan sebuah informasi keuangan yang

dibutuhkan oleh berbagai pihak, baik itu internal maupun eksternal erat

kaitannya dengan pengambilan keputusan. Informasi akuntansi ini disajikan

melalui laporan keuangan. Memiliki karakteristik kualitatif untuk membuat

sebuah informasi dalam laporan keuangan yang lebih berguna bagi semua

pemakai dalam membuat suatu keputusan yang bernilai ekonomis merupakan

ciri khas dari laporan keuangan.

Berikut ini tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan

menurut Kasmir (2009:10) yaitu:

1) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki

perusahaan pada saat ini.

2) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang

dimiliki perusahaan pada saat ini.

3) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh

pada suatu periode tertentu.

4) Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang

dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

5) Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap

aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.


6) Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu

periode tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.

7) Informasi keuangan lainnya.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan

laporan keuangan adalah:

1. Informasi posisi laporan keuangan yang dihasilkan dari kinerja dan aset

perusahaan sangat dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan, sebagai

bahan evaluasi dan perbandingan untuk melihat dampak keuangan yang

timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya.

2. Informasi keuangan perusahaan diperlukan juga untuk menilai dan

meramalkan apakah perusahaan di masa sekarang dan di masa yang akan

datang sehingga akan menghasilkan keuntungan yang sama atau lebih

menguntungkan.

3. Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai

aktivitas investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode

tertentu. Selain untuk menilai kemampuan perusahaan, laporan keuangan

juga bertujuan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan

investasi.

Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha

suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Bagi para analis,

laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi

dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Laporan keuangan menjadi bahan

sarana informasi (screen) bagi analis dalam proses pengambilan keputusan.

Laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil


usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) perusahaan dalam

periode tertentu. Pada dasarnya laporan keuangan adalah hasil dari proses

akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data

keuangan suatu aktivitas dari suatu perusahaan dengan pihak - pihak yang

bersangkutan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Adapun jenis

laporan keuangan yang lazim dikenal terdiri dari Neraca atau laporan

Laba/Rugi, atau hasil usaha,

Laporan Arus Kas dan Laporan Perubahan Posisi Keuangan. Menurut

Harahap (2008:1) pengertian laporan keuangan adalah sebagai berikut:

“Laporan Keuangan adalah media informasi yang merangkum semua aktivitas

perusahaan. Jika informasi ini disajikan dengan benar, informasi tersebut sangat

berguna bagi siapa saja untuk mengambil keputusan tentang perusahaan yang

dilaporkan tersebut.”

Munawir (2006:2) Mengemukakan pengertian laporan keuangan sebagai

berikut: “Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi

yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau

aktivitas suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau

aktivitas dari perusahaan tersebut.” Sedangkan menurut Kasmir (2013:7)

Pengertian Laporan Keuangan adalah sebagai berikut: “Laporan Keuangan

adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini

atau dalam suatu periode tertentu.” Pengertian diatas dapat dikatakan bahwa

laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi serta laporan

perubahan posisi keuangan dimana neraca menunjukkan atau menggambarkan

jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu,
sedangkan perhitungan (laporan) laba rugi memperlihatkan hasil-hasil yang

telah dicapai oleh perusahaan serta biaya-biaya yang terjadi selama periode

tertentu dan laporan perubahan posisi keuangan yang disajikan dalam bentuk

laporan perubahan modal kerja, laporan arus kas dan laporan sumber dan

penggunaan dana.

Pengertian laporan keuangan menurut Sundjaja dan Barlian (2001: 41)

adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang

digunakan sebagai alat komunikasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan

dengan data keuangan atau aktivitas perusahaan.Laporan keuangan menurut

Machfoedz dan Mahmudi (2007: 18) adalah hasil akhir dari proses akuntansi.

Proses akuntansi dimulai dari bukti transaksi, kemudian dicatat dalam harian

yang disebut jurnal, kemudian secara periodik dari jurnal dikelompokkan ke

dalam buku besar sesuai dengan transaksinya, dan tahap terakhir dan proses

akuntansi adalah penyusunan laporan keuangan.

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan

pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan

kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari

proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya

meliputi :

1) Neraca, Merupakan bagian dari sebuah laporan keuangan yang mencatat

informasi mengenai aset, kewajiban pembayaran pada pihak-pihak yang

terkait dalam operasional perusahaan, dan modal pada waktu tertentu

2) Laporan laba rugi komprehensif adalah perubahan ekuitas selama satu

periode yang dihasilkan transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan


yang dihasilkan dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai

pemilik. Total laba rugi komprehensif terdiri dari komponen laba rugi dan

pendapatan komprehensif lain.

3) Laporan perubahan ekuitas. Laporan perubahan modal atau ekuitas adalah

salah satu jenis laporan keuangan. Tujuan pembuatannya adalah agar

perusahaan dapat menggambarkan peningkatan maupun penurunan dari

aktiva bersih (kekayaan) dalam periode tertentu dengan prinsip pengukuran

tertentu untuk dianut. Laporan ini akan ditemukan pada berbagai

perusahaan publik. Sebab, sebagian besarnya mempunyai struktur

kepemilikan yang kompleks dalam perubahan-perubahan akun ekuitas di

tahun terkait.

4) Laporan perubahan posisi keuangan dapat dikatakan sebagai pelengkap dari

perubahan-perubahan yamg terjadi dan di ikhtisarkan pada perhitungan

rugi laba. Dari laporan perubahan posisi keuangan kita dapat memperoleh

informasi tentang ringkasan dari pengaruh transaksi/kegiatan penanaman

modal dan pembiyayaan. yang dapat disajikan berupa laporan arus

kas atau laporan arus dana

5) Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian

integral dari laporan keuangan

Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi

keuangan adalah aset, kewajiban, dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan

dengan pengkuran kinerja dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan

beban. Laporan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur

laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca.


Setiap laporan keuangan yang disusun pasti memiliki keterbatasan

tertentu. Menurut Kasmir (2016:16) mengemukakan bahwa ada beberapa

keterbatasan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan, yaitu:

a. Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis),

dimana data-data yang diambil dari data masa lalu.

b. Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang bukan hanya

untuk pihak tertentu saja.

c. Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan pertimbangan-

pertimbangan tertentu.

d. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi situasi

ketidakpastian. Misalnya dalam suatu peristiwa yang tidak menguntungkan

selalu dihitung kerugiannya. Sebagai contoh harta dan pendapatan, nilainya

dihitung dari yang paling rendah.

e. Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang ekonomi

dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan kepada sifat

formalnya.

Menurut Susilo (2009: 10) pengertian laporan keuangan adalah hasil akhir dari

proses akuntansi yang memuat informasi-informasi dan memberikan

keterangan-keterangan mengenai data ekonomi perusahaan yang terdiri dari

daftar-daftar yang menunjukkan posisi keuangan dan hasil kegiatan perusahaan

untuk satu periode yang meliputi neraca, laporan laba rugi, dan laporan

perubahan keuangan. Sedangkan menurut Lukman (2013: 37) laporan

keuangan adalah laporan tentang perhitungan rasio-rasio untuk menilai


keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di

masa depan.

2.5. Analisis Laporan Keuangan

Menurut Prastowo (2010: 53) analisis laporan keuangan bertujuan

untuk mengurangi ketergantungan para pemberi keputusan pada dugaan murni,

terkaan, dan intuisi serta mengurangi dan mempersempit lingkup

ketidakpastian yang tidak bisa dielakkan pada setiap proses pengambilan

keputusan. Sedangkan menurut Hanafi (2009:5) tujuan analisis laporan

keuangan yaitu pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas

dan tingkat resiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan.

Menurut Kasmir (2013:66), mengemukakan analisis laporan keuangan

bahwa: Agar laporan keuangan menjadi lebih berarti sehingga dapat dipahami

dan dimengerti oleh berbagai pihak, maka perlu dilakukan analisis laporan

keuangan. Hasil analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi

tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan adanya

kelemahan dan kekuatan yang dimiliki, akan tergambar kinerja manajemen

selama ini.

Menurut Munawir (2012:35), analisis laporan keuangan adalah:

Analisis laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari dari

pada hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan

posisi keunagn dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang

bersangkutan.

Menurut Kasmir (2013:68), tujuan dari analisis laporan keuangan

adalah:
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu,

baik aset, kewajiban, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk

beberapa periode.

2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi

kekurangan perusahaan.

3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.

Menurut Harahap (2008:297), rasio keuangan adalah angka yang

diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos

lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Hery

(2014:138), rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan

menggunakan laporan keuangan yang berfungsi sebagai alat ukur dalam

menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.

Laporan Keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan

suatu perusahaan pada periode tertentu. Secara umum ada lima bentuk laporan

keuangan pokok yang dihasilkan perusahaan yaitu:

1. Neraca adalah bagian dari sebuah laporan keuangan yang mencatat

informasi mengenai aset, kewajiban pembayaran pada pihak-pihak yang

terkait dalam operasional perusahaan, dan modal pada waktu tertentu.

Unsur-unsur dalam neraca yaitu :

a. Aset/harta adalah kekayaan yang dimiliki entitas bisnis, bisa berupa kas,

piutang, tanah, mesin an sebagainya. Jenis-jenis harta dibagi ke dalam 3

jenis, yaitu aset lancar, aset tetap, dan aset tidak berwujud.

b. Liabilitas/utang adalah kewajiban perusahaan pada pihak lain yang harus

dibayar, dalam angka pendek ataupun jangka panjang. Liabilitas dapat


dibagi menjadi dua, yaitu liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka

panjang.

c. Modal atau ekuitas adalah uang atau barang yang digunakan sebagai dasar

untuk menjalankan pekerjaan. Ekuitas merupakan selisih aset dikurangi

dengan liabilitas, sehingga seringkali disebut sebagai aset bersih.

2. Laporan Laba Rugi merupakan suatu laporan yang menunjukkan kinerja

keuangan perusahaan pada periode tertentu. Laporan ini berfungsi sebagai

alat untuk memonitor kemajuan dan kemunduran keuangan perusahaan

dimana, dalam laporan ini, Anda akan melihat kondisi keuangan

perusahaan, apakah sedang merugi atau sedang mendapat laba yang

berlimpah. Dengan begitu, Anda sebagai pemimpin perusahaan dapat

membuat keputusan atau strategi yang tepat untuk mengembangkan bisnis

Selain itu, laporan laba-rugi juga menjadi salah satu dari keempat jenis

laporan utama yaitu neraca, arus kas, perubahan modal, dan laba rugi. Dan

laporan inilah yang menjadi salah satu penghubung antara dua neraca dalam

periode yang berurutan. 

3. Laporan Perubahan Modal merupakan jenis laporan keuangan yang berisi

informasi mengenai modal yang dimiliki oleh suatu perusahaan serta berisi

pula informasi atau hal-hal apa saja yang menyebabkan modal tersebut

berubah, baik bertambah maupun berkurang sampai pada akhir periode

akuntansi. Di dalam laporan perubahan modal, terdapat data keseluruhan

modal di setiap periode akuntansi perusahaan serta setiap detail perubahan-

perubahan yang terjadi. Selain itu, laporan perubahan modal juga terdiri dari

modal awal perusahaan, laba yang didapat atu rigi yang dialami, dan juga
prive. Lalu di akhir laporan akan diketahui berapa besar modal akhir. Dari

sini bisa diketahui berapa besar perubahan modal yang dialami oleh satu

perusahaan.

4. Laporan Arus Kas adalah sebuah perincian yang menunjukkan jumlah

pemasukan dan pengeluaran dalam suatu periode tertentu. Arus kas dalam

keuangan bisnis dan keluarga memiliki sedikit perbedaan. Jika keuangan

keluarga arus kas yang dimaksud adalah cash basis. Sedangkan, dalam

keuangan bisnis terdapat cash basis dan accural basis. Laporan arus kas

biasanya meliputi jumlah kas yang diterima. Contohnya seperti investasi

tunai dan pendapatan tunai, dan jumlah kas yang dikeluarkan perusahaan.

5. Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan informasi lebih rinci mengenai

detail laporan keuangan perusahaan. Catatan Atas Laporan Keuangan

(CALK) ini berfungsi sebagai penjelas pada laporan keuangan yang detail

dan angka-angkanya tidak bisa diungkapkan dalam sebuah laporan

keuangan.

Dari kelima laporan tersebut hanya dua yang umum digunakan untuk

analisis, yaitu laporan neraca dan laporan laba rugi. Analisis laporan keuangan

merupakan analisis mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan yang

melibatkan neraca dan laporan laba rugi. Neraca (balance sheet) suatu

perusahaan menggambarkan jumlah kekayaan (harta), kewajiban (hutang) dan

modal dari perusahaan tersebut pada saat tertentu. Kekayaan atau harta

disajikan pada sisi aktiva, sedangkan kewajiban atau hutang disajikan pada sisi

passiva. Laporan laba rugi (income statement) suatu perusahaan


menggambarkan jumlah penghasilan atau pendapatan dan biaya dari

perusahaan tersebut pada periode tertentu.

Dalam Ikatan Akuntansi Indonesia oleh Putra (2012), laporan keuangan

adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan ada periode akuntansi

yang menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan berguna

bagi banker, kreditor, pemilik dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam

menganalisis serta menginterprestasikan kinerja keuangan dan kondisi

perusahaan. Dari beberapa penjabaran pada pendapat tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan sebuah laporan yang tertulis

dan memberikan sebuah informasi tentang kondisi keuangan suatu perusahaan

pada saat periode tertentu.

Menurut Munawir (2010:31), tujuan analisis laporan keuangan

merupakan: Alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan

dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan yang

bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang

berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau

lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga akan dapat diperoleh data yang akan

dapat mendukung keputusan yang akan diambil.

2.6. Konsep Akuntabilitas

Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan

pemerintahan yang baik dan bersih (good governance dan clean government)

telah mendorong pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban

yang jelas, tepat, teratur, dan efektif yang dikenal dengan Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).


Penerapan sistem tersebut bertujuan agar penyelenggaraan pemerintahan

dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna,

bertanggung jawab dan bebas dari praktik-praktik kolusi, korupsi, dan

nepotisme (KKN). Terdapat berbagai definisi tentang akuntabilitas, yang

diuraikan sebagai berikut :

a. Sjahruddin Rasul (2000) menyatakan bahwa akuntabilitas didefinisikan

secara sempit sebagai kemampuan untuk memberi jawaban kepada

otoritas yang lebih tinggi atas tindakan “seseorang” atau “sekelompok

orang” terhadap masyarakat secara luas atau dalam suatu organisasi.

Dalam konteks institusi pemerintah, “seseorang” tersebut adalah pimpinan

instansi pemerintah sebagai penerima amanat yang harus memberikan

pertanggungjawaban atas pelaksanaan amanat tersebut kepada masyarakat

atau publik sebagai pemberi amanat.

b. J.B. Ghartey (1998) menyatakan bahwa akuntabilitas ditujukan untuk

mencari jawaban atas pertanyaan yang berhubungan dengan stewardship

yaitu apa,mengapa, siapa, ke mana, yang mana, dan bagaimana suatu

pertanggungjawaban harus dilaksanakan.

c. Ledvina V. Carino (2002) mengatakan bahwa akuntabilitas merupakan

suatu evolusi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang petugas

baik yang masih berada pada jalur otoritasnya atau sudah keluar jauh dari

tanggung jawab dan kewenangannya. Setiap orang harus benar-benar

menyadari bahwa setiap tindakannya bukan hanya akan memberi

pengaruh pada dirinya sendiri saja. Akan tetapi, ia harus menyadari bahwa

tindakannya juga akan membawa dampak yang tidak kecil pada orang
lain. Dengan demikian, dalam setiap tingkah lakunya seorang pejabat

pemerintah harus memperhatikan lingkungannya.

d. Akuntabilitas merupakan perwujudan pertanggungjawaban seseorang atau

unit organisasi, dalam mengelola sumber daya yang telah diberikan dan

dikuasai, dalam rangka pencapaian tujuan, melalui suatu media berupa

laporan akuntabilitas kinerja secara periodik. Sumber daya dalam hal ini

merupakan sarana pendukung yang diberikan kepada seseorang atau unit

organisasi dalam rangka memperlancar pelaksanaan tugas yang telah

dibebankan kepadanya. Wujud dari sumber daya tersebut pada umumnya

berupa sumber daya manusia, dana, sarana prasarana, dan metode kerja.

Sedangkan pengertian sumber daya dalam konteks negara dapat berupa

aparatur pemerintah, sumber daya alam, peralatan, uang, dan kekuasaan

hukum dan politik.

e. Akuntabilitas diartikan sebagai kewajiban untuk menjawab dan

menjelaskan kinerja dari tindakan seseorang atau badan kepada pihak-

pihak yang memiliki hak untuk meminta jawaban atau keterangan dari

orang atau badan yang telah diberikan wewenang untuk mengelola sumber

daya tertentu.

Dalam konteks ini, pengertian akuntabilitas dilihat dari sudut pandang

pengendalian dan tolak ukur pengukuran kinerja. Polidano (1998) menawarkan

kategorisasi baru yang disebutnya sebagai akuntabilitas langsung dan

akuntabilitas tidak langsung. Akuntabilitas tidak langsung merujuk pada

pertanggung jawaban kepada pihak eksternal seperti masyarakat, konsumen,


atau kelompok klien tertentu, sedangkan akuntabilitas langsung berkaitan

dengan pertanggung jawaban vertikal melalui rantai komando tertentu.

Polidano (1998) mengidentifikasi 3 elemen utama akuntabilitas, yaitu:

1. Adanya kekuasaan untuk mendapatkan persetujuan awal sebelum sebuah

keputusan dibuat. Hal ini berkaitan dengan otoritas untuk mengatur

perilaku para birokrat dengan menundukkan mereka di bawah persyaratan

prosedural tertentu serta mengharuskan adanya otorisasi sebelum langkah

tertentu diambil. Tipikal akuntabilitas seperti ini secara tradisional

dihubungkan dengan badan/lembaga pemerintah pusat (walaupun setiap

lembaga dapat saja menyusun aturan atau standarnya masing-masing

2. Akuntabilitas peran, yang merujuk pada kemampuan seorang pejabat untuk

menjalankan peran kuncinya, yaitu berbagai tugas yang harus dijalankan

sebagai kewajiban utama. Ini merupakan tipe akuntabilitas yang langsung

berkaitan dengan hasil sebagaimana diperjuangkan paradigma manajemen

publik baru (new public management). Hal ini mungkin saja tergantung

pada target kinerja formal yang berkaitan dengan gerakan manajemen

publik baru.

3. Peninjauan ulang secara retrospektif yang mengacu pada analisis operasi

suatu departemen setelah berlangsungnya suatu kegiatan yang dilakukan

oleh lembaga eksternal seperti kantor audit, komite parlemen, ombudsmen,

atau lembaga peradilan. Bisa juga termasuk badan-badan di luar negara

seperti media massa dan kelompok penekan.

Aspek subyektivitas dan ketidakterprediksikan dalam proses peninjauan

ulang itu seringkali bervariasi, tergantung pada kondisi dan aktor yang
menjalankannya. Setiap organisasi menginginkan terus berkembang untuk

meningkatkan eksistensinya dengan berbagai cara dalam memenuhi tuntutan

lingkungannya. Untuk memenuhi lingkungan berarti perlu adanya upaya

organisasi untuk dapat menggunakan dukungan kemampuan dan

memperhatikan kelemahan untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi

tantangan yang kompleks. Keberadaan organisasi salah satunya tergantung

akuntabilitasnya dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Istilah

akuntabilitas tidak terlepas dari istilah akunting ataupun akuntansi yang

mempunyai makna laporan, pertanggungjawaban, perhitungan/nilai.

Pengukuran nilai agak menjadi perhatian dalam akuntabilitas dikarenakan

didasari oleh sistem akuntasi (Walters, Aydelotte, Miller, 2010).

Dalam pemahaman selanjutnya, akuntabilitas dikaitkan dengan sikap

anggota organisasi didalam melaksanakan tugasnya, dengan memperhatikan

keberlangsungan organisasi di dalam melaksanakan tugasnya, dengan

memperhatikan keberlangsungan organisasi dalam menghadapi persaingan

dengan organisasi lain ke depan, dengan tidak mengurangi perjalanan sejarah

dan organisasi tersebut. Hal ini menjadi menarik dimana akuntabilitas yang

dapat dipercaya untuk membantu revitalisasi, memberi kekuatan bersaing,

memperbaiki kualitas produk dan produk pelayanan perusahaan. Akan

meningkatkan reaksi organisasi terhadap kebutuhan dan keinginan pelanggan

atau pemilih, mengurangi penyalahgunaan/penyimpangan (Bachtiar Arif,

2008).

Akuntabilitas merupakan sikap yang berkelanjutan untuk bertanya apa

yang dapat diperbuat untuk membangkitkan keadaan dan hasrat/menginginkan


pencapaian prestasi hasil. Ini merupakan proses tindakan melihat, mendapatkan

sesuatu, memecahkan sesuatu, dan yang harus dikerjakan ini merupakan

tingkatan kepemilikan termasuk di dalamnya pembuatan, pemelihaaran/

penyimpanan dan secara proaktif menjawab untuk janji secara personal.

Merupakan pandangan ke depan yang mencakup kedua keadaan sekarang dan

usaha masa depan daripada reaksi dan penjelasan tentang sejarah masa lalu

(Bachtiar Arif, 2008).

Pendapat lain yang menitikberatkan akuntabilitas sebagai kewajiban pada

pegawai, akuntabilitas adalah kewajiban dari pegawai untuk memberikan

seluruh unsur/element yang merupakan nilai kompensasi yang diberikan dan

juga kewajiban untuk membuat pernyataan/janji keluaran yang spesifik dengan

tidak mengejutkan. Terminologi akuntabilitas dilihat dari sudut pandang

sebagai jawaban ketika ada permintaan dari pihak lain tentang pencapaian

sesuatu dan pelaporan balik (memberitahukan) hasil pencapaian tersebut

dengan menjelaskan bagaimana menyelenggarakan atau melaksanakannya.

Tampak adanya kegiatan yang dilakukan dalam penyelenggaraan dan hasil

akhir yang ingin diketahui. Hal tersebut menunjukkan dapat diketahui bahwa

apa yang dikerjakan, bagaimana mengerjakan, dan sampai pada tingkat mana

penyelesaian pekerjaan tersebut.

Akuntabilitas ditujukan untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan yang

berhubungan dengan pelayanan apa, siapa, kepada siapa, milik siapa dan

bagaimana. Pertanyaan yang memerlukan jawaban tersebut antara lain “apa

yang harus dipertanggungjawabkan, kepada siapa pertanggungjawaban tersebut

diserahkan, siapa yang bertanggung jawab terhadap berbagai bagian kegiatan


dalam masyarakat, apakah pertanggungjawaban berjalan seiring dengan

kewenangan yang memadai, dan lainnya (Lindsay Amiel, 2014).

Akuntabilitas yang merupakan instrumen untuk kegiatan kontrol

terutama dalam pencapaian hasil pada pelayanan publik. Rentetan kegiatan

sejak dari pemahaman tugas dan fungsi, perencanaan, pelaksanaan, dan

pencapaian hasil akhir akan mempunyai dampak terhadap kegiatan orang lain.

Khususnya pihak-pihak yang memerlukan pelayanan. Untuk itu perlu dicermati

kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan seseorang/pejabat tersebut masih

berada pada jalur otoritasnya atau sudah berada di luar jalur tanggung jawab

dan kewenangannya sehingga tingkah laku pejabat perlu memperhatikan

lingkungannya. Akuntabilitas dapat tumbuh dan berkembang dalam suasana

yang transparan dan demokratis serta adanya kebebasan dalam mengemukakan

pendapat sehingga perlu disadari bahwa semua kegiatan organisasi publik

dalam memberikan pelayanan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari

publik (Choirul Saleh, 2012)

Deklarasi Tokyo mengenai Petunjuk Akuntabilitas Publik menetapkan

definisi sebagai berikut: berarti kewajiban-kewajiban pada individu atau

penguasa yang dipercayakan mengelola sumber daya publik dan yang

bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut

pertanggungjawaban fiskal, manajerial dan program-program. Pengertian yang

luas akuntabilitas pelayanan publik berarti pertanggungjawaban pegawai

pemerintah terhadap publik yang menjadi konsumen pelayanannya. Hal ini

terkait dengan pemikiran/konsep masyarakat yang demokratis, dimana amanat

yang diberikan oleh masyarakat kepada seseorang/sekelompok untuk mengatur


kehidupan bermasyarakat, oleh seseorang/sekelompok orang tersebut harus

mempertanggungjawabkannya kepada orang orang yang memberikan

kepercayaan Transparansi/keterbukaan (Choirul Saleh, 2012).

Akuntabilitas adalah hubungan mendasar antara menunjukkan kewajiban

dan keberadaan tanggung jawab untuk mencapai hasil yang sebelumnya ada

kesempatan dan harapan. Setiap dari dalam akuntabilitas untuk keseluruhan

kegiatan – termasuk di dalamnya keputusan tidak menerima kegiatan – dalam

lingkungan kerja) (Omoregie Charles Osifo, 2014)

Keterbukaan sebagai aspek yang perlu diperhatikan dalam akuntabilitas,

tanpa adanya keterbukaan tidak dapat diketahui oleh pegawai, masyarakat

ataupun pelanggan. Hal yang perlu diketahui antara lain: apa yang dilakukan;

mengapa dilakukan, bagaimana cara melakukan, bagaimana sebaiknya

dilakukan, dan apa yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja/hasil pada

waktu berikutnya. Pihak-pihak yang berhubungan adalah siapa yang harus

melakukan akuntabilitas dan kepada pihak siapa dia harus berakuntabilitas.

Hasil akan menunjukkan standar-standar tertentu yang digunakan untuk

mengukurnya dan nilai terhadap akuntabilitas itu sendiri (Choirul Saleh, 2012).

Berdasarkan berbagai definisi yang dikemukakan bahwa akuntabilitas

bukanlah merupakan suatu konsep yang sederhana. Konsep akuntabilitas

menyangkut berbagai pihak yang terkait dengan orang yang mempunyai

kewenangan yang lebih tinggi, yang melaksanakan wewenang atau yang

berakuntabilitas, dan pelanggan (Omoregie Charles Osifo, 2014).

Pertanggungjawaban pada dasarnya meliputi penjelasan atau justifikasi

tentang apa yang telah dilakukan, apa yang sedang dilakukan, dan apa rencana
yang akan dilakukan. Hal ini sebagai akibat timbul dari adanya prosedur yang

dibuat dan hubungan kerja dengan berbagai macam formalitasnya. Oleh karena

itu, satu pihak bertanggung jawab kepada pihak lain dalam arti bahwa salah

satu pihak dapat meminta penjelasan atau pertanggung-jawaban atas segala

tindakan apa yang telah dilakukan.

Pertanggungjawaban sebagai akuntabilitas mengisyaratkan sebuah

kemampuan untuk menjelaskan kepada seseorang yang memiliki kekuasaan

untuk menilai pertanggungjawaban dan memberikan penghargaan atau hukum.

Kesemuanya digunakan untuk mewujudkan harapan-harapan publik

(masyarakat) dan standar kinerja umtuk menilai/menentukan kinerja, daya

tanggap atau bahkan moral organisasi pemerintah (Noah De Lissovoy & Peter

Mclaren, 2003).

Dari berbagai definisi akuntabilitas seperti tersebut di atas, dapat

disimpulkan bahwa akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban seseorang

atau unit organisasi untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya

dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban

berupa laporan akuntabilitas kinerja secara periodik.

Menurut Sirajudin H Saleh dan rekan (2007), akuntabilitas sebenarnya

merupakan sisi-sisi sikap dan watak kehidupan manusia yang meliputi:

akuntabilitas internal dan eksternal. Dari sisi internal seseorang, akuntabilitas

merupakan pertanggungjawaban orang tersebut kepada Tuhannya.

Akuntabilitas yang demikian ini meliputi pertanggungjawaban diri sendiri

mengenai segala sesuatu yang dijalankannya yang hanya diketahui dan


dipahami oleh dia sendiri. Oleh karena itu, akuntabilitas internal ini disebut

juga sebagai akuntabilitas spiritual. Ledivina V. Carino (2002) mengatakan

bahwa dengan disadarinya akuntabilitas spiritual ini, maka pengertian

accountable atau tidaknya seseorang bukan hanya dikarenakan dia tidak

sensitif terhadap lingkungannya. Akan tetapi, lebih jauh dari itu yakni seperti

adanya perasaan malu atas warna kulitnya, tidak bangga menjadi bagian dari

suatu bangsa, kurang nasionalis, dan sebagainya.

Akuntabilitas yang satu ini sangat sulit untuk diukur karena tidak adanya

indikator yang jelas dan diterima oleh semua orang serta tidak ada yang

melakukan pengecekan, pengevaluasian, dan pemantauan baik sejak tahap

proses sampai dengan tahap pertanggungjawaban kegiatan itu sendiri. Semua

tindakan akuntabilitas spiritual didasarkan pada hubungan seseorang tersebut

dengan Tuhan. Namun, apabila benar-benar dilaksanakan dengan penuh iman

dan takwa, kesadaran akan akuntabilitas spiritual ini akan memberikan

pengaruh yang sangat besar pada pencapaian kinerja orang tersebut. Itulah

sebabnya mengapa seseorang dapat melaksanakan pekerjaan dengan hasil yang

berbeda dengan orang lain, atau mengapa suatu instansi dengan instansi yang

lainnya dapat menghasilkan kuantitas dan kualitas yang berbeda terhadap suatu

pekerjaan yang sama.

Akuntabilitas eksternal seseorang adalah akuntabilitas orang tersebut

kepada lingkungannya baik lingkungan formal (atasan-bawahan) maupun

lingkungan masyarakat. Kegagalan seseorang untuk memenuhi akuntabilitas

eksternal mengakibatkan pemborosan waktu, pemborosan sumber dana dan

sumber-sumber daya yang lain, penyimpangan kewenangan, dan menurunnya


kepercayaan masyarakat kepadanya. Akuntabilitas eksternal lebih mudah

diukur mengingat norma dan standar yang tersedia memang sudah jelas.

Kontrol dan penilaian dari pihak eksternal sudah ada dalam mekanisme yang

terbentuk dalam suatu sistem dan prosedur kerja. Akuntabilitas eksternal baik

di dalam organisasi maupun di luar organisasi merupakan hal yang paling

banyak dibicarakan dalam konteks akuntabilitas. Akuntabilitas eksternal terdiri

dari :

1. Akuntabilitas Eksternal untuk Pelayanan Publik pada Organisasi Sendiri.

Dalam akuntabilitas ini, setiap tingkatan pada hierarki organisasi

diwajibkan untuk accountable kepada atasannya dan kepada yang

mengontrol pekerjaannya. Untuk itu, diperlukan komitmen dari seluruh

petugas untuk memenuhi kriteria pengetahuan dan keahlian dalam

pelaksanaan tugas-tugasnya sesuai dengan posisi tersebut.

2. Akuntabilitas Eksternal untuk Individu dan Organisasi Pelayanan Publik di

luar Organisasi Sendiri. Akuntabilitas ini mengandung pengertian akan

kemampuan untuk menjawab setiap pertanyaan yang berhubungan dengan

capaian kinerja atas pelaksanaan tugas dan wewenang. Untuk itu, selain

kebutuhan akan pengetahuan dan keahlian seperti yang disebutkan

sebelumnya, juga dibutuhkan komitmen untuk melaksanakan kebijakan

dan program-program yang telah dijanjikan/dipersyaratkan sebelum dia

memangku jabatan tersebut.

Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Akuntabiltas Kinerja Instansi Pemerintah

Berdasarkan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah yang ditetapkan oleh Kepala Lembaga Administrasi Negara,


pelaksanaan AKIP harus berdasarkan antara lain pada prinsip-prinsip sebagai

berikut:

1. Adanya komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi yang

bersangkutan.

2. Berdasarkan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-

sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundangundangan yang

berlaku.

3. Menunjukkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.

4. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi, serta hasil dan manfaat yang

diperoleh.

5. Jujur, objektif, transparan, dan akurat.

6. Menyajikan keberhasilan/kegagalan dalam pencapaian sasaran dan tujuan

yang telah ditetapkan. Selain prinsip-prinsip tersebut di atas, agar

pelaksanaan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah lebih efektif,

sangat diperlukan komitmen yang kuat dari organisasi yang mempunyai

wewenang dan bertanggung jawab di bidang pengawasan dan penilaian

terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Siklus Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Di Indonesia,

kewajiban instansi pemerintah untuk menerapkan sistem akuntabilitas kinerja

berlandaskan pada Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam Inpres tersebut dinyatakan

bahwa akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah perwujudan kewajiban

suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan


kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran

yang telah ditetapkan melalui pertanggungjawaban secara periodik.

Sjahruddin Rasul menyatakan bahwa siklus akuntabilitas kinerja instansi

pemerintah pada dasarnya berlandaskan pada konsep manajemen berbasis

kinerja. Adapun tahapan dalam siklus manajemen berbasis kinerja adalah

sebagai berikut:

1) Penetapan perencanaan stratejik yang meliputi penetapan visi dan misi

organisasi dan strategic performance objectives

2) Penetapan ukuran-ukuran kinerja atas perencanaan stratejik yang telah

ditetapkan yang diikuti dengan pelaksanaan kegiatan organisasi.

3) Pengumpulan data kinerja (termasuk proses pengukuran kinerja),

menganalisisnya, mereviu, dan melaporkan data tersebut.

4) Manajemen organisasi menggunakan data yang dilaporkan tersebut untuk

mendorong perbaikan kinerja, seperti melakukan perubahan-perubahan dan

koreksi-koreksi dan/atau melakukan penyelarasan (fine-tuning) atas

kegiatan organisasi. Begitu perubahan, koreksi, dan penyelarasan yang

dibutuhkan telah ditetapkan, maka siklus akan berulang lagi.

Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan suatu

tatanan, instrumen, dan metode pertanggungjawaban yang intinya meliputi

tahap-tahap sebagai berikut :

1. Penetapan perencanaan strategi.

2. Pengukuran kinerja.

3. Pelaporan kinerja.
4. Pemanfaatan informasi kinerja bagi perbaikan kinerja secara

berkesinambungan.

Akuntabilitas Finansial, fokus utamanya adalah pelaporan yang akurat dan

tepat waktu tentang penggunaan dana publik, yang biasanya dilakukan melalui

laporan yang telah diaudit secara profesional. Tujuan utamanya adalah untuk

memastikan bahwa dana publik telah digunakan untuk tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan secara efisien dan efektif. Masalah pokoknya adalah ketepatan

waktu dalam menyiapkan laporan, proses audit, serta kualitas audit. Perhatian

khusus diberikan pada kinerja dan nilai uang serta penegakan sanksi untuk

mengantisipasi dan mengatasi penyalahgunaan, mismanajemen, atau korupsi.

Jika terdapat bantuan finansial eksternal, misalnya dari pinjaman lembaga

keuangan multilateral atau melalui bantuan pembangunan oleh lembaga donor,

maka standar akuntansi dan audit dari berbagai lembaga yang berwenang harus

diperhatikan. Hal inilah yang kiranya dapat menjelaskan besarnya perhatian

pada standar akuntansi dan audit internasional dalam menegakkan akuntabilitas

finansial.

Hasil dari akuntabilitas finansial yang baik akan digunakan untuk

membuat keputusan yang berkaitan dengan mobilisasi dan alokasi sumber daya

serta mengevaluasi tingkat efisiensi penggunan dana. Hasil tersebut juga dapat

digunakan oleh masyarakat umum dan stakeholders (seperti donor) untuk

menilai kinerja pemerintah berdasarkan sasaran tertentu yang telah disepakati

sebelumnya. Akuntabilitas administratif, merujuk pada kewajiban untuk

menjalankan tugas yang telah diberikan dan diterima dalam kerangka kerja

otoritas dan sumber daya yang tersedia. Dalam konsepsi yang demikian,
akuntabilitas administratif umumnya berkaitan dengan pelayan publik,

khususnya para direktur, kepala departemen, dinas, atau instansi, serta para

manajer perusahaan milik negara. Mereka adalah pejabat publik yang tidak

dipilih melalui pemilu tetapi ditunjuk berdasarkan kompetensi teknis. Kepada

mereka dipercayakan sejumlah sumber daya yang diharapkan dapat digunakan

untuk menghasilkan barang atau jasa tertentu.

2.7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akuntabilitas

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 pada Penjelasan Pasal 16 ayat

(1) menyatakan bahwa opini kualitas akuntabilitas keuangan oleh BPK RI

didasarkan pada kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan (SAP),

kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,

dan efektivitas sistem pengendalian intern. Selain itu, faktor lain yang

mempengaruhi kualitas akuntabilitas adalah keterbatasan sistem informasi,

komitmen manajemen, otoritas pengambilan keputusan, budaya organisasi, dan

kompetensi sumber daya manusia. Pemerintah daerah sebagai organisasi sektor

publik menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah sebagai bentuk

pertanggungjawaban APBD.

Menurut Mardiasmo (2016:19), akuntabilitas dibagi sebagai berikut:

a. Akuntabilitas Vertikal Akuntabilitas vertikal merupakan suatu

pertanggungjawaban segala aktivitas yang telah dilakukan kepada

tingkatan yang lebih tinggi.

b. Akuntabilitas Horizontal Akuntabilitas horizontal merupakan

pertanggungjawaban atas segala kegiatan yang dilakukan yang


tingkatannya sejajar. Tingkatan akuntabilitas dibagi menjadi lima jenis,

yaitu:

1. Accountability For Probability and Legality Accountability For

probability berkaitan dengan penghindaran terhadap kejahatan

jabatan khususnya untuk meyakinkan bahwa dana telah digunakan

dengan benar dan dengan cara yang benar. Sementara

Accountability for legality menekankan bahwa kekuasaan yang

diberikan oleh undang-undang tidak melampaui batas.

2. Process Accountability Berkaitan dengan apakah terdapat prosedur-

prosedur yang memadai yang diterapkan untuk melaksanakan

aktivitas-aktivitas tertentu, serta usaha untuk meyakinkan apakah

aktivitas tertentu dilakukan sesuai dengan yang telah ditetapkan

sebelumnya.

3. Performance Accountability Menekankan pada kinerja dari suatu

entitas yang disampaikan kepada publik.

4. Programme Accountability Menekankan pada program dari suatu

entitas yang disampaikan pada publik.

5. Policy Accountability Menekankan pada kebijakan dari suatu entitas

yang disampaikan kepada publik.

Di dalam tata kelola pemerintah yang baik terhadap pengelolaan

keuangan daerah tidak bisa dipisahkan dari prinsip-prinsip akuntabilitas publik

karena akuntabilitas publik adalah suatu pertanggungjawaban atas kegiatannya

didalam pengelolaan keuangan daerah. Prinsip-prinsip akuntabilitas publik


pada pemerintahan yang baik dalam mengelola keuangan daerah tersebut

diantaranya (Basri, 2016:50) :

a. Transparansi adalah keterbukaan dalam proses perencanaan, penyusunan,

pelaksanaan, anggaran daerah. Transparansi juga memberikan arti bahwa

anggota masyarakat memiliki hak untuk mengetahui proses anggaran

karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat terutama

pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat.

b. Akuntabilitas berarti dari perencanaan, pelaporan benar-benar dapat

dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat.

c. Value for money berarti telah ditetapkan tiga prisnsip didalam proses

penganggaran yaitu ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Berdasarkan

beberapa kajian teoritis menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi akuntabilitas publik seperti akuntabilitas

vertikal, horizontal dan bersifat transparansi, perencanaan dan pelaporan

serta ekonomis, efisien dan efektivitas.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, maka faktor-faktor yang

mempembaruhi akuntabilitas adalah kesesuaian dengan standar akuntansi

pemerintahan (SAP), kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern serta

ketepatan dalam penyajian laporam keuangan

2.8. Indikator Pengukuran Evaluasi Akuntabilitas

Evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu,

evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan


menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-

alternatif keputusan. Dengan demikian, Evaluasi merupakan suatu proses yang

sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauhmana

tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto, 2002).

Berdasarkan pendapat (Dunn, 2003) di atas dapat disimpulkan bahwa

evaluasi merupakan suatu proses kebijakan yang paling penting karena dengan

evaluasi kita dapat menilai seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan

dengan melalui tindakan publik, dimana tujuan-tujuan tertentu dapat dicapai.

Sehingga kepantasan dari kebijakan dapat dipastikan dengan alternatif

kebijakan yang baru atau merevisi kebijakan.

Evaluasi mempunyai karakteristik yang membedakannya dari metode-

metode analisis kebijakan lainnya yaitu:

1. Fokus nilai. Evaluasi berbeda dengan pemantauan, dipusatkan pada

penilaian menyangkut keperluan atau nilai dari sesuatu kebijakan dan

program.

2. Interdependensi Fakta-Nilai. Tuntutan evaluasi tergantung baik ”fakta”

maupun “nilai”.

3. Orientasi Masa Kini dan Masa Lampau. Tuntutan evaluatif, berbeda

dengan tuntutan-tuntutan advokat, diarahkan pada hasil sekarang dan masa

lalu, ketimbang hasil di masa depan.

4. Dualitas nilai. Nilai-nilai yang mendasari tuntutan evaluasi mempunyai

kualitas ganda, karena mereka dipandang sebagai tujuan dan sekaligus

cara.
Evaluasi kebijakan merupakan langkah terakhir dalam proses suatu

kebijakan. Menurut Said Zainal Abidin (2004:215) evaluasi secara lengkap

mengandung tiga pengertian, yaitu:

1. Evaluasi awal, sejak proses perumusan kebijakan sampai saat sebelum

dilaksanakan.

2. Evaluasi dalam proses pelaksanaan atau monitoring.

3. Evaluasi akhir, yaitu dilakukan setelah selesai proses pelaksanaan

kebijakan.

Menurut Dunn (2003:492-440) kriteria evaluasi akuntabilitas terdiri

dari empat tipe utama yaitu :

1. Efektifitas, yaitu apakah hasil yang diinginkan telah tercapai.

2. Kecukupan, yaitu seberapa jauh hasil yang telah tercapai dapat memecahkan

masalah.

3. Responsivitas, yaitu apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan,

preferensi atau nilai kelompok-kelompok tertentu.

4. Ketepatan, yaitu apakah hasil yang dicapai bermanfaat

Menurut Beni (2016: 69) Efektivitas adalah hubungan antara output

dan tujuan atau dapat juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat

output, kebijakan dan prosedur dari organisasi. Efektivitas juga berhubungan

dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor public sehingga suatu

kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar

terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan

sasaran yang telah ditentukan. Menurut Mardiasmo (2017: 134) Efektivitas

adalah ukuran berhasil tidaknya pencapaian tujuan suatu organisasi mencapai


tujuannya. Apabila suatu organisasi mencapai tujuan maka organisasi tersebut

telah berjalan dengan efektif. Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan

akibat dan dampak (outcome) dari keluaran (Output) program dalam mencapai

tujuan program. Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap

pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses

kerja suatu unit organisasi. Menurut Mahmudi (2010: 143) efektivitas

merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus

dicapai. Dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran

akhir kebijakan sedangkan menurut Fajar efektivitas retribusi daerah

merupakan perbandingan antara realisasi dan target penerimaan retribusi

daerah, sehingga dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan dalam

melakukan pungutan. Analisis efektivitas pengelolaan keuangan pemerintah

daerah dapat dirumuskan sebagai berikut:

Realisasi
Efektivitas= x 100 %
Target

Nilai efektivitas diperoleh dari perbandingan sebagaimana tersebut diatas

diukur dengan kriteria kinerja keuangan yang disusun dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.1. Kriteria Kinerja Keuangan

No Persentase Kriteria
.

1. 100% ke atas Sangat Efektif

2. 90% - 100% Efektif

3. 80% - 90% Cukup Efektif

4. 60% - 80% Kurang Efektif

5. Dibawah dari % Tidak efektif


Sumber : Beni Pekei, 2016

2.9. Konsep Transparansi

Transparansi berasal dari kata transparent yang memiliki arti jelas, nyata

dan bersifat terbuka. Istilah transparansi dapat diartikan sebagai kejelasan atau

keterbukaan informasi. Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau

kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang

penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses

pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai (Loina Lalolo

Krina P, 2003).

Transparansi adalah suatu hal yang tidak ada maksud tersembunyi di

dalamnya, disertai dengan ketersediaan informasi yang lengkap yang

diperlukan untuk kolaborasi, kerjasama, dan bersifat bebas, jelas dan terbuka.

Istilah Transparansi dalam sekolah adalah keadaan dimana semua orang yang

terkait di dalamnya terhadap kepentingan pendidikan dapat mengetahui proses

dan hasil pengambilan keputusan dan kebijakan sekolah (Surya Dharma ,

2010).

Transparansi haruslah jelas dan tanpa adanya sedikitpun suatu rekayasa

yang dikerjakan oleh sekolah. Sekolah harus memberikan informasi yang benar

adanya dan dapat dipercaya oleh publik. Transparansi pengelolaan keuangan

publik merupakan prinsip-prinsip good governance yang harus dipenuhi oleh

organisasi sektor publik. Dengan dilakukannya transparansi tersebut, publik

akan memperoleh informasi yang aktual dan faktual. Sehingga mereka dapat

menggunakan informasi tersebut untuk membandingkan kinerja keuangan yang

dicapai dengan direncanakan, menilai ada tidaknya korupsi dan manipulasi


dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggung jawaban anggaran,

menentukan tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang

terkait, mengetahui hak dan kewajiban masing-masing pihak, yaitu antara

manajemen organisasi sektor publik dengan masyarakat dan dengan pihak lain

yang terkait. (Mahmudi, 2010)

Menurut Hari Sabarno (2007:38) dalam Syahriyatul bahwa “Transparansi

adalah salah satu aspek mendasar bagi terwujudnya penyelenggaraan

pemerintah yang baik”. Transparansi menjadi sangat penting bagi pelaksanaan

fungsi-fungsi pemerintah dalam menjalankan mandate dari rakyat. Mengingat

pemerintah saat memiliki kewenangan mengambil berbagai keputusan penting

yang berdampak pada orang banyak, pemerintah harus menyediakan informasi

yang lengkap mengenai apa yang dikerjakan. Dengan transparansi, kebohongan

sulit untuk disembunyikan. Dengan demikian transparansi menjadi instrument

penting yang dapat menyelamatkan dana bantuan pemerintah dari perbuatan

korupsi.

Permendagri No 13 tahun 2014, tentang pedoman Pengelolaan keuangan

daerah, menyebutkan bahwa transparan adalah prinsip keterbukaan yang

memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses

informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah. Dengan adanya

Transparansi menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk

memperoleh infomasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi

tentang kebijakan, proses pembuatan, dan pelaksanaannya serta hasil – hasil

yang dicapai. Transparansi keuangan publik merupakan prinsip dari Good

Governance yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik. Dengan


dilakukannya Transparansi tersebut, publik akan memperoleh informasi yang

actual dan faktual. Sehingga mereka dapat menggunakan informasi tersebut

untuk membandingkan kinerja keuangan yang dicapai dengan yang

direncanakan, menilai ada tidaknya korupsi dan manipulasi dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggung jawaban anggaran, menentukan

tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan yang terkait.

Mengehatui hak dan kewajiban masing-masing pihak, yaitu antara manajemen

organisasi sektor publik dengan masyarakat dan dengan pihak lain yang terkait.

(Mahmudi, 2010)

Kristianten (2006) mengemukakan, bahwa kriteria transparansi anngaran

yang dapat digunakan untuk mengukur transparansi di dalam perencanaan dan

penganggaran dapat diukur melalui beberapa indikator , antara lain :

a. Ketersediaan dan aksebilitas dokumen anggaran

b. Kerangka regulasi yang menjamin transparansi

c. Keterbukaan proses

d. Kejelasan dan kelengkapan informasi dalam dokumen anggaran

Beberapa manfaat penting dengan adanya transparansi anggaran menurut

(Nico Andrianto, 2007) antara lain :

a. Mencegah korupsi

b. Meningkatkan kepercayaan terhadap komitmen pemerintah untuk

memutuskan kebijakan tertentu

c. Menguatkan kohesi sosial, karena kepercayaan publik terhadap pemerintah

akan terbentuk

d. Lebih mudah mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan kebijakan


e. Meningkatkan akuntabilitas pemerintahan sehingga masyarakat akan lebih

mampu mengukur kinerja pemerintah.

Menurut Sri Minarti dalam Fierda (2015:29) manfaat dari adanya

transparansi dapat menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah,

masyarakat, orang tua siswa, dan warga sekitar sekolah melalui penyediaan

informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang

akurat dan memadai. Upaya yang perlu dilakukan sekolah dalam meningkatkan

transparansi adalah menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara

mendapatkan informasi, bentuk informasi yang dapat diakses oleh publik

ataupun bentuk informasi yang bersifat rahasia, bagaimana cara mendapatkan

informasi, prosedur pengaduan apabila informasi tidak sampai kepada publik.

Standar Akuntansi Pemerintah (2016: 1127) bahwa manfaat dari

Transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur

kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak

untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban

pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan

ketaatannya kepada peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan beberapa manfaat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat

transparansi adalah suatu penerapan kebijakan yang dapat diawasi dan untuk

mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban guna

untuk mencegah terjadinya tindak kecurangan.

Mardiasmo dalam Simson Werinom (2007: 8) mengemukakan, bahwa

tujuan Transparansi dalam menyusun anggaran terdapat 5 kriteria, yaitu :

a. Tersedianya pengumuman kebijakan anggaran


b. Tersedianya dokumen anggaran dan mudah diakses

c. Tersedianya laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu

d. Terakomodasinya usulan/suara rakyat

e. Tersedianya sistem pemberian informasi kepada publik

Menurut Warren Bennis (2010: 65) mengemukakan bahwa tujuan

Transparansi, yaitu menciptakan keterbukaan kepada masyarakat dalam setiap

program atau kegiatan yang dilaksanakan, mengakses informasi, meningkatkan

kepercayaan dan kerjasama antara pengelolaan dan pemangku kepentingan.

Penerapan transparansi bertujuan agar masyarakat belajar dan melembagakan

sikap bertanggung jawab serta tanggung gugat terhadap pilihan keputusan dan

kegiatan yang dilaksanakan.

Berdasarkan kedua pendapat di atas maka dapat kami simpulkan bahwa

tujuan dari transparansi ialah ,mengetahui proses/alur dalam mengelola

anggaran sekolah, dengan demikian maka akan timbul kepercayaan dan

kerjasama yang baik antara pemangku kepentingan dan tim pengelola anggaran

sekolah karena adanya penerapan prinsip Transparansi yang baik dalam

pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah.

Prinsip-Prinsip Transparansi setidaknya ada 6 prinsip Transparansi yang

dikemukakan oleh Humanitarian Forum Indonesia (HFI) (2018: 34) yaitu :

a. Adanya informasi yang mudah dipahami dan diakses (dana, cara

pelaksanaan, bentuk bantuan atau program)

b. Adanya publikasi dan media mengenai proses kegiatan dan detail keuangan

c. Adanya laporan berkala mengenai pendayagunaan sumber daya alam

perkembangan proyek yang dapat diakses oleh umum


d. Laporan tahunan

e. Website atau media publikasi organisasi

f. Pedoman dalam penyebaran informasi.

Mustopa Didjaja (2003 : 261), prinsip transparansi tidak hanya

berhubungan dengan hal-hal yang menyangkut keuangan, transparansi

pemerintah dalam perencanaan juga meliputi 4(empat) hal sebagai berikut :

1) Keterbukaan dalam rapat penting dimana masyarakat ikut memberikan

pendapatnya

2) Keterbukaan informasi yang berhubungan dengan dokumen yang perlu

diketahui oleh masyarakat.

3) Keterbukaan prosedur (pengambilan keputusan atau prosedur penyusunan

rencana)

4) Keterbukaan register yang berisi fakta hukum.

Berdasarkan penjelasan tersebut beberapa prinsip yang dimaksud

dalam penelitian ini antara lain, adanya keterbukaan informasi yang mudah

dipahami, adanya publikasi mengenai detail penggunaan Dana Desa, adanya

laporan-laporan pertanggung jawaban di dalam pengelolaanya.

2.10. Konsep Dana Desa

Dana Desa adalah dana yang dialokasikan dalam APBN yang

diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan

kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.


Asas pengelolaan dana desa yang didasarkan pada Undang-Undang

No.6 Tahun 2014 tentang Desa menjadi tonggak perubahan paradigma

pengaturan desa. Desa tidak lagi dianggap sebagai objek pembangunan,

melainkan ditempatkan menjadi subjek dan ujung tombak pembangunan dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Desa diberikan kewenangan untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, adat istiadat, dan

nilai sosial budaya masyarakat desa yang pengaturannya berpedoman pada 13

azas sebagai berikut:

1. Rekognisi, yaitu pengakuan terhadap hak asal usul

2. Kebersamaan, yaitu semangat untuk berperan aktif dan bekerja sama

dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di tingkat desa dan

unsur masyarakat desa dalam membangun desa

3. Subsidiaritas yaitu penetapan kewenangan berskala lokal dan pengambilan

keputusan secara lokal untuk kepentingan masyarakat desa

4. Keberagaman, yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai

yang berlaku di masyarakat Desa, tetapi dengan tetap mengindahkan sistem

nilai bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

5. Kegotong-royongan, yaitu kebiasaan saling tolong-menolong untuk

membangun Desa

6. Kekeluargaan, yaitu kebiasaan warga masyarakat Desa sebagai bagian dari

satu kesatuan keluarga besar masyarakat Desa


7. Musyawarah, yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut

kepentingan masyarakat Desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang

berkepentingan

8. Demokrasi, yaitu sistem pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu

sistem pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat desa atau dengan

persetujuan masyarakat desa serta keluhuran harkat dan martabat manusia

sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa diakui, ditata, dan dijamin.

9. Kemandirian, yaitu suatu proses yang dilakukan oleh Pemerintah Desa dan

masyarakat Desa untuk melakukan suatu kegiatan dalam rangka memenuhi

kebutuhannya dengan kemampuan sendiri

10. Partisipasi, yaitu turut berperan aktif dalam suatu kegiatan

11. Kesetaraan, yaitu kesamaan dalam kedudukan dan peran

12. Pemberdayaan, yaitu upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan

masyarakat Desa melalui penetapan kebijakan, program, dan kegiatan yang

sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa

13. Keberlanjutan, yaitu suatu proses yang dilakukan secara terkoordinasi,

terintegrasi, dan berkesinambungan dalam merencanakan dan

melaksanakan program pembangunan desa.

Kebijakan (policy) adalah solusi atas suatu masalah. Kebijakan seringkali

tidak efektif akibat tidak cermat dalam merumuskan masalah. Dengan kata

lain, kebijakan sebagai obat seringkali tidak manjur bahkan mematikan, akibat

diagnosa masalah atau penyakitnya keliru (Dunn, 2003). Kebijakan dipelajari

dalam ilmu kebijakan (policy science), yaitu ilmu yang berorientasi kepada

masalah kontekstual, multi disiplin, dan bersifat normatif, serta dirancang


untuk menyoroti masalah fundamental yang sering diabaikan, yang muncul

ketika warga negara dan penentu kebijakan menyesuaikan keputusannya

dengan perubahan-perubahan sosial dan transformasi politik untuk melayani

tujuan-tujuan demokrasi

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014

tentang Pengelolaan Keuangan Desa, bahwa Dana Desa merupakan dana yang

bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan

bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintah,

Pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan

pemberdayaan masyarakat. Dana desa yang diperoleh oleh desa akan

digunakan untuk Penyelenggaraan Pemerintah, Pelaksanaan Pembangunan,

Pembinaan Kemasyarakatan, dan Pemberdayaan Masyarakat. Menurut

Rosalinda (2014:5) Desa sebagai bagian dari sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang diakui otonominya dan Kepala Desa

melalui pemerintah desa dapat diberikan penugasan pendelegasian dari

pemerintahan ataupun pemerintahan daerah untuk melaksanakan urusan

pemerintah tertentu. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai Desa

adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan

pemberdayaan masyarakat. Desa memiliki peran yang penting, khususnya

dalam pelaksanaan tugas didalam pelayanan publik.

Desentralisasi kewenangan yang lebih besar disertai dengan pembiayaan

dan bantuan sarana dan prasarana yang memadai mutlak diperlukan guna
penguatan otonomi desa menuju kemandirian desa. Dengan diterbitkannya

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa, posisi pemerintahan desa

semakin menjadi kuat. Kehadiran Undang-Undang tentang desa tersebut

disamping merupakan penguatan status desa sebagai pemerintahan masyarakat,

sekaligus juga sebagai basis untuk memajukan masyarakat dan pemberdayaan

masyarakat desa. Untuk itulah pemerintah mengeluarkan kebijakan yaitu

pembentukan Alokasi Dana Desa sebagai perwujudan dari desentralisasi

keuangan menuju desa yang mandiri.

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Peraturan

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menjelaskan

15 dana desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan

belanja negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui anggaran

pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,

pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Alokasi Dana

Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang diterima

kabupaten/kota dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota

setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. Alokasi Dana Desa (ADD) direvisi

dari Dana Alokasi Umum (DAU) dengan beberapa proporsisi tambahan.

Sumber Alokasi Dana Desa tersebut berasal dari APBN sebesar 25% atau

yang disebut dana perimbangan yang dibagikan kepada daerah yang

dinamakan dengan dana alokasi umum, dari dana aloksi umum tersebut

kemudian kabupaten memberikan kepada desa sebesar 10% yang kemudian

dinamakan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam rangka otonomi daerah yakni
memberikan kepercayaan kepada desa untuk mengurus rumah tangganya

sesuai dengan kebutuhan desa dalam rangka pemberdayaan masyarakat desa

untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat desa tersebut, Tahir (2018:9).

Berdasarkan beberapa kajian teoritis menurut para ahli dapat disimpulkan

bahwa dana desa merupakan bagian dari dana perimbagan keuangan pusat dan

daerah yang diterima oleh daerah/kabupaten untuk desa paling sedikit 10

persen yang pembagiannya untuk desa secara proporsional dalam anggaran

pendapatan dan belanja daerah setelah dikurang dana alokasi khusus. Maka

intinya, alokasi dana desa adalah bagian keuangan desa yang diperoleh dari

hasil bagi hasil pajak daerah dan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat

dan daerah yang 16 diterima oleh kabupaten/kota untuk desa yang dibagikan

secara proporsional.

Dana Desa (ADD) adalah dana yang bersumber dari Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang dialokasikan dengan tujuan

pemerataan kemampuan keuangan antar desa untuk mendanai kebutuhan desa

dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan

serta pelayanan masyarakat.

Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan perolehan bagian Keuangan Desa

dari kabupaten yang penyalurannya melalui kas Desa, Darmiasih, et al.

(2015:8). Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam pelaksanaan ADD, yaitu :

1) Terdapat 8 Tujuan ADD yang bila disimpulkan secara umum ADD

bertujuan peningkatan aspek pembangunan baik prasarana fisik maupun


non fisik dalam rangka mendorong tingkat partisipasi masyarakat untuk

pemberdayaan dan perbaikan taraf hidupnya.

2) Azas dan prinsip pengelolaan ADD yaitu transparan, akuntabel, dan

partisipatif. Hal ini berarti ADD harus dikelola dengan mengedepankan

keterbukaan, dilaksanakan secara bertanggungjawab, dan juga harus

melibatkan peran serta aktif segenap masyarakat setempat.

3) ADD merupakan bagian yang integral (satu kesatuan/tidak terpisahkan)

dari APBDes mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban,

dan pelaporannya.

4) Penggunaan ADD ditetapkan sebesar 30% untuk belanja aparatur dan

operasional Desa dan sebesar 70% untuk belanja pemberdayaan

masyarakat.

5) Meskipun pertangungjawaban ADD integral dengan APBDes, namun tetap

diperlukan pelaporan atas kegiatan – kegiatan yang dibiayai dari anggaran

ADD secara berkala (bulanan) dan laporan hasil akhir penggunaan ADD.

Laporan ini terpisah dari pertanggungjawaban APBDes, hal ini sebagai

bentuk pengendalian dan monitoring serta bahan evaluasi bagi Pemda.

6) Untuk pembinaan dan pengawasan pengelolaan ADD dibentuk Tim

Fasilitasi Kabupaten/Kota dan Tim Pendamping Kecamatan dengan

kewajiban sesuai tingkatan dan wewenangnya.

Pembiayaan untuk Tim dimaksud dianggarkan dalam APBD dan diluar

untuk anggaran ADD 17 Untuk mewujudkan tujuan peraturan perundangan

tersebut, dana transfer haruslah dikelola dengan tahapan yang sesuai Pasal 93

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan


Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang meliputi:

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan

pertanggungjawaban. Untuk melaksanakan ketentuan pasal tersebut, dalam

Bab V Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Keuangan Desa dijelaskan bahwa:

a) Perencanaan pengelolaan keuangan desa dalam bentuk APBDesa

berdasarkan RPJMDesa dan RKDesa tahun berkenaan disusun oleh

Sekertaris Desa dan disampaikan kepada Kepala Desa yang kemudian

dibahas bersama dengan Badan Permusyawaratan Desa untuk disepakati

bersama dalam musyawarah yang melibatkan masyarakat paling lambat

bulan oktober tahun berjalan.

b) Pelaksanaan pengelolaan keuangan desa, penerimaan dan pengeluaran desa

dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakn melalui rekening

desa yang harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah. Serta

pelaksanaan kegiatan dengan dokumen Rencana Anggaran Biaya yang

mengharuskan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran.

c) Penatausahaan dilakukan oleh bendahara desa, dengan kewajiban mencatat

setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap

akhir bulan secara tertib dan menyampaikan laporan

pertanggungjawabannya kepada Kepala Desa.

d) Pelaporan pelaksanaan APBDesa di sampaikan Kepala Desa kepada Bupati

berupa laporan semeter pertama paling lambat akhir bulan Juli 18 tahun

berjalan dan laporan semester akhir tahun paling lambat akhir bulan

Januari tahun berikutnya.


e) Pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa terdiri dari

pendapatan, belanja, dan pembiayaan dengan melampirkan format Laporan

Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa, format Laporan

Kekayaan Milik Desa, dan format Laporan Pemerintahan dan Pemerintah

Daerah yang masuk ke desa yang harus diinformasikan kepada masyarakat

secara tertulis dan dengan media informasi.

Berdasarkan beberapa kajian teoritis menurut para ahli dapat disimpulkan

bahwa tujuan pengelolaan dana desa merupakan untuk meningkatkan

perekonomian masyarakat dengan berbagai bidang pembangunan,

pemberdayaan dan lainnya serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat

dan mempertanggungjawabkan dengan transparan dan efektif

2.11. Kerangka Pikir Penelitian

Desa Mataiwoy Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara

merupakan salah satu desa yang mendapatkan dana desa dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Konawe Utara. Pengolahan dana

desa dapat dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan likuiditas

untuk mengetahui kelancaran dan kecepatan penggunaan dana desa dalam

kegiatan pembangunan desa.

Akuntabilitas dan transparansi ditujukan untuk mengetahui tingkat

ketepatan dan keterbukaan dana desa dalam penggunaan aset dan hutang yang

menjadi bagi dari pembiayaan dalam kegiatan pembangunan desa. Demikian

halnya dengan akuntabilitas dan transparansi keuangan maka dapat desa dana

digunakan secara efektif dan efisien. Laporan keuangan yang dihasilkan dari

pengelolahan dana desa diharapkan dapat mewujudkan laporan dengan yang


berkualitas sehingga dapat diterima oleh masyarakat sebagai bukti pengolahan

dana desa. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Desa Mataiwoy
Kecamatan Molawe
Kabupaten Konawe Utara

Dana Desa

LaporanKeuangan

Analisis Akuntabilits dan Transparansi


1. Efektivitas
2. Kecukupan
3. Responsivitas
4. Ketepatan
(Dunn, 2003:492-440)

Deskriptif Kuantitatif

Hasil dan Pembasahan

Kesimpulan dan Sarann

Gambar 2.1. KerangkaPikirPenelitian


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Menurut Sugiyono (2016:38) pengertian objek penelitian yaitu “ Suatu

atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di

tarik kesimpulannya.

Penelitian ini dirancang sebagai penelitian statistik kualitatif dengan objek

penelitian pada Pengelolaan Dana di Desa Mataiwoy Kecamatan Molawe

Kabupaten Konawe Utara.

3.2. Jenis dan Sumber Data

3.2.1. Jenis Data

Data menurut jenisnya terdiri dari data kuantitatif yaitu data berupa

angka, dan data kualitatif yaitu data berupa keterangan (Sugiyono,

2013). Jenis data dalam penelitian ini data berupa angka (kuantitatif)

yaitu dana desa.

3.2.2. Sumber Data

Data menurut sumbernya terdiri dari sumber data primer yaitu data

yang diperoleh langsung dari objek penelitian seperti wawancara dan

diskusi lapangan dan data sekunder yaitu data yang telah

didokumentasikan seperti laporan keuangan, dan data lainnya (Komara,

2014). Dalam penelitian, sumber data yang digunakan adalah data

sekunder berupa laporan keuangan dana desa yang dianalisis sesuai

dengan tujuan penelitian.


3.3. InstrumenPenelitian

Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk

mengumpulkan memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan,

mengolah ,menganalisa dan menyikan data-data secara sistematis serta objektif

dengan tujuan memecahkan suatu persoalan dalam penelitian ini.

3.4. Alat pengumpulan data

Sugiyono (2016:224) mengemukakan bahwa teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama

dari penelitian adalah mendapatkan data.

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

dokumentasi. Dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk

menyediakan dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan

sumber-sumber informasi khusus dari karangan/tulisan,wasiat,buku,undang-

undang, dan sebagainya terkait dengan perusahaan manufaktur yang ada pada

kantor Desa Mataiwoy Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara.

3.5. Proses Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan proses pengumpulan data yang dilakukan sebagai

berikut:

a. Observasi, yakni proses yang dilakukan untuk mengamati fenomena

pengolahan dana desa di Desa Mataiwoy yang telah disepakati untuk

dijadikan sebagai objek penelitian.

b. Peninjauan dokumentasi yaitu mengamati dan menelusuri dokumentasi

kegiatan perusahaan dan surat-surat lain yang berhubungan dengan

penelitian ini.
3.6. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis

persentasi yang disajikan sebagai berikut:

Persentasi = x 100% (Riduwan, 2006)

Keterangan:

P1 = RealisasiAnggara Dana Desa

Po = Total Anggaran Dana Desa

3.7. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini variabel penelitian dioperasionalkan sebagaiberikut:

1. Akuntabilitas adalah kemampuan untuk memberi jawaban kepada otoritas

yang lebih tinggi atas tindakan seseorang atau sekelompok orang terhadap

masyarakat secara luas atau dalam suatu organisasi.

2. Akuntabilitas dana desa adalah kemampuan untuk memberi jawaban

kepada otoritas yang lebih tinggi atas tindakan seseorang atau sekelompok

orang terhadapmasyarakatsehubungandenganpenggunaan dana desa.

3. Transparansi adalah sikap terbuka dalam melaksanakan pengelolaan dana

desa pada di desa Mataiwoy Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe

Utara.

4. Dana desa adalah dana yang dialokasikan dalam APBN yang

diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah kabupaten Konawe Utara dan digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan

kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat di desa Mataiwoy.


5. Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan

pada suatu periode 2016-2020  yang dapat digunakan untuk

menggambarkan kinerja pemerintah desa Mataiwoy.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmed Riahi dan Belkaoui, 2006.Ccounting Theory: Teori Akuntansi. Edisi.


Kelima. Jakarta: Salemba Empat

Bachtiar Arif, 2008.Akuntansi Keuangan. Jakarta : Rajawali Press.

Choirul Saleh, 2012.Jurnal Ilmiah Administrasi Publik Vol 13, No 1, E-


GovernmentSebagai Inovasi Pelayanan Publik Di IndonesiaAntara
Harapan Dan Kenyataan

HarahapSofyanSyafri, 2008. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Raja


grafindo Persada..

Hanafi, 2009.Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM YPKP

Hery, 2014.Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara

Horne danWachowiczJr, 2012Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta :


Salemba Empat

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba


Empt.

Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja


Instansi Pemerintah

IrhamFahmi, 2013Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta

Ivancevich, 2008.Principles of Managerial Finance. 13th Edition.Global Edition:


Pearson Education Limited

Lindsay Amiel, 2014.International Journal of Public Administration, Volume 37,


Issue 4, Does the Restrictiveness of State Tax and Expenditure Limitations
Affect State Revenues and Expenditures

J.B. Ghartey 1998. Decentralisation Transparency Social Capital and


Development, Massachusetts.

Jumingan. 2006. AnalisisLaporanKeuangan, CetakanPertama, PT BumiAksara,


Jakarta.

Kieso, 2013.  Teori Akuntansi (Perekayasaan Pelaporan Keuangan) Edisi. Ketiga.


Yogyakarta: BPFE.

Kamus Besar Bahasan Indonesia, 2008. Arti Kata Keuangan. Jakarta; KBBI

Kasmir, 2013. Analisis Laporan Keuangan.Raja Grafindo Persada, Jakarta


Kusuma, Hadri., 2006. Dampak Manajemen Laba terhadap Relevansi Informasi
Akuntansi: Bukti Empiris dari Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 8
(1), hal. 1-12.

Lantip, 2016. Pelaporan Keuangan dan Laporan Keuangan. Cetakan Pertama.


Medan Graha Ilmu

Ledvina V. Carino, 2002.  Administrative Accoumtability, San Francisco State.


University Fall.

Lukman Samsuddin, 2013. Manejemen Keuangan Perusahaan. Malang: PT


RajaGrafindo Persada.

Mahmudi, 2007 Manajemen Kinerja Sektor Publik..Yogyakarta : UPP STIM


YKPN

Muh Tahir, 2018. Analisis Pengelolaan Keuangan Dana Desa Di Desa Bululoe
Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto. Jurnal Ekonomi dan
Manajemen Vol 1 No.3 2028. Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri
Makassar

Mulyani, 2007. Akuntansi Keuangan. Yogyakarta; Andi

Mulyadi, 2009.Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta; Andi.

Munawir, S. 2012. AnalisisInformasiKeuangan, Yogyakarta; Liberty.

Munawir, S. 2006. LaporanKeuangan Perusahaan, Yogyakarta; Liberty.

NordiawandanHertianti, 2010.Akuntansi Sektor Publik.Edisi


Kedua.Jakarta:Salemba Empat.

Noah De Lissovoy & Peter Mclaren, 2003. Journal of Education PolicyVolume 18,
Issue 2, Educational 'accountability' and the violence of capital: a Marxian
Reading

Omoregie Charles Osifo, 2014. Reinventing Government: How the Enterpreneurial


Spirit is Transforming the Public Sector, New York: Plume Book.

Polidano, 1998. The New Public Manahement In Developing Countries Institute


For Development Policy and Manahement Univercity of Manchester.
Manchester.

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Badan Layanan Umum

Prastowo, 2010.Analisis Laporan Keuangan: Konsepdan Aplikasi (Edisi Kedua).


Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Riduwan, 2006. Analisis Data-Data Statistik. Bandung Alfabeta.


Riyanto Bambang, 2001. Dasar-dasarPembelanjaan Perusahaan, EdisiKeempat,
CetakanKetujuh, BPFE, Yogyakarta

Rudianto, 2013.Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan Keuangan. Jakarta :


Erlangga

Sadeli, 2008.Dasar-Dasar Akuntansi Edisi Satu Cetakan Ketiga, Jakarta, Salemba


Empat

Sari, Ratna Candra dan Zuhrotun. 2006. Keinformatifan Laba di Pasar Obligasi
dan Saham : Uji Liquidation Option Hypothesis. Simposium Nasional
Akuntansi 9: Padang.

Sawir Agnes, 2005. AnalisisKinerjaKeuangandanPerencanaanKeuangan


Perusahaan, PT GramediaPustakaUtama, Jakarta

Selvia Nuriasari, 2018. Analisa Rasio Likuiditas Dalam Mengukur Kinerja


Keuangan PT. Mustika Ratu, Tbk (Tahun 2010-2016. Jurnal Riset Bisnis
dan Investasi Vol. 4, No. 2, Agustus 2018 ISSN: 2460-8211)

Siswadi Sululing, 2018. Analisis Laporan Keuangan Desa. Conference on


Innovation and Application of Science and Technology (CIASTECH 2018)
Universitas Widyagama Malang, 12 September 2018

Sjahruddin Rasul, 2000. Pengukuran Kinerja Suatu Tinjauan pada Instansi


Pemerintah, Lembaga Administrasi Negara, Jakarta

Sirajudin H Saleh dan Rekan, 2007. Accountability, Chapter I in a Book


Accountability The Endless Prophecy edited, Asian and Pacific
Development Centre.

Srimindarti, C. 2006. Balanced Scorecard


SebagaiAlternatifuntukMengukurKinerja, STIE Stikubank, Semarang.

Sugiri dan Riyanto, 2014. Akuntansi Manajemen. EdisiKelima, LiterataLintas


Media, Jakarta

Sugiyono, 2013.Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Susilawati, 2013.Akuntansi Manajemen. Jakarta : Salemba Empat

Suwaldiman, 2005.Tujuan Pelaporan Keuangan: Konsep, Perbandingan, dan.


Rekayasa Sosial, Yogyakarta: Ekonisia FE UII

Walters, Aydelotte, Miller, 2000, “Putting more Public in Policy Analysis”, Journal
Public Administration. Review, July/August/2000, 60,4.

Warren, Reeve, dan Fees : 2006.Pengantar. Akuntansi , Edisi 21. Jakarta : Salemba
Empat
Wirawan, 2009.Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia Teori Aplikasi dan
Penelitian. Jakarta. Penerbit: Salemba Empat

Yusuf Hadori, 2011.Akuntansi Keuangan. Yogyakarta: UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai