Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Medik Veteriner Oktober 2019, Vol.2 No.

2 : 72-75
DOI: 10.20473/jmv.vol2.iss2.2019.72-75 online pada https://e-journal.unair.ac.id/JMV

Deteksi Mastitis Subklinis Pada Kambing Peranakan Etawah Di


Kelurahan Kalipuro, Banyuwangi
Detection Of Subclinical Mastitis In Peranakan Etawah Goat In Kalipuro Village,
Banyuwangi

Adelita Putri Sevitasari1*, Mustofa Helmi Effendi2, Prima Ayu Wibawati2


1
Pendidikan Profesi Dokter Hewan,
2
Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner,
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga,
Kampus C Mulyorejo, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia 60115
*Corresponding author: adelitasevita11@gmail.com

Abstrak

Mastitis adalah penyakit yang terjadi akibat infeksi pada kelenjar ambing. Mastitis subklinis
merupakan tipe mastitis yang tidak menunjukkan gejala klinis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeteksi mastitis subklinis pada peternakan Kambing PE dengan menggunakan metode California Mastitis
Test sebagai penelitan awal untuk mendapatkan data awal kejadian kasus mastitis subklinis di Kelurahan
Kalipuro, Banyuwangi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Deteksi dilakukan dengan pengambilan
sampel susu pada kambing PE secara purposif dan direaksikan reagen CMT diputar secara sirkuler selama 10–
15 detik. Pengamatan hasil reaksi sampel susu dan reagen ditentukan berdasarkan perubahan konsistensi dengan
adanya masa pengentalan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kejadian kasus mastitis subklinis sebesar
82.76%. Faktor terjadinya mastitis subklinis dapat dipengaruhi oleh manajemen perkandangan dan pemerahan
peternakan, karena sanitasi dan hygiene berpengaruh pada tingkat kontaminasi bakteri.

Kata kunci: California Mastitis Test, mastitis, Peranakan Etawah

Abstract

Mastitis is a disease which occur as result of the infection in mammary gland. Subclinical mastitis is a
type of mastitis which does not show clinical symptoms. The purpose of this study was to examine subclinical
mastitis on PE Goat livestock by using the California Mastitis Test method as a preliminary study to obtain
preliminary data on cases of subclinical mastitis in Kalipuro Village, Banyuwangi. This research was a
descriptive research. Detection was done by taking milk samples on PE purposively and was reacted with CMT
reagents which were circulated circularly for 10-15 seconds. The observation of the reaction results of milk and
reagent samples were determined based on consistency changing with the coagulation period. The results
showed that the incidence of subclinical mastitis was 82.76%. The subclinical mastitis factor was influenced by
cowshed management and milking of livestock, because sanitation and hygiene influenced to the level of
bacterial contamination.

Key words: California Mastitis Test, mastitis, Peranakan Etawah

Received: 20 Maret 2019 Revised: 16 April 2019 Accepted: 11 Juli 2019

PENDAHULUAN memanfaatkan hasil produksi susu kambing PE


sebagai konsumsi serta dianggap dapat dijadikan
Kambing Peranakan Etawah (PE) untuk pengobatan pada gangguan pencernaan.
merupakan kambing hasil dari persilangan Penyakit yang sering ditemukan pada
Kambing Kacang dan Kambing Etawah. peternakan terutama ternak perah yaitu penyakit
Kambing PE termasuk kambing dwiguna yang mastitis (Suwito dkk, 2013). Mastitis merupakan
dimanfaatkan sebagai kambing pedaging dan penyakit radang pada kelenjar ambing yang
produksi susu (Ratya dkk, 2017). Masyarakat dapat disebabkan oleh bakteri atau jamur yang
Kelurahan Kalipuro salah satu daerah yang bersifat pathogen (Isnel and Sukru, 2012).

J Med Vet 2019, 2(2):72-75. pISSN: 2615-7497; eISSN: 2581-012X | 72


Jurnal Medik Veteriner Adelita Putri Sevitasari, et al

Mastitis ada dua jenis yaitu mastitis klinis dan dibersihkan terlebih dahulu menggunakan air
mastitis subklinis. Mastitis klinis adalah mastitis bersih, kemudian dikeringkan menggunakan
yang memiliki gejala klinis dan menunjukkan kasa steril. Pengambilan sampel untuk deteksi
perubahan pada susu, sedangkan mastitis mastitis dilakukan oleh pemilik kambing.
subklinis tidak terdapat gejala klinis dan tidak Pancaran susu kambing pertama dibuang dan
terdapat perubahan pada susunya. Mastitis dapat pengambilan sampel susu menggunakan susu
mengakibatkan kerugian pada nilai ekonomis pancaran ke-2 sampai ke-6 yang ditampung pada
maupun pada aspek kesehatan (Najeeb et al., paddle test setiap kuartirnya (Suryowardojo,
2013). Mastitis subklinis dapat mengakibatkan 2012). Paddle test dimiringkan hingga batas
penurunan kuantitas dan kualitas pada produksi garis yang terdapat pada alas sehingga susu yang
susu. Perubahan kuantitas dan kualitas susu pada tersisa di paddle test sebanyak 2 ml. Kambing
ternak penderita mastitis subklinis dapat yang telah diambil susunya sebagai sampel akan
dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah sel dilanjukan pemerahan oleh peternak.
somatik maupun tingkat infeksi pada ambing. Pengujian sampel susu menggunakan reagen
Deteksi untuk mengetahui kejadian mastitis CMT dengan perbandingan sesuai aturan pakai
subklinis dapat dilakukan monitoring jumlah sel pada kemasan yaitu 2 ml sampel susu : 3 ml
somatic dengan pemeriksaan laboratorium reagen CMT. Dilakukan putaran secara
(Sudarwanto et al., 2006) Metode yang dapat horizontal sirkuler atau memutar agar sampel
dilakukan dengan mudah dan cepat yaitu dengan susu dan reagen dapat tercampur sampai
uji California Mastitis Test (CMT). homogen selama 10 detik serta diamati hasil
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, reaksinya dengan melihat perubahan kosistensi
penulis bermaksud untuk mengetahui tingkat dari reaksi susu dan reagen dengan memiringkan
kejadian kasus mastitis pada kambing PE di paddle untuk melihat masa jel yang terbentuk
Kelurahan Kalipuro dengan menggunakan pada hasil positif. Hasil uji CMT postif 1 (+),
metode CMT, sebagai penelitian dasar kasus positif 2 (++), positif 3 (+++), dan positif 4
mastitis subklinis di Kelurahan Kalipuro (++++) semua dicatat sebagai hasil positif.
Kecamatan Kalipuro Kabupaten Banyuwangi. Analisis data yang digunakan yaitu analisis
deskriptif. Data diperoleh dari hasil uji CMT
METODE PENELITIAN untuk deteksi mastitis subklinis diolah dan
disajikan secara deskriptif.
Metode penelitian deskriptif dilakukan
dengan screening test yaitu menggunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
metode CMT. Data yang didapatkan disajikan
secara deskriptif. Metode sampling yang Peternakan A dari 8 ekor kambing PE
digunakan yaitu metode purposif sampling dan dengan hasil positif 7 ekor dan 1 ekor negatif.
jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini Hasil dari peternakan B terdapat 42 ekor
yaitu 58 ekor kambing per 2 kuartir. Pemilihan kambing PE dengan hasil positif 35 ekor dan 7
kambing sesuai kriteria yang telah ditentukan ekor negatif. Hasil peternakan C terdapat 4 ekor
yaitu: (1) kriteria kandang yang menggunakan kambing PE dengan hasil semua positif. Hasil
bahan baku kayu dan bambu, (2) umur kambing peternakan D terdapat 4 ekor kambing dengan
PE 2-3 tahun, (3) kambing yang aktif diperah. hasil 2 ekor positif dan 2 ekor negatif (Tabel 1).
Penelitian ini dilakukan secara langsung di Hasil uji CMT dengan pembandingan antara
kandang peternakan kambing PE di Kelurahan hasil positif dan negative (Tabel 1). Hasil negatif
Kalipuro Kecamatan Kaliputo Kabupaten mastitis subklinis dengan ciri-ciri pada
Banyuwangi. Pengambilan sampel dilakukan pereaksian sampel susu kambing PE dengan
pada pagi hari pukul 06.00-09.00 sesuai dengan reagen CMT konsistensi tetap cair dan pada
waktu pemerahan. Sampel susu diambil secara pemutaran secara sirkuler dapat merata, sehingga
aseptic dari ambing kambing dengan cara pada saat dimiringkan hasil reaksi sampel jatuh

J Med Vet 2019, 2(2):72-75. pISSN: 2615-7497; eISSN: 2581-012X | 73


Jurnal Medik Veteriner Adelita Putri Sevitasari, et al

Tabel 1. Hasil deteksi mastitis subklinis pada Kambing PE


Mastitis Subklinis
Total positif
Peternakan n Positif (+) Negatif
mastitis (%)
Puting kanan kiri Puting kanan Puting kiri (-)
A 8 7 2 1 1 87.5
B 42 23 32 7 7 83.5
C 4 4 4 - - 100
D 4 1 2 2 2 50
Total 58 Jumlah 82.76

dengan konsistensi cair dan tidak melekat pada alas kandang, pakan, dan dari kebersihan
alas paddle test. Hasil positif mastitis subklinis pemerah. Sebab mastitis subklinis merupakan
dengan ciri-ciri pada pereaksian sampel susu penyakit kompleks yang dapat disebabkan oleh
kambing PE dengan reagen CMT pada bakteri, khamir, dan kapang (Subronto, 2003).
pemutaran secara sirkuler hasil reaksi sampel Beberapa bakteri pada umumnya sebagai
tidak dapat merata pada paddle test dan jika penyebab terjadinya mastitis klinis dan subklinis
dimiringkan akan jatuh dengan adanya masa gel diantaranya yaitu Streptococcus agalactiae,
atau pengentalan. Perubahan konsistensi pada uji Streptococcus dysgalactiae, Streptococcus
CMT disebabkan oleh reagen yang mengandung uberis, Staphylococcus aureus, Staphylococcus
arylsufonate yang bereaksi dengan memecah inti epidermidis, Escherichia coli, Escherichia
sel somatic atau sel leukosit yang terdapat pada freundii, Aerobacter aerogenes, dan Klebsiella
susu sehingga mengakibatkan terjadinya pneumoniae (Poeloengan, 2010; Pradika et al.,
pengentalan. Semakin tinggi derajat mastitis 2019). Menurut Jayarao dan Wolfgang (2003),
yang ditampilkan pada hasil uji CMT pada hasil penelitiannya patogen mayor yang
menunjukkan jumlah sel somatik yang terdapat menyebabkan mastitis yaitu Staphylococcus
pada susu (Nurdin, 2007). aureus, Streptococcus agalactiae dan
Mastitis merupakan penyakit peradangan Mycoplasma sp. Menurut pernyataan (Heras et
pada ambing yang disebabkan infeksi bakteri al., 1999) pada kejadian penyakit mastitis pada
yang menyerang sel kelenjar susu (Mirdayanti penelitiaanya sebagai penyebab terjadinya
dkk, 2008). Hasil deteksi sangat tinggi dengan mastitis klinis dan subklinis pada kambing
hasil yang didapat menunjukkan bahwa hasil disebabkan oleh bakteri patogen Pseudommonas
positif mastitis subklinis sebesar 82.76% dari aeroginosa. Penelitian yang dilakukan oleh
keseluruhan peternakan yang digunakan sebagai Contreras et al., (2007) menyatakan bahwa
pengambilan sampel susu Kambing PE. Penyakit penyebab mastitis klinis dan subklinis pada
masitits subklinis yang tidak menunjukkan gejala kambing yaitu Staphylococcus spp. non
klinis dan tidak menunjukkan perubahan pada hemolytic 38.2%, Staphylococcus aureus 11.0%,
susunya. Peternak tidak menyadari akan adanya Escherichia coli 1.6% dan Pseudomonas spp.
penyakit mastitis subklinis pada peternakannya, 1.2%. Selain bakteri, mastitis klinis dan
namun dapat diperhatikan pada hasil produksi subklinis juga dapat disebabkan oleh Candida
susu. Karena pada penyakit mastitis subklinis sp. dan Mycoplasma sp.
dapat mengakibatkan kerugian dengan Upaya menurunkan mastitis subklinis secara
menurunnya tingkat produksi susu dengan skala tidak langsung dapat celup puting (teat dipping)
bertahap (Seegers et al., 2003). dengan antiseptik untuk menurunkan tingkat
Mastitis subklinis dapat disebabkan oleh kejadian mastitis subklinis pada peternakan
berbagai faktor salah satunya dari manajemen (Mahardika, 2016). Antiseptik yang digunakan
perkandangan dan manajemen pemerahan yang untuk celup puting berperan sebagai penghambat
kurang diperhatikan. Salah satu penyebabnya pertumbuhan mikroorganisme yang
kontaminasi bakteri yang berasal dari agen bermultiplikasi dilubang puting (Zalizar dkk,
pathogen yang secara normal berasal dari feses, 2018).

J Med Vet 2019, 2(2):72-75. pISSN: 2615-7497; eISSN: 2581-012X | 74


Jurnal Medik Veteriner Adelita Putri Sevitasari, et al

KESIMPULAN
Pradika, A.Y., Chusniati, S., Purnama, M.T.E.,
Tingkat kejadian kasus mastitis subklinis Effendi, M.H., Yudhana, A., Wibawati, P.A.
pada kambing Peranakan Etawah dengan deteksi 2019. Uji Total Escherichia coli pada Susu
menggunakan metode CMT di Kelurahan Sapi Segar di Koperasi Peternak Sapi Perah
Kalipuro, Banyuwangi sebesar 82.76%. (KPSP) Karyo Ngremboko Kecamatan
Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. J. Med.
UCAPAN TERIMA KASIH Vet., 2(1), 1-6.

Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Ratya, N., Taufik, E., Arief, I.I. 2018. Chemical,
petugas Dinas Pertanian Banyuwangi telah Physical and Microbiological Characteristics
mendampingi penelitian di Kelurahan Kalipuro. of Etawa Crossbred Goat Milk in Bogor.
Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil
DAFTAR PUSTAKA Peternakan, 5(1), 1-4.

Isnel, N.B., Sukru, K. 2012. Isolation of Seegers, H., Fourichon, C., Beaudeau, F. 2003.
Microorganism From Goats with Subclinical Production Effects Related To Mastitis And
Mastitis and Detection of Antibiotics Mastitis Economics In Dairy Cattle Herds.
Susceptibility. J Anim. Health Prod. Hyg., Vet. Res., 34(5), 475-491.
1(2), 106-112.
Subronto. 2003. Ilmu Penyakit Ternak I. Gajah
Mahardika, H.A. 2016. Pengaruh Suhu Air Mada University Press. Yogyakarta. p701.
Pencucian Ambing Dan Teat Dipping
Terhadap Jumlah Produksi, Kualitas Dan Sudarwanto, M., Latif, H., Noordin, M. 2006.
Jumlah Sel Somatik Susu Pada Peternakan The Relationship of The Somatic Cell
Sapi Peranakan Fresian Holstein. Buletin Counting to Sub-Clinical Mastitis and to
Peternakan, 40(1), 11-19. Improve Milk Quality. 1st International
AAVS Scientific Conference. Jakarta, 12-
Mirdhayanti, I., Jully, H., Khaidar, U.P. 2008. 13.
Mutu Susu Segar di UPT Ruminansia Besar
Dinas Peternakan Kabupaten Kampar Suryowardojo, P. 2012. Penampilan Kandungan
Provinsi Riau. J. Peternakan, 5(1), 14-21. Protein dan Kadar Lemak Susu Pada Sapi
Perah Mastitis Friesian Holstein. J. Exp. Life
Najeeb M.F., Anjum, A.A., Ahmad, M.U.D., Sci., 2(1), 44.
Khan, H.M., Ali, M.A., Sattar, M.M.K.
2013. Bacterial Etiology of Subclinical Suwito, W., Wahyuni, A.E.T.H., Widagdo, S.N.,
Mastitis in Dairy Goats and Multiple Drug Bambang, S. 2013. Isolasi dan Identifikasi
Resistance of The Isolates. J. Anim. Plant Bakteria Mastitis Klinis Pada Kambing
Sci., 23(6), 1541-1544. Peranakan Etawah. J. Sain Vet., 31(1), 50-
53.
Nurdin, E. 2007. Pengaruh Pemberian Tongkol
Bunga Matahari (Helianthus annuus l.) Dan Zalizar, L., Sujono, Dian, I., Yovi, A.S. 2018.
Probiotik Terhadap Penurunan Derajat Kasus Mastitis Subklinis pada Sapi Perah
Mastitis Pada Sapi Perah Fries Holland Laktasi di Kecamatan Pujon Kabupaten
Penderita Mastitis Sub-Klinis. Jurnal Malang. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, 28(1),
Indones. Trop. Anim. Sci., 32(2), 76-79. 35-41.
***

J Med Vet 2019, 2(2):72-75. pISSN: 2615-7497; eISSN: 2581-012X | 75

Anda mungkin juga menyukai