Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Anestesi Perioperatif

[JAP. 2017;5(2): 124–33]


 ARTIKEL PENELITIAN

Angka Mortalitas pasien Neonatus yang Menjalani Operasi berdasar atas


Kenaikan Berat Badan Pascaoperasi yang Dirawat di Neonatal Intensive
Care Unit (NICU) RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Asep Deden Komara, Budiana Rismawan, Ezra Oktaliansah
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Abstrak
Salah satu faktor risiko mortalitas pada neonatus yang menjalani operasi adalah regulasi cairan intraoperatif.
Tujuan penelitian ini mengetahui angka mortalitas pada neonatus yang menjalani operasi berdasar atas
kenaikan berat badan pascaoperasi yang dirawat di Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Metode penelitian
adalah deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Penelitian ini melibatkan 95 subjek penelitian, yaitu
neonatus yang menjalani operasi dan dirawat di NICU RSHS selama tahun 2010‒2015. Data diambil dari
rekam medis, pengambilan data mulai tanggal 1 Februari sampai dengan 29 Maret 2017. Subjek dibagi tiga
kelompok, yaitu neonatus yang telah menjalani prosedur operasi yang mengalami kenaikan berat badan
pascaoperasi kurang 10% (I), neonatus yang menjalani prosedur operasi yang mengalami kenaikan berat
badan 10‒20% (II), dan kelebihan berat badan ≥20% (III). Neonatus pacaoperasi dengan kenaikan berat
badan ≤10% sebanyak 46 pasien dan yang meninggal sebanyak 10 pasien pada kenaikan berat badan
10‒20% sebanyak 38 pasien, pasien yang meninggal sebanyak 23 pasien, angka mortalitasnya sebesar
60,5%, sedangkan pada pasien dengan kenaikan berat badan sama dengan atau lebih dari 20% sebanyak
11 pasien atau 11,5% yang meninggal sebanyak 10 pasien, angka mortalitasnya sebesar 90,9%. Simpulan
angka mortalitas pasien neonatus yang menjalani operasi di RSHS dan pascaoperasi dirawat di NICU RSHS
selama periode 2010–2015 adalah 45,3%. Simpulan, angka mortalitas pasien neonatus yang menjalani
operasi di RSHS dan pascaoperasi dirawat di NICU RSHS selama periode 2010–2015 adalah 45,3%.

Kata kunci: Kenaikan berat badan, mortalitas, neonatus

Mortality Rate in Neonatal Patients Undergone Surgical Procedures based


on Postoperative Weight Gain in Neonatal Intensive Care Unit of Dr. Hasan
Sadikin General Hospital Bandung
Abstract
One of the risk factors contributed to this number is the inappropriate management of intraoperative
fluid resuscitation. The aim of this study was to identify the mortality rate of neonatal patients who had
undergone surgical procedures–defined by postoperative weight gain of those patients admitted in the
Neonatal Intensive Care Unit (NICU). This study was retrospective descriptive study involving 95 subjects,
who were neonatal patients undergone surgical procedures and admitted in Neonatal Intensive Care Unit
(NICU) of Dr. Hasan Sadikin General Hospital (RSHS) Bandung from 2010‒2015. The data were collected
from medical records using a protocol that was already approved by the Ethical Committee during the period
of February 1st to March 29th 2017. The subjects were classified into three groups: neonatal patients
with increased postoperative weight of less than 10%;, neonatal patients which increased postoperative
weight of 10‒20%; and neonatal patients with increased postoperative weight of ≥20%. Results of the study
showed that 46 neonatal patients experienced a 10% weight gain (48%) and 10 out of these 46 patients died
(21.7%). Meanwhile, 38 neonatal patients experienced 10‒20% (38.9%) weight gain with 23 of them died
(60.5%). Eleven neonatal patients experienced ≥20 % weight gain (11.5%) with 10 of them died (90.9%).
In conclusion, it is concluded that the mortality rate of postoperative neonatal patients treated in NICU of
RSHS during the period 2010 to 2015 is 45.3%.

Key words: Weight gain, mortality, neonatal


Korespondensi: Asep Deden Komara, dr., SpAn, Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, Jl. Pasteur No. 38 Bandung 40161, Tlpn. 022-2038285
Email asepdeko@gmail.com

124 10.15851/jap.v5n2.1112
p-ISSN 2337-7909; e-ISSN 2338-8463; http:// 10.15851/jap.v5n1.xxxx
Asep Deden Komara, Ezra Oktaliansah, Budiana Rismawan: Angka Mortalitas pasien Neonatus yang Menjalani Operasi 125
berdasar atas Kenaikan Berat Badan Pascaoperasi yang Dirawat di Neonatal Intensive Care RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Pendahuluan Pemberian cairan perioperatif harus


menjadi perhatian dokter anestesi karena
Pasien pediatrik mempunyai kebutuhan dan dapat memengaruhi hasil luaran pascaoperasi.
pertimbangan anestesi khusus serta tidak Saat ini masih terdapat perbedaan pendapat
dapat dianggap seperti pasien dewasa yang dalam hal metode pemberian cairan
berukuran kecil. Penatalaksanaan anestesi perioperatif, yakni melalui metode liberal dan
yang aman pada pediatrik bergantung pada restriktif. Banyak dampak yang disebabkan
penilaian keseluruhan karakteristik fisiologi, oleh kelebihan pemberian cairan selama
anatomi, dan farmakologi pada tiap-tiap perioperatif dapat dilihat dari kenaikan
kelompok. Salah satu kelompok pasien berat badan (BB) pascaoperasi dibanding
pediatrik adalah pasien neonatus yang dengan berat badan sebelum operasi yang
memiliki kebutuhan obat-obat anestesi yang dapat mengakibatkan komplikasi berbagai
berbeda dibanding dengan pasien pediatrik organ, lama penggunaan ventilator, dan lama
pada umumnya. Neonatus memiliki risiko perawatan di rumah sakit. Oleh karena itu,
morbiditas dan mortalitas tertinggi pada evaluasi keseimbangan pemberian cairan
populasi pediatrik.1-4 selama perioperatif sangat diperlukan untuk
Risiko mortalitas yang tinggi pada mencegah berbagai komplikasi tersebut
kelompok neonatus merupakan tantangan yang akan mengakibatkan morbiditas dan
bagi dokter anestesi dan membutuhkan mortalitas pascaoperasi pada pasien neonatus
kerjasama tim yang melibatkan dokter ahli yang menjalani operasi. 5,11,12
bedah anak, dokter ahli kesehatan anak, Penelitian tentang pemberian cairan selama
serta orangtua pasien. Faktor risiko yang perioperatif menunjukkan bahwa pemberian
ditemukan pada golongan neonatus antara cairan secara restriktif memberikan hasil
lain prematuritas, berat badan lahir rendah, luaran yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat
infeksi, kelainan kromosom, dan kelainan dari komplikasi pascaoperasi berkurang dan
genetik yang membutuhkan penanganan juga lama perawatan di ruang intensif yang
khusus di Neonatus Intensive Care Unit akan menurunkan angka morbiditas dan
(NICU).3,5,6 mortalitas. Pemberian cairan secara liberal
Perkembangan yang pesat di bidang berdasar atas penelitian menunjukkan bahwa
keilmuan kesehatan anak, bedah anak, dan hasil luaran pascaoperasi berupa kelebihan
anestesi, serta unit perawatan khusus untuk cairan yang ditandai dengan kenaikan berat
neonatus yang disertai dengan alat-alat badan pascaoperasi, komplikasi pascaoperasi,
yang modern akan meningkatkan angka lama perawatan, dan penggunaan ventilator di
keberhasilan hidup pada operasi neonatus di ruang intensif.7,13-15
negara maju dan negara berkembang.3,7-9 Penelitian angka kejadian mortalitas
Salah satu faktor risiko mortalitas yang pada pasien neonatus yang menjalani
belum banyak diteliti pada kelompok usia operasi berdasar atas kenaikan berat badan
neonatus yang menjalani pembedahan adalah pascaoperasi yang dirawat di Neonatus Intensif
regulasi pemberian cairan intraoperatif. Care Unit (NICU) RSUP Dr. Hasan Sadikin
Kebutuhan cairan pada neonatus harus Bandung selama ini belum pernah dilakukan
dihitung dengan hati-hati dan tepat serta sehingga belum didapatkan angka kejadian
dievaluasi ulang pada saat intraoperatif oleh mortalitas pada pasien neonatus yang
dokter anestesi. Selama lebih dari 40 tahun menjalani operasi berdasar atas kenaikan
terakhir, pola pemberian cairan pada neonatus berat badan pascaoperasi yang dirawat di
dan anak tidak banyak berubah, ahli anestesi di NICU RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Amerika, Eropa, dan Asia masih menggunakan Penelitian ini bertujuan mengetahui angka
metode pemberian cairan dengan formula mortalitas pasien neonatus yang menjalani
Holliday-Segar yang pertama kali digunakan operasi berdasar atas kenaikan berat badan
pada tahun 1957. 6,8,9 pascaoperasi yang dirawat di NICU RSUP

JAP, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2017


126 p-ISSN 2337-7909; e-ISSN 2338-8463; http:// 10.15851/jap.v5n2.1112

Dr. Hasan Sadikin Bandung selama tahun Tabel 1 Karakteristik Subjek Penelitian
2010‒2015. Variabel n= 95
Usia (hari)
Subjek dan Metode
Mean±STD 8,915±7,1587
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif Median 6.000
dengan pendekatan retrospektif. Pengambilan Range (min.-max.) 0,00;28,00
data penelitian secara keseluruhan dilakukan Jenis kelamin
dalam kurun waktu dua bulan, yaitu bulan
Laki-laki 51 (54%)
Februari sampai dengan bulan Maret 2017,
data diambil dari rekam medis setelah Perempuan 44 (46%)
mendapat persetujuan dari Komite Etik Usia gestasi (minggu)
Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran <37 32 (34%)
Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Umum ≥37 63 (66%)
Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung. Kriteria
BB preoperatif (gram)
inklusi penelitian ini adalah pasien neonatus
yang telah menjalani operasi di RSUP Dr. Hasan <2.500 40 (42%)
Sadikin dan pascaoperasi dirawat di ruang ≥2.500 55 (58%)
NICU RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dari Jenis operasi
tahun 2010‒2015. Kriteria eksklusi penelitian Elektif 47 (49%)
ini adalah tidak ada data berat badan sebelum
Emergensi 48 (51%)
dan sesudah operasi.
Data yang dicatat, yaitu nama, rekam Macam operasi
medis, jenis kelamin, usia saat operasi, usia Digestif 57 (60%)
gestasi, berat badan sebelum operasi, berat Nondigestif 38 (40%)
badan sesudah operasi, jenis operasi elektif ASA
atau emergensi, komplikasi preoperatif, 60 (63%)
III
lama operasi, komplikasi pascaoperasi, lama 35 (37%)
IV
perawatan, dan hasil luaran. Kemudian, seluruh Komplikasi preoperatif
neonatus dikelompokkan berdasar atas Tidak ada 56 ( 59%)
persentase kenaikan berat badan menjadi tiga 1 komplikasi 27 ( 28%)
kelompok, yaitu kelompok I adalah neonatus 2 komplikasi 11 (12%)
yang telah menjalani prosedur operasi dengan 3 komplikasi 1 (1%)
kenaikan berat badan pascaoperasi kurang Persentase kenaikan BB pascaoperai
dari 10%; kelompok II adalah neonatus yang <10% 46 (48%)
menjalani prosedur operasi dengan kenaikan
10‒20% 38 (40%)
berat badan antara 10 sampai kurang dari 20%;
kelompok III kelebihan berat badan lebih atau >20% 11 (12%)
sama dengan 20%. Selanjutnya, dinilai angka Hasil luaran
mortalitas berdasar atas persentase kenaikan Hidup 52 (55%)
berat badan pascaoperasi. Data yang diperoleh Meninggal 43 (45%)
dicatat dalam formulir khusus, kemudian
diolah melalui program statistical product and
service solution (SPSS) versi 21.0 for windows. di RSUP Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung
dan dirawat di NICU RSHS Bandung. Usia
Hasil rata-rata pasien (hari) 8,915±7.1587. Jenis
kelamin laki-laki lebih banyak daripada
Penelitian restrospektif ini dilakukan terhadap perempuan (54%). Pasien neonatus yang
95 neonatus yang telah menjalani operasi menjalani operasi pada usia usia gestasi lebih

JAP, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2017


Asep Deden Komara, Ezra Oktaliansah, Budiana Rismawan: Angka Mortalitas pasien Neonatus yang Menjalani Operasi 127
berdasar atas Kenaikan Berat Badan Pascaoperasi yang Dirawat di Neonatal Intensive Care RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Tabel 2 Mortalitas berdasar atas Kenaikan Berat Badan


Kelompok
Mortalitas <10% 10‒20% >20% n=95
n=46 n=38 n=11
Hidup 36 (78%) 15 (39%) 1 (9%) 52
Mati 10 (22%) 23 (61%) 10 (91%) 43

dari 37 minggu lebih banyak daripada usia banyak daripada yang terdapat komplikasi
gestasi kurang dari 37 minggu (66%). Pasien preoperatif, yaitu 59%. Pasien neonatus
neonatus yang menjalani operasi dengan berat yang menjalani operasi dengan persentase
badan preoperatif lebih dari 2.500 gram lebih kenaikan berat badan pascaoperasi kurang
banyak daripada berat badan preoperatif dari 10% lebih banyak daripada kenaikan
kurang dari 2.500 gram, yaitu 58% (Tabel 1). lebih dari 10%, yaitu 48%, pasien neonatus
Pasien neonatus yang menjalani operasi pascaoperasi yang dirawat di NICU RSHS yang
emergensi dan elektif tidak begitu banyak hidup ditemukan lebih banyak daripada yang
perbedaannya, pasien emergensi sebesar 51%, meninggal, yaitu 55% (Tabel 1).
dan pasien neonatus yang menjalani operasi Angka mortalitas tertinggi didapatkan pada
digestif ditemukan lebih banyak daripada kenaikan berat badan neonatus pascaoperasi
operasi nondigestif, yaitu sebesar 59%. lebih dari 20%, yaitu 10 dari 11, kenaikan
Pasien neonatus yang menjalani operasi ASA berat badan neonatus pascaoperasi 10‒20%
III lebih banyak daripada ASA IV, yaitu 63%. didapatkan angka mortalitas 23 dari 38 subjek,
Pasien neonatus yang menjalani operasi yang kenaikan berat badan neonatus pascaoperasi
tidak ditemukan komplikasi preoperatif lebih kurang dari 10% angka mortalitas 10 dari 46

Tabel 3 Mortalitas Persentase Kenaikan Berat Badan berdasar atas Usia Gestasi, Berat
Badan Sebelum Operasi, dan ASA
Kelompok
Variabel n
<10% 10−20% >20%
<37 minggu
Hidup 1 5 1 7
Meninggal 6 11 8 25
≥37 minggu
Hidup 35 10 0 45
Meninggal 4 12 2 18
BB <2.500gram
Hidup 4 6 1 11
Meninggal 7 14 8 29
BB ≥ 2500gram
Hidup 32 9 0 41
Meninggal 3 9 2 14
ASA III
Hidup 34 14 1 49
Meninggal 4 5 2( 11
ASA IV
Hidup 2 1 0 3
Meninggal 6 18 8 32

JAP, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2017


128 p-ISSN 2337-7909; e-ISSN 2338-8463; http:// 10.15851/jap.v5n2.1112

Tabel 4 Mortalitas berdasar atas Komplikasi Preoperatif


Kelompok
Komplikasi Preoperatif n
<10% 10−20% >20%
Tidak ada 26 11 1 38
Hidup 6 8 4 18
Meninggal
1 Komplikasi
10 3 0 13
Hidup 3 6 5 14
Meninggal
2 Komplikasi
Hidup 0 1 0 1
Meninggal 1 8 1 10
3 Komplikasi 0 0 0 0
Hidup 0 1 0 1
Meninggal

subjek (Tabel 2). operasi, pada operasi lebih dari 2 jam angka
Pada usia gestasi kurang dari 37 minggu/ mortalitas tertinggi didapatkan pada kelompok
prematur dengan post conceptional age (PCA) kenaikan berat badan lebih dari 20%. Pada
kurang dari 60 minggu, berat badan sebelum operasi kurang dari 2 jam angka mortalitas
operasi kurang dari 2.500 gram, ASA III dan tertinggi didapatkan pada kelompok kenaikan
ASA IV didapatkan angka mortlitas tertinggi berat badan 10−20%, pada lama operasi
pada kelompok kenaikan berat badan lebih kurang dari 2 jam tidak didapatkan kenaikan
dari 20% (Tabel 3). berat badan lebih dari 20% (Tabel 5).
Angka mortalitas berdasar atas komplikasi Lama perawatan di NICU Dr. RSHS Bandung,
preoperatif, pada ≤2 komplikasi preoperatif paling lama didapatkan pada kelompok
didapatkan angka mortalitas tertinggi pada dengan kenaikan berat badan lebih dari 20%
kelompok kenaikan berat badan lebih dari rata-rata 31,090±45,502 (Tabel 6).
20%. Pasien neonatus yang menjalani operasi
dengan 3 komplikasi preoperatif terdapat satu Pembahasan
pasien dan meninggal terdapat pada kelompok
kenaikan berat badan 10−20% (Tabel 4). Operasi pada pasien neonatus saat ini masih
Angka mortalitas berdasar atas lama memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi

Tabel 5 Mortalitas berdasar atas Lama Operasi


Kelompok
Variabel
<10% 10−20% >20%
≤2 jam
Mati 1 1 0
Hidup 9 2 0
>2–4 jam
Mati 7 17 9
Hidup 25 13 1
>4 jam
Mati 2 5 1
Hidup 1 1 0

JAP, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2017


Asep Deden Komara, Ezra Oktaliansah, Budiana Rismawan: Angka Mortalitas pasien Neonatus yang Menjalani Operasi 129
berdasar atas Kenaikan Berat Badan Pascaoperasi yang Dirawat di Neonatal Intensive Care RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Tabel 6 Lama Perawataan pada Tiga Kelompok Persentase


Kelompok
Variabel <10% 10−20% >20%
n= 46 n= 38 n= 11
Mean±STD 21,543±13,593 26,868±22,025 31,.090±45,502
Median 22.000 22.000 21.000
Range (min.-maks.) 0,00−62,00 1,.00−102,.00 0,00−161,00

dibanding dengan pasien bayi, anak, dan pascaoperasi mencapai 44%, sedangkan di
dewasa terutama di negara berkembang Kamerun angka mortalitas pascaoperasi
termasuk Indonesia. Operasi neonatus mencapai 43,1%.9
merupakan tantangan bagi dokter anestesi, Pada penelitian ini angka mortalitas
dokter anak, dan dokter bedah anak, terutama tertinggi terdapat pada kelompok neonatus
di negara berkembang seperti Indonesia yang mengalami kenaikan berat badan
karena praktik bedah pada neonatus yang pascaoperasi lebih dari 20% adalah 10 dari 11,
masih terus berkembang.12,13 kenaikan berat badan pascaoperasi 10−20%
Penelitian ini dilakukan terhadap 95 didapatkan mortalitas 23 dari 38 subjek.
neonatus yang menjalani operasi di RSUP Dr. kenaikan berat badan pascaoperasi kurang
Hasan Sadikin Bandung dan pascaoperasi dari 10% mortalitas adalah 10 dari 46 (Tabel
dirawat di ruang perawatan NICU RSUP 2). Angka kejadian mortalitas pascaoperasi
Dr. Hasan Sadikin Bandung sesuai kriteria pada neonatus saat ini masih tinggi. Beberapa
inklusi. Dari hasil penelitian didapatkan angka faktor yang memengaruhi hasil luaran operasi,
mortalitas neonatus pascaoperasi sebanyak yaitu usia neonatus yang prematur, usia gestasi
43 pasien (45%). Keadaan ini menggambarkan kurang dari 37 minggu, banyaknya komplikasi
angka mortalitas pascaoperasi yang tinggi preoperatif, ASA III atau lebih, lama operasi,
pada neonatus. Angka mortalitas pascaoperasi perawatan pascaoperasi, kemudian pengaruh
yang tinggi pada pasien neonatus ini kenaikan berat badan juga memberikan
menggambarkan bahwa usia merupakan salah dampak terhadap hasil luaran operasi
satu faktor yang memengaruhi hasil luaran yang akan meningkatkan angka mortalitas
pasien. Semakin muda usia pasien neonatus, pascaoperasi. Hal ini disebabkan oleh fungsi
akan semakin besar risiko mortalitas organ neonatus masih belum berkembang
pascaoperasi. Pada neonatus fungsi organ seperti pada orang dewasa sehingga sangat
tubuh seperti jantung, paru, ginjal, dan hepar rentan tehadap infeksi terutama infeksi
belum berfungsi seperti halnya pasien dewasa. pascaoperasi. Akibat kelebihan cairan ini akan
Selain itu, neonatus juga sangat rentan memengaruhi hasil luaran operasi yang akan
terhadap infeksi.9,10,16 mengganggu sistem organ tubuh neonatus
Penelitian yang dilakukan di India antara dan akan memperberat kondisi neonatus
tahun 1996 sampai 2006 terhadap neonatus tersebut. Angka mortalitas yang tinggi pada
yang menjalani operasi dan pascaoperasi pasien neonatus juga dapat disebabkan oleh
yang dirawat di ruang intensif neonatus keterlambatan pasien neonatus datang ke
didapatkan angka mortalitas mencapai 40%.11 tempat pelayanan kesehatan atau rumah
Keadaan ini sesuai dengan penelitian yang sakit, keterlambatan diagnosis yang tepat,
dilakukan selama tiga tahun di Nigeria untuk dan keterlambatan dalam pengambilan
pasien neonatus yang menjalani operasi, keputusan untuk dilakukan tindakan operasi.
angka mortalitas pascaoperasi mencapai Pengaruh katerlambatan penanganan
62,2%. Penelitian di Kenya pada neonatus pasien neonatus ini akan mengakibatkan
yang menjalani operasi angka mortalitas kondisinya semakin memburuk dan dapat

JAP, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2017


130 p-ISSN 2337-7909; e-ISSN 2338-8463; http:// 10.15851/jap.v5n2.1112

memengaruhi hasil luaran jika dilakukan dengan berbagai gangguan fungsi organ pada
tindakan operasi, keadaan seperti ini banyak pasien yang menjalani operasi.2,17
ditemukan di negara berkembang termasuk di Angka mortalitas pada usia gestasi kurang
Indonesia.9,11,17 dari 37 minggu berdasar atas kenaikan berat
Pada penelitian ini didapatkan angka badan pascaoperasi didapatkan 32 pasien
mortalitas pascaoperasi pada neonatus dengan angka mortalitas 78% (Tabel 3). Pasien
meningkat sebanyak 2,7 kali lebih tinggi atau neonatus yang lahir disebut prematur jika usia
hampir tiga kali apabila terjadi kenaikan gestasi kurang dari 37 minggu, bayi prematur
berat badan pascaoperasi 10−20% dibanding memiliki angka mortalitas pascaoperasi yang
dengan kenaikan berat badan kurang dari 10%. lebih tinggi dibanding dengan bayi lahir cukup
Selanjutnya, angka mortalitas akan meningkat bulan. Pasien neonatus yang prematur dan post
menjadi 4,1 kali lebih tinggi atau empat kali conceptional age (PCA) kurang dari 60 minggu
lebih tinggi jika terjadi kenaikan berat badan memiliki risiko komplikasi pascaoperasi yang
lebih dari 20% pascaoperasi dibanding lebih tinggi seperti kejadian periode sleep
dengan kenaikan berat badan kurang dari apneu yang lebih tinggi, lebih mudah untuk
10%. Hal ini menunjukkan bahwa makin tinggi terjadi hipotermia, risiko terjadi retinopati,
kenaikan berat badan pascaoperasi memiliki risiko terjadi infeksi yang lebih tinggi, pasien
hasil luaran pascaoperasi yang sangat buruk prematur memiliki sistem kekebalan tubuh
terhadap kondisi pasien yang mengakibatkan yang masih lemah dan belum matang dapat
angka mortalitas pascaoperasi yang tinggi.3,5,15 meningkatkan risiko infeksi.
Keadaan ini sesuai dengan penelitian yang Pasien lahir prematur yang menjalani
dilakukan di Amerika Serikat terhadap pasien operasi memiliki angka mortalitas yang
pascaoperasi yang dirawat di Intensive Care tinggi, pada penelitian ini didapatkan bahwa
Unit (ICU) bahwa 40% pasien mengalami kenaikan berat badan pascaoperasi, jika dilihat
kelebihan berat badan lebih dari 10% angka mortalitasnya tidak begitu berpengaruh
dibanding dengan berat badan preoperatif. Hal yang berkisar 78,1−89%. Keadaan ini terjadi
ini menandakan terjadi kelebihan pemberian karena kondisi pasien neonatus yang prematur
cairan selama perioperatif yang secara sebelum dilakukan tindakan operasi sudah
signifikan meningkatkan angka morbiditas memiliki banyak penyulit seperti berat badan
dan mortalitas, serta lama perawatan di kurang dari 2.500 gram, ASA III atau lebih,
ICU. Pascaoperasi pasien dengan kenaikan kelainan kongenital yang lain seperti penyakit
berat badan lebih dari 10% angka mortalitas jantung bawaan dan komplikasi preoperatif
mencapai 31,6%, sedangkan pasien dengan lain. Keadaan umum yang buruk seperti ini
kenaikan berat badan kurang dari 10% angka banyak kita jumpai pada pasien neonatus lahir
mortalitas 10,3% dan pasien dengan kenaikan prematur sehingga jika dilakukan operasi akan
berat badan lebih dari 20% angka kejadian mengakibatkan angka mortalitas pascaoperasi
mortalitas mencapai 100%.5 Penelitian yang yang tinggi ditambah dengan kenaikan berat
dilakukan di Afrika Selatan pada tahun 2014 badan pascaoperasi akan lebih meningkatkan
menunjukkan hubungan kelebihan pemberian angka mortalitas.2,12
cairan pada pasien yang dirawat di ruang Pasien neonatus yang menjalani operasi
Pediatric Intensive Care Unit (PICU). Pada pasien yang memiliki berat badan kurang dari 2.500
yang kelebihan cairan kurang dari 10% angka gram (Tabel 3) memiliki risiko mortalitas yang
mortalitas sebesar 8,2%, sedangkan pada lebih tinggi bila dibanding dengan neonatus
pasien yang kelebihan cairan lebih dari 10% yang berat badan lebih 2.500 gram karena
angka mortalitas sebesar 66,7%.4 Penelitian neonatus dengan berat badan yang kurang
yang dilakukan di Brazil menunjukkan bahwa dari 2.500 gram sebagian besar lahir prematur,
kelebihan cairan positif 5% sampai 10% dari terdapat kelainan bawaan yang lain. Pasien
pertambahan berat badan pada pasien sakit prematur memiliki risiko infeksi, hipotermia,
kritis mempunyai prognosis yang lebih buruk hipoglikemia, dan priode sleep apnea yang

JAP, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2017


Asep Deden Komara, Ezra Oktaliansah, Budiana Rismawan: Angka Mortalitas pasien Neonatus yang Menjalani Operasi 131
berdasar atas Kenaikan Berat Badan Pascaoperasi yang Dirawat di Neonatal Intensive Care RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

lebih tinggi yang akan meningkatkan kejadian mortalitasnya 55 per 100.000 prosedur
morbiditas dan mortalitas.2,13 anestesi, sedangkan pasien dengan ASA III
Angka mortalitas lebih tinggi juga angka mortalitasnya 27 per 100.000 prosedur
didapatkan pada bayi prematur dan bayi anestesi, dari angka tersebut dapat dilihat
dengan berat badan kurang dari 2.500 gram. angka mortalitas pada pasien ASA IV lebih dua
Hal ini sesuai dengan penelitian di Amerika kali lebih tinggi dibanding dengan pasien ASA
Serikat yang menunjukkan bahwa pasien III.7
prematur memiliki angka mortalitas yang Berdasar atas penelitian ini didapatkan
lebih tinggi dibanding dengan pasien lahir angka mortalitas tertinggi pada pasien yang
cukup bulan yang menjalanani operasi.dengan memiliki 3 komplikasi preoperatif satu
angka mortalitas pascaoperasi mencapai neonatus dan meninggal (Tabel 4). Komplikasi
10,5% dibanding dengan pasien cukup bulan preoperatif berhubungan dengan keadaan
angka mortalitas pascaoperasi hanya 2%. umum pasien sebelum dilakukan tindakan
Penelitian yang dilakukan di Nigeria terhadap bedah dan anestesi, keadaan ini menandakan
pasien neonatus yang menjalani operasi keadaan umum yang jelek, semakin banyak
selama 10 tahun dari tahun 1993 sampai komplikasi preoperatif akan semakin
tahun 2002, didapatkan bahwa berat badan jelek keadaan umum pasien. Hal ini sangat
sebelum operasi secara signifikan berperan berhubungan dengan ASA pasien yang tinggi
besar terhadap hasil luaran pascaoperasi sehingga angka mortalitas lebih tinggi. Pasien
semua pasien yang berat badan kurang dari neonatus yang akan dioperasi bertujuan
2.000 gram pascaoperasi meninggal karena memperbaiki kelainan bawaan. Komplikasi
pasien dengan berat badan lebih dari 3.000 preoperatif pada neonatus ini saling
gram didapatkan angka mortalitas sebesar berhungan dengan beberapa faktor antara lain
16,7%.20 Dari penelitian ini didapatkan angka bayi lahir prematur, berat badan lahir rendah,
mortalitas pada pasien prematur dan berat keterlambatan datang ke fasilitas kesehatan
badan kurang dari 2.500 gram lebih tinggi atau rumah sakit, keterlambatan menegakkan
disebabkan oleh banyak fungsi organ yang diagnosis, keterlambatan keputusan dilakukan
belum berkembang dengan sempurna dan tindakan operasi, dan pasien neonatus/
risiko infeksi lebih tinggi.13 prematur memiliki ASA yang tinggi memiliki
Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa angka mortalitas yang lebih tinggi.9,15
angka mortalitas pascaoperasi pada pasien Teknik pemberian cairan hingga saat ini
neonatus berdasar atas ASA (Tabel 3), yaitu masih menjadi perdebatan antara para ahli,
pasien ASA IV memiliki angka mortalitas lebih salah satu teknik yang masih sering digunakan,
tinggi dibanding dengan pasien ASA III dan yaitu teknik pemberian cairan secara liberal.
dengan kenaikan berat badan pascaoperasi Untuk pemberian cairan secara liberal masih
akan meningkatkan lagi angka mortalitas dapat dilakukan pada pasien ASA I−III dengan
pascaoperasi. Pasien dengan ASA III atau risiko rendah yang dilakukan operasi minor/
lebih memiliki keadaan umum yang jelek dan tindakan bedah yang minimal dan lama
lebih banyak penyulit mulai dari preoperatif tindakan operasi kurang dari 180 menit,
seperti lahir prematur, berat badan kurang sedangkan pada pasien ASA I−IV dengan
dari 2.500 gram, dan kelainan kongenital yang tidakan operasi yang besar memiliki risiko
lain, serta keterlambatan penanganan pasien mortalitas yang tinggi, lama operasi yang lebih
untuk dilakukan tindakan operasi yang akan dari 180 menit, dan pemberian cairan secara
memperburuk kondisi pasien. Penelitian restriktif memberikan hasil luaran yang lebih
yang dilakukan di Prancis pada tahun 2006 baik dibanding dengan cara yang liberal.15
memperlihakan bahwa pasien dengan ASA IV Angka mortalitas pasien neonatus yang
yang dilakukan tindakan anestesi memiliki menjalani operasi bepengaruh terhadap
angka mortalitas yang lebih tinggi dibanding lamanya operasi (Tabel 5). Angka mortalitas
dengan ASA III. Pasien dengan ASA IV angka pada pasien yang menjalani operasi lebih dari

JAP, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2017


132 p-ISSN 2337-7909; e-ISSN 2338-8463; http:// 10.15851/jap.v5n2.1112

4 jam 8 dari 10. Mortalitas tertinggi didapatkan Pada saluran pencernaan juga dapat
pada kenaikan berat badan lebih dari 20% (1 terjadi edema meningkatkan risiko ileus
dari 1 subjek) kenaikan berat badan 10–20% 5 pascaoperasi dan terjadi gangguan waktu
dari 6 subjek dan kenaikan berat badan kurang pengosongan lambung serta mengurangi
dari 10% adalah 2 dari 3 subjek. Lama operasi drainase sistem limfatik dan oksigenasi
ini dapat menggambarkan jenis operasi yang akan mengakibatkan gangguan proses
yang dilakukan lebih rumit dan sulit untuk penyembuhan pada operasi anastomosis.
mengoreksi kelainan kongenital pada pasien Secara keseluruhan, jika terjadi kelebihan
neonatus, makin lama paparan/stres dari obat- cairan pascaoperasi dapat mengakibatkan
obatan anestesi, makin banyak manipulasi edema dalam jaringan dan interstitial yang
tindakan bedah yang akan mengakibatkan mengganggu difusi oksigen dan metabolisme,
makin jelek kondisi pascaoperasi. gangguan di jaringan berupa obstruksi sistem
Lama operasi dan tindakan anestesi akan aliran darah kapiler dan drainase sistem
memengaruhi angka mortalitas pascaoperasi. limfatik, serta gangguan interaksi antara
Keadaan ini sesuai dengan penelitian di Inggris sel.2,3 Pasien neonatus pascaoperasi lebih
memperlihatkan angka mortalitas meningkat rentan terjadi sepsis yang sampai saat ini
dengan lamanya operasi. Pada operasi kurang masih merupakan penyebab mortalitas pada
dari 2 jam angka mortalitasnya hanya 1,6 neonatus. Meskipun angka kejadian sepsis
per 100 pasien, pada operasi 2−6 jam angka lebih rendah di banyak pusat pelayanan
mortalitasnya 7,05 per 1.000 pasien dan yang kesehatan yang canggih, tetapi angka
menjalani operasi antara 6 sampai lebih dari kejadian pascaoperasi seperti infeksi luka
10 jam angka mortalitasnya 14,4 per 100 dan sepsis tetap ada dan masih menjadi
pasien. 11 penyebab mortalitas serta morbiditas yang
Perioperatif kelebihan pemberian cairan akan meningkatkan lama perawatan. Sistem
salah satu tanda dapat dilihat dari kenaikan kekebalan tubuh pada neonatus yang masih
berat badan pascaoperasi dibanding dengan lemah dan belum berkembang dengan baik
berat badan sebelum operasi. Keadaan ini dapat meningkatkan risiko sepsis. Hal ini
mengakibatkan hipervolemia sehingga lapisan merupakan tantangan tersendiri dalam
endotelial vaskular mengalami kerusakan. penanganan pasien pada bayi baru lahir
Kerusakan ini menyebabkan pelepasan atrial terutama pada bayi prematur. Keadaan
natriuretic peptide (ANP) dan gangguan ini diperberat oleh keadaan patologi yang
fungsi glycocalyx atau vascular endothelial mungkin memerlukan intervensi bedah dan
junction sehingga cairan bergerak ke dalam dapat mengakibatkan neonatus sangat rentan
ruang interstisial yang meningkatkan volume terhadap infeksi pascaoperasi. Bayi yang lahir
cairan interstisial sehingga terjadi edema prematur dan berat badan rendah lebih rentan
interstitial yang merugikan. Hal ini berkaitan karena sistem kekebalan tubuh yang belum
dengan angka morbiditas dan mortalitas berkembang.
yang meningkat, serta berdampak terhadap Neonatus yang menjalani operasi memiliki
komplikasi pascaoperasi, lama perawatan di risiko yang lebih besar terjadi paparan bakteri
ruang rawat intensif.5,10,12 Kelebihan cairan patogen di lingkungan rumah sakit. Operasi
dapat mengganggu pada beberapa organ pada saluran trakeo-esofagus, kelainan gastro-
seperti paru-paru. Resusitasi cairan yang intestinal, seperti obstruksi usus dengan
berlebihan dapat mengakibatkan edema berbagai etiologi, perforasi usus, necrosis
paru akut yang dapat menganggu pertukaran enterocolitis (NEC), malformasi anorektal
gas dan juga pasien lebih rentan terhadap (MAR), defek pada dinding perut misalnya
risiko infeksi pada paru-paru sehingga omfalokel atau gastroskisis yang paling rentan
membutuhkan alat bantuan napas ventilator untuk terjadi sepsis.3,12,13
pascaoperasi yang akan meningkatkan risiko
pneumonia.

JAP, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2017


Asep Deden Komara, Ezra Oktaliansah, Budiana Rismawan: Angka Mortalitas pasien Neonatus yang Menjalani Operasi 133
berdasar atas Kenaikan Berat Badan Pascaoperasi yang Dirawat di Neonatal Intensive Care RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Simpulan 7. Lieharrt A, Auoroy Y, Bovet M, Survey of


anesthesia related mortality in France.
Angka mortalitas pasien neonatus yang Anesthesiology. 2006;105:1087−97.
menjalani operasi di RSHS dan pascaoperasi 8. Machanda V, Sarin YK, Ramji S. Prognosis
dirawat di NICU RSHS selama periode 2010– factors determining mortality in surgical
2015 adalah 45,3%. Angka mortalitas berdasar neonatus. J Neon Surg. 2012;1(1):1−7.
atas kenaikan berat badan pascaoperasi 9. Ilori IU, Ituen AM, Eyo CS. Factors
>20% paling tinggi. Faktor-faktor lain yang associated with mortality in neonatal
berpengaruh terhadap mortalitas pasien surgical emergencies in a developing
neonatus pascaoperasi adalah usia gestasi tertiary hospital in Nigeria. Open J Pediatr.
<37 minggu/pematur, dan PCA <60 minggu, 2013;3:231−5.
neonatus berat badan <2.500 gram, ASA III 10. Gangopadhyay AN, Upadhyaya VD, Sharma
atau lebih, faktor penyulit preoperatif ≥2, serta SP. Neonatal surgery: a ten year audit
lama operasi lebih dari 2 jam. from a University Hospital. Ind J Pediatr.
2008;75(10):1025−30.
Daftar Pustaka 11. Farroow SC, Fowkes FG, Lunn JN, Samuel
P. Epidemiology in anaesthesia II: factors
1. Morgan GE. Pediatric anestesi. Dalam: mortality in hospital. Br J Anaesth.
Morgan GE, Mikhail MS, Muray MJ, 1982;52:811−7
penyunting. Clinical anesthesiology. Edisi 12. Kuremu RT, Kituyi PW, Tenge CN, Kerubo.
ke-5. New York: McGraw Hill; 2012. hlm. Neonatal surgical emergencies at
877−905. Moi Teaching and referral hospital in
2. Silva JM, Ribas AM, Oliveira RD, Nogueira Eldoret-Kenya. East Centr African J Surg.
FA , Vianna FM , Filho MC. The effect of 2007;12(2):36−9.
excess fluid balance on the mortality rate of 13. Catre D, Lopes MF, Matrigal A, Oliveiros
surgical patients: a multicenter prospective B, Viana JS, Cabrita AS. Early mortality
study. Crit Care. 2013;17(R288):1−7. after neonatal surgery: analysis of risk
3. Stewart R, Walsh, Tjun Y, Coveney. factor in an optimized health care system
Perioperative fluid restriction reduces for the surgery newborn. Rev Bras
complications after major gastroentistinal Epidemiol. 2013;16(4):943−52.
surgery. Spec Reg Gen Surg. 14. Ayse A, Zappitelli M, Stuart L, Naipaul
2008;143(4):466−8. A, Larry S, Loftis L. Fluid overload is
4. Ketharanatha N, McCulloch M, Wilson associated with impaired oxygenation
C, Rossouw N, Salie S, Ahrens J. Fluid and morbidity in critically ill children.
overload in a South African Pediatric Pediatr Crit Care Med. 2012;13(3):233–8.
Intensive Care Unit. Erasmus University 15. Rocca GD,  Vetrugno L,  Tripi G, Deana
Rotterdam Oktober 2014. J Trop C, Barbariol F, Pompei L. Liberal or restricted
Pediatr. 2014;60(6):428−33. fluid administration: are we ready for a
5. Lowell JA, Schifferdecker C, Driscoll DF, proposal of a restricted intraoperative
Benotti PN, Bistrian BR. Postoperative approach?. BMC Anesthesiol. 2014;14:1−8.
fluid overload: not a benign problem. Crit 16. Lee J, Louw ED, Niemi M, Nelson R, Mark
Care Med. 1990;18(27):728−33. RG, Leo A, dkk. Association between
6. Sutherland SM, Zappiteli M. Fluid overload fluid balance and survival in critically ill
and mortality in children receiving patients. J Intern Med. 2015;277(4):468–
continuos renal replacement therapy: the 77.
prospective pediatric receiving continuos 17. Lobo DN, Macafee DA, Allison SP. How
renal replacement therapy. Am J Kidney perioperatif fluid balance influences
Dis. 2010:55(3):316−25. postoperative output. Best Pract Resc Clin
Anest. 2006;20:439−55.

JAP, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2017

Anda mungkin juga menyukai